You are on page 1of 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

(PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-3


PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SMA NEGERI
KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2015/2016
Nisaul „Azmi Hajar, A.Y. Djoko Darmono, Atik Catur Budiati
Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
azmihajar250@gmail.com

ABSTRACT
This research aimed to improve the student’s learning outcomes of the
X-3 grade SMA Negeri Kebakkramat year of 2015/2016 in sociology subjects by
implementating Problem Based Learning (PBL) model. This research is a
classroom action research that included in two cycle with 3 confluence every
cycle. Each cycle consist of planning, acting, observing, and reflecting. The first
and second cycle discussed the subject of the deviate behavior. The subject of this
research is the student of X-3 grade SMA Negeri Kebakkramat year of 2015/2016
which consist of 38 students. The main technique in data collecting used test, and
observation, meanwhile the proponent technique used interview and
documentation. The result of this research showed that the implementation of
Problem Based Learning model can improve learning outcomes student of X-3
grade in sociology subjects start from pre-action, cycle I and cycle II is 67,65 in
preaction stage, increase to be 75,65 in cycle I and became 80,86 in cycle II. The
conclution of this research is the implementation of Problem Based Learning
(PBL) model can improve learning outcomes student of X-3 grade SMA Negeri
Kebakkramat year of 2015/2016.

Key word : Classroom Action Research, Problem Based Learning, Learning


Outcomes of Student.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-3
SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran sosiologi
melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam
dua siklus dengan 3 kali pertemuan setiap siklusnya. Setiap siklus terdiri dari
beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Siklus pertama dan kedua membahas materi pokok penyimpangan sosial. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-3 SMA N Kebakkramat Tahun Ajaran
2015/2016 yang terdiri dari 38 siswa. Teknik utama dalam pengumpulan data
dilakukan dengan cara tes dan observasi, sementara teknik pendukung dengan
menggunakan wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-3
mulai dari pratindakan, siklus I dan siklus II, yaitu 67,65 pada tahap pratindakan
meningkat menjadi 75,65 pada siklus I dan kembali meningkat menjadi 80,86
pada siklus II. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa
kelas X-3 SMA N Kebakkramat.

Kata Kunci : Penelitian Tindakan Kelas, Problem Based Learning (PBL), Hasil
Belajar

PENDAHULUAN anaknya. Akan tetapi tidak semua


A. Latar Belakang Masalah tugas mendidik dapat dilaksanakan
Manusia tidak bisa lepas dari oleh orangtua dalam keluarga,
pendidikan. Pendidikan merupakan terutama dalam hal ilmu pengetahuan
suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dan berbagai macam keterampilan.
dalam kehidupan manusia sepanjang Oleh karena itu orangtua menitipkan
hayat. Secara formal pendidikan itu sebagian tanggungjawabnya kepada
dilaksanakan sejak usia dini sampai sekolah untuk mendidik anak-
perguruan tinggi. Adapun secara anaknya.
hakiki pendidikan dilakukan seumur Sebagai suatu lembaga formal,
hidup sejak lahir sampai dewasa. tentu sekolah mempunyai aturan-
Menurut Ki Hajar Dewantara, aturan dan tujuan yang jelas, salah
sebuah pendidikan berlangsung satunya dalam hal pemberlakuan
dalam tiga lingkungan, yaitu dalam kurikulum yang telah ditetapkan oleh
lingkungan keluarga, sekolah, dan Pemerintah. Kurikulum merupakan
dalam masyarakat, atau lebih dikenal alat yang sangat penting bagi
dengan sebutan Tri Pusat keberhasilan suatu pendidikan.
Pendidikan. Dari ketiga lingkungan Kurikulum berisi rencana dan
pendidikan tersebut, lingkungan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
sekolah adalah satu-satunya bahan pelajaran serta cara yang
lingkungan belajar yang terbentuk digunakan sebagai pedoman
secara formal. Mendidik merupakan penyelenggaraan kegiatan
tugas utama bagi orangtua kepada pembelajaran untuk pendidikan
tertentu. Tanpa kurikulum yang siswa. Untuk memulai perubahan
sesuai dan tepat akan sulit mencapai tersebut, guru perlu menerapkan
tujuan dan sasaran pendidikan yang suatu model pembelajaran yang
diingginkan. dapat membantu siswa untuk
Dewasa ini, proses memahami materi ajar dan aplikasi
pembelajaran yang berpusat pada serta relevansinya dalam kehidupan
guru (teacher-center) masih banyak sehari-hari.
diterapkan oleh para guru di kelas. Berdasarkan pengamatan yang
Pembelajaran yang demikian lebih telah dilakukan oleh peneliti di kelas
mementingkan hasil daripada proses X-3 SMA Negeri Kebakkramat,
pembelajaran itu sendiri, sehingga dapat diketahui bahwa terdapat
pembelajaran terkesan monoton. beberapa permasalahan dalam
Proses pembelajaran yang berpusat pembelajaran di kelas tersebut,
pada guru sebenarnya tidak ada diantaranya guru hanya melakukan
salahnya asalkan dalam metode ceramah dengan
penerapannya, guru tetap melibatkan memanfaatkan buku LKS sepanjang
siswa untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran berlangsung, dan
pembelajaran baik itu bertanya jawab banyak siswa yang masih sulit
maupun menyampaikan pendapat. memahami materi pelajaran
Yang menjadi permasalahan adalah sosiologi. Hal ini dapat terlihat saat
ketika dalam menyampaikan materi siswa diberikan pertanyaan oleh
di kelas, guru selalu menerapkan guru, hanya beberapa siswa saja yang
metode pembelajaran yang seperti itu mampu menjawab pertanyaan,
secara terus menerus dan menjadi jawabannya pun masih terkesan
kebiasaan sehingga siswa menjadi seadanya dengan membaca kembali
kurang aktif dan kesulitan dalam tulisan atau penjelasan yang ada di
memahami materi yang disampaikan. buku LKS tanpa menggunakan
Oleh karena itu proses pembelajaran analisis ataupun pendapat pribadi.
yang masih berpusat pada guru sudah Adanya permasalahan tersebut
seharusnya di ubah menjadi proses mengakibatkan hasil belajar siswa
pembelajaran yang berpusat pada menjadi rendah.
Adanya beberapa konsep ataupun materi Sosiologi
permasalahan yang terlihat di kelas yang diajarkan dan mampu
X-3 SMA N Kebakkramat tersebut meningkatkan hasil belajar siswa.
memerlukan sebuah solusi yaitu Pada model pembelajaran
dengan mengadakan sebuah Problem Based Learning (PBL),
penelitian tindakan kelas yang siswa akan dibentuk dalam suatu
diharapkan dapat mengatasi kelompok-kelompok kecil dan siswa
permasalahan yang timbul. saling bekerja sama untuk
Berdasarkan identifikasi memecahkan suatu masalah yang
permasalahan yang telah dilakukan, telah disepakati oleh siswa dan guru
peneliti bersama guru mata pelajaran yang berkaitan dengan materi
sosiologi melakukan refleksi pelajaran. Penerapan model
mengenai permasalahan yang pembelajaran Problem Based
dianggap paling penting dan harus Learning (PBL) membuat siswa aktif
segera diatasi. Peneliti dan guru berdiskusi bersama anggota
sepakat bahwa permasalahan yang kelompok untuk memecahkan
mendesak untuk segera diatasi yang permasalahan dan menemukan
terdapat dalam pembelajaran konsepnya sendiri. Ketika guru
sosiologi yaitu masih banyak siswa sedang menerapkan model
yang belum memahami konsep atau pembelajaran tersebut, seringkali
materi Sosiologi sehingga siswa menggunakan bermacam-
menyebabkan hasil belajar siswa macam prosedur pemecahan
menjadi rendah, terbukti dengan masalah. Oleh sebab itu, mau tidak
banyaknya siswa yang mempunyai mau siswa dituntut untuk aktif
nilai di bawah KKM (75). Oleh membaca dan menjelaskan
sebab itu, peneliti bersama guru penjelasan materi dari guru. Selain
sepakat untuk memilih model itu, mereka harus aktif mencari
pembelajaran Problem Based informasi tambahan dari berbagai
Learning (PBL) sebagai pilihan sumber untuk memecahkan masalah
tindakan yang diharapkan mampu dalam soal diskusi.
membantu siswa dalam memahami
B. Tujuan Penelitian menerima pengalaman belajarnya.”.
Adapun tujuan yang ingin Dari pernyataan tersebut dapat
dicapai dalam penelitian ini adalah dimengerti bahwa hasil belajar
“Untuk meningkatkan hasil belajar diperoleh setelah melalui proses
siswa kelas X-3 SMA Negeri belajar mengajar. Dari proses
Kebakkramat pada mata pelajaran tersebut akan diperoleh pengalaman-
Sosiologi melalui penerapan model pengalaman baru oleh siswa. Wujud
pembelajaran Problem Based dari hasil belajar sendiri adalah
Learning (PBL) tahun ajaran kemampuan-kemampuan yang telah
2015/2016” dikuasai oleh siswa, sehingga hasil
KAJIAN PUSTAKA belajar adalah kemampuan yang
1. Hasil Belajar dimiliki siswa setelah menerima
Belajar merupakan suatu pengalaman belajar yang tampak
proses yang tidak dapat dilihat pada perubahan tingkah laku atau
dengan nyata. Proses tersebut terjadi kemampuan-kemampuan baik
dalam diri seseorang yang sedang kemampuan siswa dari segi kognitif,
belajar. Seberapa besar perubahan itu afektif maupun psikomotor yang
dapat dicapai atau berhasil tidaknya terjadi pada diri siswa setelah
siswa dalam mencapai tujuan dari menerima pengalaman belajarnya,
proses belajar dapat diketahui dari dimana perubahan tersebut dapat
hasil belajarnya. Hasil belajar dapat diamati dan diukur dalam bentuk
juga dikatakan sebagai hasil akhir pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
dari proses belajar mengajar di kelas pengertian-pengertian, sikap-sikap,
serta merupakan perwujudan dari apresepsi dan keterampilan.
kemampuan diri yang optimal setelah 2. Model Pembelajaran Problem
menerima pelajaran. Based Learning (PBL)
Pengertian hasil belajar a. Pengertian Model Pembelajaran
menurut Nana Sudjana (2010:22) Problem Based Learning (PBL)
mengemukakan bahwa ”Hasil belajar Model pembelajaran berbasis
adalah kemampuan-kemampuan masalah atau dikenal dengan
yang dimiliki siswa setelah ia Problem Based Learning (PBL)
adalah model pembelajaran yang banyaknya. Dalam PBL juga
berpusat pada siswa dimana siswa dibutuhkan kerjasama yang kuat
berupaya menemukan pemecahan antar siswa. Mereka akan
masalah dengan menggunakan bekerjasama dalam mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber serta informasi dan menemukan hipotesis
pengalaman sehari-hari. Problem permasalahan untuk kemudian secara
Based Learning (PBL) bersama-sama saling menukar
membiasakan siswa untuk percaya informasi untuk mencari jalan keluar
diri dalam menghadapi masalah dari sebuah permasalahan yang
dengan membantu siswa untuk sedang dianalisis.
mengembangkan keterampilan b. Langkah Pembelajaran dengan
berpikir kritis dan keterampilan Model Pembelajaran Problem
menyelesaikan masalah. Based Learning (PBL)
Model pembelajaran problem Pembelajaran berdasarkan
based learning (PBL) menurut Ni masalah memiliki prosedur yang
Made adalah jelas dalam melibatkan siswa untuk
Model pembelajaran berbasis mengidentifikasi permasalahan.
masalah adalah pembelajaran
Menurut Mohammad Nur (Rusmono,
yang mengajarkan siswa
bagaimana menggunakan konsep 2014:81) langkah-langkah atau
dan proses interaksi untuk menilai
tahapan pembelajaran model
apa yang mereka ketahui,
mengidentifikasi apa yang ingin Problem Based Learning adalah
diketahui, mengumpulkan
sebagai berikut :
informasi dan secara kolaborasi
mengevaluasi hipotesisnya 1) Tahap 1 : Mengorganisasikan
berdasarkan data yang telah siswa kepada masalah.
dikumpulkan. (2008:76) 2) Tahap 2 : Mengorganisasikan
Pengertian tersebut mengandung
siswa untuk belajar.
arti bahwa penerapan model 3) Tahap 3 : Membantu penyelidikan
pembelajaran Problem Based mandiri dan kelompok
4) Tahap 4 : Mengembangkan dan
Learning (PBL) dapat membantu
mempresentasikan hasil karya
siswa untuk belajar menggunakan serta pameran
konsep apa yang mereka pahami dan
mengumpulkan informasi sebanyak-
5) Tahap 5 : Menganalisis dan berdasarkan masalah menurut
mengevaluasi proses pemecahan Sanjaya (2006:220) akan penulis
masalah
jabarkan sebagai berikut:
Berdasarkan langkah
1) Kelebihan Model Pembelajaran
pembelajaran yang dikemukakan
PBL
oleh Mohammad Nur, penulis
a) Pemecahan masalah merupakan
menyimpulkan langkah-langkah atau
teknik yang bagus untuk
sintaks dalam menggunakan model
memahami isi pembelajaran.
PBL yaitu:
b) Pemecahan masalah dapat
1) Pengenalan masalah kepada siswa
merangsang kemampuan siswa
berdasarkan materi yang diajarkan
untuk menemukan pengetahuan
kepada siswa.
baru bagi mereka.
2) Siswa diorgaisasikan dalam
c) Pemecahan masalah dapat
beberapa kelompok untuk
meningkatkan aktivitas belajar
melakukan diskusi dalam
siswa.
penyelesaian masalah.
d) Pemecahan masalah dapat
3) Hasil analisis kelompok siswa
membantu siswa mengembangkan
dipresentasikan kepada kelompok
pengetahuannya serta dapat
siswa yang lain.
digunakan sebagai evaluasi diri
4) Guru membantu siswa untuk
terhadap hasil maupun proses
melakukan refleksi mengenai
belajar.
hasil penyelidikan yang dilakukan
e) Pemecahan masalah dapat
oleh siswa.
membantu siswa untuk berlatih
c. Kelebihan dan Kelemahan
berfikir dalam menghadapi
Model Pembelajaran Problem
sesuatu.
Based Learning (PBL)
f) Pemecahan masalah dianggap
Secara umum terdapat kelebihan
menyenangkan dan lebih digemari
serta kekurangan dalam setiap model
siswa.
pembelajaran, begitu pula dengan
g) Pemecahan masalah memberi
model pembelajaran Problem Based
kesempatan siswa untuk
Learning (PBL). Kelebihan dan
kekurangan model pembelajaran
mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan bermasyarakat, dan
mereka dalam kehidupan nyata. 3)Menumbuhkan sikap, kesadaran
2) Kelemahan dari Model dan kepedulian sosial dalam
Pembelajaran Problem Based kehidupan bermasyarakat.
Learning (PBL) adalah sebagai Sosiologi mempunyai dua
berikut : pengertian dasar yaitu sebagai ilmu
a) Persiapan pembelajaran yaitu dan sebagai metode. Sebagai ilmu,
mengenai alat dan konsep yang sosiologi merupakan kumpulan
kompleks. pengetahuan tentang masyarakat dan
b) Sulitnya Mencari Problem yang kebudayaan yang disusun secara
Relevan. sistematis berdasarkan analisis
c) Konsumsi Waktu. berpikir logis. Sebagai metode,
3. Pembelajaran Sosiologi sosiologi adalah cara berpikir untuk
Berdasarkan Peraturan mengungkapkan realitas sosial yang
Menteri Pendidikan Nasional RI ada dalam masyarakat dengan
Nomor 22 Tahun 2006 tentang prosedur dan teori yang dapat
standar isi dan tujuan mata pelajaran dipertanggungjawabkan secara
sosiologi disebutkan bahwa, ilmiah.
Sosiologi ditinjau dari sifatnya Dalam kedudukannya sebagai
digolongkan sebagai ilmu sebuah disiplin ilmu sosial yang
pengetahuan murni (pure science) sudah relatif lama berkembang di
bukan ilmu pengetahuan terapan lingkungan akademika, secara
(applied science). Sosiologi teoretis sosiologi memiliki posisi
dimaksudkan untuk 1)Memberikan strategis dalam membahas dan
kompetensi kepada siswa dalam mempelajari masalah-masalah sosial-
memahami konsep-konsep sosiologi politik dan budaya yang berkembang
seperti sosialisasi, kelompok sosial, di masyarakat dan selalu siap dengan
struktur sosial, lembaga sosial, pemikiran kritis dan alternatif
perubahan sosial, dan konflik sampai menjawab tantangan yang ada.
pada terciptanya integrasi sosial, Melihat masa depan masyarakat kita,
2)Memahami berbagai peran sosial sosiologi dituntut untuk tanggap
terhadap isu globalisasi yang di masyarakat serta cara berpikir untuk
dalamnya mencakup demokratisasi, mengungkapkan realitas sosial yang
desentralisasi dan otonomi, ada dalam masyarakat sesuai dengan
penegakan HAM, good governance prosedur dan teori yang dapat
(tata kelola pemerintahan yang baik), dipertanggungjawabkan secara
emansipasi, kerukunan hidup ilmiah.
bermasyarakat, dan masyarakat yang Selanjutnya, Standar
demokratis. Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Pembelajaran sosiologi Dasar (KD) mata pelajaran Sosiologi
dimaksudkan untuk mengembangkan di Sekolah Menengah (SMA)
kemampuan pemahaman fenomena khususnya untuk kelas X semester
kehidupan sehari-hari. Materi dua yaitu menerapkan nilai dan
pelajaran mencakup konsep-konsep norma dalam proses pengembangan
dasar, pendekatan, metode, dan kepribadian sedangkan kompetensi
teknik analisis dalam pengkajian dasarnya adalah mendeskripsikan
berbagai fenomena dan terjadinya perilaku menyimpang dan
permasalahan yang ditemui dalam sikap-sikap anti sosial.
kehidupan nyata di masyarakat. Mata METODE PENELITIAN
pelajaran Sosiologi diberikan pada Penelitian ini merupakan
tingkat pendidikan dasar sebagai penelitian tindakan kelas yang
bagian integral dari IPS, sedangkan dilaksanakan selama dua siklus.
pada tingkat pendidikan menengah Setiap siklus terdiri dari tiga
diberikan sebagai mata pelajaran pertemuan dengan beberapa tahap
tersendiri. diantaranya perencanaan tindakan,
Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan, observasi
pembelajaran sosiologi adalah proses tindakan dan refleksi. Teknik analisis
interaksi antara siswa dengan guru di data dalam penelitian ini
lingkungannya sehingga terjadi menggunakan analisis kualitatif dan
perubahan perilaku ke arah yang kuantitatif. Analisis data secara
lebih baik setelah mempelajari kualitatif yaitu dengan observasi atau
kumpulan pengetahuan tentang pengamatan proses pembelajaran
yang berlangsung dengan model observasi dan tes sebagai teknik
pembelajaran Problem Based pengumpulan data utama.
Learning (PBL). Sedangkan analisis Sedangkan, teknik pengumpulan data
data secara kuantitatif yaitu dengan pendukung menggunakan wawancara
melakukan pre-test dan post-tes dan dokumentasi.
untuk mengetahui ada tidaknya HASIL TINDAKAN DAN
peningkatan hasil belajar siswa yang PEMBAHASAN
kemudian diolah dengan Data kondisi awal dalam
menggunakan Ms.Excel. penelitian tindakan kelas ini
Data dan sumber data yang diperoleh setelah peneliti melakukan
digunakan dalam penelitian ini observasi dan tes pada pratindakan.
adalah seluruh hasil pengamatan Kemudian dari hasil pratindakan
terhadap keadaan pembelajaran yang diketahui beberapa permasalahan
sebenarnya dan mengandung dalam pembelajaran sosiologi di
informasi yang relevan dengan kelas X-3, permasalahan yang harus
kegiatan penelitian. Data penelitian segera diatasi adalah masih
dikumpulkan dari berbagai sumber, rendahnya hasil belajar siswa dengan
antara lain melalui informan yaitu rata-rata kelas 67,65.
guru mata pelajaran sosiologi di Dari data pratindakan tersebut,
kelas X-3 dan seluruh siswa kelas X- kemudian dilaksanakan tindakan
3 tahun ajaran 2015/2016, selain itu dengan menerapkan model
melalui peristiwa yaitu pembelajaran Problem Based
berlangsungnya proses kegiatan Learning pada siklus I dan siklus II.
belajar mengajar mata pelajaran Berikut merupakan deskripsi hasil
sosiologi di kelas X-3 dan melalui penelitian yang didapatkan peneliti
dokumen yang berisi silabus, RPP, selama melaksanakan penelitian
nilai siswa serta, dokumentasi selama dengan menerapkan model
pembelajaran. pembelajaran Problem Based
Teknik pengumpulan data dalam Learning.
penelitian ini menggunakan
Deskripsi Siklus I dan Siklus II
Setelah menerapkan model capaian penelitian yaitu ≥75 namun
pembelajaran Problem Based peneliti bersama dengan guru
Learning, pada hasil belajar siswa kolaborator merasa bahwa hal
kelas X-3, dapat diketahui hasil tersebut masih dapat ditingkatkan,
belajar siswa yang dapat kemudian dilaksanakan siklus II, dari
digambarkan pada tabel berikut ini : siklus II diketahui bahwa rata-rata
Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Setiap hasil belajar siswa meningkat
Siklus kembali mencapai 80,86.
Tahap Nilai Rata-rata Hasil Adanya peningkatan rata-rata
Belajar Siswa hasil belajar siswa juga didukung
Pratindakan 67,65 dengan adanya peningkatan jumlah
Siklus I 75,65 siswa yang mengalami ketuntasan
Siklus II 80,86 hasil belajar. Dari 38 siswa, pada saat
Berdasarkan tabel 2 tersebut, pratindakan yang mengalami
dapat terlihat bahwa terdapat ketuntasan hasil belajar hanya
peningkatan rata-rata nilai hasil berjumlah 9 siswa dengan presentase
belajar mulai dari pratindakan, siklus 23,68%, kemudian pada siklus I
I, hingga siklus II. Pada pratindakan, jumlah siswa yang mengalami
nilai rata-rata siswa hanya mencapai ketuntasan hasil belajar meningkat
67,65 hal ini masih jauh dibawah menjadi 28 siswa dengan presentase
kriteria ketuntasan minimal (KKM) 73,68%, dan pada siklus II jumlah
yang telah ditentukan di SMA N siswa yang mengalami ketuntasan
Kebakkramat yaitu 75. Kemudian, belajar meningkat kembali menjadi
dilaksanakan penelitian tindakan 31 siswa dengan presentase 81,57%.
kelas dengan penerapan model Pembahasan
pembelajaran Problem Based Dari keseluruhan tahap
Learning pada siklus I yang penelitian, mulai dari pratindakan,
menunjukkan peningkatan hasil siklus I hingga siklus II dilaksanakan
belajar siswa menjadi 75,65, hal ini evaluasi belajar secara bertahap.
sebenarnya sudah mencapai indikator Pada saat melakukan pratindakan,
dilaksanakan evaluasi belajar siswa siswa pada tiap kelompok sehingga
dengan rata-rata hasil belajar siswa siswa yang lebih pintar dapat
67,65. Setelah dilakukan tindakan membantu siswa dalam
pada siklus I, hasil belajar siswa kelompoknya untuk memahami
menunjukkan kenaikan dengan rata- materi yang sedang dipelajari.
rata kelas 75,65. Hasil ini sudah Meskipun secara keseluruhan
mencapai target yang telah ketuntasan hasil belajar siswa dan
ditetapkan yaitu skor rata-rata siswa nilai rata-rata kelas X-3 mengalami
≥75, namun hasil ini belum peningkatan, tetapi apabila dilihat
maksimal dan masih bisa melalui hasil belajar yang diperoleh
ditingkatkan maka perlu setiap siswa, menunjukkan bahwa
dilaksanakan tindakan pada siklus II tidak semua siswa mengalami
untuk meningkatkan hasil belajar peningkatan pada setiap siklusnya.
siswa. Kemudian rata-rata hasil Berdasarkan perhitungan hasil
belajar siswa pada siklus II akhirnya belajar dari pratindakan, siklus I dan
meningkat menjadi 80,86. Hasil ini siklus II, dari 38 siswa kelas X-3
telah mencapai target skor yang terdapat 4 siswa yang turun pada
ditetapkan yaitu ≥75. Adanya siklus I dan naik pada siklus II dan 7
pembentukan kelompok secara siswa yang mengalami kenaikan
heterogen dan keterlibatan siswa hasil belajar pada siklus I namun
dalam menganalisis masalah dan menurun pada siklus II. Adanya
mencari solusi permasalahan siswa yang mengalami peningkatan
membantu siswa untuk lebih dan penurunan tersebut dipengaruhi
memahami materi yang sedang oleh berbagai faktor. Karakteristik
dibahas, sebab mereka dapat aktif setiap siswa yang yang berbeda-beda
membaca, mencari berbagai mengakibatkan perbedaan hasil yang
informasi guna memperdalam materi diperoleh dari setiap siswa juga
dan berdiskusi dengan teman sebaya. berbeda. Bisa diamati bahwa adanya
Dalam kegiatan diskusi yang dibuat hasil belajar siswa yang turun
secara heterogen ini, terdapat tersebut, dikarenakan siswa yang
perbedaan kemampuan kognitif bersangkutan kurang tertarik dalam
pelaksanaan model pembelajaran peningkatan hasil belajar selama
Problem Based Learning (PBL), tindakan. Adapun kelemahannya
mereka terlihat kurang antusias saat adalah konsumsi waktu, sebab model
kegiatan diskusi dan kurang fokus pembelajaran ini membutuhkan
pada penjelasan dari guru. Oleh waktu yang tidak sedikit.
sebab itu, dalam pembelajaran di Penelitian Tindakan Kelas
kelas, guru dapat menggunakan dengan model pembelajaran Problem
model pembelajaran lain yang lebih Based Learning (PBL) ini sesuai
variatif dan inovatif untuk dengan teori belajar konstruktivisme,
memperoleh hasil yang lebih baik. PBL mendorong siswa
Dari penelitian yang mengkonstruksi pengetahuannya
dilakukan peneliti bersama guru sendiri melalui permasalahan nyata
kolaborator dengan penerapan model yang membutuhkan suatu pemecahan
pembelajaran Problem Based masalah. Dari beberapa teori
Learning (PBL) tersebut, terlihat konstruktivisme, yang paling sesuai
bahwa pembelajaran dengan dari proses pembelajaran yang telah
menggunakan model Problem Based dilaksanakan adalah teori
Learning (PBL) yang telah konstruktivisme menurut Vygotski,
diterapkan mempunyai beberapa sebab ketika siswa terlibat dalam
kelebihan dan kelemahan seperti kegiatan diskusi yang dilaksanakan
yang diutarakan oleh Sanjaya pada tiap siklusnya, mereka akan
(2006:220). Kelebihan tersebut saling bertukar pendapat dan
diantaranya, siswa dapat memahami informasi, sehingga konsep dari
isi pembelajaran dengan baik karena materi tersebut dapat ditemukan
mereka selalu terpacu untuk siswa. Konstruktivisme Vygotski
membaca materi dan PBL dapat memandang bahwa pengetahuan
membantu siswa mengembangkan dikonstruksi secara kolaboratif antar
pengetahuannya serta dapat individual dan keadaan tersebut
digunakan sebagai evaluasi diri dapat disesuaikan oleh setiap
terhadap hasil maupun proses individu. Ini berarti bahwa
belajar, terbukti dengan adanya konstruktivisme Vygotski lebih
menekankan pada penerapan teknik rata-rata hasil belajar 75,65, dan pada
saling tukar pendapat dan gagasan siklus II mengalami peningkatan
antar individu dalam kegiatan menjadi 80,86. Hasil ini telah
kelompok sehingga siswa dapat mencapai target skor yang ditetapkan
menemukan konsep secara mandiri, yaitu ≥75. Meskipun secara
seperti halnya yang dilakukan siswa keseluruhan ketuntasan hasil belajar
kelas X-3 pada kegiatan diskusi. siswa mengalami kenaikan, namun
Dari hasil tindakan, ada beberapa siswa yang mengalami
pengamatan dan pembahasan dapat penurunan.
ditarik kesimpulan bahwa penerapan Jumlah siswa yang mengalami
model pembelajaran Problem Based peningkatan tiap siklusnya adalah 27
Learning (PBL) dapat meningkatkan siswa atau sebesar 71,05%.
hasil belajar siswa pada materi pokok Sementara jumlah siswa yang
penyimpangan sosial kelas X-3 SMA mengalami penurunan pada siklus I
N Kebakkramat pada mata pelajaran dan meningkat kembali pada siklus II
sosiologi tahun ajaran 2015/2016. sebanyak 4 siswa atau 10,52%.
SIMPULAN DAN SARAN Sedangkan jumlah siswa yang
A. Simpulan mengalami peningkatan pada siklus I
Hasil penelitian menunjukkan dan menurun pada siklus II sebanyak
bahwa siswa lebih paham tentang 7 siswa atau 18,42%. Dengan
materi penyimpangan sosial yang demikian, penggunaan satu model
diterapkan melalui model Problem pembelajaran saja tidak dapat
Based Learning (PBL) sehingga mengoptimalkan hasil belajar siswa
berakibat pada peningkatan hasil secara keseluruhan. Untuk itu, guru
belajar siswa, terbukti dengan nilai perlu memnggunakan model
rata-rata kelas X-3 yang mengalami pembelajaran yang lain agar
peningkatan tiap siklusnya. Pada pembelajaran di kelas lebih
tahap pratindakan, nilai rata-rata bervariatif.
hasil belajar siswa yang diperoleh B. Saran
adalah 67,65, kemudian pada siklus I Berdasarkan penelitian yang
mengalami peningkatan dengan nilai telah dilaksanakan di kelas X-3 SMA
N Kebakkramat tahun ajaran mengikuti proses pembelajaran
2015/2016, peneliti menyampaikan di kelas dan fokus pada
saran sebagai berikut : penjelasan guru serta aktif pada
1. Bagi Guru kegiatan diskusi kelompok.
a. Guru diharapkan mampu 3. Bagi Sekolah
menerapkan variasi model a. Sekolah hendaknya membuat
pembelajaran dalam proses kebijakan kepada guru untuk
mengajar di kelas, sehingga melakukan PTK agar guru
siswa tidak mengalami selalu termotivasi dalam
kejenuhan dengan satu model menciptakan perbaikan secara
saja secara terus-menerus. berkesinambungan dalam
b. Guru hendaknya mampu proses pembelajaran di kelas.
memanajemen waktu dan b. Sekolah hendaknya
mengelola kelas dalam kegiatan meningkatkan fasilitas
pembelajaran. Sehingga tahap- pendukung pembelajaran
tahap pengajaran yang sudah seperti jaringan wifi dan printer
direncanakan dapat berjalan agar mendukung aktifitas
dengan efektif sesuai dengan pembelajaran di sekolah.
yang diharapkan dan tujuan
DAFTAR PUSTAKA
pembelajaran dapat tercapai
Ni, Made. (2008). Penerapan Model
dengan baik.. Problem Base Learning untuk
2. Bagi Siswa Meningkatkan Partisipasi
a. Siswa hendaknya tidak terpaku Belajar dan Hasil Belajar
Teori Akuntansi Mahasiswa
pada satu sumber belajar yaitu
Jurusan Ekonomi Undiksha.
buku LKS, tetapi siswa juga Laporan Penelitian. Hlm. 74-
berusaha untuk mencari 84.
Sudjana, Nana. (2010). Penilaian
sumber belajar yang lain
Hasil Proses Belajar
misalnya internet untuk Mengajar. Bandung: PT
menambah wawasan. Remaja Rosdakarya.
Rusmono.(2014). Strategi
b. Siswa hendaknya lebih
Pembelajaran dengan Problem
bersungguh-sungguh dalam
Based Learning itu perlu. pada tanggal 05 Maret 2016
Bogor : Penerbit Ghalia Indone darihttp://bsnp-
Peraturan Menteri Pendidikan indonesia.org/id/wpcontent/upl
Nasional Republik Indonesia oads/isi/Permen_22_2006.pdf
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Wina, Sanjaya. (2006). Strategi
Standar Isi Untuk Satuan Pembelajaran Berorientasi
Pendidikan Dasar dan Standar Proses Pendidikan.
Menengah. Jakarta : Menteri Jakarta: Kencana Prenada
Pendidikan Nasional. Diakses Media Group.

You might also like