You are on page 1of 10

Volume 7, Nomor 3, 2019

Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP


HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V SD

Tia Alfianiawati1), Desyandri2), Nasrul3)


1)
Mahasiswa, Universitas Negeri Padang, Indonesia
2)
Pembimbing 1, Universitas Negeri Padang, Indonesia
3)
Pembimbing 2, Universitas Negeri Padang, Indonesia
1)
tiaalfianw@gmail.com 2)desyandri@fip.unp.ac.id 3)drs_nasrul@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model Problem Based Learning
(PBL) terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Jenis penelitian ini adalah
True Experimental Design yang berbentuk Pretest - Posttest Control Group Design.
Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 29 Dadok Tunggul Hitam.
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling, sampel
penelitian ini adalah siswa kelas VA SD Negeri 29 Dadok Tunggul Hitam dengan jumlah
29 siswa dan VB SD Negeri 29 Dadok Tunggul Hitam. Data hasil penelitian dianalisis
dengan menggunakan Uji-t . Dari analisis data pada taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh
ttabel < thitung sebesar t2,00324 < t2,994. Hasil ini membuktikan bahwa Ha diterima, yaitu adanya
pengaruh penggunaan model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPS di kelas V SD.

Kata kunci : Pembelajaran Berbasis Masalah, Hasil Belajar, IPS, Siswa

Abstract
The aim of the research is to describe the effects of using the Problem-Based Learning
Model (PBL) toward students’ learning outcomes in learning Social Science Subjects. The
research was True Experimental Design in form of Pretest - Posttest Control Group
Design. The subjects of the research were all of the students at grade 5 th of SD Negeri 29
Dadok Tunggul Hitam. The Sampling technique used in this research is the simple
random sampling. The research sample were 29 students at grade 5th of class VA and
class VB in SD Negeri 29 Dadok Tunggul Hitam. Data were analyzed by using
calculation with the t-test. It was found that tcalculation < ttable as t2,00324 < t2,994 with α = 0,05.
Thus, it is concluded thatt there is a significant effect of using the Problem Based
Learning Model. It has improved the students’ learning outcomes in learning Social
Science Subjects at grade 5th of Elementary School.

Key Word : Problem Based Learning, Learning Outcomes, Social Studies, Students

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Volume 7, Nomor 3, 2019
Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd

PENDAHULUAN Problem Based Learning (PBL) adalah suatu


Pembelajaran IPS di SD memberikan model pembelajarn yang dirancang dan
wawasan dan pemahaman yang mendalam dikembangkan untuk mengembangkan
mengenai pengetahuan, keterampilan, sikap, kemampuan peserta didik memecahkan
dan kepandaian siswa pada kenyataan masalah (Riyanto, 2013:66). Peneliti memilih
kehidupan sosial masyarakat. Maka dari itu menggunakan model Problem Based
guru harus mampu menciptakan pembelajaran Learning (PBL) karena bisa meningkatkan
IPS yang melibatkan siswa secara penuh kemampuan memecahkan masalah, berfikir
secara fisik dan intelektual untuk kritis, dan aktif terlibat dalam proses
meningkatkan hasil belajar IPS. Pembelajaran pembelajaran. Sejalan dengan pendapat
IPS dilaksanakan untuk mencapai tujuan IPS. Sanjaya (2012:220) kelebihan dari model
Ariswati (2018:32) menyatakan bahwa Problem Based Learning (PBL) yaitu
“Pembelajaran IPS mengembangkan memahami isi pembelajaran menggunakan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang teknik pemecahan masalah, menantang
berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari- peserta didik menemukan pengetahuan baru,
hari, agar siswa peka terhadap masalah sosial mengembangkan kemampuan peserta didik
yang terjadi di lingkungan masyarakat dan berfikir kritis dan mengembangkan
terampil mengatasi setiap masalah yang pengetahuannya secara nyata.
terjadi”. Berdasarkan hasil observasi di kelas V
Tujuan IPS adalah mengembangkan SD Negeri 29 Dadok Tunggul Hitam, peneliti
kemampuan dan mutu kehidupan serta menemukan beberapa permasalahan dari segi
martabat manusia (Nasrul, 2014:39). Tujuan pelaksanaan pembelajaran IPS yaitu: guru
ini mengarahkan peserta didik agar peka hanya terpaku membaca buku kepada peserta
trehadap masalah sosial yang terjadi di didik, guru tidak tampak mengaitkan
masyarakat, memiliki sikap mental positif pembelajaran IPS dengan masalah di sekitar
terhadap perbaikan segala ketimpangan yang peserta didik, sehingga kurang merumuskan
terjadi dan terampil mengatasi masalah masalah yang akan dibahas dalam
tersebut. Agar mencapai tujuan pembelajaran pembelajarannya, peserta didik tidak
IPS tersebut, maka diterapkanlah model diberikan kesempatan untuk memecahkan
pembelajaran dalam proses pembelajaran IPS. masalah yang berkaitan dengan
Salah satu model pembelajaran yang dapat pembelajarannya, dan guru masih
diterapkan dalam pembelajaran IPS adalah menerapkan proses pembelajaran
model Problem Based Learning (PBL).

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Volume 7, Nomor 3, 2019
Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd

konvensional yaitu pembelajaran yang penggunaan model Problem Based Learning


berpusat kepada guru. (PBL) terhadap hasil belajar siswa pada
Hal ini berdampak pada peserta didik pembelajaran IPS di kelas V SD?”. Peneliti
yang merasa bosan dengan pembelajaran IPS memiliki berasumsi dengan menggunakan
sehingga sibuk dengan aktifitas masing- model Problem Based Learning (PBL) dalam
masing tanpa memperhatikan penjelasan pembelajaran IPS, maka akan berpengaruh
gurunya. Selain itu proses pembelajaran pada hasil belajar siswa di kelas V di SD
tersebut mempengaruhi hasil belajar IPS yang Negeri 29 Dadok Tunggul Hitam. Tujuan
menjadi rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian ini dilaksanakan adalah untuk
pendapat Desyandri (2018) yang menyatakan mengetahui pengaruh penggunaan model
bahwa “The low learning outcomes of student Problem Based Learning (PBL) terhadap
can not be separated from the learning hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di
process that lasted for this” yang berarti hasil kelas V SD Negeri 29 Dadok Tunggul Hitam.
belajar yang rendah tidak dapat dipisahkan
dari proses pembelajaran. METODE PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah Jenis Penelitian ini adalah penelitian
yang telah diuraikan di atas, peneliti Kuantitatif dengan metode penelitian
mengidentifikasi masalah yang akan diteliti eksperimen. Model rancangan dalam
sebagai berikut: pembelajaran IPS berpusat penelitian ini True Experimental Design
kepada guru, rendahnya hasil belajar IPS berbentuk Pretest-Posttest Control Group
siswa, guru belum menggunakan model Design.
pembelajaran yang bervariasi dalam Penelitian ini dilaksanakan pada
pembelajaran IPS, dan pengembangan Semester I Tahun ajar 2018/2019. Tempat
kemampuan pemecahan masalah peserta didik penelitian ini adalah SD Negeri 29 Dadok
tidak secara optimal. Dari identifikasi Tunggul Hitam. Populasi penelitian ini adalah
masalah tersebut, peneliti membatasi masalah SD Negeri 29 Dadok Tunggul Hitam.
pada penggunaan Model Problem Based Penarikan sampel dalam penelitian ini
Learning dalam pembelajaran IPS kelas V SD menggunakan simple random Sampling.
Negeri 29 Dadok Tunggul Hitam dan Maka didapatilah sampel dalam penelitian ini
pengaruh penggunaan model Problem Based adalah Kelas VA SD Negeri 29 Dadok
Learning terhadap hasil belajar siswa dalam Tunggul Hitam dan Kelas VB SD Negeri 29
pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 29 Dadok Tunggul Hitam. Dengan jumlah
Dadok Tunggul Hitam. sampel yaitu 58 siswa. Kelas VA SD Negeri
Rumusan masalah dalam penelitian ini 29 Dadok Tunggul Hitam sebagai kelas
adalah “Apakah terdapat pengaruh eksperimen dan kelas VB SD Negeri 29
3

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Volume 7, Nomor 3, 2019
Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd

Dadok Tunggul Hitam sebagai kelas kontrol. Berdasarkan analisis validitas,


Kelas eksperimen adalah kelas yang reliabilitas, indeks kesukaran dan daya
menerapkan model Problem Based Learning pembeda diperoleh 20 butir soal yang layak
dalam proses pembelajaran IPS. sedangkan untuk dijadikan soal pretest-posttest.
kelas kontrol adalah kelas yang menerapkan Uji prasyarat analisis data yang
model konvensional dalam proses dilakukan adalah uji normalitas dan uji
pembelajaran IPS. homogenitas. Hasil analisis uji normalitas
Data yang ingin diketahui dalam menggunakan uji Liliefors. Menurut
penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam Gunawan (2016:93) “Tujuan uji normalitas
pembelajaran IPS. Metode pengumpulan data adalah untuk mengetahui data penelitian yang
yang digunakan adalah tes pilihan ganda yang diperoleh berdistribusi normal atau mendekati
berjumlah 20 butir soal yang sudah divalidasi normal”. Hasil analisis uji homogenitas
secara logis dan empiris. Secara logis, tes menggunakan uji Barllet. Menurut Gunawan
yang digunakan sudah memenuhi unsur (2016:96) “uji homogenitas merupakan syarat
kompetensi dasar dengan kalimat yang baik untuk semua uji hipotesis perbedaan, Setelah
dan benar sesuai dengan perkembangan siswa data berdistribusi normal dan homogen,
kelas V SD. Hasil uji validitas secara empiris bertujuan untuk melihat kategori di dalam
menunjukkan bahwa dari 50 butir soal yang variabel memiliki varians yang setara”. Jika
diujicobakan terdaAlpat 23 butir soal yang data dinyatakan berdistribusi normal dan
valid dan 27 butir soal dinyatakan tidak valid. homogen, kemudian dilanjutkan dengan uji
Tes dengan validitas tinggi adalah 7 butir hipotesis dengan menggunakan uji parametrik
soal, validitas cukup ada 16 butir soal, yaitu uji-t. Uji-t dilakukan untuk mengetahui
validitas rendahnya ada 17 butir soal dan 10 pengaruh dari variabel tersebut.
butir soal dengan validitas sangat rendah.
Kemudian, berdasarkan analisis uji HASIL DAN PEMBAHASAN
reliabilitas diperoleh reliabilitas tes sebesar HASIL
r11 = 0,858. Selanjutnya, hasil indeks Pada bagian ini akan dipaparkan hasil
kesukaran menunjukkan terdapat 2 butir soal penelitian dan pembahasan tentang
berkategori sukar, 35 butir soal berkategori penggunaan model Problem Based Learning
sedang, dan 13 butir soal berkategori mudah. (PBL) untuk melihat pengaruh dari model
Dari hasil analisis daya pembeda ujicoba 50 Problem Based Learning terhadap hasil
butir soal diperoleh 22 butir soal tergolong belajar siswa dalam pembelajaran IPS di
jelek, 15 butir soal tergolong cukup, dan 13 Kelas V SD Negeri 29 Dadok Tunggul Hitam.
butir soal tergolong baik. Kelas VA SD Negeri 29 Dadok Tunggul
Hitam sebagai kelas eksperimen dan Kelas
4

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Volume 7, Nomor 3, 2019
Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd

VB SD Negeri 29 Dadok Tunggul Hitam kelas


30 – 38 34 5 5
sebagai kelas kontrol. Penelitian ini 39 – 47 43 2 7
dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 48 – 56 52 4 11
57 – 65 61 3 14
2018/2019 pada mata pelajaran IPS. 66 – 74 70 5 19
75 – 83 79 10 29
Awal dari penelitian ini dilakukan
dengan memberikan pretest kepada peserta
Berdasarkan tabel 2 diatas, frekuensi
didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
tertinggi terletak pada interval nilai kelas 75 –
Pretest ini bertujuan untuk mengukur
83 dengan dengan frekuensi sebesar 10. Hasil
pengetahuan awal peserta didik terhadap
pretest di kelas kontrol yang terendah adalah
materi pembelajaran IPS yang akan
30 dan tertingginya sebesar 80. Jumlah nilai
dilaksanakannya. Berikut ini hasil
pretest di kelas kontrol yaitu 1775 dengan
perhitungan nilai Pretest nilai di kelas
rata – rata 61,20 dan standar deviasi sebesar
eksperimen.
16,40. Ini menunjukkan bahwa kelas kontrol
Tabel 1. Distribusi frekuensi hasil pretest
kelas eksperimen juga belum mempelajari materi yang akan
Interval Titik frekuensi Frekuensi diterapkan peneliti.
nilai tengah kumulatif
kelas Setelah melakukan pretest di kelas
35 – 44 39,5 2 2 eksperimen dan kelas kontrol, siswa
45 – 54 49,5 4 6
55 – 64 59,5 5 11 melaksanakan posttest. Posttest ini diberikan
65 – 74 69,5 11 22
75 – 84 79,5 4 26 setelah siswa di kelas eksperimen dan kelas
85 – 94 89,5 3 29 kontrol melaksanakan proses pembelajaran
Dari tabel di atas terlihat bawah
IPS. Posttest ini bertujuan untuk mengukur
interval kelas 65 – 74 memiliki frekuensi
hasil belajar siswa setelah mempelajari materi
tertinggi sebesar 11 dengan nilai titik tengah
IPS. Berikut ini tabel distribusi frekuensi hasil
sebesar 69,5. Setelah diberikan pretest di
posttest di kelas eksperimen.
kelas eksperimen, nilai terendah yang
Tabel 3. Distribusi frekuensi hasil posttest
diperoleh siswa adalah 35 dan nilai kelas eksperimen
tertingginya adalah 90. Secara keseluruhan Interval Titik Frekuensi Frekuensi
nilai tengah Kumulatif
jumlah nilai pretest adalah 1875 dengan rata- kelas
50 – 58 54 1 1
rata sebesar 64,65 dan standar deviasi sebesar 59 – 67 63 2 3
13,62. Selanjutnya pretest diberikan juga di 68 – 76 72 5 8
77 – 85 81 9 17
kelas kontrol. Berikut ini tabel distribusi 86 – 94 90 4 21
95 - 103 99 8 29
frekuensi pretest di kelas kontrol.
Tabel 2. Distribusi frekuensi hasil pretest
kelas kontrol Berdasarkan tabel 3 di atas, frekuensi
Interval Titik Frekuensi Frekuensi tertinggi terletak pada interval nilai kelas 77 –
nilai tengah kumulatif
5

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Volume 7, Nomor 3, 2019
Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd

85 dengan jumlah frekuensi sebesar 9. Dari dan kelas kontrol dianalisis dengan rumus uji
hasil posttest kelas eksperimen didapatilah Liliefors pada taraf signifikan 5% (0,05).
nilai terendah yaitu 50 dan nilai tertingginya Berikut ini tabel hasil uji normalitas pretest.
sebesar 100. Jumlah nilai posttest di kelas
eksperimen adalah 2420 dengan rata – rata
83,44 dan standar deviasi sebesar 12,03.
Sedangkan kelas kontrol yang sebagai Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Pretest
perbandingan dengan kelas eksperimen No. Sampel N Lhitung Ltabel Ket
memiliki hasil Posttest yang berbeda. Berikut 1. Kelas 29 0,1231 0,165 normal
ini tabel distribusi frekuensi kelas kontrol. eksperimen

Tabel 4. Distribusi frekuensi hasil posttest 2. Kelas 29 0,1271 0,165 normal


kelas kontrol Kontrol
Interval Titik Frekuensi Frekuensi
nilai tengah kumulatif
kelas Hasil analisis uji normalitas pretest di kelas
45 – 53 49 4 4
54 – 62 58 3 7 eksperimen pada taraf signifikan 5% (0,05)
63 – 71 67 6 13
adalah Lhitung ≤ Ltabel atau L0,1231 ≤ L0,165 . Hasil
72 – 80 76 7 20
81 – 89 85 3 23 tersebut menunjukkan data berdistribusi
90 – 98 94 6 29
normal. Sedangkan hasil analisis uji

Berdasarkan tabel 4 diatas, interval normalitas pretest di kelas kontrol pada taraf

nilai kelas 72 – 80 memiliki frekuensi signifikan 5% (0,05) adalah Lhitung ≤ Ltabel

tertinggi yaitu 7. Dari hasil posttest kelas atau L0,1271 ≤ L0,165. Artinya hasil analisis uji

kontrol memperoleh nilai terendah sebesar 45 normalitas pretest di kelas kontrol

dan nilai tertingginya sebesar 95. Jumlah nilai berdistribusi normal. Kemudian, hasil analisis

pretest yang diperoleh oleh kelas kontrol uji normalitas postest di kelas eksperimen dan

yaitu 2110 dengan rata – rata sebesar 72,75 kelas kontrol dapat dilihat pada tabel dibawah

dan standar deviasi sebesar 15,09. ini.

Dari data hasil posttest kelas No. Sampel N Lhitung Ltabel Ket
1. Kelas 29 0,0995 0,165 Normal
eksperimen dengan hasil posttest kelas
Eksperimen
kontrol terdapat perbedaan yang cukup besar.
2. Kelas 29 0,1022 0,165 Normal
Perbedaan yang diperoleh sebesar 10,69.
Kontrol
Untuk bisa melanjutkan analisis data uji
hipotesis, maka dilakukan uji prasyarat
Hasil analisis uji normalitas posttest di
analisis. Uji prasyarat analisis data ini terdiri
kelas eksperimen pada taraf signifikan 5%
dari uji normalitas data dan uji homogenitas
adalah Lhitung ≤ Ltabel atau L0,0995 ≤ L0,165.
data. Uji normalitas data di kelas eksperimen
6

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Volume 7, Nomor 3, 2019
Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd

Artinya hasil analisis uji normalitas posttest di PEMBAHASAN


kelas eksperimen berdistribusi normal. Lalu, Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
hasil analisis uji normalitas posttest di kelas dengan beberapa tahap yaitu tahap pemberian
kontrol adalah Lhitung ≤ Ltabel atau L0,1022 ≤ pretest, pemberian perlakuan (treatment) dan
L0,165. Artinya hasil analisis uji normalitas pemberian posttest. Pemberian pretest
posttest di kelas kontrol berdistribusi normal. dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas
Kemudian, uji homogenitas data di kontrol. Pretest yang diberikan berupa soal
kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis pilihan ganda berjumlah 20 butir soal. Rata –
menggunakan rumus uji Barttlet. Hasil rata pretest di kelas eksperimen adalah 64,65.
analisis uji homogenitas pretest di kelas Hasil pretest di kelas eksperimen ini
eksperimen dan kelas kontrol yaitu χhitung < tergolong rendah. Penyebab rendahnya hasil
χtabel atau χ0,967 < χ3,861. Artinya hasil analisis pretest di kelas eksperimen yaitu peserta didik
uji homogenitas pretest di kelas eksperimen belum mempelajari materi yang diujikan
dan kelas kontrol berdistribusi homogen. dalam pretest. Begitupun di kelas kontrol,
Selanjutnya analisis uji homogenitas data rata-rata pretest yang diperoleh kelas kontrol
posttest di kelas eksperimen dan kelas yaitu 61,20. Penyebab rendahnya hasil pretest
kontrol. Hasil analisis uji homogenitas data di kelas kontrol adalah peserta didik di kelas
posttest di kelas eksperimen dan kelas kontrol kontrol belum pernah mempelajari materi
yaitu χhitung < χtabel atau χ1,418 < χ3,861. Artinya yang diujikan pada pretest.
hasil analisis uji homogenitas posttest di kelas Setelah dilaksanakan pretest di kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi eksperimen dan kelas kontrol, dilanjutkan
Homogen. dengan pemberian perlakuan terhadap
Data yang normal dan homogen bisa masing-masing kelas. Pemberian perlakuan
dilanjutkan dengan uji hipotesis. Uji hipotesis ini setiap kelas berbeda. Pada kelas
untuk mengukur pengaruh dari penggunaan eksperimen diberikan perlakuan dengan
model Problem Based Learning terhadap menerapkan model Problem Based Learning
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS (PBL) dalam proses pembelajaran IPS.
kelas V SD. Hasil uji hipotesis dari penelitian peneliti menggunakan Langkah – langkah
ini adalah ttabel < thitung atau t2,00324 < t2,994. Hal model Problem Based Learning (PBL) oleh
ini berarti Ha diterima dan H0 ditolak, yaitu Arends. Arends (Ngalimun, 2014:96)
adanya pengaruh penggunaan model Problem berpendapat langkah – langkah model
Based Learning terhadap hasil belajar siswa Problem Based Learning yaitu
dalam pembelajaran IPS di kelas V SD “1)Mengorientasikan siswa pada masalah;
Negeri 29 Dadok Tunggul Hitam. 2)Mengorganisasikan siswa untuk belajar; 3)
Membimbing penyelidikan individu maupun
7

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Volume 7, Nomor 3, 2019
Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd

kelompok 4)Mengembangkan dan oleh kelompok yang tampil. Karena peserta


menyajikan hasil karya; 5)Menganalisis dan didik dalam proses pembelajaran IPS
mengevaluasi proses pemecahan masalah”. sebelumnya pasif dan kurang berfikir kritis,
Dalam pelaksanaan proses pembelajarannya maka melalui proses pembelajaran
melalui kegiatan awal, kegiatan inti dan menggunakan model PBL dapat membuat
kegiatan penutup. Pada kegiatan awal, peserta peserta didik aktif, mandiri, dan kreatif.
didik dipersiapkan untuk memulai proses Dalam model Problem Based Learning (PBL)
pembelajaran, guru menyampai tujuan peserta didik diajarkan menerapkan
pembelajaran. Tujuannya agar proses pengetahuan yang baru untuk memecahkan
pembelajaran IPS dilaksanakan dengan masalah, sehingga peserta didik menjadi
kondusif. berfikir kritis, mandiri dan kreatif.
Pada kegiatan inti, tahap 1 Pada kegiatan akhir, peserta didik
mengorientasikan siswa pada masalah. mengerjakan evaluasi pembelajaran serta
Peserta didik diperkenalkan pada masalah memberikan kesimpulan dari materi yang
yang akan dipelajarinya dan dipecahkan. telah dipelajarinya.
Tahap 2 mengorganisasikan siswa untuk Sedangkan perlakuan yang diberikan
belajar. Pada tahap ini peserta didik dibagi pada kelas kontrol adalah menerapkan model
dalam beberapa kelompok untuk membentuk konvensional dalam pembelajaran IPS. Dalam
kelompok belajar. Setiap kelompok menerima kelas kontrol, guru mempersiapkan peserta
LDK dan mengerjakan LDK tersebut dengan didik untuk mulai pembelajaran dan
cara berdiskusi kelompok untuk memberikan tujuan pembelajaran. Guru
memecahakan masalah yang diberikan guru melaksanakan proses pembelajaran dengan
saat orientasi masalah. Tahap 3 membimbing membacakan materi dari buku yang
penyelidikan individu maupun kelompok. dipegangnya kepada peserta didik. Sehingga
Guru memberikan bimbingan kepada peserta didik menjadi pasif dan hanya
kelompok dalam mengerjakan LDK dan menerima apa yang disampaikan guru. Selain
memecahkan masalah tersebut. Tahap 4 itu dalam metode tanya jawab, peserta didik
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. tidak ada yang bertanya tetapi guru bertanya
Peserta didik mengerjakan LDK tersebut kepada peserta didik. Hanya beberapa peserta
setalah berdiskusi, kemudian didik yang jawab pertanyaan guru dan itupun
mempresentasikan hasil diskusinya yang orang yang sama ketika pertanyaan tersebut
tertulis dalam LDK. Tahap 5 menganalisis dilontarkan. Karena tidak semua peserta didik
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. yang mendengarkan dan memperhatikan guru
Peserta didik bersama guru menganalisis ketika menjelaskan dengan berfokus pada
pemecahan masalah yang dipresentasikan buku. Peserta didik banyak yang melakukan
8

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Volume 7, Nomor 3, 2019
Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd

kegiatan-kegiatan lain, seperti menggambar di pengaruh penggunaan model Problem Based


buku, berbicara dengan teman sebangkunya. Learning terhadap hasil belajar siswa dalam
Peserta didik terlihat bosan, jenuh dan malas pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 29
menerima pembelajaran. Kemudian, peserta Dadok Tunggul Hitam.
didik mencatat materi yang dicatatkan guru di
papan tulis. Lalu peserta didik mengerjakan
evaluasi pembelajaran. Setelah itu, guru SIMPULAN
bersama peserta didik memberikan 1. Hasil nilai pretest di kelas eksperimen
kesimpulan dari materi yang telah yang sebesar 64,45 dan kelas kontrol
dipelajarinya pada pertemuan itu. Hal ini 61,20 menunjukkan bahwa kedua kelas
berakibat pada hasil belajar peserta didik di tersebut belum belajar materi IPS
kelas kontrol lebih rendah dari kelas mengenai keragaman suku bangsa dan
eksperimen. budaya di Indonesia.
Setelah peserta didik di setiap kelas 2. Dari nilai rata – rata posttest kelas
diberikan perlakuan yang berbeda, peserta eksperimen yang menerapkan model
didik mengerjakan posttest. Posttest ini Problem Based Learning memperoleh
bertujuan untuk mengukur hasil belajar skor lebih tinggi yang sebesar 83,44
setelah melalui proses pembelajaran. hasil dibandingkan posttest kelas kontrol yang
posttest ini akan menjadi perbandingan antara menggunakan model konvensional
kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil memperoleh skor 72,75.
analisis posttest di kelas eksperimen 3. Hasil uji-t hipotesis penelitian pada taraf
memperoleh nilai rata – rata sebesar 83,44 signitifkan 5% menunjukkan bahwa ttabel
dengan standar deviasi sebesar 12,03. < ttabel atau t2,00324 < t2,994 . hal ini berarti
Sedangkan analisis posttest di kelas kontrol adanya pengaruh positif penggunaan
memperoleh analisis rata – rata sebesar 72,75 model Problem Based Learning (PBL)
dengan standar deviasi sebesar 15,09. Dari terhadap hasil belajar siswa dalam
hasil analisis tersebut tampak bahwa terdapat pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri
perbedaan nilai posttest di kelas eksperimen 29 Dadok Tunggul Hitam.
dan kelas kontrol sebesar 10,69. Dari hal ini 4. Penggunaan model pembelajaran yang
tampak kelas eksperimen lebih tinggi bervariasi dalam proses pembelajaran itu
dibandingkan kelas kontrol. diperlukan, karena situasi belajar siswa
Hasil pengolahan data menggunakan itu beragam. Kemudian rasa ingin tahu
uji-t menunjukkan ttabel = 2,00324 dan thitung siswa dan tingkat kemauan siswa belajar
2,994 , artinya ttabel < thitung atau t2,00324 < t2,994. lebih baik dibandingkan dengan cara
Hal ini berarti Ha diterima yaitu adanya belajar monoton.
9

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Volume 7, Nomor 3, 2019
Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd

5. Terdapat perbedaan hasil belajar IPS /pedagogi/article/view/4311 diakses


pada tanggal 05 November 2018)
yang menerapkan model Problem Bsed
Learning (PBL) lebih tinggi Riyanto, Y. 2012. Paradigma Baru
Pembelajaran: sebagai Referensi
dibandingkan hasil belajar IPS yang
Bagi Pendidik dalam Implementasi
tidak menerapkan model Problem Based Pembelajaran yang Efektif dan
Berkualitas. Jakarta: Kencana
Learning (PBL).
Sanjaya, W. 2009. Strategi PEmbelajaran
Berorientasi Standar Proses
DAFTAR RUJUKAN
Pendidikan. Jakarta: Prenada.

Ariswati, N. P. E. A., dkk. 2018. Pengaruh


Model pembelajaran problem based
learning (PBL) berbantuan media
question card terhadap hasil belajar
IPS siswa kelas V SD. E-Journal
PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha Mimbar PGSD. 6(1). 1 –
11. (Online).
(https://ejournal.undiksha.ac.id/inde
x.php/JJPGSD/article/view/13105
diakses pada tanggal 24 Januari
2018).

Desyandri, dkk. 2018. The effect using


Quantum Teaching and motivation
in learning toward students
achievement. Padang. Jurnal
Aplikasi IPTEK Indonesia. 4(2).
(Online)
(https://bk.ppj.unp.ac.id/index.php/a
iptekin/article/view/143 ISSN 2614
- 2465 diakses pada tanggal 05
November 2018)

Gunawan, I. 2016. Pengantar Statistika


Inferensial. Jakarta: Rajawali Pers.

Nasrul. 2014. Penggunaan Model


Cooperative Learning Tipe Stundent
Team Achievement Division
(STAD) Untuk Meningkatkan
aktivitas dan Hasil Belajar IPS di
kelas III SD Negeri 16 Tanjung Aur
Kota Padang. Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan. XIV (2). 39 – 44.
(Online)
(https://ejournal.unp.ac.id/index.php

10

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

You might also like