Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
komposisi, struktur, sifat-sifat dan perubahan materi serta perubahan energi yang
Suyanti (2010) banyaknya konsep kimia yang bersifat abstrak yang harus diserap
siswa dalam waktu relatif terbatas menjadikan ilmu kimia merupakan salah satu
mata pelajaran sulit bagi siswa sehingga banyak siswa gagal dalam belajar kimia.
Ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa SMA, sehingga hasil belajar kimia siswa SMA pada umumnya masih
1
2
rendah, permasalahan ini juga terjadi di SMAN 1 Sikur. Hasil belajar kimia siswa
khususnya siswa kelas X tergolong rendah dengan nilai rata-rata ujian tengah
semester pada tahun ajaran 2016/2017 sebesar 40,35. Nilai belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal KKM yaitu 75. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan dengan Ibu Salmi Sunarni S.Pd sebagai guru kimia di SMAN 1 Sikur
siswa untuk mempelajari kimia. Hal ini ditunjukkan dengan masih jarangnya
konsep yang berpusat pada guru. Hal tersebut membuat siswa kurang aktif dalam
pembelajaran.
diskusi dengan tidak serta pemanfaatan sumber belajar masih terbatas. Hal ini
menjadi rendah. Beberapa masalah yang dihadapi oleh guru yaitu sulit merubah
kebiasaan siswa yang biasa diberitahu menjadi mencari tahu melalui pencarian
informasi, diskusi, dan lainnya. Sehingga untuk penyesuaian dengan siswa, guru
3
untuk menemukan konsep, terutama dalam pembelajaran kimia dan hasil belajar
agar lebih terlibat dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran
masalah terhadap hasil belajar kimia materi pokok Reaksi Oksidasi-Reduksi siswa
berikut:
1) Bagi siswa
2) Bagi Guru
3) Bagi Sekolah
4) Bagi Peneliti
Agar penelitian ini lebih terarah, maka perlu dibatasi ruang lingkup
2) Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kimia dalam ranah
kognitif yaitu pemahaman siswa yang diukur dengan posttest pada materi
penelitian Magdalena (2014) terdiri dari lima langkah yaitu orientasi siswa
masalah.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran
konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal
bahwa PBL adalah sebuah pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa dimana
sebagai titik awal memandu siswa berinkuiri dalam proses pembelajaran. PBL
masalah.
dalam memecahkan masalah. Salah satu ciri khas dari Problem Based Learning
(PBL) adalah adanya kerja sama antar siswa. Adanya kerjasama akan
dalam jurnal Sahala (2010: 14) Model pembelajaran berbasis masalah adalah
suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan
Menurut Arifin (1995) dalam jurnal Pratiwi (2014: 41) Ada tiga ciri
mencari dan mengolah data serta menyusun kesimpulan bukan hanya sekedar
dalam artikel Reta (2012: 5) Model PBL memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menyadari masalah
kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Guru membimbing siswa pada
Kemampuan yang harus dicapai siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat
yang ada, siswa dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, tetapi guru harus
mendorong siswa agar menemukan satu atau dua kesenjangan yang pantas untuk
dikaji, baik melalui kelompok besar atau kelompok kecil atau bahkan individual.
b. Merumuskan masalah
Bahan pelajaran dari bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan,
selanjutnya difokuskan pada masalah apa yang pantas dikaji. Rumusan masalah
kesamaan persepsi tentang masalah dan kaitan dengan data-data apa yang harus
c. Merumuskan hipotesis
menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Siswa diharapkan
d. Mengumpulkan data
penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan
data yang ada. Siswa didorong untuk mengumpulkan data yang relevan.
Kemampuan siswa yang diharapkan adalah kecakapan siswa dalam menilai data
e. Menguji hipotesis
mana yang diterima dan mana yang ditolak. Kemampuan siswa yang diharapkan
pada tahapan ini adalah kecakapan menelaah data sekaligus membahasnya untuk
melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji dan diharapkan siswa dapat
Kemampuan siswa yang diharapkan pada tahapan ini adalah kecakapan siswa
dengan apa yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang terjadi pada
setiap pilihan.
pembelajaran, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Huang (2005)
bahwa 89,4 % siswa dari total 100 % siswa puas dan lebih interaktif dalam
orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisasi siswa untuk belajar, (3)
Learning (PBL) membuat siswa lebih berpikir dari pada menghafal. Siswa
12
memahami pelajaran dengan lebih baik melalui diskusi, kreativitas dan hasil
Learning)
lakukan.
dianggap lebih menyenangkan dan lebih disukai siswa, 3) Model PBL dapat
adalah:
rumit dan menuntut siswa dengan daya konsentrasi dan kreasi yang tinggi.
b. Pembelajaran harus dilakukan dalam waktu yang cukup lama, karena setiap
terpotong.
c. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka
sebelumnya.
telah dipelajari. 3). Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi ajar. 4).
Menurut Astuti (2013: 91) dalam jurnal Wardani (2015: 26) Lembar Kerja
proses dan konsep-konsep materi yang sedang dan akan dipelajarai. Sedangkan
Lembar kerja siswa sebagai sumber belajar dapat digunakan sebagai alternative
yang disusun dengan menyajikan suatu masalah yang berkaitan dengan materi
mengetahui keterkaitan antara peristiwa yang terjadi dengan konsep ilmiah yang
berlangsung.
Menurut Kardi dan Nur dalam ( Lubis dan Binari, 2010:191) mengatakan
bahwa:
lima fase: (1) penjelasan tentang tujuan dan mempersiapkan siswa, (2)
cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif
singkat; (2) Dapat digunakan untuk menekankan poin penting atau kesulitan
lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa; dan (4) Dapat
waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh
siswa.
dapat diungkapkan.
17
dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri,
Menurut (Oemar Hamalik, 1994: 21) dalam Harsono (2009: 72) Belajar
adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman atau latihan.
Menurut Trianto (2011) dalam jurnal Azmi (2016: 89) Hasil belajar adalah
tingkah laku. Tinkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam
dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting
sebagai dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses belajar adalah upaya
18
dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dalam penilaian ini dilihat
atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil belajar dan
proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat
dari proses.
Romizowski (1981) dari Pohan (2013: 68) menyatakan bahwa hasil belajar
kenyataan dan informasi verbal dari suatu objek, peristiwa, dan manusia.
siswa.
Guru bisa mengukur materi yang telah dikuasai siswa secara cepat.
19
sebagaimana diharapkan.
terhambat.
karakteristik utama, yaitu adanya suatu masalah yang menjadi fokus dalam proses
pembelajaran, kemudian memunculkan rasa ingin tahu siswa, sehingga siswa aktif
berkaitan dengan masalah tersebut, kegiatan ini mendorong siswa untuk terlibat
dalam proses pembelajaran, siswa belajar untuk mengamati proses makro yang
20
terjadi dan menuliskan hasil pengamatan dengan benar, siswa juga terlatih untuk
Siswa juga dituntut untuk lebih kreatif dan mampu menghubungkan proses makro
yang lebih bermakna karena siswa terlibat secara langsung dalam berbagai
sendiri terhadap materi yang diajarkan dan meningkatkan hasil belajar siswa.
diajukan dalam penelitian ini adalah “Hipotesis dari penelitian ini yaitu model
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia pada materi pokok
reaksi redoks pada siswa kelas x SMA Negeri 1 Sikur Tahun Ajaran
2017/2018”.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
experimental design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
ekperimen dan kelas X B sebagai kelas kontrol. Perlakuan yang diberikan adalah
pada kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung pada kelas kontrol.
Tahap awal penelitian dilakukan dengan pretest. Nilai pre-test kelas eksperimen
dan kelas kontrol digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada
kedua kelas sampel sebelum diberi perlakuan, sedangkan hasil post-test dari kelas
dalam hal ini hasil belajar siswa. Rancangan penelitian yang telah dilakukan dapat
Penelitian ini menggunakan populasi dan sampel, hal ini dilakukan untuk
3.2.1 Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Sikur, yang berjumlah
178 orang dan tersebar dalam 4 kelas. Jumlah populasi dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Jenis sampel yang diambil harus
mencerminkan populasi. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
yaitu pemilihan sampel untuk populasi dalam unit kelas. Tehnik non-probability
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan pertimbangan dari guru
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen tes. Materi
dalam penelitian ini adalah reaksi oskidasi dan reduksi dan bentuk tes yang
digunakan yaitu pilihan ganda untuk soal posttest. Butir soal disusun berdasarkan
kisi-kisi instrumen.
kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai, dimana instrumen tersebut
akan digunakan sebagai tes hasil belajar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada lampiran 1. Instrumen tes hasil belajar
dan e. Untuk pilihan jawaban yang benar diberi skor 1 (satu) dan jawaban yang
Terdapat tiga tahap utama yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu tahap
data populasi, data nilai, dan kurikulum yang digunakan. Berdasarkan proses
observasi yang dilakukan di SMAN 1 Sikur sejak Bulan Oktober 2016, bahwa
pada sekolah tersebut terdapat 4 kelas dengan jumlah populasi sebanyak 178
serta peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran kimia
pembelajaran di kelas. Mengambil data awal dari guru kimia di SMAN 1 Sikur
berupa nilai ulangan tengah semester (UTS) untuk keperluan teknik yang
digunakan dalam penelitian serta menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen.
mata pelajaran kimia materi yang diambil yaitu reaksi oksidasi-reduksi (redoks).
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Inti (KI) pada materi reaksi oksidasi-
penyusunan RPP pun dilakukan dengan mengacu pada silabus yang telah
materi reaksi oksidasi dan reduksi adalah 6 kali pertemuan tatap muka dengan
pelajaran.
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan diberikan pada kelas kontrol dan
pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan silabus dan RPP. RPP memuat
pembelajaran konvensional. Selain itu dibuat LKS untuk kelas ekperimen dan
kelas kontrol. LKS dibuat sesuai dengan materi yang diajarkan dan model yang
diterapkan. LKS juga memuat soal-soal diskusi yang akan diberikan kepada
siswa.
27
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari sampai dengan awal 2017
dengan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan media LKS berbasis
mengajar seperti RPP dan LKS. Berikut ini merupakan rincian pelaksanaan
Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa
3
atau ion. atau ion
5 Tata nama senyawa menurut IUPAC Tata nama senyawa menurut IUPAC
6 Posttest Posttest
28
pembelajaran. Tahap ini akan diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan yang
berbeda. Pengumpulan data hasil belajar untuk ranah kognitif diperoleh dari tes
hasil belajar siswa dengan melakukan posttest. Tes hasil belajar berupa posttest
yang diperoleh akan diuji yaitu berupa uji normalitas, uji homogenitas, dan uji
hipotesis.
3.5.1 Observasi
disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan
akan terjadi (Arikunto, 2010). Teknik observasi tentu saja membutuhkan observer
dalam pelaksanaannya. Observer dalam penelitian ini yaitu Ibu Salmi Sunarni
3.5.2 Dokumentasi
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, majalah, dan
seperti : data hasil belajar siswa selama penelitian. Peneliti melakukan metode
dengan guru kimia kelas X di SMAN 3 Mataram. Hasil yang diperoleh dari teknik
untuk mendapatkan nilai hasil belajar siswa. Tes Hasil belajar bertujuan untuk
mendapatkan data terkait hasil belajar siswa yang menunjukan kemampuan siswa
setelah diberi perlakuan. Pengumpulan data hasil belajar untuk ranah kognitif
diperoleh dari tes hasil belajar siswa dengan melakukan pretest dan posttest.
Data yang dianalisis, yakni hasil belajar yang diperoleh dari data tes hasil
Problem Based Learning berbantuan media LKS berbasis masalah. Penelitian ini
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa saja
penelitian ini menggunakan jenis validitas konstruk dan validitas isi. Validitas
konstruk dilakukan oleh guru mata pelajaran kimia sebagai validator. Hasil dari
validitas konstruk berupa validitas isi yang mengacu kepada isi butir soal secara
sebagaimana yang diusulkan oleh Aiken (1985) dalam Azwar (2013). Aiken telah
yang didasarkan pada hasil penilaian orang terhadap suatu item dari segi sejauh
mana item tersebut mewakili konstruk yang diukur. Dalam hal ini, mewakili
konstruk yang diukur berarti item bersangkutan adalah relevan dengan indikator
dari atribut yang diukur. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan angka
antara 1 (sangat tidak mewakili atau sangat tidak relevan) sampai 4 (sangat
V = s / [n(c-1)] (3.1)
Keterangan :
s = r – lo
lo = Angka penilaian validitas terendah
c = Angka penilaian validitas tertinggi
r = Angka yang diberikan oleh penilai
(Azwar, 2013)
Sebuah tes dikatakan valid bila tes itu dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Dalam penelitian ini validitas butir soal di hitung menggunakan rumus
𝑀𝑝 − 𝑀𝑡 𝑝
𝛾𝑝𝑏𝑖𝑠 = √
𝑆𝑡 𝑞
Keterangan:
𝛾𝑝𝑏𝑖𝑠 = koefisien korelasi point biserial
Mp = mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang
dicari validitasnya
Mt = mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut test)
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
Suatu butir instrumen dikatakan valid jika rhitung > rtabel sebaliknya jika
Data dikatakan reliabel jika data tersebut memang benar dan sesuai
kenyataannya dan dapat memberikan hasil yang sama berapa kalipun diambil.
Reliabilitas soal tes dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus K-R.20
n S pq
2
r11
n 1 S2
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
n = banyaknya butir soal
S = standar deviasi skor total
p = proporsi siswa yang menjawab item dengan benar
q = proporsi siswa yang menjawab item dengan salah
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
Adapun kriteria realibilitas soal sesuai dengan tabel 3.3 (Arikunto,2013).
Harga r Keterangan
0,00 – 0,20 Sangat rendah
0,21 – 0,40 Rendah
0,41 – 0,60 Sedang
0,61 – 0,80 Tinggi
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
Data yang akan diolah dengan rumus uji-t harus diuji homogenitasnya
terlebih dahulu untuk mengetahui apakah kedua sampel homogen atau tidak.
(Sugiyono, 2012) :
33
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹=
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
2
X X
S2
n 1
Keterangan:
F = indeks homogenitas yang dicari
S2 = varians
X = nilai siswa
X = rata-rata
n = jumlah sampel
Nilai F hitung dan F tabel dibandingkan pada taraf signifikan 5%. Data
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui teknik statistik uji hipotesis
yang dapat digunakan oleh peneliti. Jika data tidak normal, maka statistik
parametris tidak dapat digunakan. Statistik yang perlu digunakan adalah statistik
nonparametris jika datanya tidak normal. Uji normalitas data dapat dihitung
(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ )2
𝜒2 = ∑
𝑓ℎ
Keterangan:
χ2 = Chi Kuadrat
fo = frekuensi yang diobservasi
𝑓ℎ = frekuensi yang diharapkan
34
Bila harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil dari pada harga Chi Kuadrat
tabel, maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila harga Chi Kuadrat hitung
lebih besar dari pada harga Chi Kuadrat tabel maka data dinyatakan tidak normal.
pretest dan posttest untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kedua sampel
yang diperoleh memenuhi uji asumsi yakni data terdistribusi normal dan
homogen, maka uji hipotesis digunakan statistik uji anakova. Uji anakova
dilakukan untuk menguji hipotesis apakah hasil belajar siswa yang diajarkan
merupakan teknik statistik untuk uji beda multivariate yang merupakan perpaduan
Design. Kedua kelompok kelas tidak ekuivalen atau tidak sama. Adapun langkah
1) Menghitung jumlah kuadrat total (Jkt) pada keriterium, kovariabel, dan produk
XY.
a) Kriterium (Y)
(∑𝑌𝑡)2
JktY = ∑𝑌𝑡 2 − 𝑁
b) Kovariabel (X)
(∑𝑋𝑡)2
𝐽𝑘𝑡𝑋 = ∑𝑋 2 𝑡 −
𝑁
c) Produk (XY)
(∑𝑋𝑡)(∑𝑌𝑡)
𝐽𝑘𝑡𝑋𝑌 = ∑𝑋𝑡 𝑌𝑡 −
𝑁
a) Kriterium (Y)
(∑𝑌1)2 (∑𝑌2)2
2
(∑𝑌𝑘)2
𝐽𝑘𝑑𝑌 = ∑𝑌𝑡 − [ + + ⋯+ ]
𝑛1 𝑛2 𝑛𝑘
b) Kovariabel (X)
2
(∑𝑋1)2 (∑𝑋2)2 (∑𝑋𝑘)2
𝐽𝑘𝑑𝑋 = ∑𝑋 𝑡 − [ + +⋯+ ]
𝑛1 𝑛2 𝑛𝑘
c) Produk (XY)
(𝐽𝑘𝑡𝑋𝑌 )2
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠𝑡 = 𝐽𝑘𝑡𝑌 −
𝐽𝑘𝑡𝑥
(𝐽𝑘𝑑𝑋𝑌 )2
𝐽𝑘𝑟𝑒𝑠𝑑 = 𝐽𝑘𝑑𝑌 −
𝐽𝑘𝑑𝑋
a) dbt = N-2
b) bda = K -1
c) dbd = N-K-1
4) Menentukan varian residu dengan menghitung rata-rata kuadrat residu antar
𝐽𝑘𝑟𝑒𝑠𝑎
𝑅𝑘𝑟𝑒𝑠𝑎 = 𝑑𝑏𝑎
𝐽𝑘𝑟𝑒𝑠𝑑
𝑅𝑘𝑟𝑒𝑠𝑑 = 𝑑𝑏𝑑