You are on page 1of 9

i jt veT

I nt er nat io na l Jo ur na l o f T ec hno lo g y Vo cat io na l E ducat io n a nd T r a ining

Vol. 3 No. 1 (2022) 53 - 61 ISSN Media Elektronik:2723-0546

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Metode


Discovery Learning pada Siswa Kelas VI SDN 14 Koto Baru Kabupaten
Dharmasraya Semester Genap Tahun Pelajaran 2020/2021
Neng Aini1
1
SDN 14 Koto Baru
1
nengaini@gmail.com

Abstract
In the world of education, the model and application of methods are still not well applied. Therefore the
impact on the basics of learning is also not well embedded in the knowledge of learners this can be enhanced with
one of the learning approaches that best suit the learning objectives and arouse students' interest in learning is a
discovery approach because students will act active and gain experience discovering their own concepts through
experimental activities. This research is a classroom action research (PTK) that aims to perform actions of
improvement, improvement and change for the better. In this study, which is used as the subject of research is all
students of class VI SDN 14 Koto Baru Koto Baru District Dharmasraya Regency with a total of 33 students,
namely 13 men and 20 women. Implementation time in the Even semester of the 2020/2021 academic year from
January to April 2021 with class actions divided into 2 cycles. The results of the study obtained that the value of
the learning outcomes of students who completed learning before the cycle as many as 4 students (12.12%), who
completed in cycle I as many as 14 students (63.64%) while in cycle II as many as 27 students (81.82%) and can
be concluded that using Discovery Learning strategy can improve student learning outcomes in the subject of
Mathematics Build space. In addition, students enjoyed learning the percentage of student observations that had
been discussed previously. Learning Mathematics while playing, this strategy also educates students to be more
competitive in the classroom with the application of this strategy also provides many interesting experiences for
students.
Keywords: Discovery Learning, Learning Outcomes

Abstrak
Dalam dunia pendidikan, model dan penerapan metode masih belum teraplikasikan dengan baik. Oleh
karena itu berdampak pada dasar-dasar dalam pembelajaran juga belum tertanam dengan baik di dalam
pengetahuan peserta didik hal ini dapat di tingkatkan dengan salah satu pendekatan pembelajaran yang paling
sesuai dengan tujuan pembelajaran dan membangkitkan minat belajar siswa adalah pendekatan penemuan atau
discovery karena siswa akan bertindak aktif dan medapatkan pengalaman menemukan konsep sendiri melalui
kegiatan percobaan. Penelitian ini merupkan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk melakukan
tindakan perbaikan, peningkatan dan perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam penelitian ini yang dijadikan
sebagai subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VI SDN 14 Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten
Dharmasraya dengan total sebanyak 33 siswa yaitu laki-laki sebanyak 13 orang dan perempuan sebanyak 20 orang.
Waktu pelaksanaan pada semester Genap tahun ajaran 2020/2021 mulai bulan Januari sampai dengan April 2021
dengan tindakan kelas yang terbagi dalam 2 siklus. Hasil penelitian diperoleh bahwa nilai hasil belajar siswa yang
tuntas belajar sebelum siklus sebanyak 4 siswa (12,12%), yang tuntas di siklus I sebanyak 14 siswa (63,64%)
sedangkan di siklus II sebanyak 27 siswa (81,82%) dan dapat disimpulkan dengan menggunakan strategi
Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika Bangun ruang. Selain
itu, siswa merasa senang belajar persentase observasi siswa yang telah dibahas sebelumnya. Pembelajaran
Matematika sambil bermain, strategi ini juga mendidik siswa untuk lebih kompetitif di dalam kelas dengan
penerapan strategi ini juga banyak memberikan pengalaman menarik bagi siswa.
Kata Kunci: Discovery Learning, Hasil belajar

Diterima Redaksi : 07-07-2022 | Selesai Revisi : 31-07-2022 | Diterbitkan Online : 31-07-2022


53
International Journal of Technology Vocational Education and Training (IJTVET) Vol. 3 No.1(2022) 53 – 61

1. Pendahuluan proses pembelajaran, sangat jarang dijumpai siswa


Latar Belakang bertanya kepada guru, juga jarang menjawab yang
Dalam dunia pendidikan, model dan penerapan ditanyakan oleh guru, siswa lebih cenderung
metode masih belum teraplikasikan dengan baik. mencatat dan asyik menulis materi yang ada di
Oleh karena itu, dasar-dasar dalam pembelajaran papan tulis, sehingga kurang memperhatikan
belum tertanam dengan baik di dalam pengetahuan penjelasan guru. Bahkan sering dijumpai siswa
peserta didik dari sejak menginjak pendidikan membuat gaduh di kelas dan mengganggu siswa
dasar yaitu SD/ MI/ Sederajat. Jika disampaikan lainnya. Mestinya pendekatan pembelajaran
secara menarik dan menyenangkan, suatu dilakukan dengan melibatkan siswa dalam
pembelajaran bukanlah pembelajaran yang menemukan dan memahami konsep-konsep
membosankan dan menyulitkan bagi peserta didik. pembelajaran matematika untuk memecah masala-
Hanya saja sudut pandang peserta didik telah salah masalah matematika yang dalam kehidupan sehari-
mengartikannya, yang diakibatkan dari penanaman hari. Pendekatan pembelajaran yang paling sesuai
pondasi awal dalam memperkenalkan dengan tujuan pembelajaran dan membangkitkan
pembelajaran di tingkat dasar. minat belajar siswa adalah pendekatan penemuan
Kondisi yang ada saat sekarang ini tidak seperti atau discovery karena siswa akan bertindak aktif
yang diharapkan, peserta didik berasumsi bahwa dan medapatkan pengalaman menemukan konsep
pembelajaran adalah pembelajaran yang sendiri melalui kegiatan percobaan.
membosankan dan menyulitkan bagi mereka. Pada hakikatnya seharusnya guru mendorong
Sebenarnya anggapan tersebut yang harus untuk mengembangkan kemampuan berpikir
diperbaiki oleh pendidik untuk menciptakan rasa peserta didik. Khususnya pada mata pelajaran yang
senang peserta didik dalam belajar. Adapun yang dianggap sebagai beban dalam dunia pendidikan.
dapat memperbaiki asumsi siswa seperti itu adalah Pengaruh ketakutan dan rendahnya motivasi belajar
mengubah pola belajar yang dianggap anak didik terhadap mata pelajaran ini harusnya
menjenuhkan dan membosankan tersebut. segera ditangani oleh guru. Beberapa guru juga
Mengubahnya dengan cara membuat pembelajaran malas dalam mengaplikasikan media serta kurang
menjadi lebih menarik. mengembangkan daya kreatif mereka dalam
Beberapa faktor yang diduga menjadi pembelajaran tersebut. Ditambah lagi kebanyakan
penyebab hasil belajar siswa rendah, diantaranya guru di sekolah-sekolah itu adalah guru yang tegas
kurang perhatiannya siswa pada saat pembelajaran. dan disiplin, sehingga dianggap kejam dan ditakuti
Hal ini dikarenakan siswa merasa pembelajaran di oleh peserta didik. Sehingga menyebabkan
kelas membosankan, kurang menantang, sehingga ketakutan dalam belajar. Gaya mengajar dan
siswa kurang berminat menyimak pelajaran. pembawaan dalam mengajar ini juga sangat
Selama ini pembelajaran banyak dilakukan dengan dibutuhkan dan diperhatikan peserta didik untuk
pendekatan pembelajaran ekspositori, yaitu memancing mereka agar menyukai mata pelajaran
pembelajaran berupa pemberian informasi verbal tersebut. Dengan menunjukkan keramahan dalam
yang diperoleh dari buku dan penjelasan guru. mengajarkan dengan kondisi yang nyaman dan
Siswa hanya memperoleh informasi melalui menyenangkan maka peserta didik akan merasa
aktifitas mendengarkan, membaca dan mencatat. senang mempelajari pelajaran tersebut.
Pendekatan pembelajaran ekspositori Dengan model discovery, siswa sadar akan
menjadikan kegiatan belajar mengajar terpusat manfaat konsep pembelajaran bagi kehidupan.
pada guru (teacher centered), guru sebagai figur Namun demikian proses pembelajaran yang terjadi
sentral belum maksimal memerankan fungsinya di di SDN 14 Koto Baru sebagian besar belum
kelas, baik sebagai organisator, fasilitator, menyentuh rana discovery dan kerja team yang
dinamisator maupun sebagai pelayan bagi peserta dapat membangun daya pikir optimal siswa
didik. Akibatnya suasana pembelajaran cenderung terutama ketika saat belajar mata pelajaran
monoton, siswa merasa jenuh, cepat bosan dan matematika, sehingga mereka masih mengalami
kurang aktif. Sehingga model ekspositori dirasa kesulitan dalam memahami dan menguasai materi
kurang memadai jika diterapkan untuk apalagi menerapkan hakikat konsep pembelajaran
pembelajaran dalam kondisi sekarang ini, dalam kehidupam sehari-hari, siswa merasa jenuh
meskipun harus diakui bahwa model ekspositori saat mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas,
masih relevan diterapkan pada materi-materi hasil evaluasi pelajaran matematikapun pun tidak
tertentu. maksimal.
Dengan pendekatan pembelajaran ekspositori
siswa kurang diaktifkan perannya, sehingga dalam Tujuan Penelitian
54
International Journal of Technology Vocational Education and Training (IJTVET) Vol. 3 No.1(2022) 53 – 61
International Journal of Technology Vocational Education and Training (IJTVET) Vol. 3 No.1(2022) 53 – 61

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa
dari penelitian ini adalah: dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
1. Untuk mengetahui proses pembelajaran Suatu proses belajar memperoleh hasil perubahan
Matematika sesudah menggunakan model pada individu dari pengalaman yang ia dapatkan.
Discovery learning pada materi bangun ruang di Kemudian, selain memperoleh pengalaman,
Kelas VI SDN 14 Koto Baru Kabupaten melalui belajar individu memperoleh pengetahuan
Dharmasraya. atau keterampilan melalui arahan dan bimbingan
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dari seorang pendidik atau guru.[1]
siswa melalui penggunaan model Discovery Belajar adalah proses yang dilakukan oleh
learning pada materi bangun ruang di Kelas VI manusia dalam upaya mendapatkan aneka ragam
SDN 14 Koto Baru Kabupaten Dharmasraya. kompetensi, skill, dan sikap. Ketiganya itu
diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan dari
Tinjauan Pustaka mulai masa bayi sampai dengan masa tua melalui
rangkaian proses belajar sepanjang hayat.[3]
Konsep Belajar
Dari pandangan diatas, bahwa belajar diperoleh
Belajar merupakan kegiatan penting yang melalui proses yang bertahap. Pertama individu
harus dilakukan setiap orang secara maksimal tersebut memiliki pengetahuan (kompetensi) dalam
untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. suatu bidang tertentu, setelah itu maka
Belajar dapat didefenisikan secara sederhana menghasilkan skill (kemampuan) terhadap
sebagai “suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan pengetahuan tersebut, selanjutnya di aplikasikan
mengadakan perubahan didalam diri seseorang, dalam bentuk sikap. Dari ketiga tahapan ini,
mencakup perubahan tingkah laku, sikap, tentunya akan menghasilkan perubahan perilaku.
kebiasaan, ilmu pengetahuan keterampilan, dan Proses inilah yang disebut dengan belajar menurut
sebagainya. Belajar adalah perubahan yang relative pandangan di atas.
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai Perspektif lain belajar adalah dapat melakukan
hasil dan latihan.[1] sesuatu yang dilakukan sebelum ia belajar atau bila
Belajar adalah: proses mental yang mengarah kelakuannya berubah sehingga lain caranya
pada penguasaan pengetahuan, kecakapan skill, menghadapi sesuatu situasi dari pada sebelum itu.
kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan
disimpan dan dilakukan sehingga menimbulkan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa
tingkah laku yang progresif dan adaptif. Ngalim diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat,
Purwanto menyatakan bahwa belajar memiliki seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk,
empat unsure yaitu: (1) perubahan dalam tingkah dan sebagainya.[4]
laku; (2) melalui latihan; (3) perubahan relative Jika diberi pembatasan masalah belajar
mantap/ permanen; (4) perubahan meliputi fisik terhadap pandangan diatas, maka belajar itu
dan psikis.[2] diperoleh melalui perubahan sikap yang diamati
Dengan banyaknya pengetahuan yang maupun yang tidak diamati. Individu belajar
senantiasa bermunculan, maka lahirlah pendidikan. melalui sesuatu yang belum pernah ia peroleh
Namun berbeda dengan halnya belajar, pendidikan sebelumnya, tetapi ia dapat menyelesaikan sesuatu
ini merupakan wadah yang disediakan untuk hal dengan cara yang ia temukan itu. Sehingga
mengumpulkan seluruh pengetahuan yang dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan
diarahkan oleh pendidik untuk disusun secara pengalaman yang diperoleh melalui bantuan
sistematis dan diajarkan kepada peserta didik. penglihatan. Skinner berpandangan bahwa belajar
Pendidikan menurut UNESCO, adalah usaha adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar,
sadar yang dilakukan manusia dewasa untuk maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya,
mengembangkan kemampuan anak melalui bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
bimbingan, mendidik dan latihan untuk peranannya Dari pandangan tersebut, bahwa belajar
di masa depan. Sebagai suatu usaha atau lembaga merupakan tindakan yang dilakukan untuk
kemanusiaan di dalam pendidikan dilakukan usaha mengubah respon negatif menjadi respon yang
yang penuh tujuan dan cara hati-hati atau cermat. positif. Sehingga dengan belajar perilaku dan
Belajar dapat di definisikan sebagai suatu tingkah laku akan berubah menjadi yang lebih baik.
proses dimana suatu organisme berubah Sebaliknya jika tidak belajar, maka tingkat
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar perubahan perilaku menuju kearah yang baik akan
dan mengajar merupakan dua konsep ini menjadi menurun, bahkan tidak terjadi perubahan.
terpadu dalam satu kegiatan dimana terjadi
55
International Journal of Technology Vocational Education and Training (IJTVET) Vol. 3 No.1(2022) 53 – 61
International Journal of Technology Vocational Education and Training (IJTVET) Vol. 3 No.1(2022) 53 – 61

Tokoh lain yang berpendapat mengenai belajar Pembelajaran merupakan perpaduan antara
yaitu menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas
oleh individu. Artinya bahwa pengetahuan itu mengajar yaitu menyangkut peranan seorang
diperoleh melalui proses belajar. Pengetahuan itu pendidik (guru maupun dosen) bagaimana
diperoleh manusia melalui alat indera penglihatan menciptakan jalinan komunikasi yang harmonis
yang difungsikannya untuk belajar. [5] dalam proses belajar mengajar dengan nyaman dan
Proses mental dan psikologi individu belajar kondusif. Sedangkan tujuan umumnya yaitu untuk
maupun pembelajar dalam mengkondisikan dan mencapai tujuan pendidikan yang telah diatur.
berpartis Matematikasi dalam proses belajar.[6] Pasal 1 butir 20 UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Belajar adalah suatu proses yang menghasilkan Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi
perubahan perilaku yang dilakukan dengan sengaja peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan pada suatu lingkungan belajar. Ada terkandung
pengalaman baru ke arah yang lebih baik.[7] lima komponen pembelajaran yaitu: interaksi,
Secara psikologis belajar berarti suatu proses peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh lingkungan belajarKegiatan pembelajaran
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara berhubungan dengan jenis, hakikat, dan jenis
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu belajar serta hasil belajar tersebut. Pembelajaran
sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.[8] harus menghasilkan belajar akan tetapi tidak semua
proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses
Konsep Pembelajaran belajar terjadi juga dengan adanya interaksi sosial
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata kultural dalam lingkungan masyarakat.
“mengajar” berasal dari kata dasar “ajar”, yang Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari
berarti petunjuk yang diberikan kepada orang dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas
supaya diketahui. Kata pembelajaran yang semula belajar secara metodologis cenderung lebih
diambil dari kata “ajar” ditambah awalan “pe” dan dominan pada siswa, sementara mengajar secara
akhiran “an” menjadi kata “pembelajaran”, instruksional dilakukan oleh guru. Jadi, istilah
diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar, pembelajaran setelah ringkasan dari kata belajar
atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran
Kata teaching dalam Bahasa Inggris adalah penyederhanaan dari kata belajar dan
diterjemahkan dengan pengajaran. Akan tetapi, mengajar (BM), proses belajar mengajar (PBM),
sesuai dengan kepentingan dan kondisi pendidikan atau kegiatan belajar mengajar (KBM).
yang berkembang saat ini, kata pembelajaran Dari keseluruhan pengertian diatas, terlihat
sebagai ganti kata pengajaran. Diharapkan dengan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian
pergantian kata tersebut dilaksanakan sesuai kegiatan yang dipersiapkan untuk membelajarkan
dengan aktivitas dan proses pembelajaran yang peserta didik sesuai dengan kebutuhan mereka.
dilaksanakan. Inti pokok dari pembelajaran ini Pembelajaran juga bukan sekedar belajar tanpa
sebenarnya adalah bagaimana peserta didik belajar. perencanaan, melainkan sesuai dengan konteks dan
Selain itu, pembelajaran juga diambil dari kata isinya. Keserasian antara konteks dengan isi ini
instruction yang berarti serangkaian kegiatan yang menentukan keberhasilan dalam pembelajaran
dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses tersebut. Jika sebaliknya tentu tingkat keberhasilan
belajar pada siswa. Dalam pembelajaran segala yang diperoleh akan rendah. Sebagai pendidik,
kegiatan berpengaruh langsung terhadap proses sudah seharusnya memperhatikan cara pengajaran
belajar siswa, ada interaksi siswa yang tidak serta rancangan pembelajaran yang sesuai untuk
dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik lahiriah, ditransferkan kepada peserta didik. Selain itu,
akan tetapi siswa dapat berinteraksi dan belajar pembelajaran merupakan implementasi dari
melalui media cetak, elektronik, media kaca dan kurikulum yang telah disiapkan oleh pemerintah
televisi, serta radio. terhadap dunia pendidikan. Oleh karena itu,
Dari pengertian pembelajaran secara pembelajaran harus sesuai dengan yang dibutuhkan
etimologis diatas, bahwa pembelajaran merupakan oleh peserta didik dan disusun secara sistematis.
kegiatan mengajar yang sistematis yang bertujuan Tujuan utamanya sebenarnya adalah untuk suatu
untuk membelajarkan peserta didik sesuai dengan lingkungan belajar. Ada terkandung lima
komponen-komponen yang terdapat di dalamnya. komponen pembelajaran yaitu: interaksi, peserta
Sedangkan secara terminologis pengertian didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan
pembelajaran yaitu sebagai berikut. belajar. Kegiatan pembelajaran berhubungan
dengan jenis, hakikat, dan jenis belajar serta hasil
56
International Journal of Technology Vocational Education and Training (IJTVET) Vol. 3 No.1(2022) 53 – 61
International Journal of Technology Vocational Education and Training (IJTVET) Vol. 3 No.1(2022) 53 – 61

belajar tersebut. Pembelajaran harus menghasilkan hakikat subyek didik beserta implikasinya terhadap
belajar akan tetapi tidak semua proses belajar pembelajaran matematika sebagai berikut: (1)
terjadi karena pembelajaran. Proses belajar terjadi Matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan
juga dengan adanya interaksi sosial kultural dalam hubungan: Dalam pembelajaran matematika, guru
lingkungan masyarakat. memberikan kesempatan kepada siswa untuk
Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan
dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas pola-pola dan untuk menentukan hubungan.
belajar secara metodologis cenderung lebih Kegiatan dapat dilakukan melalui percobaan untuk
dominan pada siswa, sementara mengajar secara menemukan urutan, perbedaan, perbandingan,
instruksional dilakukan oleh guru. Jadi, istilah pengelompokan, dan sebagainya serta memberi
pembelajaran setelah ringkasan dari kata belajar kesempatan siswa untuk menemukan hubungan
dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran antara pengertian satu dengan yang lainnya; (2)
adalah penyederhanaan dari kata belajar dan Matematika adalah kreativitas yang memerlukan
mengajar (BM), proses belajar mengajar (PBM), imajinasi, intuisi dan penemuan: Dalam
atau kegiatan belajar mengajar (KBM). pembelajaran matematika, guru harus memberikan
Tujuan utamanya sebenarnya adalah untuk kesempatan kepada siswa untuk berpikir berbeda
meningkatkan mutu dan kualitas intelektual menggunakan pola pikir mereka sendiri sehingga
manusia. Serta mempersiapkan sumber daya menghasilkan penemuan mereka sendiri. Guru juga
manusia untuk mengembangkan potensi yang meyakinkan siswa bahwa penemuan mereka
terdapat di dalam diri mereka. bermanfaat walaupun terkadang kurang tepat dan
siswa diberi pengertian untuk selalu menghargai
Konsep Hasil Belajar penemuan dan hasil kerja orang lain; (3)
Hasil belajar merupakan segala perilaku yang Matematika adalah kegiatan problem solving: Guru
dimiliki peserta didik sebagai akibat dari proses berupaya mengembangkan pembelajaran sehingga
belajar yang ditempuhnya, baik aspek kognitif, menimbulkan masalah matematika yang harus
afektif, dan psikomotorik, hal ini sejalan dengan dipecahkan oleh siswa dengan menggunakan cara
teori Bloom bahwa hasil belajar dalam rangka studi mereka sendiri.[12]
dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu, kognitif Guru harus berusaha menjadikan kegiatan
(hasil belajar yang terdiri dari pengetahuan, pembelajaran matematika yang memfasilitasi siswa
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan mengenal dan dapat menjelaskan sifat-sifat
evaluasi), afektif (hasil belajar terdiri dari matematika. Guru juga diharapkan dapat
kemampuan menerima, menjawab, dan menilai), menstimulasi siswa untuk dapat menjadikan
dan psikomotorik (hasil belajar terdiri dari matematika sebagai alat komunikasi dalam
keterampilan motorik, manipulasi, dan koordinasi kehidupan sehari-hari. Memperhatikan penjelasan
neuromuscular). tentang pembelajaran matematika di atas, dengan
Mata pelajaran matematika perlu diberikan mengacu pada pendapat Ebbutt dan Straker maka
kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dapat diketahui bahwa guru harus mempunyai
dasar untuk membekali peserta didik dengan pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, matematika sehingga diharapkan pembelajaran
kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. matematika menyenangkan bagi siswa,
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik bermanfaat, dan sesuai dengan tingkat
dapat memiliki kemampuan memperoleh, perkembangannya. [12]
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk Perkembangan belajar matematika anak
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, malalui 4 tahap yaitu tahap konkret, semi konkret,
tidak pasti, dan kompetitif. Lebih lanjut dijelaskan semi abstrak, dan abstrak. Pada tahap konkret,
pula pemberian pendidikan matematika dapat kegiatan yang dilakukan anak adalah untuk
digunakan untuk sarana dalam pemecahan masalah mendapatkan pengalaman langsung atau
dan mengomunikasikan ide atau gagasan dengan memanilupasi objek-objek konkret. Pada tahap
menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media semi konkret sudah tidak perlu memanipulasi
lain. [11] objek-objek konkret lagi seperti pada tahap
konkret, tetapi cukup dengan gambaran dari objek
Konsep Belajar Matematika yang dimaksud. Kegiatan yang dilakukan anak
Pemberian pedoman bagi guru agar siswa pada tahap semi abstrak memanipulasi/ melihat
menyenangi matematika di sekolah berdasarkan tanda sebagai ganti gambar untuk dapat berpikir
kepada anggapan tentang hakikat matematika dan abstrak. Sedangkan pada tahap abstrak anak sudah
57
International Journal of Technology Vocational Education and Training (IJTVET) Vol. 3 No.1(2022) 53 – 61
International Journal of Technology Vocational Education and Training (IJTVET) Vol. 3 No.1(2022) 53 – 61

mampu berpikir secara abstrak dengan melihat saatnya pendidikan matematika tidak hanya
lambang/ simbol atau membaca/ mendengar mengembangkan kemampuan kognitif siswa
secara verbal tanpa kaitan dengan objek-objek namun pendidikan matematika juga harus dapat
konkret .[5] mengembangkan kemampunan sosial siswa; (3)
Penekanan bahwa setiap individu pada waktu Tujuan profesional: Tujuan profesional dari
mengalami atau mengenal peristiwa atau benda di pendidikan matematika berorientasi pada
dalam lingkungannya, menemukan cara untuk mempersiapkan siswa untuk terjun di dunia kerja.
menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut Seperti kita ketahui seluruh jenis pekerjaan yang
di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental ada sekarang baik langsung maupun tidak langsung
tentang peristiwa atau benda yang dialaminya atau menuntut kemampuan matematika. Keberhasilan
dikenalnya.[13] anak pada pembelajaran matematika haruslah
Proses belajar yang terbagi menjadi tiga secara bertahap dimulai dari hal yang nyata menuju
tahapan, yaitu: (1) Tahap Enaktif atau Tahap ke abstrak; (4) Tujuan budaya: Pendidikan
Kegiatan (Enactive): Tahap pertama anak belajar merupakan suatu bentuk budaya dan diharapkan
konsep adalah berhubungan dengan benda-benda pendidikan matematika dapat dijadikan bagian
real atau mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. dari suatu budaya manusia sehingga berperan
Pada tahap ini anak masih dalam gerak reflek dan dalam mengembangkan kebudayaan.[14]
coba-coba; belum harmonis. Ia memanipulasikan, Tujuan pembelajaran matematika bagi siswa di
menyusun, menjejerkan, mengutak-atik, dan sekolah dasar adalah sebagai berikut: (1)
bentuk-bentuk gerak lainnya (serupa dengan tahap Memahami konsep matematika, menjelaskan
sensori motor dari Peaget); (2) Tahap Ikonik atau keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
Tahap Gambar Bayangan (Iconic): Pada tahap ini, konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
anak telah mengubah, menandai, dan menyimpan efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah: (2)
peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
mental. Dengan kata lain anak dapat melakukan manipulasi matematika dalam membuat
membayangkan kembali atau memberikan generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gambaran dalam pikirannya tentang benda atau gagasan dan pernyataan matematika; (3)
peristiwa yang dialami atau dikenalnya pada tahap Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
enaktif, walaupun peristiwa itu telah berlalu atau memahami masalah, merancang model
benda real itu tidak lagi berada di hadapannya matematika, menyelesaikan model dan
(tahap pre-operasi dari peaget); dan (3) Tahap menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)
simbolik (Symbolic): Pada tahap terakhir ini anak Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,
dapat mengutarakan bayangan mental tersebut tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
dalam bentuk simbol dan bahasa. Apabila ia keadaan atau masalah; dan (5) Memiliki sikap
berjumpa dengan suatu simbol maka bayangan menghargai kegunaan matematika dalam
mental yang ditandai itu akan dapat dkenalnya kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
kembali. Pada tahap ini anak sudah mampu perhatian, dan minat dalam mempelajari
memahami simbol-simbol dan menjelaskan dengan matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
bahasanya. (serupa dengan tahap operasi konkret pemecahan masalah.[11]
dan formal dari Peaget). Setelah memperhatikan Adapun ruang lingkup pelajaran
teori belajar bruner di atas maka dapat diketahui matematika yaitu bilangan, geometri, dan
bahwa memang untuk memudahkan pemahaman pengukuran, serta pengolahan data. Mata pelajaran
dan keberhasilan anak pada pembelajaran matematika yang diajarkan di sekolah dasar
matematika haruslah secara bertahap dimulai dari mencakup tiga cabang, yaitu aritmatika, aljabar,
hal yang nyata menuju ke abstrak. [13] dan geometri. Kompetensi dalam bilangan
Empat tujuan pendidikan matematika ditinjau ditekankan pada kemampuan memahami konsep
dalam lingkungan sosial, meliputi: (1) Tujuan bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan
praktis: Tujuan praktis dari matematika ialah sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam
berkaitan pengembangan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.[15]
mengaplikasikan matematika untuk menyelesaikan Pengukuran dan geometri ditekankan pada
masalah dalam kehidupan sehari-hari; (2) Tujuan kemampuan mengidentifikasi pengelolaan data dan
kemasyarakatan: Tujuan pendidikan matematika bangun ruang serta menentukan keliling, luas,
ini yaitu mengupayakan pengembangan volume, dalam pemecahan masalah. Pengelolaan
kemampuan siswa untuk berpartisipasi secara aktif data ditekankan pada kemampuan mengumpulkan,
dan cerdas dalam hidup bermasyarakat. Sudah menyajikan dan membaca data.[16]
58
International Journal of Technology Vocational Education and Training (IJTVET) Vol. 3 No.1(2022) 53 – 61
International Journal of Technology Vocational Education and Training (IJTVET) Vol. 3 No.1(2022) 53 – 61

Model belajar adalah operator kognitif meliputi pembelajaran tersebut adalah: (1) Pemberian
dan terdiri atas proses yang secara langsung terlibat rangsangan (stimulation); (2) Pernyataan/
dalam menyelesaikan suatu tugas (belajar). Jika identifikasi masalah (problem statement); (3)
dikaitkan dengan model pembelajaran maka Pengumpulan data (data collection); (4)
pendapat diatas selaras artinya dengan, model Pengolahan data (data proccessing); (5)
pembelajaran diartikan sebagai kegiatan yang Pembuktian (verification); dan (6) Menarik
dipilih dan dapat memberikan fasilitas atau bantuan simpulan/ generalisasi (generalization).
kepada peserta didik untuk mencapai tujuan Keunggulan Discovery learning antara lain: (1)
pembelajaran. Model berupa urut-urutan kegiatan Mampu membantu siswa untuk mengembangkan,
yang dipilih untuk menyampaikan metode memperbanyak kesiapan, serta penguasaan
pembelajaran dalam lingkungan tertentu.[17] keterampilan dalam proses kognitif/ pengenalan
Model pembelajaran mencakup juga siswa; (2) Siswa memperoleh pengetahuan yang
pengaturan materi pembelajaran yang akan bersifat sangat pribadi/ individual sehingga dapat
disampaikan kepada peserta didik. Model kokoh/ mendalam tertinggal dalam jiwa siswa
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan tersebut; (3) Dapat membangkitkan kegairahan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang belajar para siswa; (4) Mampu memberikan
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan
tertentu. Dari pengertian di atas, bahwa model maju sesuai dengan kemampuannya masing-
pembelajaran adalah prosedur kegiatan yang masing; (5) Mampu mengarahkan cara siswa
dilaksanakan guru untuk membelajarkan suatu belajar, sehingga lebih memliki motivasi yang kuat
materi ajar kepada peserta didik. untuk belajar lebih giat; (6) Membantu siswa untuk
Selain pengertian di atas, model pembelajaran memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri
adalah serangkaian dan keseluruhan tindakan sendiri dengan proses penemuan sendiri; dan (7)
models guru dalam merealisasikan perwujudan Berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya
kegiatan pembelajaran aktual yang efektif dan sebagai teman belajar saja, membantu bila
efisien, untuk pencapaian tujuan pembelajaran. diperlukan.
Model pembelajaran merupakan bagian dari Kelemahan Discovery learning antara lain: (1)
keseluruhan komponen pembelajaran. Model Siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental
pembelajaran berhubungan dengan cara-cara yang untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan
dipilih guru untuk menyampaikan materi berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya
pembelajaran. Oleh karena itu, Hilda Jaba dengan baik; (2) Jika kelas terlalu besar
mengatakan bahwa model pembelajaran adalah penggunaan teknik ini kurang berhasil; (3) Bagi
cara-cara yang dipilih oleh guru dalam proses guru dan siswa sudah biasa dengan perencanan dan
pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan pengajaran tradisional mungkin akan sangat
atau fasilitas bagi siswa menuju tercapainya tujuan kecewa bila diganti dengan teknik penemuan; (5)
pembelajaran. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa
proses mental ini terlalu mementingkan proses
Metode Discovery Learning pengertian saja, kurang memperhatikan
Menurut badan pengembangan sumber daya perkembangan/ pembentukan sikap dan
manusia pendidikan dan kebudayaan dan keterampilan bagi siswa; dan (6) Teknik ini
penjaminan mutu pendidikan, metode discovery mungkin tidak memberikan kesempatan untuk
learning adalah teori belajar yang didefinisikan berpikir secara kreatif.
sebagai pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak
disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, 2. Metode Penelitian
tetapi diharapkan peserta didik mengorganisasi Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian
sendiri. Dengan kata lain, discovery learning tindakan kelas (PTK) yang tujuan utamanya adalah
merupakan model pembelajaran yang menekankan melakukan tindakan perbaikan, peningkatan dan
peserta didik untuk menemukan sendiri konsep perubahan ke arah yang lebih baik dikenal dalam
pengetahuannya. Dalam proses menemukan, pelaksanaannya dengan beberapa model.
peserta didik dibimbing untuk melakukan Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai subjek
serangkaian tahap pembelajaran mulai dari penelitian adalah seluruh siswa kelas VI SDN 14 Koto
Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya
mengamati hingga mengorganisasikan hasil
dengan total sebanyak 33 siswa yaitu jumlah laki-laki
penemuannya menjadi suatu konsep pengetahuan. sebanyak 13 orang dan yang perempuan berjumlah 20
Model pembelajaran yang dipilih adalah orang.
Discovery Learning, langkah kerja (sintak) model
59
International Journal of Technology Vocational Education and Training (IJTVET) Vol. 3 No.1(2022) 53 – 61
International Journal of Technology Vocational Education and Training (IJTVET) Vol. 3 No.1(2022) 53 – 61

Waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas Jumlah


Nilai Nilai % Keterangan
ini dilaksanakan pada semester Genap tahun ajaran Siswa
2020/2021 mulai bulan Januari sampai dengan ≥ 70 14 42,42 % Tuntas
April 2021 Penelitian tindakan kelas ini dilakukan Tidak
dalam 2 siklus dan dilaksanakan pada jam mengajar < 70 19 57,58 %
Tuntas
sehingga tidak mengganggu pelajaran lainnya.
Sebelum memasuki siklus yang petama, Dari data diatas, bahwasanya tingkat
tentunya dalam penelitian ini terdapat keberhasilan belajar siswa berdasarkan post test
permasalahan yang harus diselesaikan. pada siklus I dengan persentase ketuntasan
Permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 42,42% dengan jumlah 14 siswa dan
yaitu seperti yang telah dijelaskan di dalam latar persentase ketidak tuntasan sebanyak 57,58 %
belakang, bahwasanya hasil belajar Matematika dengan jumlah 19 siswa.
pada kelas VIdi SDN 14 Koto Baru Kabupaten
Dharmasraya kurang memuaskan. Hal ini dapat Tabel 2. Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa
terlihat dari nilai raport dan juga wawancara wali Berdasarkan Tes Awal (Post Test) pada Tahap
kelas itu sendiri siswa. Permasalahan ini sudah Siklus 2
menjadi tolak ukur keberhasilan dalam penelitian
yang dilakukan oleh peneliti. Oleh karena itu, Jumlah
dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan dua Nilai Nilai % Keterangan
Siswa
siklus. Di siklus yang pertama, peneliti akan ≥ 70 27 81,82 % Tuntas
mengaplikasikan model Discovery Learning dan Tidak
merefleksi segala kekurangan-kekurangannya, dan < 70 6 18,18 %
Tuntas
di siklus yang kedua peneliti akan
menyempurnakan siklus yang pertama. Dari data tingkat keberhasilan belajar siswa
tersebut dapat disimpulkan bahwa pada siklus II
3. Hasil dan Pembahasan mengalami peningkatan yang cukup baik dari pada
Hasil Penelitian peningkatan yang sebelumnya. Pada siklus II ini
tingkat ketidak tuntasan sudah menurun dari
Berdasarkan hasil penelitian yang telah sebelumnya.
dilakukan oleh peneliti pada penelitian tindakan
kelas melalui tahapan 2 siklus kegiatan yang Pembahasan Penelitian
bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Matematika di Kelas VI SDN Secara umum keterlibatan siswa dalam proses
14 Koto Baru dengan penerapan strategi pembelajaran Matematika materi bangun ruang
pembelajaran menggunakan Discovery Learning campuran dengan menggunakan strategi Discovery
diperoleh hasil sebagai berikut: Learning maka hasil belajar yang mengalami
peningkatan seperti terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Data Ketuntasan dan Ketidak Tuntasan
Hasil Belajar Siswa pada Kegiatan Pra Tindakan Tabel 4. Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah
Siklus I dan Siklus II
No Jumlah Nilai Keterangan
Siswa N Pencapaian Pra Siklus
1 4 12,12 % Tuntas o Hasil Siklus I II
2 29 87,88 % Tidak tuntas 1 Nilai rata-rata 47,40 42,42 81,2
Nilai Rata-rata 47,40 1
2 Jumlah siswa 4 14 27
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 3 Persentase 12,12 63,64 81,8
sebanyak 33 orang siswa terdapat sebanyak 29 ketuntasan 2
siswa (87,88%) yang memiliki nilai tidak tuntas.
Berdasarkan tabel diatas yang berisi data nilai
Tabel 2. Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa hasil belajar siswa di Kelas VI tersebut, terlihat
Berdasarkan Tes Awal (Post Test) pada Tahap bahwa siswa yang tuntas belajar sebelum siklus
Siklus 1 sebanyak 4 siswa (12,12%), yang tuntas di siklus I

60
International Journal of Technology Vocational Education and Training (IJTVET) Vol. 3 No.1(2022) 53 – 61
International Journal of Technology Vocational Education and Training (IJTVET) Vol. 3 No.1(2022) 53 – 61

sebanyak 14 siswa (63,64%) sedangkan disiklus II [9] Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses
sebanyak 27 siswa (81,82%). Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Dengan demikian, dari penjelasan diatas dapat Rosdakarya.
diambil kesimpulan bahwasanya membelajarkan [10] K. Brahim, Theresia. 2007. Peningkatan Hasil
Belajar Sains Siswa Kelas IV Sekolah Dasar,
Matematika dengan materi Bilangan bulat
Melalui Pendekatan Pemanfaatan Sumber
menggunakan strategi Discovery Learning di SDN Daya Alam Hayati di Lingkungan Sekitar”.
14 Koto baru Kabupaten Dharmasraya mengalami Jurnal pendidikan penabur no 09 tahun ke 6
peningkatan hasil belajar siswa. hlmn 4.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, dibandingkan [11] BSNP. (2006a). Permendiknas No.22 Tahun
pada saat pre test (pra tindakan) terdapat 2006 tentang Standar Isi untuk. Satuan
peningkatan yang cukup signifikan walaupun Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Depdiknas.
Minimal) yang diharapkan. Oleh karena itu guru [12] Ebbutt, S. & Straker, A. (1995). Mathematics
(peneliti) akan melakukan perbaikan untuk lebih in Primary Schools Part I: Children and
Mathematics. London: Collins Educational
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Publisher Ltd.
[13] Karso, Dkk. 1998. Pendidikan Matematika 1.
4. Kesimpulan
Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat Kebudayaan
diperoleh simpulan bahwa dengan menggunakan [14] Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan
strategi Discovery Learning dapat meningkatkan hasil Matematika Realistik Suatu Alternatif
belajar siswa pada mata pelajaran Matematika Bangun Pendekatan Pembelajaran Matematika.
ruang di kelas IV SDN 14 Koto Baru, maka hal ini Yogyakarta: Graha Ilmu.
peneliti dapat membuat kesimpulan yaitu dari hasil [15] Abdurrahman, M. (1999). Pendidikan Bagi
penelitian yang telah dijelaskan bahwasanya proses Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
pembelajaran persentase observasi siswa yang telah Cipta.
dibahas sebelumnya. Selain itu, siswa merasa senang [16] Pitadjeng, 2006. Pembelajaran Matematika
belajar persentase observasi siswa yang telah dibahas yang Menyenangkan, Jakarta: Departemen.
sebelumnya. Selain itu, siswa merasa senang belajar Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Matematika sambil bermain, strategi ini juga mendidik Pendidikan Tinggi.
siswa untuk lebih kompetitif di dalam kelas dengan [17] Pressley, Michael. 1991. Pengertian Strategi
penerapan strategi ini juga banyak memberikan Belajar. Dalam (Nur, 2000b:7). Bandung:Cv
pengalaman menarik bagi siswa. Wacana Prima.

Daftar Rujukan
[1] Gagne. Robert M, 1989. Kondisi Belajar dan
Teori Pembelajaran. (terjemah Munandir).
PAU Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta
[2] Winkel, 1987. Psikologi Pengajaran.
Gramedia. Jakarta
[3] Bell-Gredler, Margaret E. 1986. Learning and
Instruction: Theory and Practice. New York:
Macmilan Publihing Company.
[4] Ernest R. hilgard dan Gordon H. Bower,
Theories Of Learning, Newyork :Division Of
Meredith Publishing companiy, 1966.
[5] Piaget, Jean, & Barbel Inhelder,
2010.Psikologi Anak, Terj. Miftahul Jannah,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
[6] Rogers, Everett M. 1986. Communication
Technology: The New Media in Society.
London : The Free Press.
[7] Suryabrata, Sumadi, 2011. Psikologi
Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
[8] Ahmadi dan Supriyono. 2008. Psikologi
Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta

61
International Journal of Technology Vocational Education and Training (IJTVET) Vol. 3 No.1(2022) 53 – 61

You might also like