Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
EFA RAHMAWATI
NIP.198406012022212033
PENDAHULUAN
Maka dalam hal ini guru harus mencari alternatif dan variasi
pembelajaran supaya dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa
khususnya dalam mata pelajaran Matematika.
1. Identifikasi Masalah
Dari hasil refleksi terdapat beberapa masalah yang menyebabkan
ketidak berhasilan Peserta didik Kelas 1 SDN Bumireja 02 Kecamatan
Kedungreja Kabupaten Cilacap dalam mata pelajaran Matematika pada materi
penjumlahan 1-10
1. Siswa tidak fokus pada pelajaran
2. Media / alat peraga yang kurang menarik
3. Kurangnya perhatian peserta didik terhadap materi pelajaran saat
pembelajaran
4. Kurangnya semangat belajar Peserta didik
Berdasar hasil pengamatan di kelas, bahwa dari keempat permasalah
yang timbul dalam pembelajaran di atas, masalah nomor empat lah yang
menjadi sebab utamanya yaitu “kurangnya semangat belajar peserta didik”.
Alasan kenapa masalah itu menjadi masalah utamanya adalah karena tanpa
ada semangat dari siswa dan kemauan yang timbul dari siswa untuk belajar
mustahil pembelajaran akan berhasil.
Atas permasalahan tersebut mendorong guru untuk melakukan PTK
(Penelitian Tindakan Kelas). Hasil identifikasi masalah menunjukkan sebagai
berikut:
1. Apakah siswa tidak mendapat motivasi dari guru untuk belajar?
2. Apakah siswa merasa diperhatikan oleh guru?
3. Apakah guru melibatkan aktif siswa dalam Pembelajaran?
4. Apakah guru menggunakan alat peraga dalam pembelajaran?
5. Apakah Media Pembelajaran yang di gunakan guru sudah tepat?
2. Analisis Masalah
Agar PTK yang saya lakukan berhasil dan dapat menjawab permasalah
yang terjadi di kelas sehingga hasil belajar siswa bisa maksimal maka saya di
bantu oleh teman sejawat bernama sunarni. Dia sebagai sumber masukan dan
teman berdiskusi untuk menentukan langkah-langkah konkrit guna
menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran.
Analisis saya lakukan melalui pengamatan di kelas dan assessment
untuk mengetahui apa yang sebenarnya dirasakan oleh siswa saya.
Dari analisis yang saya lakukan munculah beberapa faktor penyebab
munculnya masalah, antara lain:
1. Apakah guru kurang jelas dalam memberi contoh?
2. Apakah penjelasan guru terlalu cepat?
3. Apakah guru sudah menggunakan model mengajar yang tepat?
4. Apakah guru sudah memeriksa pemahaman siswa?
5. Apakah guru sudah memberi umpan balik atas pekerjaan siswa?
Berdasarkan identifikasi dan analisa masalah tersebut maka penulis
akan melakukan perbaikan pembelajaran melalui PTK.
4. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya
guru dalam meningkatkan minat belajar siswa, dalam pembelajaran
Matematika tentang Penjumlahan 1-10, melalui penggunaan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di kelas I SD Negeri Bumireja
02
Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendiskripsikan penggunaan model Problem Based Learning (PBL)
dalam pembelajaran Matematika di kelas I SDN Bumireja 02 pokok
bahasan Penjumlahan 1-10.
2. Menganalisis dampak penggunaan penerapan model PBL terhadap minat
belajar siswa.
3. Ingin mengumpulkan persepsi dan kesan siswa tentang pelaksanaan
pembelajaran Matematika dengan kompetisi penggunaan penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di kelas I SD Negeri
Bumireja 02
5. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian perbaikan
pembelajaran dapat diuraikan beberapa manfaat, antara lain:
1. Bagi Siswa
a. Minat belajar siswa meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan
penggunaan model pembelajaran PBL
b. Dapat memotivasi belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi Guru / Peneliti
a. Dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran Matematika
terutama pada peningkatan minat belajar siswa melalui penggunaan
metode PBL
b. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk menggunakan model
pembelajaran PBL, dalam mata pelajaran Matematika dan mata
pelajaran yang lain.
A. Minat Belajar
Crow & Crow (1984) menjelaskan bahwa minat dapat menunjukkan
kemampuan untuk memperhatikan seseorang, Sesuatu barang atau kegiatan
atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah
distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Minat dapat menjadi sebab sesuatu
kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan tersebut. Lebih lanjut,
Crow and Crow menyebutkan bahwa minat mempunyai hubungan yang erat
dengan dorongan-dorongan, motif-motif dan respon-respon emosional.
Hurlock (1993) menjabarkan bahwa minat merupakan sumber
motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin
dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu
akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan
mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan
menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat
sementara atau dapat berubah-ubah.
Minat, menurut Chauhan (1978) pada orang dewasa menentukan
aturan penting dalam perkembangan pribadi dan prilaku mereka. Minat
adalah hal penting untuk mengerti individu dan menuntun aktivitas dimasa
yang akan datang.
Tampubolon (1993) mengemukakan bahwa minat adalah perpaduan
antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi.
Hal senada juga dikemukakan oleh Sandjaja (2005) bahwa suatu
aktivitas akan dilakukan atau tidak sangat tergantung sekali oleh minat
seseorang terhadap aktivitas tersebut, disini nampak bahwa minat merupakan
motivator yang kuat untuk melakukan suatu aktivitas. Meichati (Sandjaja,
2005) mengartikan minat adalah perhatian yang kuat, intensif dan menguasai
individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas.
Aiken (Ginting, 2005) mengungkapkan definisi minat sebagai
kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat
berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan
dalam hidupnya, hal tersebut diungkapkan oleh Anastasia dan Urbina
(Ginting, 2005). Selanjutnya Ginting (2005) menjelaskan, minat berfungsi
sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan
tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi minat mempunyai karakteristik pokok
yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga
dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang.
Ditegaskan oleh Elliott dkk (2000) bahwa minat adalah sebuah
karakteristik tetap yang diekspresikan oleh hubungan antara seseorang dan
aktivitas atau objek khusus
Sutjipto (2001) menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang
terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan
dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang
sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk
menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong
yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Nunnally (Sutjipto, 2001) menjabarkan minat sebagai suatu ungkapan
kecenderungan tentang kegiatan yang sering dilakukan setiap hari, sehingga
kegiatan itu disukainya; sedangkan Guilford (Sutjipto, 2001) menyatakan
minat sebagai tendensi seseorang untuk berperilaku berdasarkan
ketertarikannya pada jenis-jenis kegiatan tertentu. Sementara itu Sax
(Sutjipto, 2001) mendefinisikan bahwa minat sebagai kecenderungan
seseorang terhadap kegiatan tertentu di atas kegiatan yang
lainnya. Sedangkan Crites (Sutjipto, 2001) mengemukakan bahwa minat
seseorang terhadap sesuatu akan lebih terlihat apabila yang bersangkutan
mempunyai rasa senang terhadap objek tersebut.
Hurlock (1993) mengemukakan bahwa minat merupakan hasil dari
pengalaman belajar, bukan hasil bawaan sejak lahir. Hurlock (1993) juga
menekankan pentingnya minat, bahwa minat menjadi sumber motivasi kuat
bagi seseorang untuk belajar, minat juga mempengaruhi bentuk dan intensitas
aspirasi seseorang dan minat juga menambah kegembiraan pada setiap
kegiatan yang ditekuni seseorang.
Hurlock (1978) juga menjelaskan bahwa secara keseluruhan, pada
masa anak-anak, minat memberikan sebuah kekuatan untuk belajar. Anak-
anak yang berminat dalam sebuah aktivitas, berada dimanapun, akan
memberikan usaha empat kali lipat untuk belajar dibandingkan anak-anak
yang minatnya sedikit atau mudah merasa bosan. Jika pengalaman belajar
menimbulkan kesan pada anak-anak, maka akan menjadi minat. Hal tersebut
adalah sesuatu yang dapat diasah dengan proses pembelajaran. Di masa yang
akan datang, minat sangat berpengaruh pada bentuk dan intensitas dari cita-
cita pada anak.
Hidi & Derson (Ormrod, 2003) berpendapat minat adalah bentuk dari
motivasi intrinsik. Pengaruh positif minat akan membuat seseorang mereka
tertarik untuk bereksperimen seperti merasakan kesenangan, kegembiraan,
dan kesukaan. Garner (Ormrod, 2003) menjelaskan bahwa seseorang yang
memiliki minat terhadap apa yang dipelajari lebih dapat mengingatnya dalam
jangka panjang dan menggunakannya kembali sebagai sebuah dasar untuk
pembelajaran dimasa yang akan datang.
Pintrich dan Schunk (1996) juga menyebutkan bahwa minat
merupakan sebuah aspek penting dari motivasi yang mempengaruhi perhatian,
belajar, berpikir dan prestasi.
Krapp, Hidi, dan Renninger (Pintrich dan Schunk, 1996) membagi
definisi minat secara umum menjadi tiga, yaitu: minat pribadi, minat situasi
dan minat dalam ciri psikologi. (1) Minat pribadi, diartikan sebagai
karakteristik kepribadian seseorang yang relatif stabil, yang cendrung
menetap pada diri seseorang. Minat pribadi biasanya dapat langsung
membawa seseorang pada beberapa aktifitas atau topik yang spesifik. Minat
pribadi dapat dilihat ketika seseorang menjadikan sebuah aktivitas atau topik
sebagai pilihan untuk hal yang pasti, secara umum menyukai topik atau
aktivitas tersebut, menimbulkan kesenangan pribadi serta topik atau aktivitas
yang dijalani memiliki arti penting bagi seseorang tersebut. (2) Minat situasi
merupakan minat yang sebagian besar dibangkitkan oleh konsisi lingkungan.
(3) Minat dalam ciri psikologi merupakan interaksi dari minat pribadi
seseorang dengan ciri-ciri minat lingkungan. Renninger menjelaskan bahwa
minat pada definisi ini tidak hanya pada karena seseorang lebih menyukai
sebuah aktivitas atau topik, tetapi karena aktivitas atau topik tersebut
memiliki nilai yang tinggi dan mengetahui lebih banyak mengenai topik atau
aktivitas tersebut.
Dari beberapa definisi minat di atas dapat ditarik kesimpulan
mengenai minat, bahwa minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai
kekuatan pembelajaran yang menjadi daya penggerak seseorang dalam
melakukan aktivitas dengan penuh ketekunan dan cendrung menetap, dimana
aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman belajar yang dilakukan
dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang, suka dan
gembira.
Sementara itu pengertian belajar belajar Menurut james O. Whittaker
(Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) adalah
Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka
Cipta; 1999) Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar;
Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan
atau diubah melalui praktek atau latihan.
Drs. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka
Cipta; 1999) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan
lingkungannya.
(Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotor.
R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta;
1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku
Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan
pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui
hafaln.
Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning
mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity,
wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to
process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan
manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena
proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi
oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi.
Berdasar atas beberapa referensi di atas, secara umum dapat
disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu kesadaran yang muncul dari
hati pribadi masing-masing individu untuk melakukan kegiatan mencari
sesuatu yang baru sebagai bentuk pengisian jiwa tanpa ada paksaan dari phak
manapun.
B. Media Specimen
1. Pengertian
Specimen adalah belajar dengan menggunakan atau mengamati
benda yang sebenarnya. Terminologi benda sebenarnya digolongkan atas
dua, yaitu obyek dan benda contoh (specimen). Obyek adalah semua benda
yang masih dalam keadaan asli dan alami. Sedangkan specimen adalah
benda-benda asli atau sebagian benda asli yang digunakan sebagai contoh.
Namun ada juga benda asli tidak alami atau benda asli buatan, yaitu jenis
benda asli yang telah dimodifikasi bentuknya oleh manusia. Contoh-
contoh specimen benda yang masih hidup adalah: akuarium, terrarium,
kebun binatang, kebun percobaan, dan insektarium. Contoh-contoh
specimen benda yang sudah mati adalah: herbarium, teksidermi, awetan
dalambotol, awetan dalam cairan plastik. Contoh-contoh specimen benda
yang tak hidup adalah: berbagai benda yang berasal dari batuan dan
mineral. Sekarang belajar melalui benda sebenarnya jarang dilakukan. Ada
beberapa alasan orang tidak mempelajari benda sebenarnya, yaitu:
bendanya sudah tidak ada lagi, kalaupun ada sangat sulit untuk dijangkau,
terlelalu besar atau terlalu kecil, sangat berbahaya untuk dipelajari
langsung, tidak boleh dilihat, terlalu cepat atau terlalu lambat gerakannya.
2. Kebaikan
a. Ingatan siswa akan kekal karena belajar dengan benda sesungguhnya
b. Pemahaman akan lebih mudah
c. Siswa bisa mengetahui benda sesungguhnya, bukan hanya melalui
gambar
3. Kekurangan
1. Benda yang akan digunakan sebagai media terbatas
2. Benda terlalu besar atau terlalu kecil (bahaya untuk dipelajari
langsung, tidak boleh dilihat, terlalu cepat atau terlalu lambat
gerakannya.
a. Kelebihan
1. Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat
guru maupun tes baku.
2. Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol
untuk keberhasilan akademisnya.
3. Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan
pada hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang
berbeda etnis.
Keuntungan jangka panjang yang dapat dipetik dari pembelajaran
kooperatif menurut Nurhadi (2004:115-116) adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.
4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.
6. Membangun persahabatan yang dapat berkelanjutan hingga masa
dewasa.
7. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dapat dipraktekkan.
8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif.
10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
dirasakan lebih baik.
11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,
agama, dan orientasi tugas.
Sedangkan keuntungan model pembelajaran kooperatif metode STAD
untuk jangka pendek menurut Soewarso (1998:22) sebagai berikut :
1. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi
materi pelajaran yang sedang dibahas.
2. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan
siswa mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu
oleh anggota kelompoknya.
3. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,
belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal
yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
4. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa
yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan
dengan teman sebaya.
5. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan
dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
6. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuan.
7. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
Kelemahan
1. Kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa
tidak belajar jika mereka diterapkan dalam grup.
2. Banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja
sama atau belajar dalam kelompok.
3. Banyak siswa tidak senang disuruh untuk kerja sama dengan yang
lain.
4. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain
dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa
minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih
pandai.
5.Siswa yang tekun juga merasa timnya yang kurang mampu hanya
menumpang saja pada hasil jerih payah mereka.
Problem Based Learning (PBL) didasarkan pada teori psikologi
kognitif terutama berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky
(konstruktivisme). Bahwa peserta didik belajar mengkonstruksi
pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Problem
Based Learning (PBL) dapat membuat siswa belajar melalui upaya
penyelesaian masalah dunia nyata (real world problem) secara
terstruktur untuk mengkonstruksi penegatahuan peserta didik.
Pembelajaran ini menuntut peserta didik untuk aktif melakukan
penyelidikan dalam menyelesaikan permasalahan dan pendidik
berperan sebagai fasilitator atau pembimbing (Sani, 2014: 127).
H.S. Barrows (1982), sebagai pakar PBL menyatakan “A learning
method based on the principle of using problems as a starting point for
the acquisition and integration of new knowledge.” (sebuah metode
pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah dapat
digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau
mengintegrasikan ilmu baru). Sehingga penerapan strategi PBL harus
dimulai dari membangun kesadaran kritis peserta didik akan adanya
masalah yang harus dipecahkan. Pada tahap ini, guru dapat
menunjukkan adanya gap atau kesenjangan antara realitas dengan
idealitas atau yang dikehendaki. Secara konsep penerapan PBL terlihat
sederhana, namun kenyataannya banyak guru gagal dalam menerapkan
model ini, yang salah satu penyebabnya adalah pemahaman dan
wawasan guru akan model ini masih relatif kurang. Untuk itu agar
meminimalisasi kegagalan dalam penggunaan model ini, maka guru
harus mengenal kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran
PBL itu sendiri.
E. Implementasi
Implementasi Problem Based Learning
Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan
suatu pendekatan pembelajaran, yang mana siswa mengerjakan permasalahan
yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek Penelitian
1. Lokasi
Nama Sekolah : SD Negeri Bumireja 02
Kelas : I (Satu)
Mata Pelajaran : Matematika
Semester : I (Satu)
Lama / Waktu : 4 bulan (Juli 2022 s.d Oktober 2022)
Jumlah Siswa : 10 (Pa), 5 (Pi)
2. Waktu
Pembelajaran Awal : 12 Juli 2022 Jam 07.00 s.d 08.10
Siklus I : 01 Agustus 2022 Jam 07.00 s.d 08.10
Siklus II : 18 Oktober 2022 Jam 09.35 s.d 10.45
3. Jadwal
Pelaksanaan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan/Penyusunan
1
Rencana
2 Studi Pustaka/Referensi
3 Penyiapan isntrumen
b. Pelaksanaan
Dalam hal ini dilaksanakan tindakan, yaitu penerapan
penggunaan media benda konkrit berupa,kerikil,balon warna dalam
pembelajaran ini siswa sulit memahami pelajaran, minat belajar siswa
rendah
Hal ini diawali dengan pengamatan, penyusunan Rencana
Pembelajaran, identifikasi masalah, analisis masalah dan rumusan
masalah.
Berikut, secara rinci prosedur pembelajaran atau langkah-
langkah pembelajaran awal :
1. Kegiatan Awal
a. Guru Mengucapkan Salam dan menanyakan Kabar Siswa
b. Guru Mengabsen kehadiran siswa
c. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
d. Apersepsi
e. Motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Kegiatan Informasi Materi
1. Guru Menjelaskan tentang Penjumlahan 1-10
2. Guru menyajikan video pembelajaran materi penjumlahan
1-10
3. Peserta didik mengamati video penjumlahan 1-10
4. Peserta didik memberi respon tentang video tersebut
b. Kegiatan Kelompok
1. Peserta didik Membentuk 5 Kelompok dengan arahan guru
2. Peserta didik berdiskusi menyelesaikan masalah yang ada di
LKPD
3. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
4. Peserta lain menanggapi kelompok yang telah presentasi
5. Guru memantau keterlibatan peserta didik selama proses
penyelesaian masalah
c. Kegiatan Klasikal
1. Siswa membuat kesimpulan atas materi pelajaran yang
sudah di bahas bersama dengan bimbingan guru
2. Pemantapan Materi dengan memberi kesempatan siswa
untuk bertanya jika ada hal yang masih sulit dipahami /
dimengerti
3. Kegiatan Akhir
1. Evaluasi (Tes Formatif)
2. Perbaikan dan Pengayaan
d. Refleksi
Setelah mengkaji hasil belajar IPA siswa dan hasil pengamatan
aktivitas guru, serta menyesuaikan dengan ketercapaian indikator
kinerja maka peneliti mengubah strategi pada siklus I agar
pelaksanaannya lebih efektif.
2. Siklus I
Siklus ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran
IPA agar tidak menjemukan, lebih menarik dan meningkatkan minat
belajar siswa
a. Rencana
Rencana awal berupa evaluasi hasil observasi pada
pembelajaran awal, hal ini untuk mengidentifikasi permasalahan yang
dijumpai dalam pembelajaran IPA tentang Struktur Bagian tumbuhan
dan fungsinya di kelas IV SD Negeri 2 Padurenan. Dalam penjajagan
awal ini dijumpai adanya permasalahan bahwa rendahnya minat
belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang struktur bagian
tumbuhan dan fungsinya. Nampaknya pembelajaran ini terlalu
menjemukan dan kurang menarik sehingga mengakibatkan rendahnya
minat belajar siswa. Kegiatan observasi ini dilanjutkan dengan
kegiatan diskusi dan refleksi antara peneliti (sebagai guru kelas) serta
teman sejawat (Pengamat). Selama tahap observasi awal dan refleksi
ditentukan bahwa berbagai permasalahan dalam upaya meningkatkan
minat belajar siswa Kelas IV SD Negeri 2 Padurenan perlu diatasi
dengan menggunakan media specimen
Perencanaan pada siklus I merupakan refleksi dari hasil
pembelajaran awal. Adapun tahap yang dilakukan dalam perencanaan
ini yaitu sebagai berikut :
a. Membuat desain pembelajaran IPA tentang struktur bagian
tumbuhan dan fungsinya melalui media specimen
b. Simulasi pembelajaran berdasarkan pada desain pembelajaran.
c. Revisi desain pembelajaran berdasarkan masukan dari hasil
simulasi.
d. Menyusun instrumen.
b. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan implementasi dari perencanaan yang
telah disimulasikan dan revisi, yaitu penggunaan strategi ini
menitikberatkan pada peningkatan minat belajar siswa
Dalam hal ini dilaksanakan tindakan, yaitu penerapan
penggunaan media specimen untuk meningkatkan minat belajar siswa.
dalam pembelajaran ini siswa mampu melihat ojek benda secara
langsung.
d. Refleksi
Setelah melaksanakan penelitian tindakan kelasdari aksi dan langkah-langkah
yang di lakukan dirasa hasilnya efektif dan dapat dilihat dari
1. Penggunaan media konkrit dari balon warna sangat
membantu pemahaman peserta didik akan konsep
penjumlahan 1-10 dibuktikan dengan hasil evaluasi pembelajaran
peserta didik di atas KKM.
2. Pemilihan metode yang variatif sangat efektif untuk
meningkatkan keaktifan peserta didik dilihat dari kegiatan peserta
didik saat pembelajaran.
3. Pemilihan model pembelajaran PBL menumbuhkan
berfikir kritis peserta didik dilihat dari tanggapan dan jawaban yang
dilontarkan guru saat pembelajaran.
Desain kegiatan yang berpusat pada Peserta didik sangat meningkatkan
keaktifan peserta didik saat proses pembelajaran sehingga peserta didik
termotivasi untuk belajar. Respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran
ini adalah sangat senang, bisa dilihat saat kegiatan refleksi akhir pembelajaran
peserta didik memberikan refleksi bahwa pembelajaran sangat menyenangkan dan
media pembelajarannya menarik juga mudah dipahami. Faktor keberhaislan
pembelajaran ini sangat ditentukan akan penguasaan guru terhadap media
pembelajaran, metode, model dan langkah-langkah pada rencara pelaksanaan
pembelajaran yang akan di buat. Pembelajaran yang bisa diambil dari proses
kegiatan yang sudah guru lakukan adalah seyogyanya guru lebih kreatif dan
inovatif dalam memilih metode, model dan media pembelajaran untuk membuat
proses belajar mengajar sesuai dengan yang diharapkan.
Siklus 1
Langkah-langkah yang harus di lakukan oleh guru untuk memperbaiki
kondisi pembelajaran Matematika agar membuat strategi pada siklus I lebih
efektif.
1. Pemilihan Media Pembelajaran
a. Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan media
pembelajaran adalah dengan memilih media pembelajaran yang di
rasa tepat dan sesuai dengan materi pelajaran juga sesuai
karakteristik peserta didik,selain itu guru juga bisa memilih
media pembelajaran yang di kuasainya disini guru memilih media
kongkrit balon warna.
b. Proses penggunaan media kongkrit ini melibatkan peserta didik
yang memilih warna balon yang tersedia,kemudian guru membimbing
peserta didik untuk menghitung jumlah balon yang sudah di susun oleh
guru.
c. Sumber daya yang diperlukan untuk membuat media pembelajaran
ini antar lain pengetahuan guru dalam memahami konsep penjumlahan
1-10 menggunakan media konkrit berupa balon warna.
2. Pemilihan Metode Pembelajaran yang fariativ
a. Strategi yang di lakukan guru dalam pemilihan
metode pembelajaran adalah dengan memahami karakteristik
peserta didik dan karakteristik materi. Disini guru memilih
metode pembelajaran yang akan digunakan adalah
tanya jawab, demonstrasi, pengamatan,diskusi,mengerjakan
LKPD, presentasi.
c. Proses pemilihan metode ini pertama guru mempelajari
d. apa saja metode-metode dalam pembelajaran, lalu memahami
karakteristik peserta didik dengan melihat kemampuan dasar dan
kebiasaan peserta didik. Lalu melihat karakeristik materi dengan
mempelajari materi pembelajaran yang terdapat di buku guru dan
peserta didik buku Kurikulum Merdeka.
e. Sumber daya yang di perlukan dalam pemilihan metode ini
antara lain pemahaman/kompetensi guru akan metode-metode
pembelajaran dan juga pemahaman guru akan materi pembelajaran.
3. Pemilihan Model Pembelajaran
a. Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan metode
pembelajaran adalah dengan memahami karakteristik peserta
didik dan karakteristik materi.
Disini guru memilih model pembelajaran PBL.
c. Proses pemilihan metode ini pertama guru mempelajari apa
saja metode-metode dalam pembelajaran, lalu memahami
karakteristik peserta didik dengan melihat kemampuan dasar dan
kebiasaan peserta didik. Lalu melihat karakteristik materi dengan
mempelajari materi pembelajaran yang terdapat di buku guru dan
peserta didik buku Kurikulum Merdeka.
d. Sumber daya yang di lakukan dalam pemilihan metode ini antara
lain pemahaman/kompetensi guru akan model pembelajaran PBL
dan juga pemahaman guru akan materi pembelajaran.
4. Meningkatkan Motivasi Peserta didik
a. Strategi yang di lakukan guru dalam meningkatkan motivasi
peserta didik adalah dengan merancang pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik. Disini guru mengembangkan Modul Ajar
dengan kegiatan yang berpusat pada peserta didik.
c. Proses pengembangan Modul Ajar yang berpusat pada peserta
didik guru menentukan kegiatan apa saja yang akan di lakukan
dalam pembelajaran yang kegiatan itu berpusat pada peserta didik
dan membuat peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran
d. Sumber daya yang diperlukan dalam pemilihan metode ini antara
lain pemahaman/kompetensi guru akan membuat Modul Ajar dan
juga kreatifitas merancang kegiatan-kegiatan yang membuat peserta
didik lebih aktif dalam pembelajaran.
Siklus II
Siklus 2 ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa
dengan menggunakan media specimen melalui model pembelajaran
Problem Based Learning
a. Rencana
Berangkat dari temuan faktual siklus I yang dibahas dalam
analisis dan refleksi, maka perencanaan pada siklus II ini pada
dasarnya hanya menyempurnakan siklus I. Perbedaan yang dapat
dikemukakan adalah bahwa siklus II, observer dapat memperoleh
laporan hasil pengamatan secara utuh.
Dalam tahap persiapan ini antara peneliti (guru kelas) dan
Teman sejawat (Pengamat) membahas rancangan disain Pembelajaran
Matematika tentang penjumlahan 1-10 dengan menggunakan media
konkrit balon warna melalui model pembelajaran PBL Peneliti
mempersiapkan alat/media pembelajaran, serta prosedur pelaksanaan
pembelajaran maupun teknik interaksi belajar mengajar serta pelibatan
siswa secara aktif dalam pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Dalam tahap ini guru melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan media konkrit melalui model pembelajaran PBL sesuai
dengan disain/rancangan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
Tahap pelaksanaan ini mengikuti alur sebagai berikut: pretes,
pelaksanaan, postes. Dalam tahap pelaksanaan ini, teman sejawat
bertindak sebagai observer.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi ini dilakukan dengan menganalisis hasil
peningkatan prestasi belajar siswa, yakni membandingkan hasil pretes
dengan postes. Dalam kegiatan refleksi ini juga diidentifikasi
kesukaran-kesukaran guru/siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan media konkrit melalui model pembelajaran PBL.
Dari hasil refleksi dapat diketahui bagaimana peningkatan minat
belajar siswa serta motivasi dan perubahan tingkah laku siswa dalam
proses pembelajaran.
Siklus II ini ternyata sudah mampu menjawab tujuan penelitian
tindakan kelas, karena penggunaan media konkrit melalui model
pembelajaran PBL sudah bisa menunjukkan hasil yang diinginkan.
Minat belajar siswa meningkat dengan signifikan, peserta didik sudah
menunjukkan keberanian untuk bertanya tentang hal yang dianggap
kurang jelas, berani berpendapat, bisa menemukan konsep sendiri. Hal
ini sudah bisa dikatakan peningkatan yang luar biasa
Siklus II sudah dikatakan berhasil karena sudah menjawab
permasalahan, sehingga tidak diperlukan siklus selanjutnya.
LAMPIRAN SEMINAR PTK
4. UNDANGAN SEMINAR
8. FOTO-FOTO SEMINAR
Hal : Permohonan Izin Seminar
Di tempat
Dengan hormat,
Demikian surat permohonan ini saya ajukan, atas izin yang diberikan saya
mengucapkan terima kasih.
Bumireja, 1 November 2022
Pemohon,
Efa Rahmawati,S.Pd
NIP. 198406012022212033
PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SD NEGERI BUMIREJA 02
SURAT IZIN SEMINAR
Nomor: 520 / 71 / 2022
dengan judul
Kepala Sekolah
NINING SUMIARTI,S.Pd
NIP. 19701229 2001 2 008
PANITIA SEMINAR
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Kepada :
Yth.Bapak/Ibu Guru …………………..
Di tempat
Pukul : 14.00-16.00
Ketua Panitia
Puji Astuti,S.Pd
BERITA ACARA
Pada hari ini, Rabu tanggal sepuluh bulan November tahun Dua ribu dua
puluh dua telah dilaksanakan Seminar Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas
dengan judul :
1. Nining Sumiarti,S.Pd 1
2. Sunardi,S.Pd.SD 2
3. Eka Rusmayanti,S.Pd.SD 3
4. Kusminah,S.Pd.SD 4
5. Puji Astuti,S.Pd.SD 5
6. Andi Satri.W 6
NOTULEN PELAKSANAAN SEMINAR
Waktu : 14.00-16.00
Acara
1. Pembukaan
2. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
3. Sambutan Kepala Sekolah
4. Penyajian Materi seminar PTK
5. Pertanyaan/Saran /kritik/Masukan/Tanggapan/Usul,dll
6. Lain-lain
7. Penutup
Jawaban dari peneliti : Boleh saja, disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan
sarana prasarana.
2. Pertanyaan dari Ibu Kusminah, S.Pd.: masih ada kutipan kutipan yang
salah penulisannya. Ada yang belum cocok dengan daftar pustaka.
Jawaban dari peneliti : Terima kasih atas koreksinya, akan
saya cek lagi dengan teliti, kutipan dan daftar pustaka.
Seksi seksi
Perlengkapan : Agus.W
Berikut ini adalah foto ucapan terimakasih dari Kepala Sekolah telah
melaksanakan seminar PTK
Keterangan