You are on page 1of 9

Problematika Siswa dalam Implementasi Kurikulum 2013

dengan Pendekatan Saintifik pada Mata Pelajaran Matematika


di MTs N 4 Cirebon

Ismaniar Hikmatusholikhah1, Jamali2, Arif Muchyidin3


1
Tadris Matematika, IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Cirebon, 41532, Indonesia
ismaniarhs@syekhnurjati.ac.id
2
Tadris Matematika IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Cirebon, 45132, Indonesia
jamali@syekhnurjati.ac.id
3
Tadris Matematika IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Cirebon, 45132, Indonesia
arifmuchyidin@syekhnurjati.ac.id

Abstract
There are many educational resources, the curriculum is one element that provides a significant
contribution in realizing the development process of the potential quality of students. Changes and developments
in the curriculum are considered a necessity that requires each component to carry out a renewal, for the sake of
being abandoned National education goals. The 2013 curriculum emphasizes the modern pedagogical
dimension of learning, namely using a scientific approach. It is not impossible, the implementation of
socialization and translation of 2013 curriculum has several obstacles and difficulties. Moreover, during the
2013 Curriculum learning process using a scientific approach. Likewise what happened to students of Class VIII
C MTs N 4 Cirebon, where the researcher found a problem that the students had not been able to respond to the
objectives of mathematics learning using a scientific approach, so the researchers took the initiative to conduct
research using descriptive qualitative methods with data collection in the form of Observation questionnaires,
interviews, and documentation. Based on the results of research on the problems faced by students, among
others: Internal factors (1) Lack of learning readiness in each individual student, (2) at the asking stage they are
still shy to ask questions related to material that has not been understood, (3) at the stage of seeking information
students feel confused to complete the assignment given. External factors (1) The way teachers teach that they
feel is in a hurry, (2) the lack of use of instructional media done by teachers, and (3) the lack of supporting
school infrastructure. Following are the efforts and efforts made by the teacher when addressing the above
issues: (1) will change learning techniques, (2) make closeness with individuals who have these problems, (3)
will use learning techniques with the use of tutors / peers, (4) change the learning system, and (5) guided
motivation. Hopefully, with this research can be useful for all people, especially for prospective mathematics
subject educators.

Keywords: Problematics, Implementation 2013 Curriculum, Scientific Approach

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal
ini dapat dilihat dari waktu, jam pelajaran sekolah pada setiap tingkat satuan pendidikan memperoleh lebih
banyak kedudukan untuk mempelajarinya, dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Dari sekian banyak
sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan
untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik.
Dalam Penerapan kurikulum 2013 pada setiap sekolah semua jenjang pendidikan mempunyai hambatan
atau permasalahan tertentu. Sependapat dengan pernyataan Anis Baswedan pada tahun 2014 pelaksanaan
Kurikulum 2013 sempat dihentikan, untuk dilakukan evaluasi akibat beberapa permasalahan, beliau mengatakan
bahwa hampir di 208.000 sekolah mengalami masalah dalam implementasi kurikulum 2013, terlebih sekolah dan
para guru lebih nyaman menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dikarenakan dalam
implementasi kurikulum 2013 ini, lebih rumit untuk diterapkan pada setiap pembelajaran. Pemahaman arti
sempit Kurikulum 2013 ini lebih menekankan untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki oleh peserta
didik agar mereka dapat memiliki kompetensi yang diharapkan melalui pengembangan Sikap, Pengetahuan, dan
Keterampilan. Upaya peningkatan Kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan baik secara konvensional
maupun inovatif (Hosnan, 2016).
Sosialisasi bertahap perihal implementasi kurikulum 2013 untuk setiap pendidik pun sudah
dilaksanakan dari pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Penididikan Pusat. Mulai dari pelatihan guru secara
berjenjang mulai dari tingkat Nasional, provinsi, kabupaten/kota, sampai sekolah. Namun, hal tersebut hanya
beberapa guru saja yang mengikuti sosialisasinya, terkendala dari berbagai segi alasan dimulai dari pemerataan
dari pihak pemerintah setempat dan lain sebagainya, sehingga terdapat beberapa sekolah yang belum
menerapkan Kurikulum 2013. Tidak hanya dalam hal sosialisasi saja, problematika kurikulum 2013 sendiri,
terutama didukung oleh kesiapan siswa untuk menerima dan melaksanakan Kurikulum 2013 pada setiap mata
pelajaran, khususnya matematika. Selain itu, masih banyak terdapat Problem atau kendala yang dihadapi oleh
guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Perencanaan yang sudah mapan, belum mampu menjamin pada proses pembelajaran yang berhasil,
dilanjut dengan evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada kurikulum 2013 ini, proses pembelajaran di
kelas masih kurang mendapatkan perhatian. Belum semua guru melakukan inovasi pada kegiatan inti
pembelajaran, dalam kegiatan inti tersebut, sangat berkaitan erat dengan pendekatan dan strategi pembelajaran.
Pendekatan sendiri mempunyai pengertian Sudut pandang atau teori yang dapat digunakan sebagai landasan
dalam memilih model, metode, dan teknik pembelajaran, suatu proses yang digunakan oleh guru untuk
menyajikan bahan pelajaran (Hosnan, 2016).
Keberhasilan suatu proses pembelajaran, sangatlah bergantung pada kesuksesan seorang guru dalam
penyampaian materi, yang mana dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari - hari dan masa mendatang, pada
kenyataanya tidak semua guru dapat menerapkan pembelajaran kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik
khususnya dalam pembelajaran matematika di tingkat sekolah menengah pertama. Para siswa pun nampak
kesulitan dalam menerima pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 dengan menggunakan pendekatan
saintifik, mereka memang tidak dapat memahami secara teoritis makna pendekatan saintifik, namun yang dapat
mereka rasakan adalah kesulitan dalam memahami materi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
saintifik yang menuntut mereka untuk berpikir kritis dan menemukan permasalahan atas apa yang mereka
temukan.
Dalam penelitian kali ini, peneliti menemukan permasalahan dimana seorang guru sudah merancang,
menerapkan proses pembelajaran berbasis kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik pada mata pelajaran
Matematika, namun siswa sendiri belum mampu merespon sesuai hasil tujuan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan saintifik. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud ingin mencari tahu
untuk kemudian mendeskripsikan permasalahan dan hambatan yang dialami oleh siswa ketika menerima
pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik, serta usaha apa yang akan dilakukan oleh guru ketika
menyikapi permasalahan tersebut.

1. Problematika
Pengertian Problematika Menurut para ahli adalah berbagai persoaalan – persoalan sulit yang dihadapi dalam
proses pemberdayaan, baik yang datang dari intern maupun ekstern individual.

2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu
pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran
matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang
dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Siswa diberi pengalaman menggunakan
matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi misalnya melalui persamaan-
persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal
cerita atau soal - soal uraian matematika lainnya.
Menurut Raharjo (2014) berpendapat bahwa proses belajar dan pembelajaran yang terjadi pada diri
individu dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yakni : (1) Faktor Internal; Terkait proses belajar, pengaruh ini
muncul dari dalam diri dividu seperti kecerdasan yang dimiliki, bakat, keterampilan, minat, motivasi, kondisi
fisik dan mental. Sedangkan dalam proses pembelajaran, pengaruh ini muncul dari dalam diri fasilitator belajar
(Orang tua, teman sebaya, masyarakat, peristiwa, alam), (2) Faktor Eksternal; Terkait proses belajar, pengaruh
ini muncul dari luar individu, seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sedangkan dalam proses
pembelajaran pengaruh ini muncul dari luar diri fasilitator belajar.
Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik
terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Karakteristik proses
pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di
2
SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Proses pembelajaran di
SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan karakteristik kompetensi yang mulai memperkenalkan mata
pelajaran dengan mempertahankan tematik terpadu pada IPA dan IPS. Karakteristik proses pembelajaran di
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran,
meskipun pendekatan tematik masih dipertahankan. (Hosnan, 2016)
Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi
taksonomi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran sepenuhnya
diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu
tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan
kualitas pribadi yang sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

3. Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum merupakan terjemahan dari kata Curriculum dalam bahasa Inggris, yang
berarti rencana pelajaran (Echols, 1984). Curriculum berasal dari kata “Currere” yang berarti berlari cepat,
maju, dengan cepat, merambat, tergesa – gesa, menjelajahi, menjalani, dan berusaha untuk (Hasibuan, 1979).
Curriculum juga diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari, mulai dari start hingga finish.
Dalam kamus webster’s (1857), kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa untuk
mendapatkan ijazah atau naik kelas.
Fungsi kurikulum difokuskan pada tiga aspek berikut : (1) fungsi kurikulum bagi sekolah yang
bersangkutan, yaitu sebagai alat untuk mencapai seperangkat tujuan pendidikan yang diinginkan dan sebagai
pedoman dalam mengatur kegiatan sehari – hari, (2) fungsi kurikulum bagi tatanan tingkat sekolah, yaitu sebagai
pemeliharaan proses pendidikan dan penyiapan tenaga kerja, (3) Fungsi bagi konsumen, yaitu sebagai
keikutsertaan dalam memperlancar pelaksanaan program pendidikan dan kritik yang membangun dalam
penyempurnaan program yang serasi.
Indonesia termasuk Negara yang selalu melakukan evaluasi terhadap kurikulum pendidikan. Karena itu,
pergantian kurikulum terjadi dihampir setiap dekade. Perubahan kurikulum secara garis besar dapat digolongkan
dalam dua model, yaitu perubahan sebagian dalam kurikulum dan perubahan total. Dikatakan perubahan
sebagian, karena adanya suatu perubahan pada salah satu komponen yang berbeda dengan kurikulum
sebelumnya, misalnya : Perubahan tujuan yang tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu; perkembangan
masyarakat dan zaman, dan perubahan isi atau perubahan sistem penilaian.

4. Pendekatan Saintifik
Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (Untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip “ditemukan”.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwasanya informasi bisa berasal darimana saja,
kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.
Karakteristik Pendekatan Saintifi : Berpusat pada siswa, melibatkan keterampilan proses sains dalam
mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip, Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, dapat mengembangkan karakter
siswa.
Prinsip – Prinsip Pembelajaran Saintifik. Berikut beberapa prinsip – prinsip dalam pembelajaran
saintifik : (1) Pembelajaran berpusat pada siswa, (2) Pembelajaran membentuk student self concept, (3)
Pembelajaran terhindar dari verbalisme, (4) Pembelajaran memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip, (5) Pembelajaran mendorong terjadinya
peningkatan kemampuan berpikir siswa, (6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar dan motivasi mengajar
guru, (7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi
Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikontruksi siswa dalam struktur
kognitifnya (Hosnan, 2016). Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan
pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut : (1)
meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, (2) membentuk
kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, (3) terciptanya kondisi pembelajaran
dimana siswa merasa bahwa belajar adalah suatu kebutuhan, (4) diperolehnya hasil belajar tinggi, (5) melatih
siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah, (6) mengembangkan karakter
siswa.

3
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian kali ini, akan digunakan pendekatan penelitian dengan Metode Kualitatif Deskriptif,
metode penelitian kualitatif adalah metode pokok yang peneliti pergunakan, sedangkan metode penelitian
kuantitatif hanyalah sebatas metode skunder untuk menguatkan data pada penelitian kali ini, untuk memahami
metode kualitatif secara lebih mendalam, maka perlu dibandingkan metode kuantitatif. Namun, lebih dominan
kepada metode penelitian kualitatif, metode kuantitatif hanya sebagai pendukung data dalam penelitian ini.
Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang muncul karena terjadi perubahan paradigma
dalam memandang suatu realitas/fenomena/gejala. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan pada makna generalisasi (Sugiyono, 2016)
Secara umum dapat dipahami makna penelitian kuantitatif dari kata “kuantitatif” itu sendiri yang
bermakna jumlah atau penjumlahan, sehingga penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka-
angka yang dijumlahkan sebagai data yang kemudian dianalisis. Metode penelitian kuantitatif merupakan
metode penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena dengan menggunakan data-data numerik,
kemudian dianalisis yang umumnya menggunakan statistik (Suharsaputra, 2012)
a. Objek dan Subjek
Objek dalam penelitian ini adalah Siswa kelas VIII dan Guru MTs N 4 Cirebon, dengan Subjek penelitiannya
adalah Siswa kelas VIII C MTs Negeri 4 Cirebon dan 3 Guru Mata pelajaran matematika.
b. Alur Pengolahan Data
1) Teknik Analisis Data
Penggunaan instrumen dalam penelitian ini berupa : Observasi proses dan aktivitas siswa pada saat
pembelajaran, pemberian angket kepada siswa dan guru, wawancara dengan siswa dan guru, serta dokumentasi.
Menurut Sugiyono (2016), analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Data – data yang berhasil
dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif – kualitatif. Langkah – langkah yang dilakukan dalam
menganalisis data terdiri dari : (1) Data Reduction (Reduksi Data) Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya
cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang
tidak perlu. Sehingga, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan sampai memperoleh data
yang jenuh, (2) Data Display (Penyajian Data) Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori, diagram alur (Flow Chart), dan lain sejenisnya, (3) Conclusion
Drawing/Verification Langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah temuan berupa deskripsi atau gambaran tentang objek yang akan diteliti yang semula masih
remang – remang atau gelap sehingga menjadi jelas. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti – bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data
berikutnya.

a) Analisis Hasil observasi proses pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas


Tahapan ini dilakukan pertama kali dengan tujuan untuk memperoleh data berupa hasil pengamatan
selama proses belajar dan hasil pengamatan terkait aktivitas di kelas. Hasil pengamatan akan sesuai dengan
lembar observasi yang sudah dibuat oleh peneliti.
Indikator pada lembar observasi proses pembelajaran berupa Kegiatan pembuka, kegiatan inti meliputi
proses tahapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, dan kegiatan penutup. Indikator pada lembar
observasi aktivitas siswa berupa umpan balik dari proses pembelajaran yang diberikan oleh guru, seperti pada
kegiatan pembuka, pada saat kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Setiap indikator pada kedua lembar observasi
terdapat suatu pernyataan dan jika pernyataan tersebut terlaksana maka akan diberikan tanda (√) , dan
memberikan tanda (×) apabila tidak terlaksana pada kolom Terlaksana. Selanjutnya, untuk penilaian (√)
diberikan skor 1, dan untuk penilaian tanda (×) diberikan skor 0. Seluruh skor pada setiap pilihan pernyataan
akan ditotal dan dicari persentase rata – ratanya. Berikut Rumusan yang digunakan untuk analisis kedua hasil
observasi :
Total Skor
Rata−rata=
Banyak Pernyataan
Total Skor
Persentase Ketercapaian= ×100 %
Banyak Pernyataan

4
Persentase ketercapaian yang diperoleh menunjukan banyaknya indikator yang terlaksana dalam proses
observasi pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas dalam bentuk persentase. Jika hasil persentase menunjukan
mendekati 100% maka dapat dikatakan indikator yang terlaksana terbilang ideal atau jika hasil persentase kurang
dari 50% maka dapat dikatakan indikator yang terlaksana terbilang kurang.

b) Analisis hasil angket siswa dan guru


Dalam analisis hasil angket siswa dan guru, peneliti menggunakan skala likert sebagai alat ukur
jawaban dari suatu pernyataan pada indikator yang sudah ditentukan secara spesifik. Setiap jawaban mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif dengan tingkat skor tersendiri sesuai dengan contohnya
(Sugiyono, 2013) :
- Sangat setuju / selalu, sangat positif diberi skor 5
- Setuju / sering, positif diberi skor 4
- Ragu- ragu / kadang – kadang, netral diberi skor 3
- Tidak setuju / hampir tidak pernah, negatif diberi skor 2
- Sangat tidak setuju / tidak pernah, sangat negatif diberi skor 1.

Sebaliknya, jika suatu pernyataan bersifat negatif maka pemberian skor untuk jawaban sangat setuju /
selalu diberikan skor 1, setuju / sering diberi skor 2, dan seterusnya. Pada instrumen peneliti menggunakan
empat pilihan jawaban, sehingga skor yang diberikan pada setiap pernyataan positif yaitu : Sangat Setuju (SS) =
4, Setuju (S) = 3, Tidak setuju (TS) = 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1. Sebaliknya, untuk pernyataan
negatif diberikan skor seperti jawabban Sangat Setuju (SS) = 1 , Setuju (S) = 2, Tidak Setuju (TS) = 3, dan
Sangat Tidak Setuju (STS) = 4.
Selanjutnya, peneliti menjumlahkan seluruh skor yang sudah diakumulasi dengan banyaknya penjawab
pada suatu pernyataan. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dibagi dengan skor ideal (4 × banyak penjawab)
untuk memperoleh rata – rata. Hasil rata – rata yang diperoleh dikalikan dengan 100% untuk menentukan
persentase tingkat persetujuan. Berikut rumus cara mengkalkulasikannya :

Jumlah Skor
Rata−rata skor=
4 × Banyak Penjawab
Jumlah Skor
Persentase= ×100 %
4 × Banyak Penjawab
Perolehan persentase yang diperoleh dari hasil angket siswa dan guru menunjukan tingkat persetujuan
dari siswa dan guru terkait pernyataan yang ada pada angket. Jika persentase yang diperoleh lebih dari 50%
maka dapat dikatakan bahwa siswa dan guru setuju dengan pernyataan yang ada pada angket. Sebaliknya, jika
persentase yang diperoleh kurang dari 50% maka dapat dikatakan bahwa siswa dan guru tidak setuju dengan
pernyataan yang ada pada angket.
Hasil dari perolehan angket ini, hanya sebagai penunjang dari hasil observasi dan untuk melakukan
wawancara, untuk kemudian di sinkronkan dengan hasil dari wawancara.

c) Analisis hasil wawancara siswa dan guru


Setelah melakukan angket kepada siswa dan guru selanjutnya dilakukan wawancara kepada siswa untuk
menggali lebih dalam dan terfokus mengenai permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran saintifik
dan upaya yang dilakukan oleh guru dalam menangani permasalahan tersebut. Selanjutnya, hasil wawancara
diolah dan dijadikan sebagai tolak ukur dari hasil observasi dan angket.

d) Analisis hasil dokumentasi


Analisis hasil dokumentasi akan dimunculkan pada lampiran – lampiran yang tersedia.
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain, dilakukan
dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman
sejawat, analisis kasus negatif, dan memberchek (Sugiyono, 2013).

2) Validitas Instrumen
Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan tiga teknik triangulasi, meliputi : (1) Triangulasi sumber
data, yaitu dengan cara membandingkan kebenaran suatu fenomena berdasarkan data yang diperoleh dari sumber
yang berbeda, beberapa sumber dalam penelitian ini antara lain : dengan instrumen angket diberikan kepada
seluruh siswa kelas VIII C berbeda dengan pengambilan data melalui wawancara akan diambil data dari
pengakuan 7 siswa terpilih, begitu juga angket dan wawancara guru diberikan kepada perwakilan guru
matematika di sekolah tersebut yaitu guru matematika kelas VIII C, guru matematika kelas VIII G (Waka
Kurikulum), dan guru matematika kelas IX F, (2) Triangulasi teori, yaitu dengan cara penggunaan berbagai
5
perspektif untuk menafsirkan set data, (3) Triangulasi metode, yaitu dengan cara membandingkan hasil dari
metode wawancara dengan hasil dari metode observasi , serta didukung oleh pernyataan pada angket yang telah
diberikan
Output dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi dan masukan bagi para guru ketika terdapat
siswa yang masih merasa kesulitan pada saat proses pembelajaran, berikut alur kerangka berpikir :

Teori :
Fokus Masalah : Tujuan :
Implementasi Kurikulum 2013
Apa saja Permasalahan siswa Untuk mengetahui
diyakini sebagai langkah
pada saat pembelajaran permasalahan siswa, demi
strategis dalam menyiapkan
kurikulum 2013 dengan mewujudkan proses
dan menghadapi tantangan
pendekatan saintifik pembelajaran yang baik dan
globalisasi dan tuntutan
sesuai dengan tujuan
masyarakat Indonesia masa
pembelajaran
depan. (Machali, 2014).

Berdasarkan Gambar di atas, terdapat keselarasan antara permasalahan yang diteliti, dan teori yang
disampaikan oleh (Machali, 2014), bahwasanya Sistem pembelajaran kurikulum 2013 sangat diyakini sebagai
suatu langkah untuk kesuksesan di masa mendatang, namun dalam penelitian ini akan dikhususkan pada
penggunaan pendekatan saintifik. Sejalan dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Menteri Pendidikan pada
saat itu Muhammad Nuh :

“Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan
pendekatan ilmiah (Scientific Approach) dalam pembelajaran”.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil observasi pada saat pembelajaran, rekaman hasil wawancara dengan siswa dan guru,
pemberian angket kepada siswa dan guru, reduksi data, dan triangulasi data, kemudian akan dilakukan
pembahasan tentang faktor yang melatarbelakangi siswa sehingga belum mampu menerima tujuan pembelajaran
dengan pendekatan saintifk, dan usaha atau upaya yang akan dilakukan oleh guru ketika menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Proses pembelajaran yang ideal tentunya didambakan oleh setiap pendidik, dengan adanya kesiapan
dalam menjalankan suatu metode. Tujuan dari adanya kesiapan tersebut agar siswa yang ikut terlibat mampu
mengikuti proses dan mengalami proses belajar tanpa mengalami kesulitan. Seorang pendidik memiliki peranan
sebagai fasilitator yang bertugas untuk membantu siswa dalam menjalankan proses belajar, menanggulangi
permasalahan intern siswa secara profesional, membawa proses pembelajaran secara profesional,
mengembangkan siswa sehingga outputnya menghasilkan pribadi yang ideal (meliputi kemampuan
keterampilan, pengetahuan, dan sikap). Akan tetapi, peranan guru secara keseluruhan tidak dapat disalahkan
karena permasalahan dalam diri siswa juga begitu komplek ditangani. Hal tersebut menjadi tolak ukur peneliti
untuk membahas lebih lanjut sama seperti permasalahan pada siswa yang terlihat kesulitan belajar saat
mengikuti proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang dibawakan oleh guru.

1. Problematika Siswa
Setelah dilakukan analisis lebih lanjut dari hasil instrumen penelitian, peneliti menemukan penyebab dari
kesulitan yang dialami siswa. Berikut beberapa faktor yang melatarbelakangi siswa yang belum mampu
merespon tujuan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik.
a. Faktor internal
Dalam faktor internal yang dimaksud kali ini, meliputi minat siswa, dan kesulitan yang individual
masing-masing rasakan ketika proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

6
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis melalui observasi, angket, dan wawancara dengan siswa.
Faktor internal yang dihadapi oleh siswa ketika mengalami kesulitan pada saat proses pembelajaran saintifik
dimulai dari pada saat observasi di kelas, terdapat beberapa murid yang gaduh dan tidak berfokus pada saat
pembelajaran.
Hal yang kedua terkait indikator Tahapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik,
pada tahapan mengamati siswa tidak merasa terdapat kesulitan yang amat membingungkan, pada tahapan
menanya siswa masih belum mampu mengeksplor kemampuan bertanya mereka dikarenakan alasan malu untuk
bertanya, padahal bertanya adalah salah satu kunci kesuksesan dalam pembelajaran, pada tahapan mencari
informasi, siswa masih kebingungan untuk mencari penyelesaiaan soal/tugas yang diberikan, pasalnya guru tidak
menggunakan buku pegangan siswa pada saat pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, salah satu hal yang menyebabkan siswa belum mampu
merespon tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah karena mereka terlalu nyaman dengan metode
ceramah yang guru ajarkan, sehingga membuat mereka tidak kreatif dan inovatif untuk mencari dan mengamati
tugas yang diberikan untuk diselesaikan.
Jadi, faktor internal yang melatarbelakangi siswa merasa kesulitan untuk merespon tujuan pembelajaran
dengan pendekatan saintifik adalah Kurangnya kesiapan belajar pada setiap individu siswa, pada tahapan
menanya siswa masih malu – malu dan kebingungan untuk bertanya terkait materi yang belum dipahami, dan
pada tahapan mencari informasi siswa merasa kebingungan untuk menyelesaikan soal/tugas yang diberika,
karena guru tidak menggunakan buku pegangan siswa pada saat pembelajaran, siswa terlalu nyaman dengan
penggunaan metode ceramah yang dilakukan oleh guru.
b. Faktor Eksternal
Dalam kesempatan wawancara yang dilakukan kepada guru, dan angket yang telah diberikan, guru terlalu
nyaman dengan cara mengajar dengan metode ceramah, padahal tingkat minat siswa terhadap penggunaan
metode dan media pembelajaran semuanya sangat tinggi dan antusias. Begitupun, pada hasil wawancara dengan
siswa beberapa harapan dari mereka menginginkan pembelajaran yang tidak seperti biasanya (belajar di alam
terbuka), dan jika belajar di dalam kelas, harusnya dengan sarana dan prasarana yang mendukung. Kebanyakan
dari mereka merasa tidak nyaman dengan suasana kelas yang tidak mendukung, seperti : Kegerahan di dalam
kelas, penggunaan media pembelajaran yang terbatas, dan sirkulasi udara yang membuat tidak nyaman.
Jadi, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan faktor eksternal yang melatarbelakangi siswa belum
mampu merespon tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah terkait Cara guru mengajar yang
dirasa terburu – buru ketika penyampaian materi, kurangnya penggunaan media pembelajaran yang dilakukan
oleh guru, dan keterbatasan sarana dan prasarana sekolah.

2. Usaha Guru dalam menyikapi permasalahan yang dialami siswa


Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan ketiga guru, dengan pengumpulan data berupa observasi
pada proses pembelajaran, angket, dan wawancara yang telah dianalisis. Terlebih dahulu, peneliti menuliskan
faktor – faktor pendukung dan penghambat terjadinya permasalahan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan saintifik, menurut ketiga guru matematika di sekolah tersebut.
Faktor penghambat terjadinya proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik, diantaranya : (1)
kemampuan siswa yang tidak sama (heterogen) guru tidak mau memaksakan siswa untuk melaksanakan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik, (2) penggunaan teknik, media, dan metode yang kurang mendukung,
(3) sarana dan prasarana sekolah yang kurang mendukung. Faktor pendukung terjadinya proses pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan saintifik, diantaranya : (1) kesiapan pribadi guru (meliputi :
teknik, media, dan metode yang akan digunakan), (2) sarana dan prasarana sekolah, dan (3) kesiapan siswa untuk
mengikuti pembelajaran saintifik.
Berdasarkan pengetahuan kita mengenai permasalahan yang dihadapi oleh guru, siswa tentunya tidak mau
tahu, dan tidak diperbolehkan mengetahui, karena hal itu merupakan hal profesionalitas seorang guru.
Begitupun, dengan permasalahan yang dihadapi oleh siswa, guru pun wajib mengetahui meskipun tidak secara
keseluruhan siswa (keterbatasan pribadi guru), dalam hal ini terkait permasalahan siswa yang belum mampu
merespon tujuan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan saintifik.
Berikut beberapa upaya/usaha yang dilakukan oleh guru untuk menangani dan membantu menyelesaikan
permasalahan tersebut, diantaranya : (1) akan mengubah teknik pembelajaran, (2) melakukan kedekatan dengan
individu, menanyakan terkait permasalahan yang dihadapi, (3) akan menggunakan teknik pembelajaran melalui
tutor/teman sebaya, (4) mengubah sistem pembelajaran menjadi menyenangkan, dan (5) pemberian motivasi dan
pengarahan terbimbing.

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa faktor yang melatarbekangi siswa kelas VIII C
MTs N 4 Cirebon terkait permasalahan belum mampu merespon tujuan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah : meliputi faktor internal, diantaranya; (1) kurangnya kesiapan belajar pada setiap individu siswa,
7
(2) pada tahapan menanya siswa masih malu – malu dan kebingungan untuk bertanya terkait materi yang belum
dipahami, dan (3) pada tahapan mencari informasi siswa merasa kebingungan untuk menyelesaikan soal/tugas
yang diberikan. Permasalahan faktor eksternal yang dihadapi oleh siswa, di antaranya; (1) cara guru mengajar
yang dirasa terburu – buru ketika penyampaian materi, (2) kurangnya penggunaan media pembelajaran yang
dilakukan oleh guru, dan (3) keterbatasan sarana dan prasarana sekolah yang kurang mendukung.
Ketika terjadi permasalahan pembelajaran, tentunya guru adalah sebagai salah satu orang yang
bertanggungjawab untuk menanganinya. Berikut beberapa upaya/usaha yang dilakukan oleh guru untuk
menangani dan membantu menyelesaikan permasalahan tersebut, di antaranya : (1) akan mengubah teknik
pembelajaran, (2) melakukan kedekatan dengan individu, menanyakan terkait permasalahan yang dihadapi, (3)
akan menggunakan teknik pembelajaran melalui tutor/teman sebaya, (4) mengubah sistem pembelajaran menjadi
menyenangkan, dan (5) pemberian motivasi dan pengarahan terbimbing.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan peneliti memberikan saran untuk guru, siswa, dan pemerintah lebih lanjut agar
permasalahan yang muncul, dan upaya yang akan dilakukan oleh guru dalam pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 dapat teratasi.
Berikut beberapa saran yang membangun untuk bersama – sama menjadi pribadi yang lebih baik,
khususnya terkait pendidikan, antara lain :
(1) Saran bagi guru pada pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013, perlu
dipersiapkan segala penunjang proses pembelajaran, meskipun dengan segala keterbatasan baik dari internal
maupun ekternal seorang guru. Hal itu, sangat penting dilakukan untuk menunjang proses pembelajaran dengan
pendekatan saintifik. Guru sebaiknya lebih memposisikan dirinya pada saat tahapan mengamati, dan mencari
informasi ketika siswa sedang diarahkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang telah diberikan, lebih
memotivasi siswa lagi, sehingga kedepannya siswa menjadi pribadi yang mempunyai bekal pengetahuan,
kompetensi, dan sikap yang harus dimiliki oleh setiap individu siswa.
(2) Saran bagi siswa, semoga dapat membangun kesadaran terkait pentingnya belajar dan megikuti proses
pembelajaran di kelas dengan sebaik mungkin, sehingga membantu tugas guru untuk dapat menyampaiakan
materi yang akan disampaikan, lebih percaya diri pada saat tahapan mengamati dan menanya karena, kesalahan
dan penglaman adalah guru terbaik bagi pembelajaran selanjutnya. Diharapkan, siswa juga mampu bekerjasama
dengan guru pada saat guru menyampaikan materi, bersikaplah inovatif dan mandiri untuk lebih giat mencari
informasi dan menyelesaikan permasalahan yang telah dituugaskan oleh guru.
(3) Saran bagi pemerintah
Diharapkan lebih dipersiapkan lagi terkait perubahan kurikulum yang terus – menerus diperbaharui, selain
melihat kewajiban administrasi pendidikan, harap dipertimbangkan lagi perihal kesiapan guru, siswa, dan
sekolah pada saat mengadopsi dan memerintahkan untuk mengaplikasikan kurikulum yang baru. Pemerataan
pelatihan pun, harus terus – menerus dilakukan, baik bagi calon pendidik maupun bagi pendidik, meskipun
berada di sekolah terpelosok sekalipun.

DAFTAR PUSTAKA

Hosnan, M. (2016). Pembelajaran Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Machali, I. (2014). Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 Dalam Menyongsong Indonesia


Emas Tahun 2045. 3(1), 71.

Raharjo, D. &. (2014). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung:


PT. Reflika Aditama.

8
9

You might also like