You are on page 1of 11

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DISERTAI

LKPD PADA MATERI PROGRAM LINEAR DI SMA

Tanti Eviliana Pardede, Agung Hartoyo, Dian Ahmad B.S


Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak
Email: tanti.pardede05@gmail.com

Abstract
This study aims to determine the effectiveness of the application of the Problem
Based Learning model accompanied by LKPD on the Linear Program material
in the Taruna Bumi Khatulistiwa High School. The type of experimental design
used in this study were pre-experimental design using one-shot case study as the
form of the design. The aspect used to determine the effectiveness of learning
using a cooperative model of probing-prompting type are the teacher’s teaching
and learning management, student activities, responses, and learning outcomes.
Data collection techniques used were measurement, observation, and indirect
communication techniques. The data collection tool used was the teacher's
observation observation sheet in managing learning, observation sheets of
student activities, student response to the questionnaires, and student learning
assessment results. The data were analyzed descriptively. The results obtained
were the implementation of the teacher in managing learning is very good, the
activities of students are classified as very active, the response of students is
very positive and the completeness of student learning outcomes in a classical
manner has been achieved. Because all effectiveness criteria are met, learning
using the Problem Based Learning model accompanied by LKPD on linear
program material in the Taruna Bumi Khatulistiwa High School is said to be
effective.

Keywords: Learning application, Problem Based Learning Model


accompanied by LKPD, Linear Program Material.

PENDAHULUAN pembelajaran pasif menjadi pembelajaran


Pengembangan Kurikulum pada aktif-mencari, pola belajar sendiri menjadi
proses pembelajaran terus terjadi untuk belajar kelompok, pola pembelajaran alat
mengikuti perkembangan perubahannya tunggal menjadi pembelajaran berbasis
dinamika kebutuhan masyarakat. alat multimedia, pola pembelajaran
Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 berbasis massal menjadi kebutuhan
dinyatakan Kurikulum 2013 di pelanggan (users), pola pembelajaran
kembangkan berdasarkan beberapa faktor, ilmu pengetahuan tunggal menjadi
salah satu faktornya adalah pembelajaran ilmu pengetahuan jamak,
penyempurnaan pola pembelajaran yang pola pembelajaran pasif menjadi
berpusat pada guru menjadi pembelajaran pembelajaran kritis. Para guru
yang berpusat pada peserta didik, pola mengharapkan pembelajaran dapat
pembelajaran satu arah menjadi berpusat pada peserta didik sehingga
pembelajaran interaktif, pola membuat siswa aktif, peserta didik banyak
pembelajaran terisolasi menjadi berinteraksi dengan materi pembelajaran,
pembelajaran secara jejaring, pola menimbulkan pemahaman yang baik

1
mendapatkan hasil belajar yang baik pasif. Banyak jenis aktivitas yang dapat
sehingga dapat mencapai KKM dan hasil dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas
belajar dapat tuntas secara klasikal. siswa tidak cukup hanyamendengarkan
Tidak semua harapan pencapaian dan mencatat seperti yang lazim terdapat
KKM tersebut terpenuhi. Permendikbud di sekolah-sekolah tradisional. Paul B
Nomor 69 Tahun 2013 dapat terealisasi Diedrich (Sardiman, 2014: 101) membuat
dengan mudah dan tanpa hambatan, suatu daftar yang berisi 177 macam
seperti sekolah SMA Taruna Bumi kegiatan siswa yang antara lain dapat
Khatulistiwa. Hal ini ditunjukkan dengan digolongkan sebagai berikut: (1) visual
data persentase penguasaan materi soal activities; (2) oral activities; (3) listening
matematika Ujian Nasional tahun activities; (4) writing activities; (5)
pelajaran 2015/2016 untuk program studi drawing activities; (6) motor activities;
IPS pada materi Program Linear (7) mental activities; (8) motional
khususnya menentukan nilai optimum activities.Tidak hanya itu saja, peserta
fungsi objektif hanya mencapai 12,50% didik diminta untuk mengerjakan soal
dari 48 peserta didik, yang artinya hanya tanpa adanya bimbingan dalam proses
enam orang dari 48 peserta didik tersebut mengerjakan, sehingga peserta didik
yang bisa menjawab dengan benar. Hasil kesulitan dalam memahami materi. Dari
prariset yang telah dilaksanakan dengan fakta-fakta tersebut dimungkinkan untuk
diadakannya tes menunjukkan bahwa diterapkan suatu model pembelajaran
sebagian besar peserta didik tidak dapat yang dapat meningkatkan aktivitas, hasil
menjawab soal Program Linear dengan belajar, dan memiliki respon yang baik
benar. Dari 26 jumlah peserta didik, hanya dari peserta didik terhadap pembelajaran.
lima peserta didik yang bisa menjawab Untuk mengaktifkan siswa/i dalam
soal-soal yang diberikan. Hal ini Permendikbud Nomor 81 A Tahun
menunjukkan bahwa materi tersebut 2013disarankan agar guru menggunakan
masih bermasalah bagi peserta didik pendekatan saintifik yang terdiri atas lima
sehingga peserta didik belum menguasai pengalaman belajar pokok, yaitu
materi dengan benar, hasil belajar peserta mengamati, menanya, mengumpulkan
didik masih tergolong rendah yang data/informasi, mengasosiasi, dan
berpengaruh pada ketuntasan hasil belajar mengkomunikasikan. Hal tersebut
peserta didik. Dari fakta-fakta di atas tentunya di dukung dengan adanya model
menunjukkan bahwa hasil belajar peserta pembelajaran. Kurikulum 2013
didik tidak sesuai dengan yang di menggunakan tiga model pembelajaran
harapkan. Menurut Slameto (2010: 54) utama (Permendikbud Nomor 103 Tahun
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil 2014) yaitu model Pembelajaran Berbasis
belajar peserta didik salah satunya adalah Masalah (Problem Based Learning),
model mengajar yang digunakan oleh model Pembelajaran Berbasis Projek
guru. (Project Based Learning), dan model
Berdasarkan hasil wawancara pada Pembelajaran Melalui Penyingkapan atau
tanggal 10 Maret 2018 dengan peserta Penemuan (Discovery learning/Inquiry
didik kelas XI IPS, peserta didik learning). Tiga model pembelajaran
mengatakan bahwa guru hanya utama ini yang akan mendukung aktivitas
memberikan penjelasan singkat saat dan hasil belajar peserta didik lebih baik,
memberikan materi Program Linear, tentunya dengan bimbingan dari guru
penjelasan tersebut pun masih tergolong selama proses pembelajaran berlangsung,
abstrak sehingga membuat peserta didik dan diharapkan dapat memberi respon
bingung dalam mengajukan pertanyaan dari peserta didik yang positif.
disaat mereka belum memahami materi Dalam suatu proses pembelajaran
tersebut, dan membuat mereka bersifat tentunya harus memiliki berbagai sumber

2
daya pendukung yang harus dikuasai dan waktu penyelesaian, peralatan atau bahan
dipahami oleh seorang guru, satu di yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan
antaranya adalah bahan ajar. Prastowo tugas, dan laporan yang harus dikerjakan.
(2013: 27) bahan ajar merupakan segala Pada umumnya LKPD di beli bukan
bahan baik itu informasi, alat, maupun dibuat sendiri oleh guru. Beberapa
teks yang disusun secara sistematis yang sekolah, seperti SMA Taruna Bumi
menampilkan sosok utuh dari kompetensi Khatulistiwa masih menggunakan LKPD
yang akan dikuasai peserta didik dan cetakan penerbit. Padahal LKPD bisa
digunakan dalam proses pembelajaran dibuat sendiri oleh guru. Berdasarkan
dengan tujuan untuk perencanaan dan penjelasan peneliti ingin membuat LKPD
penelaahan implementasi pembelajaran. berbasis PBL dan menerapkannya pada
Bentuk bahan ajar ada bermacam-macam, proses pembelajaran dengan model
seperti: buku pelajaran, modul, handout, pembelajaran PBL. Kemendikbud (2013)
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), memandang model PBL suatu model
model atau maket, bahan ajar audio, dan pembelajaran yang menantang peserta
bahan ajar interaktif. didik untuk “belajar bagaimana belajar”,
Hampir semua sekolah memiliki bekerja secara berkelompok untuk
LKPD sebagai bahan ajar. LKPD mencari solusi dari permasalahan dunia
memerankan peranan yang penting dalam nyata. Menurut Priatna dan Sukamto
proses pembelajaran matematika, hal itu (2015: 6), model PBL merupakan
dikarenakan dalam LKPD berisi tugas pembelajaran yang dihadapkan pada suatu
yang dikerjakan peserta didik. Prastowo masalah nyata yang harus ditemukan
(2013: 439) mengatakan bahwa LKPD pemecahan masalahnya. Delisle (Abidin
merupakan suatu bahan ajar cetak yang 2014: 159) menyatakan bahwa model
berupa lembar-lembar kertas yang berisi PBL merupakan model pembelajaran
materi, ringkasan, dan petunjuk yang dikembangkan untuk membantu
pelaksanaan tugas pembelajaran yang guru mengembangkan kemampuan
harus dikerjakan peserta didik, baik berpikir dan keterampilan memecahkan
bersifat teoritis dan /atau praktis, yang masalah pada peserta didik selama mereka
mengacu pada kompetensi dasar yang mempelajari materi pembelajaran.
harus dicapai peserta didik. LKPD Penelitian terdahulu oleh Lestari, dkk
memiliki tiga poin utama (fungsi, tujuan, (2014) FKIP Untan hasil penelitiannya
dan kegunaan) yang menunjukkan betapa mengungkapkan LKS terstruktur berbasis
pentingnya bagi kegiatan pembelajaran, PBL berpengaruh menurunkan kesulitan
sehingga bahan ajar ini sangat di butuhkan siswa dalam memecahkan masalah.
oleh peserta didik. Penelitian yang laksanakan oleh
Sebagai guru, tentunya sudah tidak Yustianingsih, dkk (2017) Universitas
asing lagi dengan bahan ajar cetak yang Negeri Padang hasil penelitian
namanya LKPD. Prastowo (2013: 444) mengungkapkan penggunaan perangkat
mengatakan LKPD memiliki delapan pembelajaran berbasis PBL dapat
unsur, yaitu: judul, kompetensi dasar yang meningkatkan hasil belajar pada
akan dicapai, waktu penyelesaian, kemampuan pemecahan masalah
peralatan atau bahan yang dibutuhkan matematis peserta didik. Serta penelitian
untuk menyelesaiakan tugas, informasi yang dilakukan oleh Fathonah (2016)
singkat, langkah kerja, tugas yang harus Universitas PGRI Semarang hasil
dilakukan, dan laporan yang harus penelitian mengungkapkan pembelajaran
dikerjakan. LKPD matematika wajib menggunakan lembar kerja siswa berbasis
Kelas XI yang digunakan oleh SMA Problem Based Learning lebih efektif
Taruna Bumi Khatulistiwa memiliki dibandingkan dengan pembelajaran
beberapa unsur yang belum ada, seperti: konvensional yang ditunjukkan oleh

3
ketuntasan kemampuan pemecahan Melakukan Pra-riset; (2) membuat
masalah, kemampuan pemecahan masalah perangkat-perangkat pembelajaran, yaitu
eksperimen lebih baik dibandingkan kelas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
kontrol, serta tanggapan siswa terhadap (RPP), LKPD berbasis PBL, lembar
pembelajaran menggunakan LKS berbasis pengamatan kegiatan guru mengajar,
Problem Based Learning sangat baik. instrumen penelitian berupa: soal posttest,
Memperhatikan uraian di atas, peneliti lembar pengamatan aktivitas belajar
tertarik untuk melakukan penelitian peserta didik, dan angket respon peserta
dengan judul “Penerapan Model didik; (3) melakukan seminar desain
Pembelajaran Problem Based Learning penelitian; (4) merivisi desain penelitian;
disertai LKPD pada materi Program (5) melakukan uji validitas terhadap
Linear di SMA Taruna Bumi perangkat pembelajaran dan instrumen
Khatulistiwa” penelitian; (6) merevisi hasil uji validitas
terhadap perangkat pembelajaran dan
METODE PENELITIAN instrumen penelitian; (7) melakukan uji
Metode yang digunakan dalam coba soal posttest; (8) menganalisis data
penelitian ini adalah metode eksperimen. hasil uji coba soal posttes (reliabilitas,
Jenis rancangan eksperimen yang daya pembeda, dan tingkat kesukaran); (9)
digunakan yaitu: pra-eksperimen (pre- merevisi perangkat pembelajaran dan
exsperimental design) dengan jenis bentuk instrumen penelitian berdasarkan hasil
rancangannya adalah studi kasus dengan validitas isi dan uji coba; (10) membuat
satu-bidikan (one-shot case study), jenis surat izin untuk mengadakan penelitian.
rancangan ini dipilih karena pada
kenyataannya sulit mendapatkan Tahap Pelaksanaan
kelompok kontrol, dan tujuan peneliti Langkah-langkah yang dilakukan
yaitu ingin mengetahui efektivitas pada tahap pelaksanaan antara lain: (1)
penerapan model pembelajaran PBL memberikan perlakuan pada sampel
disertai LKPD dimana rancangan ini penelitian, yaitu melaksanakan proses
melibatkan satu kelompok (X) dalam pembelajaran menggunakan model PBL
treatment tertentu yang kemudian disertai LKPD; (2) mengamati dan
dilanjutkan dengan observasi dan mengisi lembar observasi keterlaksanaan
pengukuran (O). Populasi dalam guru (peneliti) dalam mengelola pelajaran.
penelitian ini adalah seluruh peserta didik Observernya adalah guru matematika di
SMA Taruna Bumi Khatulistiwa kelas XI SMA Taruna Bumi Khatulistiwa; (3)
program IPS yang terdiri dari 60 orang mengamati dan mengisi lembar observasi
dan terbagi dalam dua kelas. Sedangkan aktifitas belajar peserta didik saat kegiatan
sampel yang diambil dalam penelitian ini belajar mengajar berlangsung.
adalah peserta didik kelas XI program IPS Observernya adalah Mahasiswa
di SMA Taruna Bumi Khatulistiwa yaitu Matematika yang berjumlah 6 orang; (4)
kelas XI IPS 1 sebagai kelompok memberikan posttest pada sampel
eksperimen. Prosedur yang dilakukan penelitian; (5) memberikan angket respon
dalam penelitian ini meliputi tiga tahap, peserta didik kepada sampel penelitian;
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, (6) mengolah dan menganalisis data yang
dan tahap akhir. Langkah-langkah yang di peroleh dengan uji statistik yang sesuai;
akan dilakukan dalam penelitian ini (7) mendeskripsikan hasil pengolahan
adalah sebagai berikut: data dan menyimpulkan hasilnya.
Tahap Akhir
Tahap Persiapan Langkah-langkah yang dilakukan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir adalah menyusun
pada tahap persiapan antara lain: (1) laporan penelitian.

4
HASIL PENELITIAN DAN Problem Based Learning disertai LKPD
PEMBAHASAN pada materi Program Linear diperoleh rata
Hasil Penelitian rata aktivitas belajar peserta didik sebesar
Penelitian ini bertujuan untuk 87,52% yang termasuk dalam kategori
mengetahui dan mendeskripsikan sangat aktif; (3) berdasarkan hasil
efektivitas penerapan model pembelajaran perhitungan dari persentase respon peserta
Problem Based Learning disertai LKPD didik sebesar 86,90% jika dilihat dari
pada materi Program Linear di SMA kriteria respon peserta didik menunjukkan
Taruna Bumi Khatulistiwa. Hasil bahwa respon yang diberikan sangat
penelitian di peroleh dari hasil positif terhadap pembelajaran dengan di
pengamatan peneliti terhadap subjek yang terapkannya model Problem Based
diteliti, yaitu peserta didik yang mengikuti Learning disertai LKPD; (4)rata-rata nilai
pembelajaran matematika menggunakan yang diperoleh peserta didik secara
model Problem Based Learning disertai keseluruhan sebesar 83,10 dengan skor
LKPD pada materi Program Linear di tertinggi yang diperoleh yaitu 100 dan
kelas XI IPS 1 SMA Taruna Bumi skor yang terendah yaitu 53,33. Dari 30
Khatulistiwa yang berjumlah 30 peserta peserta didik yang mengikuti tes sebanyak
didik. Pelaksanaan penelitian dilakukan 27 peserta didik atau sebesar 90% yang
sebanyak dua kali pertemuan. mencapai ketuntasan minimal dengan
Pada pelaksanaan pembelajaran nilai 78 dan masih terdapat 3 orang
dengan menggunakan model Problem peserta didik atau sebesar 10% yang
Based Learning disertai LKPD pada belum mencapai ketuntasan belajar
materi Program Linear, data yang minimal. Peserta didik dikatakan tuntas
dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri belajar secara klasikal jika dalam satu
dari data keterlaksanaan guru dalam kelas terdapat minimal 85% peserta didik
mengelola pembelajaran menggunakan yang memperoleh nilai minimal KKM,
model Problem Based Learning disertai yaitu 78. Karena persentase peserta didik
LKPD, aktivitas belajar peserta didik yang tuntas adalah 90% yang bearti lebih
selama pembelajaran berlangsung, respon dari 85%, maka dapat di simpulkan bahwa
peserta didik terhadap model ketuntasan hasil belajar secara klasikal
pembelajaran yang digunakan dan terpenuhi.
ketuntasan hasil belajar peserta didik.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh Pembahasan Penelitian
adalah sebagai berikut: (1) berdasarkan Keterlaksanaan guru dalam
dari 18 aspek pertemuan I dan 17 aspek pembelajaran dengan menerapkan model
pertemuan ke II yang diamati dengan skor Problem Based Learning disertai LKPD
maksimal pada setiap aspek adalah 4, pada materi Program Linear di laksanakan
diperoleh rata–rata skor pada pertemuan I sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan
sebesar 3,83 dan pertemuan II sebesar pertama dilaksanakan pada Jumat tanggal
3,76. Dari hasil pengamatan pertemuan I 31 Agustus 2018, saat jam belajar malam
dan pertemuan II diperoleh rata rata yaitu pukul 19.30 - 21.00. Sedangkan
keterlaksanaan guru dalam mengelola pertemuan ke dua dilaksanakan pada
penerapan model pembelajaran Problem Senin tanggal 03 September 2018, saat
Based Learning disertai LKPD pada jam belajar pagi yaitu pukul 10.15 – 11.45
materi Program Linear sebesar 3,79 yang WIB. Terdapat 17 item yang menjadi
termasuk dalam kategori ‘sangat baik’; (2) penilaian kemampuan guru dalam
dari hasil pengamatan aktivitas belajar mengelola pembelajaran. Dilakukan
peserta didik pertemuan I dan pertemuan pengamatan terhadap guru (peneliti)
II selama proses pembelajaran dalam mengelola pembelajaran yaitu
menggunakan model pembelajaran untuk melihat sejuah mana kegiatan
belajar mengajar yang direncanakan

5
terlaksana oleh guru (peneliti) dan untuk membuat model matematika pada masalah
mengetahui bagaimana guru (peneliti) yang ada, dan kelompok ke dua
dalam mengelola pembelajaran khususnya menjelaskan tentang cara menentukan
dengan menggunakan penerapan model himpunan penyelesaian dari masalah yang
pembelajaran Problem Based Learning ada. Kemudian peserta didik yang tidak
disertai LKPD. Pengamatan dilakukan menyampaikan hasil diskusinya di minta
oleh guru matematika SMA Taruna Bumi untuk mengajukan pertanyaan atau
Khatulistiwa yaitu bapak Heru Gunawan, tanggapan. Kemudian di tambahkan oleh
S.Pd.Pada pembelajaran yang pertama, guru jika ada penjelasan yang kurang
guru (peneliti) membuka pelajaran dengan tepat atau jika ada kekeliruan dalam
mengucapkan salam dan mengarahkan pemahaman mereka.Selanjutnya guru
peserta didik untuk berdoa. Setelah itu memberikan penguatan berupa motivasi
guru (peneliti) mengecek kehadiran dan semangat belajar kepada peserta didik
peserta didik dengan cara bertanya ‘siapa pada pelajaran matematika. Guru
yang tidak hadir’ agar tidak terlalu (peneliti) menginformasikan materi yang
memakan waktu. Kemudian guru akan di bahas berikutnya, setelah itu guru
(peneliti) memberikan apersepsi, setelah (peneliti) menutup pelajaran dengan
itu guru (peneliti) menyampaikan materi, meminta ketua kelas memimpin doa dan
tujuan pembelajaran, serta memberi mengakhirinya dengan salam.Pada
motivasi bagi peserta didik. Guru pembelajaran yang ke dua juga kurang
membentuk kelompok belajar, lebih sama dengan pertemuan pertama.
membagikan LKPD, dan menjelaskan Hanya saja materi pertemuan pertamaa
tentang penggunaan LKPD yang di berbeda dengan materi pertemuan ke dua,
tanggapi dengan sangat antusias oleh yaitu membuat model matematika pada
peserta didik. permasalahan Program Linear dan
Pada kegiatan inti peserta didik di menentukan nilai optimum fungsi
minta untuk mengamati masalah yang ada objektif. Untuk kelompok yang maju
pada LKPD, memastikan peserta didik menampilkan hasil presentasi adalah
berdiskusi, dengan saling mengajukan kelompok nomor cabut undi berikutnya
pertanyaan yang relevan terkait masalah yaitu kelompok 3 dan 4, sedangkan
yang ada di dalam kelompok, namun jika kelompok 5 dan 6 wajib memberikan
telah berdiskusi dalam kelompok dan pertanyaan atau tanggapan. Pembagian
belum menemukan jawaban maka materi presentasinya yaitu kelompok 3
kelompok tersebut dapat bertanya kepada membahas tentang cara membuat model
guru (peneliti). Selanjutnya peserta didik matematika pada permasalahan Program
di minta untuk melakukan percobaan Linear yang ada pada LKPD, dan
dalam membuat model matematika dari kelompok 4 membahas tentang
permasalahan yang ada, diskusikan dalam menentukan nilai optimum suatu fungsi
kelompok dan hasil diskusi di tulis dalam objektif. Dari lembar hasil pengamatan
LKPD. Setelah itu adalah kegiatan yang dilakukan oleh Bapak Heru
mengasosiasi yaitu peserta didik di minta Gunawan, S.Pd pada pertemuan pertama
untuk menentukan himpunan dan pertemuan ke dua sudah berjalan
penyelesaian dari masalah yang ada. sesuai dengan RPP yang telah di buat.
Setelah kegiatan diskusi kelompok Skor rata-rata untuk keterlaksanaan guru
selesai, beberapa kelompok diminta untuk dalam mengelola pembelajaran pun
mempresentasikan hasil diskusinya di sebesar 3,76. Berdasarkan perhitungan
depan kelas dengan cara cabut undi. tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
Untuk hari pertama dua kelompok yang keterlaksanaan guru (peneliti) dalam
maju, yaitu kelompok satu dan dua. mengelola pembelajaran menggunakan
Kelompok pertama menjelaskan tentang penerapan model pembelajaran Problem

6
Based Learning disertai LKPD tergolong presentasi yang di sampaikan oleh
sangat baik.Keterlaksanaan guru dalam kelompok lain pada pertemuan pertama
mengelola pembelajaran pada penelitian sebanyak lima orang yang tidak
ini sama hasilnya dengan keterlaksanaan melakukannya sedangkan untuk
guru dalam mengelola pembelajaran pertemuan kedua sebanyak enam orang
penelitian yang dilakukan oleh Lanjar tidak melakukannya, hal itu dikarenakan
Pratiw (2016: 34-44). ada beberapa orang yang belum selesai
Pengamatan terhadap aktivitas menyalin hasil diskusi ke dalam
belajar peserta didik dilakukan untuk LKPD.Persentase kategori visual
melihat bagaimana aktivitas siswa dalam activities pertemuan pertama sebesar
pembelajaran khususnya pembelajaran 93,33% sedangkan pertemuan kedua
dengan menggunakan model Problem sebesar 87,77%. Pada pertemuan ke dua
Based Learning disertai LKPD. mengalami penurunan skor aktivitas, hal
Pengamatan aktivitas belajar peserta didik ini secara umum di sebabkan oleh kondisi
di lakukan oleh 6 observer. Mengamati peserta didik di SMA Taruna Bumi
aktivitas belajar peserta didik sejak guru Khatulistiwa memiliki semangat belajar
membentuk kelompok hingga guru yang tinggi pada malam hari ketimbang
menutup pembelajaran. Setiap satu orang pada pagi harinya. Rata-rata persentase
pengamat mengamati satu kelompok yang untuk kategori visual activities untuk dua
terdiri dari 5 orang peserta pertemuan adalah sebesar 90,55% dan
didik.Berdasarkan data pengamatan tergolong dalam kategori ‘sangat aktif’.
pertama terlihat bahwa rata-rata Oral Activitiespada pertemuan
persentase aktivitas belajar peserta didik pertama masih ada dua orang peserta
adalah 88,83% dan tergolong ke dalam didik yang tidak melakukan perintah
kategori ‘sangat aktif’. Sedangkan dari untuk berdiskusi dalam kelompok seperti:
data pengamatan ke dua terlihat bahwa mengajukan pertanyaan yang relevan
rata-rata persentase aktifitas belajar terkait permasalahan yang ada, membuat
peserta didik adalah 86,22% dan juga model matematika, menentukan himpunan
tergolong ke dalam kategori ‘sangat aktif’. daerah penyelesaian pada masalah yang
Uraian aktivitas belajar peserta didik dari ada di LKPD, sedangkan pertemuan ke
tiap kategori aktivitas pertemuan pertama dua sebanyak tiga orang yang tidak
dan kedua adalah sebagai berikut:Kategori melakukannya. Untuk kegiatan
Visual Activities, memperhatikan guru mengajukan pertanyaan dan pendapat
saat dibentuknya kelompok belajar semua terkait pembahasan materi pelajaran yang
peserta didik melakukannya. Setelah guru di presentasikan kelompok lain pada hari
membentuk kelompok belajar peserta pertama sebanyak lima orang sedangkan
didik, kemudian guru menunjukkan hari kedua sebanyak tiga orang hal itu
LKPD dan menyampaikan tata cara dalam dikarenakan pada hari kedua banyaknya
menggunakannya semua peserta didik pertanyaan dan tanggapan di batasi. Sikap
sangat antusias hal ini terbukti sebanyak peserta didik dalam menjawab salam dari
100% peserta didik yang memperhatikan guru sangat baik, yaitu 100% peserta
guru begitu juga pada hari kedua. didik menjawab salam dari guru saat
Kemudian peserta didik di minta untuk pembukaan maupun penutupan.Persentase
mengamati masalah yang ada pada LKPD, kategori oral activities pertemuan pertama
namun tidak semua peserta didik adalah sebesar 56,66% dan untuk
melaksanakannya ada tiga orang yang pertemuan kedua sebesar 52,5%.
melakukan aktivitas lain. Sedangkan pada Sehingga rata-rata persentase kategori
pertemuan sebanyak lima orang yang oral activities untuk dua pertemuan
tidak mengamati masalah yang ada pada adalah sebesar 54,58% dan tergolong
LKPD. Dalam kegiatan memperhatikan dalam kategori ‘pasif’.

7
Listening activitiespersentase peserta Writing activities hanya ada satu
didik yang mendengarkan penjelasan guru kegiatan yang dinilai pada penelitian ini
terkait cara belajar dalam kelompok yaitu mencatat hasil diskusi kelompok
tercapai hingga 100%, begitu juga untuk kedalam LKPD pada tempat yang telah
pertemuan ke dua. Dalam kegiatan diskusi disediakan. Untuk pertemuan pertama dan
peserta didik dituntut untuk saling kedua semua peserta didik melakukan
mendengarkan pendapat kawan kegiatan tersebut, hal itu dikarenakan guru
sekelompok, namun belum semua mewajibkan para peserta didik untuk
melakukan hal tersebut. Pada hari pertama mencatat hasil diskusi kelompok ke dalam
sebanyak dua orang yang tidak melakukan LKPD pada tempat yang telah disediakan,
perintah tersebut, sedangkan pada hari setelah itu LKPD akan
kedua sebanyak empat orang. Pada hari dikumpulkan.Persentase kategori writing
pertama dan hari kedua harus ada dua aktivities pada pertemuan pertama dan
kelompok yang maju untuk kedua adalah sebesar 100%, sehingga skor
mempresentasikan hasil diskusi rata-rata persentase tersebut pun sebesar
kelompoknya, untuk itu supaya peserta 100%. Untuk kategori drawing activities
didik merasa adil guru membuat cabut pun hanya satu kegiatan yang diamati
undi. Bagi kelompok yang mendapatkan sama halnya dengan kategori writing
nomor undian satu dan dua maka activities. Pada kategori ini peserta didik
kelompok itu lah yang akan maju diminta untuk menggambar grafik di
mempresentasikan hasilnya pada hari LKPD pada tempat yang telah disediakan.
pertama, sedangkan untuk kelompok yang Besar skor persentase pada pertemuan
mendapatkan nomor undian tiga dan pertama dan pertemuan kedua pun sama
empat akan maju mempresentasikan hasil yaitu 100% yang artinya semua peserta
diskusi kelompoknya pada hari kedua didik melaksanakannya. Sama halnya
tentunya dengan materi yang berbeda. dengan kategori writing activities hal ini
Sedangkan untuk kelompok yang disebabkan karena guru mewajibkan
mendapat nomor undian lima dan enam, peserta didiknya sehingga semua peserta
kelompok tersebut wajib bertanya dan didik melaksanakan kegiatan tersebut.
memberi tanggapan dalam hasil presentasi Dari semua kategori aktivitas belajar
pada pertemuan kedua minimal setiap peserta didik, terlihat bahwa persentase
kelompok satu pertanyaan dan satu aktivitas belajar peserta didik yang paling
tanggapan.Mendengarkan guru saat guru rendah adalah pada kategori oral
menyampaikan materi yang akan activities, yaitu sebesar 54,58%. Dan
dipelajari untuk pertemuan selanjutnya, persentase aktivitas belajar peserta didik
dan semua peserta didik melakukan hal yang paling tinggi adalah pada kategori
itu. Namun pada pertemuan ke dua writing activities dan drawing activities,
kegiatan mendengarkan guru saat guru yaitu sebesar 100%. Persentase aktivitas
menyampaikan materi yang akan belajar peserta didik kategori oral
dipelajari tidak ada, hal ini dikarenakan activities adalah yang paling rendah dari
pertemuan kedua merupakan pertemuan pada kategori indikator yang lain, hal ini
terakhir dari proses disebabkan pada kategori oral activities
pembelajaran.Persentase kategori terdapat kegiatan bertanya dan
listening activities dipertemuan pertama menyampaikan pendapat saat penjelasan
adalah sebesar 94,16% sedangkan untuk dari presentasi kelompok lain selesai.
pertemuan kedua sebesar 90,83%. Sangat tidak mungkin untuk semua
Sehingga rata-rata persentase kategori peserta didik dapat bertanya dan memberi
listening activities untuk dua pertemuan pendapat, tentunya harus diberi batasan
adalah sebesar 92,49% dan tergolong oleh guru mengingat waktu jam pelajaran
dalam kategori ‘sangat aktif’. yang terbatas. Sedangkan tingginya

8
persentase untuk writing activities dan Learning disertai LKPD pada materi
drawing activities disebabkan oleh Program Linear menunjukkan bahwa total
perintah dari guru yang mengharuskan respon peserta didik adalah sebesar 1,460.
seluruh peserta didik melakukan kegiatan Kemudian akan dihitung skor
tersebut.Secara umum hal yang kriteriumnya dengan cara: tertinggi tiap
menyebabkan peserta didik sangat aktif item x total item x total peserta didik.
dalam pembelajaran dengan menerapkan Skor kriterium = 4 x 14 x 30 = 1680.
model Problem Based Learning disertai Menghitung persentase respon peserta
LKPD ini adalah karena peserta didik didik terhadap pembelajaran
sangat antusias selama proses menggunakan model Problem Based
pembelajaran ditambah dengan adanya Learning disertai LKPD dengan rumus:
LKPD buatan guru yang lebih menarik. persentase respon = x
Hasil dua kali pengamatan oleh enam .
orang observer pada pembelajaran 100%. Persentase respon = . x 100% =
matematika menggunakan model Problem 86,90%. Ini artinya respon peserta didik
Based Learning disertai LKPD, terhadap pembelajaran menggunakan
menunjukkan rata-rata persentase model Problem Based Learning disertai
aktivitas belajar peserta didik sebesar LKPD masuk pada kategori “sangat
87,52%. Sehingga dapat disimpulkan positif”. Hal ini berarti respon 30 orang
bahwa aktivitas belajar peserta didik peserta didik Kelas XI IPS 1 SMA Taruna
selama mengikuti pembelajaran Bumi Khatulistiwa, secara umum
matematika menggunakan model Problem terhadap pembelajaran matematika
Based Learning disertai LKPD pada menggunakan model Problem Based
materi Program Linear tergolong dalam Learning disertai LKPD pada materi
kategori ‘sangat aktif’. Aktifitas peserta Program Linear tergolong “sangat
didik pada penelitian ini sama hasilnya positif”.Berdasarkan lembar angket
dengan aktifitas penelitian yang dilakukan respon peserta didik, mereka memberikan
oleh Toman Ufuk, dkk (2013). respon yang sangat baik terhadap kegiatan
Angket respons peserta didik berisi pembelajaran ini dikarenakan dalam
14 butir pernyataan yang terdiri dari kegiatan pembelajaran membuat peserta
pernyataan positif dan pernyataan negatif. didik lebih berani dalam mengungkapkan
Angket diberikan kepada 30 peserta didik pendapat dan lebih memahami materi
Kelas XI IPS 1. Setiap peserta didik pembelajaran serta rasa antusiaisme
diminta untuk membaca pernyataan belajar mereka pun meningkat dengan
angket dengan seksama, kemudian adanya LKPD yang di sediakan oleh guru
memberikan respon dengan mencentang dan dengan di adakannya belajar secara
satu di antara kolom jawaban yang berkelompok dengan strategi setiap
disediakan di angket (sangat setuju, kelompok terdapat satu orang yang di
setuju, tidak setuju, dan sangat tidak anggap mampu untuk memahami materi
setuju). Peserta didik diminta untuk dengan cepat dan mudah. Saat belajar
mengisi angket sesuai dengan apa yang kelompok mereka tidak segan untuk
mereka rasakan atau alami.Berdasarkan bertanya pada kawannya, hal ini lah yang
lembar angket respon peserta didik, sangat membantu peserta didik selama
peserta didik memberikan respon yang proses pembelajaran, sehingga membuat
sangat positif terhadap pembelajaran respon peserta didik menjadi positif.
menggunakan model Problem Based Respon siswa pada penelitian ini sama
Learning disertai LKPD. Berdasarkan hasilnya dengan respon penelitian yang
hasil perhitungan angket respons peserta dilakukan oleh Fathonah (2016).
didik terhadap pembelajaran matematika Tes hasil belajar diberikan dalam
menggunakan model Problem Based bentuk tes uraian sebanyak lima buah soal

9
tentang membuat model matematika dan Learning disertai LKPD yaitu sebesar
menentukan nilai optimum dari fungsi 3,83 dan pada pertemuan kedua yaitu
objektif. Peserta didik diminta untuk dengan rata-rata sebesar 3,76; (2)
menjawab soal sebaik mungkin dan tidak Aktivitas belajar peserta didik pada materi
bekerjasama. Setelah peserta didik Program Linear dengan menggunakan
mengisi tes hasil belajar, peneliti lalu model Problem Based Learning disertai
memberikan skor untuk masing-masing LKPD tergolong sangat aktif, yaitu
butir soal, dan kemudian mengubahnya sebesar 87,52%. Pada pertemuan pertama
menjadi nilai dari rentang 0-100. Peserta rata-rata aktivitas belajar peserta didik
didik dikatakan tuntas belajar secara sebesar 88,83% dan pertemuan kedua
individu apabila memperoleh nilai sebesar 86,22%; (3) Respon peserta didik
minimal Kriteria Ketuntasan Minimal terhadap pembelajaran dengan
(KKM), yaitu 78. Peserta didik dikatakan menggunakan model Problem Based
tuntas secara klasikal jika dalam suatu Learning disertai LKPD tergolong sangat
kelas terdapat minimal 85% peserta didik positif yaitu sebesar 86,90%; (4)
memperoleh nilai minimal KKM (78). Ketuntasan hasil belajar peserta didik
Dari hasil penskoran dan nilai yang pada materi Program Linear di kelas XI
diberikandiperoleh jumlah peserta didik IPS 1 SMA Taruna Bumi Khatulistiwa
yang tuntas secara individu sebanyak 27 dengan model Problem Based Learning
orang dan jumlah peserta didik yang disertai LKPDtercapai secara
belum tuntas sebanyak tiga orang. Hasil klasikalyaitu terdapat 27 peserta didik
tersebut menunjukkan persentase jumlah atau sebesar 90% peserta didik yang
peserta didik yang tuntas sebesar 90% dan mencapai nilai ketuntasan minimal.
yang tidak tuntas sebesar 10%. Dengan
demikian, dapat dikatakan ketuntasan Saran
belajar secara klasikalnya tercapai.Hasil Beberapa saran yang dapat
belajar peserta didik pada penelitian ini disampaikan berdasarkan hasil temuan
sama hasilnya dengan respon penelitian dilapangan pada saat penelitian adalah:(1)
yang dilakukan oleh Yustianingsih,dkk Guru harus bisa menciptakan suasana
(2017). yang nyaman di dalam kelas agar saat
pembelajaran berlangsung siswa dapat
SIMPULAN DAN SARAN belajar lebih fokus tanpa ada yang
Simpulan bersenda gurau atau membuat keributan;
Berdasarkan pembahasan yang telah (2) Guru selalu berupaya agar aktivitas
dipaparkan di atas dari keempat belajar khususnya oral activities peserta
keefektifan pembelajaran dapat didik lebih ditingkatkan; (3) Dipersiapkan
disimpulkan secara umum bahwa manejemen waktu yang baik, sehingga
pembelajaran menggunakan model saat penelitian berlangsung dapat berjalan
Problem Based Learning disertai LKPD dengan lancar.
efektif untuk diterapkan dalam materi
Program Linear di kelas XI IPS SMA DAFTAR RUJUKAN
Taruna Bumi Khatulistiwa. Kesimpulan Creswell, John W. (2012). Research
umum tersebut dapat disimpulkan sebagai Design Pendekatan Kualitatif,
berikut: (1) Keterlaksanaan model Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:
Problem Based Learning disertai Pustaka Pelajar.
LKPDdalam pembelajaran yang Hamalik, Oemar. (2016). Proses Belajar
dilakukan selama dua pertemuan Mengajar. (Cetakan ke-18). Jakarta:
tergolong sangat baik yaitu sebesar 3,79. PT Bumi Aksara.
Pada pertemuan pertama, rata rata Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2018).
keterlaksanaan model Problem Based Pengertian Hasil, Belajar, Aktifitas,

10
Efektivitas, Pembelajaran,
Matematika. (Online).
(https://kbbi.web.id/respon, diakses
tanggal 13 Maret 2018).
Mulyasa, E. (2011). Manajemen Berbasis
Sekolah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nasution, S. (2012). Didaktik Asas-Asas
Mengajar. (Cetakan ke-5). Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
(2013). Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 69 Tahun
2013 Tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Jakarta: Peraturan Menteri Priatna, nanang dan Sukamto, Tito.
Pendidikan dan Kebudayaan (2015).Buku Guru Aktif dan Kreatif
Republik Indonesia. Belajar Matematika 2. Bandung:
Peraturan Menteri Pendidikan dan Grafindo Media Pratama.
Kebudayaan Republik Indonesia. Sudjana. (2002). Metoda Statistika.
(2014). Peraturan Menteri (Cetakan ke-2). Bandung: Tarsito
Pendidikan dan Kebudayaan Sudjana, Nana. (2017). Penilaian Hasil
Republik Indonesia Nomor 103 Proses Belajar Mengajar. (Cetakan
Tahun 2014 Tentang Pembelajaran ke-21). Bandung: PT Remaja
pada Pendidikan Dasar dan Rosdakarya.
Pendidikan Menengah. Jakarta: Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Peraturan Menteri Pendidikan dan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Kebudayaan Republik Indonesia. Sugiyono. (2010). Statistika Untuk
Prastowo, Andi. (2016). Pengembangan Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Bahan Ajar Tematik.(Cetakan ke-2).
Jakarta: KENCANA Prenamedia
Group.

11

You might also like