You are on page 1of 22

LABOR LAW IN INDONESIA

GROUP 3 :

Hasyir Rayhan Sitompul : 2006200171

Arief Rahman Hakim : 2006200175

Muhammad Abdillah Ghaza : 2006200176

Muhammad Khairul Fiqri : 2006200180

Habibi Akbar : 2006200184

Johan Bhagaskara Marbun : 2006200202

Tengku Arya Zahwa : 2006200163

FACULTY OF LAW
LEGAL ENGLISH LANGUAGE STUDY PROGRAM
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY NORTH SUMATERA
MEDAN
2021
FOREWORD

Peace be upon you, and Allah mercy and blessings.

Praise be to our gratitude for the presence of Allah SWT, who has bestowed His
grace and guidance on all of us. Salawat and greetings to the lord of the Prophet
Muhammad SAW and his family and friends. With the blessing of the grace and grace of
Allah SWT, we are able to compile a paper entitled "LABOR LAW IN INDONESIA" on time.

In preparing this paper, the author faced many challenges and obstacles, but with
the help of various parties, these challenges were overcome. Therefore, the authors would
like to express our deepest gratitude especially to Mr. Taufik Hidayat Lubis S.S., S.H., M.H.
who have given this task to us and also to all those who have helped in the preparation of
this paper, hopefully their assistance will be rewarded by Allah SWT.

The author realizes that this paper is still far from perfect in both the form of
preparation and the material. We really hope that criticism and suggestions from readers
will improve the next paper.

Finally, I hope this paper can be of benefit to all of us.

Medan, 25th January 2021

COMPOSER
BAB I

PRELIMINARY

1.1. Background

Currently, the labor problem in Indonesia has reached a quite appalling condition,
marked by the large number of unemployed and underemployed, relatively low and
unequal income.

A country can never be separated from various problems related to its citizens.
Especially in countries that have a high population like Indonesia. The problems of
employment, unemployment and poverty in Indonesia have become the main problems of
this nation and require immediate handling so that they do not get more complicated and
hinder Indonesia's steps to become a more advanced leader.

High unemployment and underemployment conditions are a waste of existing


resources and potential, become a burden on families and communities, the main source of
poverty, can lead to increased social and criminal unrest; and can hinder development in the
long term.

The problem of unemployment and underemployment is a serious problem because it


can cause the level of national income and the level of community welfare to not reach their
maximum potential. For this reason, there is a need for efforts to overcome labor problems
related to the large number of unemployed.

1.2. Formulation of the Problem

Based on the above background, the authors formulate the following problems :

1. What are the parts of employment ?

2. What is the labor theory ?

3. What are the conditions of the workforce in Indonesia ?

4. What is the wage system in effect in Indonesia ?

5. How to improve the quality of the workforce ?

6. How are efforts to overcome labor problems in Indonesia ?

7. What are the labor laws in Indonesia ?


1.3. Purpose

1. To find out matters related to employment

2. To find out the labor theory

3. To find out the conditions of labor in Indonesia

4. To find out the wage system in Indonesia

5. To find out how to improve the quality of the workforce

6. To find out the efforts to overcome labor problems in Indonesia

7. To know the labor law in Indonesia

1.4. Method

The writing methods used in the preparation of this paper are as follows:

1. Browsing the Internet, namely retrieving data from the internet.

Those are the methods used in this paper, all of which help us in completing this paper.
BAB II

DISCUSSION

2.1. Employment

Manpower can be divided into several parts, namely:

Ketenagakerjaan dapat di bagi kedalam beberapa bagian yaitu:

1. Tenaga Kerja

a.       Tenaga kerja berdasarkan penduduknya

1)      Tenaga kerja merupakan penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, yaitu
mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan
mereka yang mengurus rumah tangga.

2)      Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja,
meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003,
mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di
atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.

b.      Tenaga kerja berdasarkan kualitasnya

1)      Tenaga kerja terdidik

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam
bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya: pengacara,
dokter, guru, dan lain-lain.

2)      Tenaga kerja terampil

Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang tertentudengan
melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang
sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan
lain-lain.

3)      Tenaga kerja tidak terdidik

Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh:
kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.

2.      Angkatan kerja

Angkatan kerja dibagi menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
a.       Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun yang
sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti petani yang sdang menunggu panen/
hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya.

b.      Bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga tanpa
mendapat upah, lanjut usia, cacat jasmani dan sebagainya, dan tidak melakukan suatu kegiatan yang
dimasukkan kedalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari pekerjaan.

Beberapa ukuran dasar dalam angkatan kerja:

a.       Tingkat partisipasi angkatan kerja yaitu menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu
kelompok umur sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur itu. Ini dapat juga merupakan
tingkat partisipasi total dari seluruh penduduk dalam usia kerja ( tingkat aktivitas umum).

Rumus:

Untuk mencari angka tingkat partisipasi angkatan kerja penulis mengambil contoh data kota padang
panjang dalam angka 2010.

Tabel 1. Banyaknya Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin
Kota Padang Panjang 2010

Jenis Kegiatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1.      Angkatan Kerja 14690 11252 25944

Bekerja 13426 9665 23091

Pengangguran 1264 1589 2853

2.      Bukan Angkatan Kerja 4700 9601 14301

Sekolah 2522 2368 4890

Mengurus Rumah Tangga 488 6618 7106

Lainnya 1690 615 2305

Jumlah 19390 20855 40255

Sumber: BPS Kota Padang Panjang 2010


Tabel 2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin
Kota Padang Panjang 2010

Jenis Kegiatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1.      Angkatan Kerja 75,76 53,96 64,47

Bekerja 69,24 46,34 57,38

Pengangguran 8,60 14,12 11,00

2.      Bukan Angkatan Kerja 24,24 46,04 35,53

Sekolah 13,01 11,35 12,15

Mengurus Rumah Tangga 2,52 31,73 17,66

Lainnya 8,72 2,95 5,73

Jumlah 100 100 100

Sumber: BPS Kota Padang Panjang 2010

Artinya bahwa tingkt partisipasi angkatan kerja kota Padang Panjang sebesar 64,47% pada tahun
2010.

b.      Tingkat Aktivitas umum adalah tingkat aktivitas untuk seluruh penduduk dalam usia kerja.
Untuk Indonesia adalah labor force dibagi seluruh penduduk berumur 10 tahun keatas.

c.       Rasio beban ketergantungan dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai berapa
persen penduduk yang dianggap mempunyai aktivitas konsumtif harus ditanggung oleh penduduk
usia 15-64 tahun yang dianggap sebagai penduduk yang secara potensial disebut produktif.

Rumus:
Untuk mencari angka rasio beban ketergantungan penulis mengambil contoh data kota padang
panjang dalam angka 2010.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kota Padang Panjang 2010

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 2995 2603 5598

5-9 3070 2900 5970

10-14 2860 2855 5715

15-19 3002 2590 5592

20-24 1770 1772 3542

25-29 1774 2103 3877

30-34 1928 2416 4344

35-39 2363 2416 4779

40-44 1959 1969 3928

45-49 1549 1418 2967

50-54 847 923 1770

55-59 938 890 1828

60-64 862 1132 1994

65-69 588 606 1194

70-74 381 488 869

75+ 407 506 913

Jumlah 27293 27587 54880

Sumber: BPS Kota Padang Panjang 2010


Artinya bahwa angka beban ketergantungan kota padang panjang tahun 2010 mencapai 58,52 %
atau dengan pembulatan 59 % berarti setiap 100 orang penduduk berusia produktif harus
menanggung 59 orang penduduk yang nonproduktif.

3.      Usia kerja

Usia kerja merupakan tingkat umur seseorang yang diharapkan dapat bekerja dan memperoleh
pendapatan. usia kerja di Indonesia berkisar antara berumur 10-55 tahun sedangkan batas usia kerja
menurut bank dunia adalah 15-64 tahun.

4.      Kesempatan kerja

Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan terjadinya lapangan kerja (pekerjaan)
untuk diisi pencari kerja. Kesempatan kerja dapat diartikan kembali sebagai permintaan akan tenaga
kerja atau seberapa banyak tenaga kerja yang terserap kedalam dunia kerja.

5.      Pengangguran

Pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak melakukan kegiatan kerja, atau sedang mencari
pekerjaan atau bekerja secara tidak optimal.

a.       Klasifikasi pengangguran

1)      Pengangguran menurut lama waktu bekerja

a)      Pengangguran terbuka, merupakan tenaga kerja yang betul-betul tidak mempunyai pekerjaan,
meskipun mereka sedang mencari pekerjaan. Pengangguran ini terjadi apabila seseorang belum
mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal, sementara lapangan kerja yang
tersedia tidak cocok dengan latar belakang pendidikannya, atau karena malas mencari pekerjaan.

b)      Setengah menganggur merupakan tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
ketiadaan lapangan kerja atau pekerjaannya. Pengangguran ini jam kerjanya kurang dari tiga puluh
lima jam selama seminggu. Sebagai contoh, seorang buruh bangunan yang telah menyelesaikan
pekerjaan di suatu proyek untuk sementara menganggur sambil menunggu proyek berikutnya.

c)      Pengangguran terselubung, adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak
memperoleh pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Sebagai contoh, suatu
kantor mempekerjakan sepuluh orang karyawan padahal pekerjaan dalam kantor itu dapat di
kerjakan dengan baik dengan delapan karyawan saja, sehingga terdapat kelebihan dua orang tenaga
kerja dan orang-orang tersebut dinamakan pengangguran terselubung.
2)      Pengangguran menurut penyebab

a)      Pengangguran struktural, disebabkan oleh ketidak cocokan antara keterampilan tenaga kerja
yang dibutuhkan dan keterampilan tenaga kerja yang tersedia. Latarbelakang ketidakcocokan ini
berupa perubahan struktur permintaan penawaran dalam jangka panjang sebagai dampak kemajuan
teknologi, perubahan selera, dan persaingan antar perusahaan.

b)      Pengangguran siklikal, berkaitan dengan naik turunya aktifitas atau keadaan perekonomian
suatu Negara.

c)      Pengangguran musiman, disebabkan oleh perubahan permintaan terhadap tenaga kerja yang
sifatnya berkala. Pengangguran seperti ini biasa terjadi pada tenaga kerja paruh waktu (part time).

d)     Pengangguran friksional, disebabkan oleh pergantian pekerjaan atau pergeseran tenaga kerja.
Sering kita jumpai tenaga kerja yang berpindah dari satu perusahaan keperusahaan lain, atau
berpindah dari jenis pekerjaan tertentu ke jenis pekerjaan lainnya.

e)      Pengangguran teknologi adalah Pengangguran yang terjadi karena adanya penggunaan alat-
alat teknologi yang semakin modern yang menggantikan tenaga krja manusia.

b.      Dampak negatif pengangguran terhadap lingkungan sosial

1)      Penurunan produktifitas

Tenaga kerja akan menurun produktifitasnya jika tidak dimanfaatkan. Peningkatan rasa frustasi,
patah semangat, dan perasaan tidak berdaya, yang terjadi pada pengangguran, dalam jangka
panjang akan menumbuhkan sikap masa bodoh. Para penganggur tidak mampu lagi mengelola
dirinya sendiri dan tidak mampu menangkap peluang yang ada secepatnya.

2)      Penurunan setandar hidup

Jika pekerja menganggur, maka pendapatannya anjlok dan standar kehidupan menurun. Sebagian
pekerja mungkin dapat meminta bantuan kepada pihak lain untuk membuka usaha tapi kebanyakan
dari mereka terpaksa harus melakukan penghematan besar-besaran.

3)      Penurunan pendapatan Negara

Semakin besar jumlah pengangguran semakin menurun pendapatan Negara dari pajak penghasilan.
Begitu pendapatan menurun semakin menurun juga kemampuan pemerintah melayani kebutuhan
warganya.

4)      Pertumbuhan ekonomi terhambat

Pengangguran akan menurunkan daya beli masyarakat, sehingga permintaan terhadap barang-
barang hasil produksi berkurang. Hal ini akan menyebabkan turunnya penanaman modal. Sebagai
akibatnya aktifitas perekonomian dan pertumbuhan ekonomi akan terhambat.
5)      Biaya sosial meningkat

Pengangguran mengakibatkan masyarakat harus menanggung jumlah biaya sosial antara lain ada
kaitan erat antara peningkatan pengangguran dan kejahatan.

c.       Upaya Mengatasi Pengangguran

1)      Peningkatan mobilitas tenaga kerja dan modal. Peningkatan mobilitas tenaga kerja dilakukan
dengan memindahkan pekerja ke kesempatan kerja yang lowong dan melatih ulang keterampilannya
sehingga dapat memenuhi tuntutan kualifikasi ditempat baru. Peningkatan modal dapat dilakukan
dengan memindahkan industry padat karya kewilayah yang mengalami masalah pengangguran
parah. Cara ini baik digunakan untuk mengatasi masalah pengangguran struktural

2)      Pengelolaan permintaan masyarakat. Pemerintah dapat mengurangi pengangguran siklikal


melalui manajemen yang mengarahkan permintaan-permintaan masyarakat kebarang atau jasa yang
tersedia dalam jumlah yang melimpah.

3)      Penyediaan informasi tentang kebutuhan tenaga kerja. Untuk mengatasi pengangguran
musiman, perlu ada pemberiaan informasi yang cepat mengenai tempat-tempat mana yang sedang
memerlukan tenaga kerja. Masalah pengangguran dapat muncul karena orang tidak tahu
perusahaan apa saja yang membuka lowongan kerja, atau perusahaan yang seperti apa yang cocok
dengan keterampilan yang dimiliki.

4)      Pertumbuhan ekonomi. Kesempatan kerja berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan nasional. Semakin banyak barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara, semakin
tinggi pendapatan nasional. Pendapatan nasional yang tinggi dapat memungkinkan pembentukan
modal menjadi lebih besar melalui tabungan perorangan, tabungan perusahaan maupun tabungan
pemerintah. Tabungan-tabungan tersebut memberikan kesempatan membentuk investasi yang
menyebabkan perluasan usaha yang berarti menciptakan kesempatan kerja.

5)      Program pendidikan dan latihan kerja. Pengangguran terutama disebabkan oleh masalah
tenaga kerja yang tidak terampil dan ahli. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu digalakkan
lembaga yang mendidik tenaga kerja menjadi siap pakai. Yang paling penting dalam pendidikan dan
latihan kerja adalah kesesuaian program dengan kualifikasi yang dituntut oleh kebanyakan
perusahaan.

6)      Pengiriman tenaga kerja keluar negeri. Pengiriman tenaga kerja keluar negeri merupakan salah
satu pilihan dalam usaha memperluas kesempatan kerja sekaligus dapat menghasilkan devisa
negara.

7)      Wiraswasta. Selama orang masih tergantung pada upaya mencari kerja diperusahaan tertentu,
pengangguran akan tetap menjadi masalah pelik. Masalah menjadi agak terpecahkan apabila muncul
keinginan untuk menciptakan lapangan usaha sendiri atau berwiraswasta. Kendala utama
wiraswasta adalah modal dan peluang. Seseorang dengan keteramoilan dan keahlian tertentu tidak
sanggup berbuat apapun apabila seseorang tersebut tidak memiliki modal dan peluang usaha karena
bidang usaha yang menguntungkan hampir pasti sudah dikuasai oleh perusahaan raksasa. Itulah
mengapa upaya menggerakkan wiraswasta perlu disertai keleluasaan memperoleh modal dan
peluang bisnis.

B. Teori-teori Ketenagakerjaan

1.   Teori Klasik Adam Smith

Adam smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal
sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa alokasi sumber daya
manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi
modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain, alokasi
sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan
ekonomi.

2.   Teori Malthus

Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai pemikir klasik yang
sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi. Thomas Robert Malthus
mengungkapkan bahwa manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil
pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur,
sedangkan produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung. Jika hal ini tidak
dilakukan maka pengurangan penduduk akan diselesaikan secara alamiah antara lain akan timbul
perang, epidemi, kekurangan pangan dan sebagainya.

3.   Teori Keynes

John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak
bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para pekerja mempunyai semacam serikat
kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat
upah.

Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai keynes kecil sekali, tingkat
pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat akan
menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi
secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunya harga-
harga.

Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor ( marginal value of
productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam mempekerjakan labor
akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu besar maka kurva nilai produktivitas hanya turun
sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah
tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan
kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja yang tertampung
menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin luas.

4.   Teori Harrod-domar

Teori Harod-domar (1946) dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini investasi tidak
hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang
membesar membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak menurun. Jika
kapasitas yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar, surplus akan muncul dan
disusul penurunan jumlah produksi.

5.   Teori Tentang Tenaga Kerja

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja seperti yang sudah dibukakan
dalam Latar belakang dari pemelihan judul ini adalah ketidak seimbangan akan permintaan tenaga
kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah.
Ketidakseimbangan tersebut penawaran yang lebih besar dari permintaan terhadap tenaga kerja
(excess supply of labor) atau lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (excess
demand for labor) dalam pasar tenaga kerja.

C.Kondisi Tenaga Kerja Di Indonesia dan Sumatera Barat

Tabel Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Februari 2011-2012 Nasional (Indonesia)

Kegiatan Utama Februari 2011 Februari 2012

1. Penduduk Usia 15 tahun ke atas 170.656.140 172.865.970

2. Angkatan kerja 119.399.380 120.417.050

a. bekerja 111.281.740 112.802.810

b. pengangguran 8.117.630 7.614.240

3. Bukan angkatan kerja 51.256.760 52.448.920

4. Tingkat partisipasi angkatan kerja 69.96 69.66

5. Tingkat pengangguran terbuka 6,80 6,32

Sumber: BPS Sumatera Barat

Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa jumlah penduduk nasional usia 15 tahun ke atas mengalami
peningkatan sebesar 2.209.830 orang, jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan sebesar
1.017.670 orang, jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan sebesar 1.521.070 orang,
jumlah pengangguran mengalami penurunan sebesar 503.390 orang, jumlah bukan angkatan kerja
mengalami peningkatan sebesar 1.192.160 orang, tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami
penurunan 0,3 % dan tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan sebesar 0,48 %.
Tabel Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Februari 2011-2012 Sumatera Barat

Kegiatan Utama Februari 2011 Februari 2012

1. Penduduk Usia 15 tahun ke atas 3.326.730 3.362.735

2. Angkatan kerja 2.275.996 2.351.192

a. bekerja 2.113.506 2.204.218

b. pengangguran 162.490 146.974

3. Bukan angkatan kerja 1.050.734 1.011.534

4. Tingkat partisipasi angkatan kerja 68,42 69,92

5. Tingkat pengangguran terbuka 7,14 6,25

Sumber: BPS Sumatera Barat

Dari tabel di atas dapat dianalisi bahwa penduduk Sumatera Barat usia 15 tahun ke atas mengalami
peningkatan sebesar 36.005 orang, jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan sebesar 75.196
orang, jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan sebesar 90.712 orang, jumlah
penduduk menganggur mengalami penurunan sebesar 15.516 orang, bukan angkatan kerja
mengalami penurunan sebesar 39.200 orang, tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami
peningkatan sebesar 1,5 % dan tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan sebesar 0,89
%.

D. Sistem Upah yang berlaku di Indonesia

Pemerintah dalam rangka mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja, perlu menetapkan upah
minimum. Penetapan upah minimum itu antara lain dilakukan dengan mempertimbangkan
peningkatan kesejahteraan pekerja, tanpa mengabaikan peningkatan produktivitas dan kemajuan
perusahaan serta perkembangan perekonomian pada umumnya.

Semula upah minimum ditetapkan secara regional, atau sering kita kenal sebagai upah minimum
regional (UMR). Sistem upah ini ditetapkan berdasarkan biaya hidup pekerja disetiap daerah.
Sebelum tahun 2000, Indonesia menganut sistem pengupahan berdasarkan kawasan (regional).
Artinya, untuk kawasan yang berbeda, upah minimum yang harus diterima oleh pekerja juga
berbeda. Ini berdasarkan pada perbedaan biaya hidup pekerja di setiap daerah. Akan tetapi,
penentuan upah berdasarkan kawasan ini masih dirasakan belum cukup untuk mewakili angka biaya
hidup di setiap daerah. Untuk itu pemerintah melakukan perubahan peraturan tentang upah
minimum.

Dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan provinsi sebagai daerah otonom, maka pemberlakuan Upah Minimum Regional (UMR)
berubah menjadi Upah Minimum Provinsi (UMP) atau upah minimum kabupaten/kota. Dengan
adanya peraturan baru ini, provinsi-provinsi di Indonesia mulai menyeuaikan upah minimum
regional di daerah mereka.

Pajak penghasilan yang berhubungan dengan upah minimum provinsi atau upah minimum
kabupaten/kota diatur oleh pemerintah melalui PP No. 5 Tahun 2003 mengenai Pajak Penghasilan
Atas Penghasilan yang Diterima oleh Pekerja Sampai Dengan Sebesar Upah Minimum Provinsi atau
Upah Minimum Kabupaten/Kota. Peraturan ini dibuat berdasarkan kenyataan bahwa masih banyak
pekerja yang memperoleh penghasilan dalam sebulan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak, namun
masih di bawah atau sebesar UMP. Akibatnya, pekerja tersebut dikenakan PPh pasal 21 atas
penghasilannya, sehingga mungkin mengurangi kesejahteraan pekerja yang bersangkutan. Oleh
karena itu, untuk penghasilan pekerja sampai dengan sebesar UMP atau upah minimum, pajak
penghasilan yang terutang atas penghasilan tersebut ditanggung oleh pemerintah.

Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan
tetap.penetapan upah buruh di Indonesia dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang.
Setelah otonomi daerah berlaku penuh dikenal pula istilah upah minimum kabupaten/kota (UMK).
Angka UMK merupakan hasil perhitungan dewan pengupahan kabupaten/kota (DPK).

Tabel 4 Daftar upah minimum provinsi di Indonesia tahun 2012

Provinsi 2012 (dalam rupiah)

NAD 1.400.000

Sumatera Utara 1.200.000

Sumatera Barat 1.150.000

Riau 1.238.000

Kep.Riau 1.015.000

Jambi 1.142.500

Sumatera Selatan 1.195.000

Bangka Belitung 1.110.000


Bengkulu 930.000

Lampung 975.000

Jawa Barat (732.000 tahun 2011)

DKI Jakarta 1.529.150

Banten 1.042.000

Jawa Tengah (675.000 tahun 2011)

Yogyakarta 892.660

Jawa Timur (705.000 tahun 2011)

Bali 967.500

NTB 1.000.000

NTT 925.000

Kalimantan Barat 900.000

Kalimantan selatan 1.225.000

Kalimantan tengah 1.327.459

Kalimantan timur 1.177.000

Maluku 975.000

Maluku utara 960.498

Gorontalo 837.500

Sulawesi utara 1.250.000

Sulawesi tenggara 1.032.300

Sulawesi Tengah 885.000

Sulawesi Selatan 1.200.000

Sulawesi barat 1.127.000

Papua 1.515.000

Papua barat 1.450.000


Sumber : Direktorat Jendral Pembinaan Hubungan Industrial

dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

E. Peningkatan Mutu Tenaga Kerja

a.       Latihan Kerja

Latihan kerja merupakan proses pengembangan keahlian dan keterampilan kerja yang langsung
dikaitkan dengan pekerjaan dan persyaratan kerja. Dengan kata lain, latihan kerja berkaitan dengan
pengembangan profesionalisme tenaga kerja. Dalam kaitannya dengan peningkatan mutu kerja,
latihan kerja dapat berfungsi sebagai suplemen ataupun komplemen terhadap pendidikan formal.

b.      Pemagangan

Pemagangan adalah latihan kerja langsung ditempat kerja. Jalur pemagangan ini bertujuan untuk
memantapkan profesionalisme yang dibentuk melalui latihan kerja. Dengan bimbingan dan
pengalaman yang terus-menerus dalam dunia kerja maka profesionalisme tenaga kerja akan dapat
tumbuh dan berkembang sesuai dengan keterampilan yang dipelajari selama magang pada suatu
perusahaan.

c.       Perbaikan gizi dan kesehatan

Perbaikan gizi dan kesehatan perlu dilaksanakan untuk mendukung ketahanan kerja dan
kemampuan belajar (kecerdasan) dalam menerima pengetahuan baru dan meningkatkan semangat
kerja. Selain peningkatan kemampuan teknis melalui jalur-jalur pengembangan sumber daya
manusia tersebut pula diupayakan agar tercipta manusia yang berkualitas dengan cirri taat
menjalankan agama, toleran dan saling menghargai sesama manusia, berwawasan kepentingan
nasional, produktif, disiplin, inivatif dan bertanggung jawab.

F.     Upaya Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia

Secara umum kita dapat mengatasi berbagai masalah ketenagakerjaan melalui berbagai upaya
praktis seperti berikut:

1.      Mendorong Investasi

Mengharapkan investasi dari luar negeri kenyataannya belum menunjukkan hasil yang berarti
selama tahun 2006 lalu. Para investor asing mungkin masih menunggu adanya perbaikan iklim
investasi dan beberapa peraturan yang menyangkut aspek perburuhan. Kalau upaya terobosan lain
tidak dilakukan, khawatir masalah pengangguran ini akan bertambah terus pada tahun-tahun
mendatang.

Beberapa produk perikanan dan kelautan juga sangat potensial untuk dikembangkan seperti udang,
ikan kerapu dan rumput laut dan beberapa jenis budidaya perikanan dan kelautan lainnya. Sektor
industri manufaktur dan kerajinan, khususnya untuk industri penunjang - supporting industries
seperti komponen otomotif, elektronika, furnitur, garmen dan produk alas kaki juga memberikan
kontribusi besar dalam pertumbuhan dan penyerapan tenaga kerja. Penulis juga mencermati banyak
sekali produkproduk IT dan industri manufaktur yang sangat dibutuhkan, baik untuk pasar domestik,
maupun untuk pasar ekspor. Di samping kedua sektor tersebut, sector jasa keuangan, persewaan,
jasa konsultasi bisnis dan jasa lainnya juga memiliki prospek baik untuk dikembangkan.

2.      Memperbaiki daya saing

Daya saing ekspor Indonesia bergantung pada kebijakan perdagangan yang terus menjaga
keterbukaan, disamping menciptakan fasilitasi bagi pembentukan struktur ekspor yang sesuai
dengan ketatnya kompetisi dunia. Dalam jangka pendek, Indonesia dapat mendorong ekspor dengan
mengurangi berbagai biaya yang terkait dengan ekspor itu sendiri serta meningkatkan akses kepada
pasar internasional. Kebijakan yang dapat dipakai untuk mengontrol biaya-biaya tersebut
diantaranya i) Menjaga kestabilan dan daya saing nilai tukar ii) Memastikan peningkatan tingkat
upah yang moderat sejalan dengan peningkatan produktifitas iii) Akselerasi proses restitusi PPn dan
restitusi bea masuk impor bagi para eksportir dan iv) Meningkatkan kemampuan fasilitas pelabuhan
dan bandara dan infrastruktur jalan untuk mengurangi biaya transportasi.

Pemerintah dapat berupaya lebih keras lagi dalam menegosiasikan akses yang lebih besar ke pasar
internasional pada pembicaraan perdagangan multilateral Putaran Doha terbaru. Karena Indonesia
telah mempunyai kebijakan rezim perdagangan yang sangat terbuka, pemerintah dapat meminta
pemotongan bea masuk dan pembebasan atas berbagai pengenaan bea masuk bukan ad-valorem
oleh negara-negara maju, dengan dampak yang kecil bagi kebijakan proteksi Indonesia sendiri.

3.      Meningkatkan Fleksibilitas tenaga kerja

Indonesia memiliki aturan ketenagakerjaan yang paling kaku serta menimbulkan biaya paling tinggi
di Asia Timur. Sebagai contoh, biaya untuk mengeluarkan pekerja sangatlah tinggi; pesangon yang
harus dibayarkan mencapai 9 bulan gaji. Tentunya kebijakan pasar tenaga kerja harus berimbang
antara penciptaan pasar tenaga kerja yang fleksibel dengan kebutuhan untuk memberikan
perlindungan dan keamanan bagi tenaga kerja.

Langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan fleksibilitas tenaga
kerja antara lain:

a.       Menyelesaikan pelaksanaan perundang-undangan tenaga kerja dan berkonsentrasi pada dua
isu utama yang mendapat perhatian para pengusaha yaitu: i) keleluasaan dalam mempekerjakan
pekerja kontrak dan ii) keleluasaan dalam melakukan outsourcing, dengan menekankan para sub-
kontraktor untuk memenuhi hak-hak pekerja mereka.

b.      Menciptakan peradilan tenaga kerja, sebagaimana yang diatur dalam undang-undang
perselisihan hubungan industrial. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat proses penyelesaian
perselisihan tenaga kerja.

c.       Membentuk tim ahli dalam menentukan tingkat upah minimum. Pemerintah pusat dapat
menjalankan kewenangan untuk membatasi peningkatan upah minimum di daerah.
d.      Jika diperlukan, merevisi Undang-undang mengenai Sistem Kesejahteraan Sosial Nasional yang
baru disahkan dan membentuk komisi tingkat tinggi yang bertugas mendesain sistem kesejahteraan
nasional. Sistem ini harus dapat dilaksanakan dan mendukung penciptaan lapangan pekerjaan.

4.      Peningkatan Keahlian Pekerja

Pemerintah seharusnya dapat meningkatkan kemampuan angkatan kerja. Lemahnya kemampuan


pekerja Indonesia dirasakan sebagai kendala utama bagi investor. Rendahnya keahlian ini akan
mempersempit ruang bagi kebijakan Indonesia untuk meningkatkan struktur produksinya. Walaupun
pada saat sebelum krisis pendidikan di Indonesia mencapai kemajuan yang luar biasa, dalam segi
kuantitas, kualitas pendidikan masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara pesaing lainnya.
Pemerintah harus lebih menekankan pencapaian tujuan di bidang pendidikan formal dengan
mereformasi sistem pendidikan, sesuai dengan prinsip dan manfaat dari proses desentralisasi.

G.    Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia

Hukum ketenagakerjaan kalau dipelajari lebih jauh cakupannya cukup luas.  Hukum ketenagakerjaan
bukan hanya mengatur hubungan antara pekerja/buruh dengan pengusaha dalam pelaksanaan
hubungan kerja tetapi juga termasuk seorang yang akan mencari kerja melalui proses yang benar
ataupun lembaga-lembaga pelaksana yang terkait.

Hukum ketenagakerjaan adalah merupakan suatu peraturan-peraturan tertulis atau tidak tertulis
yang mengatur seseorang mulai dari sebelum, selama, dan sesudah tenaga kerja berhubungan
dalam ruang lingkup di bidang ketenagakerjaan dan apabila di langgar dapat terkena sanksi perdata
atau pidana termasuk lembaga-lembaga penyelenggara swasta yang terkait di bidang tenaga kerja.

Pengertian ketenagakerjan berdasarkan ketentuan UU NO 13 tahun 2003 tentang adalah sebagai


berikut:

Pasal 1(1)   Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum, selama dan sesudah masa kerja.

Pasal 1(2) Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Pengertian tenaga kerja menurut UU NO 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja : Tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan
kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Undang-undang lainnya yang masih berhubungan dengan  ketenagakerjaan dalam arti selama
bekerja adalah UU NO 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.  Defenisi Jaminan sosial
tenaga kerja menurut Pasal 1 (1) Undang-undang ini : Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan akibat peristiwa atau keadaan yang dialami
oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, hari tua dan meninggal dunia.
       Undang-undang yang berhubungan dengan ketenagakerjaan dalan arti sesudah bekerja diatur
dalam UU NO 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.  Pengertian
menurut ketentuan Pasal 1 (1) perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan pendapat antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak,
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antara serikat
pekerja / serikat buruh dalam satu perusahaan.  Sebagai peraturan pelaksana dari Undang-undang
terebut diatas diatur dalam Peraturan pemerintah (PP), Peraturan Menteri Tenaga Kerja
(Permenaker) dan Keputusan menteri tenaga kerja

  

BAB III

PENUTUP
A.    Kesimpulan

Kondisi ketenagakerjaan di indonesia amatlah kurang dari harapan. Banyaknya jumlah pengangguran
yang terjadi di Indonesia diakibatkan oleh kurangnya peningkatan terhadap mutu tenaga kerja
sehingga mereka tidak mempunyai skill atau keterampilan yang dibutuhkan oleh lapangan kerja.
Adapun cara yang dapat dilakukan yaitu dengan cara latihan kerja, pemagangan dan perbaikan gizi.

Pemerintah dalam rangka mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja, perlu menetapkan upah
minimum. Penetapan upah minimum itu antara lain dilakukan dengan mempertimbangkan
peningkatan kesejahteraan pekerja, tanpa mengabaikan peningkatan produktivitas dan kemajuan
perusahaan serta perkembangan perekonomian pada umumnya.

Aapun cara untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan di Indonesia dapat melalui investasi,
perbaikan daya saing, peningkatan fleksibilitas tenaga kerja, peningkatan keahlian pekerja dan yang
paling penting adalah terlaksananya hukum ketenagakerjaan yang berlaku.

B.     Saran

Pemerintah harus memperhatikan kondisi tenaga kerja baik dari peningkatan mutu tenaga kerja
maupun dari sistem upah dan hukum ketenagakerjaan yang berlaku. Untuk tenaga kerja harus
mengasah keterampilan agar mudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan
kemampuan.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_kerja

http://kompas.wageindicator.org/main/gaji/Gaji-Minimum/ump-2012/upah-minimum-propinsi-
2012
Badan Pusat Statistik Sumatera Barat

http://twentytwopm.wordpress.com/2011/03/26/sistem-upah-di-indonesia/

http://hukumketenagakerjaanindonesia.blogspot.com/2012/03/sumber-hukum-ketenagakerjaan-
indonesia.html

http://hqsa.blogspot.com/2012/04/contoh-makalah-ketenagakerjaan.html

http://seshakri-ariezuya.blogspot.com/2012/06/ventor-12.html

You might also like