You are on page 1of 13

PERBEDAAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP


INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
SOSIOLOGI DI SMA NEGERI 14 BANDUNG
1
Sri Pujiastuti, 2Elly Malihah, dan 3Siti Komariah
1
Mahasiswa Pendidikan Sosiologi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
2
Dosen Prodi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
3
Dosen Prodi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia
Jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung
Email: Pujiuji92@yahoo.co.id

Abstract: The Differences of Application Learning Model of Problem Based


Learning (PBL) and Cooperative Learning Model Group Investigation to
Student Results of Learning. This study was conducted in class XI IPS Senior
High School 14 Bandung second semester of the school year 2013/2014 by using
quasi experimental methods. The purpose of this study was to determine the effect
of differences in the application of learning models to increase student learning in
subjects sociology. The results showed that there were differences in learning
outcomes on student learning model that uses Problem Based Learning with
students using conventional learning models, there are differences in learning
outcomes of students who use cooperative learning model Group Investigation by
students using conventional learning models, and there are differences in learning
outcomes student learning model that uses Problem Based Learning with students
using cooperative learning model Group Investigation. Improved learning
outcomes occur in students who use learning model of Problem Based Learning.
Keyword: Learning Model of Problem Based Learning, cooperative learning
model Group Investigation, student learning outcomes.

Abstrak: Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning


(PBL) Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sosiologi di SMA Negeri 14
Bandung. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPS SMA Negeri 14 Bandung
semester genap tahun ajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode kuasi
eksperimen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
perbedaan penerapan model pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran sosiologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar pada siswa yang menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran konvensional, terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dengan hasil
belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional, dan terdapat
perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif Group Investigation. Peningkatan hasil belajar terjadi
pada siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.
Kata kunci: model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), model
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), hasil belajar siswa.

1
2

Manusia dalam menjalankan dialami oleh sebagian siswa kelas XI IPS di


peranannya sebagai pemimpin di muka SMA Negeri 14 Bandung yang belum
bumi, tidak akan terlepas dari pendidikan. mencapai hasil yang maksimal dalam
Pendidikan merupakan proses belajar memperoleh nilai di atas KKM pada mata
mengajar pola-pola kelakuan manusia pelajaran sosiologi. Salah satu upaya yang
menurut apa yang diharapkan oleh seharusnya dilakukan untuk meningkatkan
masyarakat. Pendidikan memiliki peranan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
penting dalam meningkatkan kualitas sosiologi adalah dengan menerapkan model
sumber daya manusia serta upaya untuk pembelajaran yang lebih variatif dan dapat
mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia meningkatkan keaktifan serta pemikiran
dalam mewujudkan kesejahteraan umum kritis siswa dalam mata pelajaran sosiologi.
serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Sudjana (dalam Manihai, 2012)
Permasalahan yang timbul adalah mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
pendidikan kita masih didominasi oleh perubahan tingkah laku yang mencakup
pandangan bahwa pengetahuan sebagai bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik
perangkat fakta-fakta yang harus dihafal, yang dimiliki oleh siswa setelah menerima
termasuk dalam mata pelajaran sosiologi. Di pengalaman belajar. Hasil belajar dapat
sisi lain adanya banyak fakta bahwa guru dilihat melalui nilai yang diraih siswa
menguasai materi suatu subjek dengan baik setelah menerima materi pelajaran.
tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan Beberapa model pembelajaran yang
pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi akan digunakan dalam penelitian ini adalah
karena kegiatan tersebut tidak didasarkan model pembelajaran Problem Based
pada model pembelajaran tertentu sehingga Learning dan model pembelajaran
hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. kooperatif Group Investigation. Model
Proses belajar mengajar di dalam kelas pembelajaran Problem Based Learning
masih terfokus pada guru sebagai sumber (PBL) diperkenalkan pertama
utama pengetahuan, di mana ceramah kali oleh Faculty of Health Sciences of
menjadi pilihan utama proses belajar McMaster University di Kanada pada tahun
mengajar. 1966. Dewey (dalam Saadah, 2012, hlm. 13)
SMA Negeri 14 Bandung merupakan mengungkapkan bahwa Problem Based
salah satu sekolah yang belum pernah Learning adalah interaksi antara stimulus
menggunakan model pembelajaran Problem dengan respons, merupakan hubungan antara
Based Learning (PBL) dan model dua arah belajar dan lingkungan.
pembelajaran kooperatif Group Lingkungan memberi masukan kepada siswa
Investigation (GI), khususnya pada mata berupa bantuan dan masalah, sedangkan
pelajaran sosiologi. Model pembelajaran sistem saraf otak berfungsi menafsirkan
yang digunakan oleh guru sosiologi di SMA bantuan itu secara efektif sehingga yang
Negeri 14 Bandung adalah model dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis,
konvesional ceramah bervariasi, seperti serta dicari pemecahannya dengan baik.
tanya jawab ataupun diskusi. Hal ini Sedangkan menurut Hmelo-Silver (dalam
dibuktikan dengan jumlah siswa IPS kelas Eggen dan Kauchak, 2012, hlm. 307)
XI yang mencapai nilai KKM adalah mengemukakan bahwa Problem Based
sebanyak 70%. Nilai KKM pada mata Learning adalah seperangkat model
pelajaran sosiologi di SMA Negeri 14 mengajar yang menggunakan masalah
Bandung kelas XI adalah 78. Oleh sebab itu sebagai fokus untuk mengembangkan
masih terdapat 30% siswa yang mengalami keterampilan pemecahan masalah, materi,
kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran dan pengaturan diri. Model pembelajaran
sosiologi. Problem Based Learning dapat mendorong
siswa untuk mengembangkan cara berpikir
Salah satu upaya peningkatan kualitas dan bertindak lebih kreatif dalam
pembelajaran di sekolah yaitu dengan memecahkan suatu masalah yang
memperhatikan metode pembelajaran yang berhubungan dengan materi sosiologi. Selain
diterapkan di sekolah. Seperti halnya yang itu siswa juga dilatih untuk dapat melakukan
3

sebuah eksperimen untuk mendapatkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 114
jawaban mengenai masalah yang ditugaskan. siswa yang terdiri dari 38 orang siswa kelas
Sedangkan model pembelajaran kooperatif XI IPS 1, 38 orang siswa kelas XI IPS 2, dan
Group Investigation menurut Huda, M 38 orang siswa kelas XI IPS 3. Desain
(2013, hlm. 123) menjelaskan bahwa metode penelitian ini menggunakan non-equivalent
yang dikembangkan oleh Sharan dan Sharan contol group design yang hampir sama
ini lebih menekankan pada pilihan dan dengan pre-test post-test control group
kontrol siswa daripada menerapkan teknik- design, hanya pada desain ini kelompok
teknik pengajaran di ruang kelas. Dalam eksperimen maupun kelompok kontrol tidak
metode Group Investigation, siswa diberi dipilih secara random.
kontrol dan pilihan penuh untuk Penelitian ini dilakukan dengan
merencanakan apa yang ingin dipelajari dan menggunakan metode penelitian kuasi
di investigasi. Kedua model pembelajaran eksperimen dengan pendekatan kuantitatif.
ini tidak lagi menjadikan guru sebagai pusat Menurut Sugiyono (2013, hlm. 107) metode
utama dalam proses pembelajaran. Tugas penelitian eksperimen dapat diartikan
guru di sini hanya menjadi fasilitator dan sebagai metode penelitian yang digunakan
pengontrol dalam aktivitas belajar siswa saat untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
proses belajar berlangsung. terhadap yang lain dalam kondisi yang
Berdasarkan penjelasan di atas maka terkendalikan Instrumen penelitian
dipandang perlu diadakan penelitian untuk merupakan alat untuk mengukur fenomena
mengetahui perbedaan penerapan model alam maupun sosial yang terjadi. Instrumen
pembelajaran Problem Based Learning penelitian sangat diperlukan dalam
(PBL) dengan model pembelajaran penelitian ini untuk mencapai tujuan yang
kooperatif Group Investigation terhadap diharapkan. Instrumen sebagai alat
hasil belajar siswa pada mata pelajaran pengumpul data harus disusun secara baik
sosiologi di SMA Negeri 14 Bandung. untuk mendapatkan hasil data yang objektif.
Maka dari itu untuk mengetahui hasil belajar
siswa yaitu dengan memberikan tes (pre test
METODE dan post test) dan lembar observasi.
Menurut Sugiyono (2013, hlm. 117)
populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai HASIL DAN PEMBAHASAN
kualitas dan karakteristik tertentu yang HASIL
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan Data hasil belajar di SMA Negeri 14
kemudian ditarik kesimpulan. Populasi Bandung dengan menggunakan model
penelitian ini dipilih siswa kelas XI IPS pembelajaran Problem Based Learning dan
SMA Negeri 14 Bandung pada tahun ajaran model pembelajaran kooperatif Group
2013-2014. Jumlah populasi kelas XI IPS Investigation didapat dari tes awal (pretest),
SMA Negeri 14 Bandung adalah 114 siswa kemudian diberikan treatment, tes akhir
yang terdiri dari 38 siswa kelas XI IPS 1, 38 (post test) hasil dari peningkatan belajar
siswa kelas XI IPS 2, dan 38 siswa kelas XI setelah diberikan treatment. Hasil
IPS 3. Teknik pengambilan sampel yang pengolahan data ini meliputi perhitungan
dipilih adalah purposive sampling. Sampel rata-rata, simpangan baku dan variansi
yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan data mentah.
adalah siswa kelas XI IPS 1 ditetapkan
sebagai kelas eksperimen 1 dengan Tabel 1
menggunakan model pembelajaran Problem Hasil Perhitungan Skor Rata-rata dan
Based Learning, siswa kelas XI IPS 2 Simpangan Baku
sebagai kelas kontrol dengan menggunakan Kelompok Eksperimen dan Kelompok
model pembelajaran konvensional, dan kelas Kontrol
XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen 2 dengan Rata-
Simpangan
menggunakan model pembelajaran No Kelompok
rata ( ) Baku (S)
kooperatif Group Investigation. Jumlah
4

1
Eksperimen
21,18 2,43
Hasil Pengujian Uji Normalitas Chi
1 Kuadrat Dari Kelompok Eksperimen2
Eksperimen Dengan Model Pembelajaran Kooperatif
2 20,55 2,04
2 Group Investigation
3 Kontrol 21,66 2,35 Hasil
No Test N hitung tabel
Uji
Setelah diketahui nilai rata-rata dan 1 Pre test 38 6,6123 15,507 Normal
simpangan baku dari kelompok eksperimen1, 2
Post
38 1,1940 9,488 Normal
eksperimen2, dan kelompok kontrol, test
selanjutnya penulis menganalisis data
dengan menghitung uji normalitas data Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui
dengan uji chi kuadrat, dan uji homogenitas bahwa nilai X2tabel tes awal dalam taraf nyata
dengan uji Bartlett. Hasil perhitungan uji 0,05 dengan dk = 9-1 = 15,507 dan X 2tabel tes
normalitas dapat dilihat pada tabel berikut: akhir dalam taraf nyata 0,05 dengan dk = 5-1
= 9,488, sedangkan dari hasil perhitungan
Tabel 2 diperoleh X2hitung tes awal dan tes akhir pada
Hasil Pengujian Uji Normalitas Chi kelompok pembelajaran dengan
Kuadrat Dari Kelompok Eksperimen1 menggunakan model pembelajaran
Dengan Model Pembelajaran Problem kooperatif Group Investigation adalah
Based Learning 6,6123 dan 1,1940. Kriteria pengujiannya
adalah tolak H0 jika X2hitung yang diperoleh
No Test N tabel Hasil Uji dari data pengamatan lebih besar dari X2tabel,
hitung selain dari itu maka H0 diterima. Dengan
Pre demikian data tes awal dan tes akhir dengan
1 38 2,54 11,070 Normal menggunakan model pembelajaran
test
Post kooperatif Group Investigation berdistribusi
2 38 1,866 12,592 Normal normal, karena nilai X2hitung lebih kecil dari
test
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui nilai X2tabel .
bahwa nilai X2tabel tes awal dalam taraf nyata Tabel 4
Hasil Pengujian Uji Normalitas Chi
0,05 dengan dk = 6-1 = 11,070 dan tabel tes Kuadrat Dari Kelompok Kontrol
akhir dalam taraf nyata 0,05 dengan dk = 7-1 N Hasil
Test N hitung tabel
= 12,592, sedangkan dari hasil perhitungan o Uji
diperoleh tes awal dan tes akhir pada Pre 3 11,07
hitung 1 2,373 Normal
test 8 0
kelompok pembelajaran dengan Post 3 11,07
menggunakan Problem Based Learning 2 4,092 Normal
test 8 0
adalah 2,54 dan 1,866. Kriteria
pengujiannya adalah tolak H0 jika hitung Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui
yang diperoleh dari data pengamatan lebih bahwa nilai tabel tes awal dalam taraf nyata
besar dari tabel selain dari itu maka H0 0,05 dengan dk = 6-1 = 11,070 dan tabel tes
diterima. Dengan demikian data tes awal dan akhir dalam taraf nyata 0,05 dengan dk = 6-1
tes akhir dengan menggunakan model = 11,070, sedangkan dari hasil perhitungan
pembelajaran Problem Based Learning diperoleh X2hitung tes awal dan tes akhir pada
berdistribusi normal, karena nilai hitung kelompok pembelajaran dengan model
pembelajaran konvensional adalah 2,373 dan
lebih kecil dari nilai tabel. 4,092. Kriteria pengujiannya adalah tolak H0
jika X2hitung yang diperoleh dari data
Tabel 3 pengamatan lebih besar dari tabel , selain
dari itu maka H0 diterima. Dengan demikian
5

data tes awal dan tes akhir dengan pihak atau dua rata-rata yaitu uji-t. Hasil
menggunakan model pembelajaran pengujian kesamaan dua rata-rata
konvensional berdistribusi normal, karena peningkatan hasil belajar siswa pada mata
nilai X2hitung lebih kecil dari nilai pelajaran sosiologi disajikan pada tabel 6.
tabel.

Langkah selanjutnya adalah Tabel 6


melakukan pengujian homogenitas dengan Hasil Perhitungan Uji Signifikansi
menggunakan uji Bartlett dengan Peningkatan Hasil Pembelajaran dari
pendekatan Chi Kuadrat. Hasil pengujian Kelompok Eksperimen1 dan Kelompok
dari data penelitian disajikan dalam tabel 5. Eksperimen2
Kelo Vari Signif
Tabel 5 N Thit Tta
mpo ansi ikans
Hasil Pengujian Homogenitas (Kesamaan o ung bel
k (S) i
Beberapa Varians) dari Kelompok Eksp 21
Eksperimen dan Kelompok Kontrol 1 erime ,1 1,15
N Kelompo Varian X2hitun X2tabe Hasil n1 8 2,2 1, Signif
o k si g l Uji Eksp 20 5 99 ikan
2 erime ,5 1,84
Eksperime n2 5
1 6,0
n1
Eksperime Homog Berdasarkan hasil perhitungan uji
2 4,6 2,63 1,71 signifikansi, peningkatan hasil belajar siswa
n2 en
dengan menggunakan model pembelajaran
3 Kontrol 6,3 Problem Based Learning dan model
pembelajaran kooperatif Group
Investigation disajikan pada Tabel 6 yang
Kriteria pengujian homogenitas adalah diperoleh data rata-rata selisih peningkatan
batas kritis penerimaan atau penolakan pada kelompok eksperimen1 adalah 21,18
hipotesis, dengan derajat kebebasan sedangkan pada kelompok eksperimen2
pembilang (k-1) dan derajat kebebasan adalah 20,55. Setelah memperoleh hasil
penyebut (k-1) dengan taraf kesalahan 5% perhitungan rata-rata selisih peningkatan dua
dan derajat kebebasan penyebut k-1 = 3-1 = model pembelajaran kemudian diperoleh
2 atau nilai X2tabel = 1,71. Jika X2hitung > X2tabel variansi1 adalah 1,15 dan variansi2 adalah
maka data tersebut berdistribusi homogen. 1,84. Dari hasil pengujian data-data tersebut
Berdasarkan hasil pengujian kesamaan diperoleh thitung 2,25 sedangkan nilai ttabel pada
beberapa varians kelompok eksperimen1, taraf kepercayaan = 0,05 dan derajat
kelompok eksperimen2 dan kelompok kebebasan dk = 38 + 38 2 = 74, harga t1-0,05
kontrol maka dapat diketahui bahwa hasil (0,95) dari daftar distribusi t diperoleh 1,99.
X2hitung adalah 2,63 dan X2tabel adalah 1,71. Oleh karena itu,maka kriteria pengujian
Dengan demikian X2hitung 2,63 > X2tabel 1,71. adalah tolak H0 jika thitung > ttabel 1-. Hasil
Maka dapat disimpulkan bahwa data perhitungan menunjukkan bahwa thitung (2,25)
berdistribusi homogen. > ttabel (1,99). Karena thitung berada pada
Setelah hasil pengujian homogenitas daerah penolakan, maka H0 ditolak. Hal ini
menunjukkan data yang homogen dan hasil berarti terdapat perbedaan hasil belajar siswa
uji normalitas menunjukkan data yang yang menggunakan model pembelajaran
terdistribusi normal, maka langkah Problem Based Learning dengan hasil
selanjutnya adalah melakukan pengujian belajar siswa yang menggunakan model
perbedaan signifikansi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Group
pengujian dua pihak atau dua rata-rata Investigation pada mata pelajaran sosiologi
peningkatan hasil belajar kelompok di SMA Negeri 14 Bandung.
eksperimen1 dan kelompok eksperimen2
dengan menggunakan uji signifikansi dua
PEMBAHASAN
6

Salah satu model pembelajaran yang kooperatif Group Investigation (GI).


dapat dikembangkan dan diadopsi untuk Menurut Sudjana (dalam Anita, dkk., 2013,
menempatkan siswa sebagai pusat hlm. 3) model pembelajaran investigasi
pembelajaran adalah penerapan model kelompok memiliki tiga konsep utama yaitu
Problem Based Learning (PBL) (Gunantara, penyelidikan (inquiry), pengetahuan
dkk, 2014, hlm. 2). (knowladge), dan dinamika kelompok
Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 14 belajar (dinamic of learning group). Cara
Bandung merupakan kelas yang dipilih untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
sebagai kelas yang diberikan perlakuan siswa pada kelas XI IPS 3 adalah dengan
dengan menggunakan model pembelajaran menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Tes
Problem Based Learning (PBL). Tes yang yang diberikan adalah pre test sebagai alat
diberikan adalah pre test sebagai alat ukur ukur untuk mengetahui kemampuan awal
untuk mengetahui kemampuan awal siswa siswa sebelum diberikan perlakuan dengan
sebelum diberikan perlakuan dengan model model pembelajaran kooperatif Group
pembelajaran Problem Based Learning dan Investigation (GI) dan post test diberikan
post test diberikan setelah mendapatkan setelah mendapatkan perlakuan dengan
perlakuan dengan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif Group
Problem Based Learning. Soal yang Investigation (GI). Soal yang diberikan
diberikan adalah tes tulis dengan jumlah 30 adalah tes tulis dengan jumlah 30 butir soal
butir soal pilihan ganda dengan pokok pilihan ganda dengan pokok bahasan
bahasan kelompok sosial. kelompok sosial.
Berdasarkan hasil penelitian yang Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, siswa di kelas XI IPS 1 telah dilakukan, siswa di kelas XI IPS 3
SMA Negeri 14 Bandung yang SMA Negeri 14 Bandung yang
menggunakan model pembelajaran Problem menggunakan model pembelajaran
Based Learning mengalami peningkatan kooperatif Group Investigation (GI) tidak
hasil belajar pada mata pelajaran sosiologi. mengalami peningkatan hasil belajar pada
Hal ini dapat dilihat dari hasil pre test dan mata pelajaran sosiologi. Hal ini dapat
post test siswa di mana nilai yang diperoleh dilihat dari hasil pre test dan post test siswa.
siswa mengalami peningkatan. Dengan Dengan tidak adanya peningkatan hasil
adanya peningkatan hasil belajar siswa di belajar siswa di kelas XI IPS 3 dapat
kelas XI IPS 1 dapat menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa model pembelajaran
model pembelajaran Problem Based kooperatif Group Investigation (GI) masih
Learning cukup tepat dan efektif untuk kurang efektif untuk diterapkan pada mata
diterapkan pada mata pelajaran sosiologi pelajaran sosiologi. Hal ini dapat terjadi
khususnya pada materi kelompok sosial, karena kurangnya kesiapan siswa untuk
karena selain dapat meningkatkan hasil mengikuti mata pelajaran sosiologi dengan
belajar siswa, model pembelajaran Problem menggunakan model pembelajaran yang
Based Learning dapat melatih siswa untuk berbeda dari biasanya. Tidak hanya itu saja,
belajar lebih mandiri dan kritis. Hal ini penyebab lain yang membuat siswa di kelas
sejalan dengan pendapat Sudjana (dalam XI IPS 3 tidak mengalami peningkatan hasil
Adawiyah, R, 2011, hlm. 11) bahwa manfaat belajar disebabkan oleh waktu belajar mata
khusus yang diperoleh dari metode Dewey pelajaran sosiologi yang kurang tepat, yaitu
adalah metode pemecahan masalah. Tugas pada siang hari, sehingga menyebabkan
guru adalah membantu para siswa siswa kurang konsentrasi pada saat
merumuskan tugas-tugas, dan bukan mengikuti kegiatan belajar.
menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 14
pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi Bandung merupakan kelas yang dipilih
dari masalah yang ada di sekitarnya. sebagai kelas yang diberikan perlakuan
Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 14 dengan menggunakan model pembelajaran
Bandung merupakan kelas yang dipilih konvensional dengan metode ceramah. Cara
sebagai kelas yang diberikan perlakuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
dengan menggunakan model pembelajaran siswa pada kelas XI IPS 2 adalah dengan
7

menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Tes pengalaman yang diperoleh setelah
yang diberikan adalah pre test sebagai alat dilakukan evaluasi berupa tes dan biasanya
ukur untuk mengetahui kemampuan awal diwujudkan melalui angka-angka tertentu
siswa sebelum diberikan perlakuan dengan serta menyebabkan terjadinya perubahan
model pembelajaran konvensional dan post kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
test diberikan setelah mendapatkan Observasi dilakukan oleh peneliti untuk
perlakuan dengan model pembelajaran melihat dan mengamati aktivitas siswa
konvensional. Soal yang diberikan adalah tes selama mengikuti kegiatan belajar sosiologi
tulis dengan jumlah 30 butir soal pilihan di kelas. Kawasan kognitif, afektif, dan
ganda dengan pokok bahasan kelompok psikomotorik sebagai hasil belajar
sosial. diformulasikan oleh Bloom dan kawan-
Berdasarkan hasil penelitian yang kawan (dalam Wulandari dan Surjono, 2013,
telah dilakukan, siswa di kelas XI IPS 2 hlm. 183) di mana setiap aspek mempunyai
SMA Negeri 14 Bandung yang tujuan kependidikan. Kawasan kognitif
menggunakan model pembelajaran mencakup tujuan kependidikan yang
konvensional dengan metode ceramah tidak berhubungan dengan pengingatan atau
mengalami peningkatan hasil belajar pada pengenalan tentang pengetahuan dan
mata pelajaran sosiologi. Hal ini dapat pengembangan keterampilan, dan
dilihat dari hasil pre test dan post test siswa. kemampuan intelektual. Kawasan afektif
Dengan tidak adanya peningkatan hasil mencakup tujuan kependidikan yang
belajar siswa di kelas XI IPS 2 dapat mendeskripsikan perubahan dalam
menunjukkan bahwa model pembelajaran ketertarikan, sikap, nilai, serta
model pembelajaran konvensional dengan pengembangan apresiasi. Kawasan
metode ceramah masih kurang efektif untuk psikomotorik meliputi hasil belajar yang
diterapkan pada mata pelajaran sosiologi. berkaitan dengan manipulasi dan
Model pembelajaran konvensional dengan keterampilan gerak anggota badan.
metode ceramah memang kurang Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 14
memunculkan keaktifan siswa pada saat Bandung merupakan kelas yang diberikan
kegiatan pembelajaran berlangsung. Siswa perlakuan dengan menggunakan model
yang kurang memiliki ketertarikan terhadap pembelajaran Problem Based Learning
mata pelajaran sosiologi akan senantiasa (PBL). Pada pertemuan pertama, peneliti
menganggap mata pelajaran sosiologi memberikan tes awal (pre test) kepada siswa
merupakan salah satu mata pelajaran yang kelas XI IPS 1 dengan jumlah 30 soal
membosankan. Tidak adanya peningkatan pilihan ganda. Materi yang diujikan kepada
hasil belajar siswa di kelas XI IPS 2 bukan siswa yaitu tentang kelompok sosial. Jumlah
hanya disebabkan oleh penerapan model siswa yang mengikuti pre test adalah 38
pembelajaran konvensional ceramah saja orang siswa. Waktu untuk mengerjakan soal
namun juga disebabkan oleh waktu belajar berlangsung selama 45 menit. Seluruh siswa
mata pelajaran sosiologi yang kurang tepat, dapat dikondisikan dengan baik karena
yaitu pada siang hari, sehingga siswa dapat mengerjakan pre test dengan
menyebabkan siswa kurang konsentrasi pada tenang. Dengan kondisi kelas yang tenang,
saat mengikuti kegiatan belajar. seluruh siswa dapat berkonsentrasi dalam
Selain tes, hasil belajar diperoleh menjawab soal-soal yang telah disediakan.
melalui lembar observasi yang telah Mereka mengumpulkan kertas jawaban tepat
disesuaikan dengan proses kegiatan belajar pada waktu yang telah ditentukan. Selesai
dengan menggunakan model pembelajaran mengerjakan pre test, peneliti mulai
Problem Based Learning (PBL) dan model memancing siswa untuk ikut aktif dalam
pembelajaran Group Investigation (GI). pembelajaran dengan cara menanyakan apa
Berdasarkan pendapat Dimyati, dkk, (dalam saja yang mereka ketahui tentang kelompok
Wulandari dan Surjono, 2013, hlm. 183) sosial. Siswa terlihat antusias untuk
menyatakan bahwa hasil belajar adalah memberikan argumen. Selanjutnya, peneliti
ukuran atau tingkat keberhasilan yang dapat mulai memberikan materi dengan
dicapai oleh seorang siswa berdasarkan menggunakan model pembelajaran Problem
8

Based Learning (PBL). Peneliti membagi Berdasarkan hasil observasi, aktivitas


siswa menjadi beberapa kelompok heterogen kelas XI IPS 1 sebagai kelas eksperimen 1
yang terdiri dari 6-7 orang siswa. Setelah dapat mengikuti arahan-arahan yang
seluruh siswa sudah mendapatkan disampaikan oleh peneliti. Siswa juga begitu
kelompok, siswa kembali duduk bersama antusias saat proses pembelajaran dengan
teman-teman sekelompoknya. Peneliti mulai model Problem Based Learning
membagikan artikel yang berhubungan berlangsung. Seluruh aktivitas kelas dapat
dengan masalah-masalah kelompok sosial dikondisikan dengan baik.
yang terjadi di Indonesia kepada siswa. Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 14
Siswa mendengarkan setiap arahan yang Bandung merupakan kelas yang ditetapkan
disampaikan oleh peneliti. sebagai kelas eksperimen 2 yang
Pada pertemuan selanjutnya siswa mendapatkan perlakuan dengan model
ditugaskan untuk mendiskusikan artikel pembelajaran kooperatif Group
yang telah didapatkan pada pertemuan Investigation (GI). Menurut Robert Slavin
sebelumnya bersama teman-teman (dalam Adinata, F, 2013, hlm 5) langkah-
sekelompoknya. Peneliti menugaskan siswa langkahnya penerapan model pembelajaran
untuk mencari data dengan melakukan group investigation yaitu: (1)
wawancara agar siswa dapat terjun langsung Mengidentifikasi topik dan mengatur murid
berinteraksi dengan masyarakat. Selain itu, dalam kelompok, (2) Merencanakan tugas
siswa juga ditugaskan untuk mencari data yang akan dipelajari, (3) Melaksanakan
atau informasi dari berbagai sumber yang investigasi, (4) Menyiapkan laporan akhir,
mendukung pemecahan masalah pada artikel (5) Mempresentasikan laporan akhir, (6)
tersebut. Setiap ketua kelompok diharuskan Evaluasi. Pada pertemuan pertama, peneliti
untuk membagi tugas kepada masing-masing memberikan tes awal (pre test) kepada siswa
anggota kelompoknya. Seluruh siswa ikut kelas XI IPS 3 dengan jumlah 30 soal
terlibat saat proses diskusi berlangsung. pilihan ganda. Materi yang diujikan kepada
Pada tahap-tahap selanjutnya peneliti siswa yaitu tentang kelompok sosial. Jumlah
bertugas memantau perkembangan siswa siswa yang mengikuti pre test adalah 38
selama mengumpulkan data. Setelah seluruh orang siswa. Waktu untuk mengerjakan soal
kelompok berhasil mengumpulkan data dan berlangsung selama 45 menit. Seluruh siswa
informasi yang dibutuhkan, siswa dapat dikondisikan dengan baik karena
ditugaskan untuk membuat laporan dan siswa dapat mengerjakan pre test dengan
mempresentasikan hasil temuannya. Siswa tenang. Dengan kondisi kelas yang tenang,
yang melakukan presentasi sudah cukup seluruh siswa dapat berkonsentrasi dalam
baik dalam menyampaikan hasil laporannya, menjawab soal-soal yang telah disediakan.
sedangkan siswa yang menjadi audience Mereka mengumpulkan kertas jawaban tepat
begitu antusias memperhatikan siswa yang pada waktu yang telah ditentukan. Selesai
sedang melakukan presentasi. Selain itu, mengerjakan pre test, peneliti mulai
siswa juga ikut berpartisipasi aktif dalam memancing siswa untuk ikut aktif dalam
bertanya dan menyampaikan argumen. Pada pembelajaran dengan cara menanyakan apa
akhir pembelajaran peneliti mengevaluasi saja yang mereka ketahui tentang kelompok
dengan memberikan kesempatan kepada sosial. Dari keselurahan siswa yang ada,
siswa untuk menanyakan materi yang tidak hanya terdapat beberapa siswa saja yang
dimengerti, serta meluruskan jawaban- cukup antusias untuk memberikan
jawaban siswa yang dianggap kurang tepat. argumennya. Selanjutnya, peneliti mulai
Pada tahap selanjutnya siswa diberikan post memberikan materi dengan menggunakan
test untuk melihat perkembangan hasil model pembelajaran kooperatif Group
belajar siswa selama diberikan perlakuan Investigation (GI). Peneliti memberikan
dengan model pembelajaran Problem Based salah satu contoh masalah kelompok sosial
Learning (PBL). Post test yang diberikan yang terjadi di Indonesia. Selanjutnya
berjumlah 30 soal pilihan ganda dengan peneliti membagi siswa menjadi beberapa
materi kelompok sosial. Seluruh siswa kelompok heterogen yang terdiri dari 6-7
mengerjakan soal dengan tenang. orang siswa. Pada pembagian kelompok ini
9

siswa sulit dikondisikan, karena kebanyakan yang dianggap kurang tepat. Pertemuan
dari mereka tidak ingin satu kelompok selanjutnya siswa diberikan post test yang
dengan siswa yang telah dipilih, namun bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa
setelah peneliti memberikan arahan, setelah diberikan perlakuan dengan model
akhirnya peneliti dapat mengkondisikan pembelajaran Group Investigation (GI). Post
kelas kembali. test yang diberikan berjumlah 30 soal pilihan
Pada pertemuan selanjutnya peneliti ganda dengan materi kelompok sosial.
mengarahkan siswa untuk duduk sesuai Seluruh siswa mengerjakan soal dengan
dengan kelompoknya. Lalu, peneliti tenang dan mengumpulkan lembar jawaban
menugaskan setiap kelompok untuk mencari tepat pada waktunya.
artikel mengenai masalah-masalah yang Berdasarkan hasil observasi, aktivitas
berhubungan dengan kelompok sosial. siswa di kelas XI IPS 3 sebagai kelas
Setiap ketua kelompok diberikan tugas eksperimen 2 tidak begitu antusias,
untuk membagi tugas kepada setiap anggota dikarenakan banyak kendala yang memicu
kelompoknya masing-masing. Pada tahap keributan di dalam kelas saat proses
berikutnya siswa ditugaskan untuk pembelajaran dengan model kooperatif
mendiskusikan artikel yang telah Group Investigation berlangsung. Namun
didapatkannya dan mencari penyelesaian siswa sudah cukup baik mengikuti arahan-
masalah dengan melakukan investigasi. arahan yang disampaikan oleh peneliti.
Kondisi kelas pada saat siswa berdiskusi Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 14
dirasakan gaduh, sehingga kegiatan belajar Bandung merupakan kelas yang ditetapkan
kurang kondusif. Terlihat juga beberapa sebagai kelas kontrol yang mendapatkan
siswa yang tidak ikut terlibat dalam diskusi perlakuan dengan model pembelajaran
bersama teman sekelompoknya. Peneliti kooperatif Group Investigation (GI). Pada
sudah mencoba menegurnya, namun karena pertemuan pertama, peneliti memberikan tes
waktu belajar yang sudah cukup siang awal (pre test) kepada siswa kelas XI IPS 2
membuat siswa menjadi kelelahan dan dengan jumlah 30 soal pilihan ganda. Materi
berakibat pada kurangnya konsentrasi siswa yang diujikan kepada siswa yaitu tentang
dalam mengikuti pelajaran. Lalu, peneliti kelompok sosial. Jumlah siswa yang
menugaskan siswa untuk menuangkan mengikuti pre test adalah 38 orang siswa.
seluruh hasil temuannya dalam bentuk Waktu untuk mengerjakan soal berlangsung
laporan dan setiap kelompok diharuskan selama 45 menit. Seluruh siswa dapat
untuk mempresentasikan hasil laporannya dikondisikan dengan baik karena siswa
masing-masing. dapat mengerjakan pre test dengan tenang.
Pada pertemuan selanjutnya, siswa Dengan kondisi kelas yang tenang, seluruh
mempresentasikan hasil laporannya. Siswa siswa dapat berkonsentrasi dalam menjawab
yang presentasi sudah cukup baik dalam soal-soal yang telah disediakan. Mereka
menyampaikan hasil laporannya, sedangkan mengumpulkan kertas jawaban tepat pada
siswa yang menjadi audience tidak begitu waktu yang telah ditentukan.
antusias dalam memperhatikan siswa yang Pada pertemuan selanjutnya, peneliti
sedang melakukan presentasi. Namun memberikan materi kelompok sosial dengan
suasana kelas pada saat presentasi sudah menggunakan model pembelajaran
cukup tenang. Walaupun hanya ada beberapa konvensional dengan metode ceramah.
siswa saja yang aktif dan serius Terdapat beberapa siswa yang membuat
memperhatikan kelompok yang sedang keributan di dalam kelas, namun peneliti
presentasi, siswa lainnya menghargai dapat mengkondisikan siswa yang membuat
temannya yang sedang presentasi dengan keributan di dalam kelas sehingga kegiatan
tidak membuat keributan di dalam kelas. belajar kembali kondusif. Siswa dapat
Pada akhir pembelajaran peneliti mengikuti setiap arahan yang diberikan oleh
mengevaluasi dengan memberikan peneliti. Selanjutnya peneliti memberikan
kesempatan kepada siswa untuk kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan materi yang tidak dimengerti, menanyakan materi kelompok sosial yang
serta meluruskan jawaban-jawaban siswa belum mereka pahami dan memberikan
10

kesempatan pula kepada siswa yang ingin pembelajaran. Model pembelajaran Problem
menjawab pertanyaan dari temannya. Dalam Based Learning telah sukses membuat
hal ini, hanya ada beberapa siswa saja yang kegiatan belajar tidak lagi monoton.
bertanya. Setelah itu peneliti dan siswa Antusiasme para siswa dalam mengikuti
sama-sama membuat kesimpulan mengenai kegiatan belajar cukup tinggi. Berbeda
materi yang telah disampaikan sebelumnya. halnya dengan kelas kontrol yang
Pada tahap akhir siswa diberikan post test menggunakan model pembelajaran
yang bertujuan untuk melihat hasil belajar konvensional metode ceramah. Kegiatan
siswa setelah diberikan perlakuan dengan belajar hanya terpusat pada guru, di mana
model pembelajaran konvensional. Post test seluruh aktivitas di kelas berada di bawah
yang diberikan berjumlah 30 soal pilihan kendali guru. Siswa hanya mendengarkan
ganda dengan materi kelompok sosial. dan mencatat apa yang ia lihat dan ia dengar.
Seluruh siswa mengerjakan soal dengan Hal ini menyebabkan siswa kurang
tenang dan mengumpulkan lembar jawaban termotivasi untuk lebih aktif saat kegiatan
tepat pada waktunya. belajar berlangsung.
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas Berdasarkan hasil penelitian yang
siswa di kelas XI IPS 2 sebagai kelas kontrol telah dilakukan, hasil belajar siswa yang
dapat dikondisikan dengan baik. Siswa juga menggunakan model pembelajaran Problem
dapat mengikuti setiap arahan yang Based Learning berbeda tipis dengan hasil
disampaikan oleh peneliti, namun antusias belajar siswa yang menggunakan model
siswa dalam mengikuti pembelajaran pembelajaran konvensional dengan metode
sosiologi dirasakan masih kurang, hal ini ceramah. Hasil belajar siswa di kelas kontrol
ditunjukkan pada saat peneliti memberikan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, belajar siswa di kelas eksperimen 1. Hal ini
hanya ada beberapa siswa saja yang terlihat terjadi karena kelas kontrol merupakan kelas
aktif bertanya dan memberikan argumen yang paling unggul diantara tiga kelas XI
sedangkan siswa lainnya belum termotivasi IPS yang ada di SMA Negeri 14 Bandung.
untuk ikut aktif terlibat dalam kegiatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
belajar. model pembelajaran kooperatif Group
Berdasarkan hasil uji hipotesis, hasil Investigation (GI) mengharuskan siswa
belajar siswa di kelas eksperimen 1 yang untuk dapat ikut berpartisipasi aktif dalam
menggunakan model pembelajaran Problem kegiatan belajar. Model pembelajaran
Based Learning berbeda dengan hasil belajar kooperatif Group Investigation (GI)
siswa di kelas kontrol yang menggunakan merupakan salah satu model pembelajaran
model pembelajaran konvensional metode yang menuntut siswa untuk belajar mandiri,
ceramah pada mata pelajaran sosiologi. karena siswa diberikan kesempatan untuk
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mencari penyelesaian dari masalah yang
pada proses pembelajaran, siswa di kelas ditugaskan dengan cara melakukan
eksperimen 1 yang menggunakan model investigasi bersama teman sekelompoknya.
pembelajaran Problem Based Learning Tugas guru di sini adalah hanya menjadi
memang terlihat aktif dan dapat bekerjasama fasilitator dan memantau kegiatan siswa
dengan baik bersama teman-temannya. selama melaksanakan tugasnya. Tujuan dari
Kegiatan belajar tidak lagi terpusat pada model pembelajaran kooperatif Group
guru, tugas guru di sini hanya menjadi Investigation adalah agar siswa dapat lebih
fasilitator dan motivator kegiatan belajar aktif, kreatif, dan melatih siswa untuk berani
siswa di dalam kelas. Hal ini sejalan dengan berargumen di depan muka umum. Namun
pendapat Arends (dalamSumarji, 2009, hlm. fakta di lapangan menunjukkan bahwa
1) bahwa model pembelajaran Problem antusiasme siswa di kelas eksperimen 2
Based Learning (berbasis masalah) adalah dalam mengikuti mata pelajaran sosiologi
suatu proses pembelajaran terkonstruksi dengan menggunakan model pembelajaran
bukan proses menerima (receptive process), kooperatif Group Investigation masih
yang dipengaruhi oleh faktor internal aksi sangatlah kurang. Hal ini disebabkan oleh
sosial dan sifat kontekstual dari karakteristik siswa yang tidak dapat
11

dikumpulkan menjadi satu. Kurangnya siswa agar terpacu untuk lebih giat dalam
keakraban antar siswa menyebabkan sulitnya belajar. Selain itu kondisi kelas serta waktu
dalam pembagian kelompok, sehingga belajar yang tepat juga turut berpengaruh
kerjasama yang baik antar anggota terhadap hasil belajar siswa. Kondisi kelas
kelompok tidak terjalin. yang nyaman dan tenang tentu saja akan
Berdasarkan hasil penelitian yang membuat siswa lebih berkonsentrasi dalam
telah dilakukan, hasil belajar siswa di kelas menyerap pelajaran. Dalam hal ini
eksperimen 2 yang menggunakan model dibutuhkan kerjasama antara siswa dengan
pembelajaran kooperatif Group guru agar tercipta suasana kelas yang
Investigation (GI) lebih rendah nyaman. Selain kondisi kelas yang nyaman,
dibandingkan dengan hasil belajar siswa di dibutuhkan pula waktu belajar tepat, karena
kelas kontrol yang menggunakan model berdasarkan hasil penelitian siswa di kelas
pembelajaran konvensional metode ceramah. eksperimen 1 yang menggunakan model
Hal ini terjadi karena pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning
pembelajaran kooperatif Group dijadwalkan belajar sosiologi pada jam
Investigation (GI) di kelas eksperimen 2 pertama, yaitu pada pagi hari lebih
kurang persiapan yang matang serta berkonsentrasi dalam mengikuti kegiatan
rendahnya antusiasme siswa saat belajar. Berbeda halnya dengan siswa di
mengerjakan tugas-tugas yang mendukung kelas eksperimen 2 yang menggunakan
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif model pembelajaran kooperatif Group
Group Investigation (GI). Investigation (GI), di mana mata pelajaran
Dilihat dari hasil pre test dan post test, sosiologi dijadwalkan pada siang hari,
hasil belajar siswa di kelas eksperimen 1 sehingga hal tersebut membuat siswa kurang
mengalami peningkatan, sedangkan hasil siap dan tidak fokus dalam mengikuti
belajar siswa di kelas eksperimen 2 tidak pembelajaran sosiologi dan berakibat pada
mengalami peningkatan. Apabila rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena
dibandingkan maka tentu saja hasil belajar itu, sudah menjadi tugas seorang guru untuk
siswa di kelas eksperimen 1 yang selalu mengawasi dan memberikan motivasi
menggunakan model pembelajaran Problem kepada para siswa agar siswa dapat lebih
Based Learning (PBL) lebih baik aktif dan kreatif dalam mengikuti kegiatan
dibandingkan hasil belajar siswa di kelas belajar untuk mencapai hasil belajar yang
eksperimen 2 yang menggunakan model maksimal.
pembelajaran kooperatif Group Berdasarkan hasil penelitian
Investigation (GI). Hal ini diperkuat oleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
penelitian Albanese & Mitchell (dalam hasil belajar siswa yang menggunakan
Dzulfikar, A, dkk., 2012, hlm. 3), model pembelajaran Problem Based
menunjukkan bahwa, PBL students scored Learning (PBL) dengan hasil belajar siswa
higher in problem solving. yang menggunakan model pembelajaran
Ada beberapa alasan perbedaan hasil kooperatif Group Investigation (GI) pada
belajar yang diperoleh dari kedua kelas mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 14
eksperimen tersebut, diantaranya adalah Bandung. Hal ini dapat dilihat dari hasil
perbedaan karateristik yang dimiliki oleh belajar siswa di kelas eksperimen 1 yang
masing-masing kelas eksperimen, kondisi menggunakan model pembelajaran Problem
kelas, dan waktu belajar yang turut Based Learning lebih tinggi dibandingkan
memengaruhi hasil belajar siswa. Minat dengan hasil belajar siswa di kelas
belajar siswa dari kedua kelas eksperimen eksperimen 2 yang menggunakan model
saat mengikuti kegiatan belajar pasti pembelajaran kooperatif Group
berbeda. Ada siswa yang memiliki minat Investigation (GI). Oleh sebab itu dapat
belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran disimpulkan bahwa model pembelajaran
sosiologi, adapula siswa yang memiliki Problem Based Learning lebih tepat dan
minat belajar yang rendah. Namun efektif digunakan pada mata pelajaran
sebenarnya minat belajar yang rendah dapat sosiologi khususnya pada pokok bahasan
diatasi apabila guru dapat lebih memotivasi kelompok sosial dibandingkan dengan
12

model pembelajaran kooperatif Group Universitas Islam Negeri Syarif


Investigation (GI). Hidayatullah, Indonesia.
Adinata, F. (2013). Efektivitas Model
Pembelajaran Group Investigation
SIMPULAN Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Berdasarkan hasil penelitian dan Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi.
pembahasan yang telah dikemukakan pada Jurnal Jurusan Pendidikan Ekonomi,
bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan Fakultas Keguruan Dan Ilmu
bahwa Terdapat Perbedaan Hasil Belajar. Pendidikan Universitas Tanjungpura
Adapun simpulan khusus dari penelitian ini Pontianak, Indonesia.
adalah sebagai berikut: Anita, dkk,. (2013). Pengaruh Model
1. Terdapat perbedaan hasil belajar antara Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
kelas eksperimen satu yang menggunakan Investigation (GI) Terhadap Self-
model pembelajaran Problem Based Efficacy Siswa. Jurnal Jurusan
Learning dengan hasil belajar kelas Pendidikan Sains dan Program
kontrol yang menggunakan model Pascasarjana, Universitas Pendidikan
pembelajaran konvensional. Hal ini dapat Ganesha Singaraja, Indonesia.
dibuktikan melalui hasil perhitungan uji Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
hipotesis yang menyatakan bahwa hasil Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
belajar siswa di kelas kontrol yang Rineka Cipta.
menggunakan model pembelajaran Dzulfikar, A, dkk. (2012). Keefektifan
konvensional lebih tinggi dibandingkan Problem Based Learning dan Model
dengan hasil belajar siswa yang Eliciting Activities terhadap
menggunakan model pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah.
Problem Based Learning (PBL). Jurnal Jurusan Matematika, Fakultas
2. Terdapat perbedaan hasil belajar antara Matematika dan Ilmu Pengetahuan
kelas eksperimen dua yang menggunakan Alam Universitas Negeri Semarang,
model pembelajaran kooperatif Group Indonesia.
Investigation dengan hasil belajar kelas Eggen dan Kauchak. (2012). Strategi dan
kontrol yang menggunakan model Model Pembelajaran. Jakarta: Indeks.
pembelajaran konvensional Gunantara, dkk. (2014). Penerapan Model
3. Terdapat perbedaan hasil belajar kelas Pembelajaran Problem Based Learning
eksperimen satu yang menggunakan Untuk Meningkatkan Kemampuan
model pembelajaran Problem Based Pemecahan Masalah Masalah
Learning dengan hasil belajar kelas Matematika Siswa Kelas V. Jurnal
eksperimen dua yang menggunakan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
model pembelajaran model pembelajaran Dasar, FIP Universitas Pendidikan
kooperatif Group Investigation (GI). Ganesha Singaraja, Indonesia.
Oleh sebab itu dapat disimpulkan Huda, M. (2013). Cooperative Learning.
bahwa model pembelajaran Problem Based Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Learning lebih tepat dan efektif digunakan Manihai, R. (2012). Pengertian Hasil
pada mata pelajaran sosiologi khususnya Belajar Menurut Para Ahli. [Online].
pada pokok bahasan kelompok sosial Tersedia: http://tetap-
dibandingkan dengan model pembelajaran belajar.blogspot.com/2013/06/pengertia
kooperatif Group Investigation (GI) n-hasil-belajar-menurut-para.html.
DAFTAR RUJUKAN [Diakses 7 Oktober 2012].
Saadah, E N. (2012). Penerapan Model
Adawiyah, R. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Pembelajaran Problem Based Learning Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
(PBL) Untuk Meningkatkan Aktivitas Ranah Kognitif Dalam Pembelajaran
Belajar Siswa. Jurnal Jurusan Fisika SMA. Skripsi, Jurusan Pendidikan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia.
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan,
13

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian


Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Widyan, D, dkk,. (2013). Penerapan
Metode Problem Based Learning
Dalam Pembelajaran PKN Untuk
Membangun Budaya Demokrasi Siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMA
Negeri 97 Jaarta Kelas X). Jurnal
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta, Indonesia.
Wulandari dan Surjono. (2013)Pengaruh
Problem Based Learning Terhadap
Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi
Belajar PLC di SMK. Jurnal
Pendidikan Teknik Informatika dan
Program Pascasarjana, Universitas
Negeri Yogyakarta, Indonesia.

You might also like