You are on page 1of 11

Journal of RESIDU,Volume 3, Issue 13, Januari 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE : 2598-8131

Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Problem Based


Learning Pada Materi Reaksi Reduksi Oksidasi Untuk SMA/MAKelas X
1) 2)*
Siska Triana Putri dan Ellizar
1,2)
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Padang, Indonesia
Author Corespondent: non_jalius@yahoo.com

Abstract
This research was a research and development of student worksheet with problem based
learning for the Redox Reaction material that has been tested in eleventh grade students of
SMA Pembangunan Laboratorium UNP. This study aims to produce the valid and practice
of student worksheet with problem based learning for the Redox Reaction material. The
type of this is a Research and Development (R & D) and the development model used is a
model 4-D consists of four stages; (1) define, (2) design, (3) develop and (4) disseminate.
This research is limited to develop stage. The research instrument used a questionnaire
validity and practicalities. Validity sheets were filled out by 2 lecturers of department of
chemistry and chemical 3 teachers. Practicalities sheets were filled out by 3 people a
chemistry teacher and 28 students of class XI SMA Pembangunan Laboratorium UNP.
Data from this research will be analyzed using Cohen’s kappa formula. This result found
an average value of 0.83 kappa moment with high validity category. This is also found the
practicalities of teachers and students an average value moment kappa of 0.83 and 0.81
with high practicality category. This study can be concluded that the student worksheet
with problem based learning for the Redox Reaction material is valid and practice, so that
it can be used in learning activities.

Keywords: Student Worksheets, Problem Based Learning, Redox Reaxtion material,


Research and Development, 4-D Models.

A. PENDAHULUAN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas. 2003). Dilihat dari sudut
perkembangan yang dialami peserta didik, maka usaha yang sengaja dan terencana (yang
58
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
Phone: 0813 6364 8687
Journal of RESIDU,Volume 3, Issue 13, Januari 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE : 2598-8131

disebut pendidikan) tersebut ditujukan untuk membantu peserta didik dalam menghadapi
tugas-tugas perkembangan yang dialaminya dalam setiap periode perkembangan. Dengan
kata lain, pendidikan di pandang mempunyai peranan yang besar dalam mencapai
keberhasilan dalam perkembangan peserta didik (Suryosubroto. 2010).
Salah satu upaya pemerintah beserta unsur-unsur pendidikan lainnya dalam
meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui pengembangan kurikulum 2013.
Pembelajaran dengan kurikulum 2013 melatih peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuannya secara mandiri. Peserta didik tidak lagi diberikan informasi secara lansung
namun guru hanya sebagai fasilitator yang menunjang saat kegiatan pembelajaran
dilakukan agar peserta didik dapat belajar lebih aktif (Hidayati, A,. 2014).
Salah satu model pembelajaran pada kurikulum 2013 yang diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan peserta didik adalah model problem based learning (PBL). Model
pembelajaran problem based learning merupakan model pembelajaran dengan adanya
pemberian rangsangan berupa masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh
peserta didik (Majid. 2014). Model pembelajaran problem based learning menghadapkan
siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan
kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan (Ellizar. 2017). Permasalahan
yang dikaji hendaknya merupakan permasalahan kontekstual yang ditemukan oleh peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari. Apabila peserta didik mencari, mengolah dan
menyimpulkan sendiri masalah yang dipelajari maka pengetahuan yang didapatkan akan
lebih lama melekat dipikiran.
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang menekankan pada pemberian
pengalaman lansung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Das, 2004). Pelajaran kimia
merupakan salah satu pelajaran IPA yang bersifat kompleks, dimana untuk mempelajarinya
diperlukan pemahaman konsep yang tinggi, prinsip, prosedur yang jelas serta kemampuan
berpikir kritis karena teori harus dikuasai dengan baik (Dwikaryani, 2016). Ilmu kimia
menjadi penting untuk dipelajari karena sesungguhnya mempengaruhi seluruh aspek
kehidupan manusia dan memberikan banyak manfaat bagi manusia (Deafirmanda. 2017).
Salah satu materi kimia yang dipelajari pada kelas X SMA adalah reaksi reduksi oksidasi
(redoks).
Materi reaksi reduksi oksidasi (redoks) merupakan salah satu materi pelajaran kimia
kelas X SMA yang dianggap sulit bagi peserta didik. Karakteristik materi ini adalah bersifat
abstrak, memerlukan kemampuan pemahaman, menghafal, menghitung dan menganalisis
serta keaktifan peserta didik untuk berlatih sehingga peserta didik benar-benar memahami
konsep. Selain itu materi pokok reaksi redoks merupakan salah satu materi dasar pelajaran
kimia yang memiliki pengaruh penting untuk materi selanjutnya seperti materi elektrokimia
dan elektrolisis (Purnamawati. 2014).
Hasil belajar yang optimal dapat dicapai apabila peserta didik tidak hanya
mengandalkan diri dari apa yang terjadi di kelas tetapi harus mampu dan mau menelusuri
aneka ragam sumber belajar yang diperlukan, agar lebih mudah mengarahkan untuk
memahami suatu konsep. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan menggunakan
LKPD. Lembar Kerja Peserta Didik atau LKPD merupakan sarana kegiatan pembelajaran
yang dapat membantu mempermudah pemahaman materi yang dipelajari (Fahrucah. 2012).

59
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
Phone: 0813 6364 8687
Journal of RESIDU,Volume 3, Issue 13, Januari 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE : 2598-8131

LKPD berisikan panduan belajar peserta didik yang digunakan untuk melakukan kegiatan
penyelidikan atau pemecahan masalah. Panduan dalam LKPD dapat digunakan sebagai
latihan bagi peserta didik untuk mengembangkan aspek yang harus dimiliki dalam proses
pembelajaran (Trianto, 2012).
Dari hasil wawancara dan observasi di beberapa sekolah, diantaranya SMA Negeri 7
Padang, SMA Negeri 12 Padang dan SMA Pembangunan Laboratorium UNP mengenai
LKPD yang digunakan untuk kelas X, sekolah menggunakan LKPD yang berupa lembar
diskusi yang terdiri dari 1 atau 2 lembar kertas berisi soal-soal berupa tugas. Dan lembar
diskusi tersebut tidak memiliki gambar dan tidak berwarna sehingga LKPD tersebut kurang
mampu menarik minat peserta didik untuk membacanya. LKPD yang sudah ada lebih
bersifat melatih peserta didik dalam menjawab soal tanpa adanya penjelasan lebih lanjut
dari soal tersebut, sehingga sulit memberi umpan balik dari pertanyaan yang ada untuk
memberikan penguatan konsep kepada peserta didik.
Selain itu, hasil observasi mengungkapkan bahwa selama proses pembelajaran
ternyata masih banyak peserta didik yang belum menguasai materi reaksi reduksi oksidasi,
khususnya pada pokok bahasan konsep reaksi reduksi oksidasi berdasarkan perubahan
bilangan oksidasi. Bahan ajar yang digunakan pada materi tersebut masih bersifat
verbalistis dan belum memberikan permodelan yang sesuai dengan karakteristik materi.
Materi bahan ajar bersifat verbalistis menuntut siswa untuk membaca, sehingga
akan membuat siswa cepat bosan dan kurang memahami materi serta siswa tidak dapat
menemukan konsep sendiri (Iryani, 2017). Untuk itu perlu inovasi pada LKPD dengan cara
menambahkan materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan LKPD yang
mewajibkan peserta didik untuk terlibat diskusi. Salah satunya adalah model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) agar peserta didik dapat berperan aktif dalam proses
pembelajaran di sekolah.

B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan atau Research
and Development. Model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan 4-D
(four D Models) yang terdiri atas 4 tahap utama yaitu (1) define (pendefinisian), (2) design
(perancangan), (3) develop (pengembangan) dan (4) disseminate (penyebaran)
(Trianto.2012). Subjek dalam penelitian ini adalah 2 orang dosen kimia FMIPA UNP, 3
orang guru kimia diantaranya 1 orang guru kimia SMA Pembangunan Laboratorium UNP
dan 2 orang guru kimia SMA Negeri 7 Padang serta 28 orang peserta didik kelas XI MIA 1.
1. Tahap define (pendefinisian) dilakukan penetapan dan pendefinisian syarat-syarat
pembelajaran. Penentuan dan penetapan syarat-syarat pembelajaran diawali dengan
menganalisis tujuan dari batasan materi berdasarkan silabus Kurikulum 2013 revisi
2017. Tahap ini meliputi :
a. Analisis Ujung Depan
Analisis ujung depan dilakukan dengan cara mewawancarai guru kimia untuk
memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi guru dan peserta didik
dalam pembelajaran kimia.
b. Analisis Peserta Didik

60
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
Phone: 0813 6364 8687
Journal of RESIDU,Volume 3, Issue 13, Januari 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE : 2598-8131

Analisis peserta didik dilakukan melalui study literatur dan wawancara yang
dilakukan di sekolah untuk mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang relevan
terhadap desain dan pengembangan dari perangkat pembelajaran.
c. Analisis Tugas
Analisis dilakukan dengan cara menganalisis Kompetensi Dasar (KD) 3.9 dan 4.9
untuk mengetahui indikator pencapaian kompetensi pada pembelajaran reaksi
reduksi oksidasi.
d. Analisis Konsep
Analisis konsep dilakukan dengan menganalisis konsep-konsep utama yang dibahas
pada materi reaksi reduksi oksidasi. Analisis konsep materi reaksi reduksi oksidasi
dilakukan berdasarkan analisis Kompetensi dasar yang ada pada silabus Kurikulum
2013 revisi 2017 dan mempelajari buku-buku perguruan tinggi yaitu Brady, Brown,
chang, J. Tro dan Sulistiyarini sehingga diperoleh tabel analisis konsep.
e. Analisis Tujuan
Analisis tujuan pembelajaran merupakan tahap pengubahan hasil analisis tugas dan
analisis konsep ke dalam tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran didapat dari
merumuskan kompetensi dasar menjadi indikator, kemudian indikator dirumuskan
menjadi tujuan pembelajaran yang lebih spesifik.
2. Tahap design (perancangan) bertujuan untuk merancang bahan ajar dalam bentuk
LKPD berbasis problem based learning materi reaksi reduksi oksidasi. Perancangan
dilakukan terdiri dari:
a. Cover, pada bagian ini berisi judul dan gambar yang berhubungan dengan materi.
Cover dibuat semenarik mungkin untuk menimbulkan minat pembaca.
b. Kompetensi yang akan dicapai, di dalamnya berisi kompetensi inti, kompetensi
dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai peserta didik.
c. Petunjuk penggunaan, dengan adanya petunjuk penggunaan ini diharapkan peserta
didik dapat belajar secara mandiri dan peranan guru jelas dalam proses
pembelajaran.
d. Peta konsep, diharapkan peserta didik lebih mudah mengingat konsep inti dari
materi yang akan dipelajarinya.
e. Lembar Kegiatan, berisi materi pelajaran reaksi reduksi oksidasi dan soal-soal yang
disusun berdasarkan model problem based learning yang terdiri dari 5 tahap yaitu;
orientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik untuk belajar,
penyelidikan individual/ kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya
serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
f. Lembar kerja, berisi tugas-tugas atau latihan yang harus dikerjakan peserta didik
baik secara kelompok maupun mandiri yang berguna untuk melihat sejauh mana
pemahaman peserta didik tentang lembar kegiatan yang telah ia kerjakan.
3. Tahap develop (pengembangan) bertujuan untuk menghasilkan LKPD berbasis problem
based learning pada materi reaksi reduksi oksidasi yang valid dan praktis digunakan
dalam proses pembelajaran. Tahap ini meliputi: (a) Uji Validitas dilakukan untuk
mengungkapkan tingkat validitas dari LKPD yang dikembangkan; (b) Revisi dilakukan
untuk memperbaiki LKPD sesuai saran dari validator; (c) Uji Coba Produk dilakukan

61
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
Phone: 0813 6364 8687
Journal of RESIDU,Volume 3, Issue 13, Januari 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE : 2598-8131

untuk mengetahui tingkat praktikalitas dari LKPD yang dihasilkan. Penelitian dibatasi
hanya sampai tahap develop karena keterbatasan waktu dan biaya.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah angket berupa lembar validasi
dan praktikalitas. Lembar validasi digunakan untuk menilai validitas LKPD yang
dikembangkan. Lembar praktikalitas digunakan untuk mengetahui tingkat praktikalitas
pemakaian LKPD yang dikembangkan terhadap guru dan peserta didik.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan formula kappa Cohen di bawah ini.

Keterangan:
Κ =momen kappa
o =Proporsi yang terealisasi
= Proporsi yang tidak terealisasi
Tabel 1. Kategori Keputusan berdasarkan Momen Kappa
Interval Kategori
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Sedang
0,21 – 0,40 Rendah
0,01 – 0,20 Sangat rendah
< 0,00 Tidak valid

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Tahap define (pendefinisian)
Pada tahap define (pendefinisian) ini diperoleh data seperti analisis ujung depan,
analisis siswa, tugas, konsep dan tujuan pembelajaran yang akan diuraikan sebagai berikut.
a. Analisis ujung depan (front-end analysis)
Berdasarkan wawancara terhadap guru kimia di SMA Negeri 2 Padang, SMA
Negeri 7 Padang dan SMA Pembangunan Laboratorium UNP secara umum diperoleh
informasi bahwa: (1) mengenai LKPD yang digunakan khususnya pada materi reaksi
reduksi oksidasi untuk kelas x, sekolah menggunakan LKPD yang berupa lembar diskusi
yang terdiri dari 1 atau 2 lembar kertas berisi soal-soal berupa tugas; (2) LKPD yang sudah
ada lebih bersifat melatih peserta didik dalam menjawab soal tanpa adanya penjelasan lebih
lanjut dari soal tersebut, sehingga sulit memberi umpan balik dari pertanyaan yang ada
untuk memberikan penguatan konsep kepada peserta didik; (3) tampilan LKPD tidak
memiliki gambar dan tidak berwarna sehingga LKPD tersebut kurang mampu menarik
minat peserta didik untuk membacanya.
b. Analisis peserta didik (learner analysis)
Hasil analisis peserta didik melalui lembar wawancara guru dan peserta didik
diperoleh data sebagai berikut: (1) peserta didik masih kesulitan memahami konsep secara
mandiri; (2) peserta didik kurang aktif dalam kegiatanpembelajaran; (3) peserta didik lebih
suka bahan ajar yang singkat, padat dan memiliki tampilan menarik; (4) nilai UH peserta
didik pada materi redoks masih banyak di bawah KKM dan (5) masih banyak dari peserta

62
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
Phone: 0813 6364 8687
Journal of RESIDU,Volume 3, Issue 13, Januari 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE : 2598-8131

didik yang kesulitan dalam menentukan bilangan oksidasi pada materi reaksi reduksi
oksidasi.
c. Analisis Tugas (task analysis)
Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik adalah 3.9
Mengidentifikasi reaksi reduksi dan oksidasimenggunakan konsep bilanganoksidasiunsur
dan 4.9 Menganalisis beberapa reaksi berdasarkan perubahan bilangan oksidasi yang
diperoleh daridata hasilpercobaan dan/ataumelalui percobaan. Berdasarkan KD 3.9 dan KD
4.9 dirumuskan IPK pada materi reaksi reduksi oksidasi sebagai berikut:
1) Menjelaskan konsep oksidasi dan reduksi ditinjau dari pengikatan dan pelepasan
oksigen;
2) Menjelaskan konsep oksidasi dan reduksi ditinjau dari pelepasan dan penerimaan
elektron;
3) Menjelaskan konsep oksidasi dan reduksi ditinjau dari pertambahan dan penurunan
bilangan oksidasi;
4) Menentukan bilangan oksidasi atom penyusun pada suatu senyawa atau ion;
5) Membedakan reaksi redoks dengan bukan redoks berdasarkan perubahan biloks
dengan benar;
6) Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks dengan benar;
7) Menemukan konsep reaksi autoredoks (disproporsionasi dan reaksi
konproporsionasi) dengan benar;
8) Melakukan percobaan berupa reaksi antara larutan CuSO4 dengan seng dan kawat
tembaga dengan AgNO3;
9) Menganalisis beberapa reaksi berdasarkan perubahan bilangan oksidasi yang
diperoleh dari data hasil percobaan dan/ atau melalui percobaan.

d. Analisis Konsep (concept analysis)


Konsep utama pada materi reaksi reduksi oksidasi meliputi reaksi reduksi oksidasi,
reduktor, oksidator, pengikatan oksigen, pelepasan oksigen, pelepasan elektron,
penangkapan elektron, bilangan oksidasi, kenaikan bilangan oksidasi dan penurunan
bilangan oksidasi.
e. Analisis Tujuan Pembelajaran
Berdasarkan indikator pembelajaran, maka dirumuskan tujuan pembelajaran sebagai
berikut: Melalui LKPD model pembelajaran problem based leraning dengan
menggaliinformasi dari berbagai sumber belajar, penyelidikan sederhana dan
mengolahinformasi, diharapkan peserta didik terlibat aktif selama proses belajar mengajar
berlangsung, memiliki sikap ingin tahu, teliti dalam melakukan pengamatan
danbertanggungjawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, memberi
saran dan kritik, dan dapat mengidentifikasi reaksi reduksi dan oksidasi menggunakan
konsepbilangan oksidasi unsur serta dapat menganalisis beberapa reaksi berdasarkan
perubahan bilangan oksidasi yang diperoleh daridata hasilpercobaan dan/ataumelalui
percobaan.

63
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
Phone: 0813 6364 8687
Journal of RESIDU,Volume 3, Issue 13, Januari 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE : 2598-8131

2. Tahap design (perancangan)


Berdasarkan hasil analisis pada tahap pendefenisian, maka selanjutnya dilakukan tahap
perancangan. Penyajian bahan ajar dalam bentuk LKPD dibuat menggunakan Microsoft
Publisher menggunakan jenis font Times New Roman ukuran 12, Bodoni MT Black ukuran
12 dan Cambria Math ukuran 12. LKPD dirancang menggunakan model pembelajaran
.
Problem Based Learning menurut dari Richard Arrends (2007)
Tahap LKPD reaksi reduksi oksidasi berbasis problem based learning disusun
mengikuti format penulisan LKPD berdasarkan Depdiknas 2008 yang memuat beberapa
komponen sebagai berikut: (1) Judul; (2) Petunjuk belajar (petunjuk guru dan petunjuk
peserta didik); (3) Kompetensi yang dicapai; (4) Informasi pendukung; (5) Tugas-tugas dan
langkah-langkah kerjadan (8) Penilaian. Pada tahap perancangan (design) telah dilakukan
penyusunan tes, pemilihan media, dan pemilihan format sehingga dihasilkan suatu
rancangan awal dari LKPD reaksi reduksi oksidasi berbasis problem based learning.
Penyajian LKPD disusun berdasarkan sintak problem based learning yang memiliki
beberapa tahap yaitu orientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik
untuk belajar, penyelidikan indiividu/kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil
pemecahan masalah serta menenganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Hasil rancangan LKPD berbasis problem based learning adalah sebagai berikut:
a. Orientasi Peserta Didik pada Masalah
Tahap ini merupakan tahap mempersiapkan peserta didik untuk belajar. Tahap ini
berisikan fenomena atau demonstrasi untuk memunculkan masalah sehingga
memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas belajar.
b. Mengorganisasikan Peserta Didik Belajar
Tahap ini berisikan tugas belajar yang akan dilakukan peserta didik berhubungan
masalah yang didapatkan pada tahap sebelumya. Pada tahap ini peserta didik
dituntun untuk duduk secara berkelompok.
c. Membimbing Penyelidikan Individu/Kelompok
Tahap ini membantu peserta didik mengumpulkan informasi yang sesuai melalui
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan masalah sebelumnya,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Pemecahan Masalah
Tahap ini peserta didik merencanakan dan menyiapkan hasil pemecahan masalah
yang didapatkan dari hasil penyelidikan.
e. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
Tahap ini peserta didik melakukan refleksi dan melakukan evaluasi terhadap proses
pemecahan masalah yang dilakukan (dalam bentuk latihan).

3. Tahap develop (pengembangan)


a. Uji validitas Bahan Ajar
LKPD yang telah dirancang dan dikembangkan divalidasi oleh 2 orang dosen kimia
FMIPA UNP dan 3 orang guru bidang studi kimia sebagai validator. Hasil validasi
digunakan untuk mengungkapkan kelayakan isi, komponen kebahasaan, komponen
penyajian, dan komponen kegrafikan LKPD yang dikembangkan.

64
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
Phone: 0813 6364 8687
Journal of RESIDU,Volume 3, Issue 13, Januari 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE : 2598-8131

Tabel 2.Hasil Analisis Data Validitas oleh Validator


No Komponen yang dinilai Momen Kategori
kappa (κ)
1. Komponen Kelayakan Isi 0.82 Sangat Tinggi
2. Komponen Penyajian 0.85 Sangat Tinggi
3. Komponen Kebahasaan 0.82 Sangat Tinggi
4. Komponen Kegrafisan 0.85 Sangat Tinggi
Rata-rata Kevalidan 0.83 Sangat Tinggi

Komponen kelayakan isi LKPD memiliki rata-rata momen kappa sebesar 0,82 dengan
kategori kevalidan sangat tinggi. Aspek penilaian kelayakan isi meliputi: kesesuaian
dengan SK dan KD, kesesuaian dengan indikator yang ingin di capai, kesesuaian latihan
dengan materi, menampilkan masalah yang bersifat fakta dan kesesuaian dengan
kemampuan peserta didik. Komponen penyajian LKPD memiliki momen kappa sebesar
0,85 dengan kategori sangat tinggi. LKPD yang dikembangkan telah sesuai dengan
indikator dan tujuan pembelajaran. Penyajian LKPD telah sesuai dengan pembelajaran
berbasis problem based learning, adanya keterkaitan pada LKPD dan LKPD dapat
memotivasi peserta didik untuk belajar. Komponen kabahasaan LKPD memiliki rata-rata
momen kappa sebesar 0,82 dengan kategori sangat tinggi. Aspek penilaiankomponen
kebahasaan meliputi bahan ajar yang memiliki keterbacaan dan kejelasan yang sesuai akan
memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran, konsisten dalam
penggunaan simbol/ lambangpada LKPD. Komponen kegrafisan LKPD memiliki momen
kappa sebesar 0,85 dengan kategori sangat tinggi. Aspek penilaian komponen kegrafisan
meliputi penempatan ilustrasi, gambar yang menarik, jenis dan ukuran huruf, tata letak
serta warna yang digunakan menarik.
Hasil validasi ahli dari keempat komponen yang dinilai menunjukkan bahwa LKPD
yang dihasilkan memiliki momen kappa sebesar 0,83 dengan kategori kevalidan sangat
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa LKPD reaksi reduksi oksidasi berbasis problem based
learning telah sesuai dengan komponen-komponennya. Suatu produk pengembangan
dikatakan valid jika sesuai dengan teori yang memadai dan semua komponen saling
berhubungan secara konsisten (Rochmad.2012). Hasil validasi yang diperoleh dari validator
selanjutnya dilakukan beberapa revisi terhadap rancangan LKPD yang dikembangkan
berdasarkan saran dari validator.

b. Revisi
Validitas LKPD reaksi reduksi oksidasi berbasis problem based learning telah tinggi,
namun perlu dilakukan revisi sesuai dengan saran-saran validator. Revisi dilakukan untuk
memperbaiki bagian LKPD reaksi reduksi oksidasi berbasis problem based learning yang
kurang tepat berdasarkan saran dan masukan dari validator sebelum dilakukan uji coba
produk. Beberapa komponen LKPD yang disarankan untuk direvisi oleh validator antara
lain: (1) Memperbaiki peta konsep (autoredoks); (2) Menambahkan alokasi waktu

65
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
Phone: 0813 6364 8687
Journal of RESIDU,Volume 3, Issue 13, Januari 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE : 2598-8131

pembelajaran; (3) Memperbaiki / menambahkan IPK dan (4) Memperbaiki tulisan /


persamaan reaksi yang kurang tepat.

c. Uji Coba Produk (Uji Praktikalitas)


Praktikalitas LKPD reaksi reduksi oksidasi berbasis problem based learning dapat
dilihat dari keterpakaian produk hasil uji coba terbatas di lapangan menyangkut kepraktisan
dan keterlaksanaan produk yang dikembangkan. Data praktikalitas diperoleh dari
pemberian angket kepada guru kimia dan peserta didik. Hasil analisis data penilaian
praktikalitas LKPD dari guru dan peserta didik dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Hasil Analisis Data Praktikalitas LKPD dari Guru


No. Aspek yang dinilai Momen Kategori
kappa kepraktisan
(κ)
1. Kemudahan 0,90 Sangat
penggunaan Tinggi
2. Efesiensi waktu 0,67 Tinggi
pembelajaran
3. Manfaat 0,91 Sangat
Tinggi
Rata-rata Kepraktisan 0.83 Sangat
Tinggi

Tabel 4. Hasil Analisis Data Praktikalitas LKPD dari Peserta Didik


Momen Kategori
No. Aspek yang dinilai kappa kepraktisan
(κ)
1. Kemudahan 0.81 Tinggi
penggunaan
2. Efesiensi waktu 0.80 Tinggi
pembelajaran
3. Manfaat 0.82 Sangat
Tinggi
Rata-rata Kepraktisan 0.81 Sangat
Tinggi

Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 diperoleh hasil analisis data penilaian praktikalitas
LKPD oleh guru dan peserta didik masing-masing sebesar 0,83 dan 0,81 dengan kategori
kepraktisan sangat tinggi.
Momen kappa dari lembar praktikalitas guru sebesar 0,83 dengan kategori
kepraktisan sangat tinggi. Suatu penelitian pengembangan, produk yang dikembangkan
66
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
Phone: 0813 6364 8687
Journal of RESIDU,Volume 3, Issue 13, Januari 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE : 2598-8131

dikatakan praktis jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa secara teoritis produk dapat
diterapkan di lapangan dan memiliki kategori baik (Nieveen.1999).
Uji praktikalitas peserta didik dilakukan oleh 28 orang peserta didik kelas XI MIA 1
SMA Pembangunan Laboratorium UNP. Momen kappa dari hasil lembar praktikalitas
peserta didik sebesar 0,81 dengan kategori kepraktisan sangattinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa materi pada LKPD reaksi reduksi oksidasi berbasis problem based learning telah
disampaikan dengan jelas dan sederhana, bahasa dan huruf yang digunakan mudah dibaca,
gambar dapat membantu peserta didik memahami konsep melalui pertanyaan-pertanyaan.

D. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Dihasilkan Lembar Kerja Peserta Dididk (LKPD) berbasis problem based learning pada
materi reaksi reduksi oksidasi untuk kelas X SMA/MA.
2. LKPD berbasis problem based learning pada materi reaksi reduksi oksidasi untuk kelas
X SMA/MA yang dihasilkan mempunyai kevalidan dan kepraktisan sangat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard L. 2008. Learning to Teach. University of Maryland: Pustaka Pelajar.
Brady, 1994. Kimia Universitas Asas dan Struktur,Erlangga,Jakarta.
Brady, James E dan Neil D. Jespersen. 2012. Chemistry: The Molecular Nature Of Matter.
New York : John Wiley and Sons.
Boslaugh, Sarah dan Paul A. W. 2008. Statistics in a Nutshell, a desktop quick reference.
Beijing, Cambridge, Famham, Köln, Sebastopol, Taipei,Tokyo: O’reilly.
th
Brown. Theodore L., & Bursten B.E. 2009. Chemistry: The Central Science. (11 Ed.)
Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall.
Chang, Raymond. 2008. General Chemistry : The Essential Consept. New York : Mc
Graw-Hill.
Das, Salirawati. 2004. Penyusunan dan Kegunaan LKSdalam proses Pembelajaran.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/das msi-dr/19penyusunan-dan-
kegunaan-lks-pdf pada tanggal 20 Agustus 2018.
Deafirmanda, Yossi. 2017. Artikel: Pengembangan Modul Pembelajaran Reaksi Reduksi
Oksidasi dengan Pendekatan Konstruktivistik. Universitas Tanjungpura: Pontianak.
Depdiknas, 2003. Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Dwikaryani, Sanjaya dan Rachman Ibrahim. 2016. Pengembangan Lembar Kerja Peserta
Didik Reaksi Redoks Berbasis Masalah untuk Kelas X SMA Negeri 15 Palembang.
Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia, Volume 3 No 1, Mei 2016, 28-29.
Ellizar dan Veni Sofiani. 2017. Developing Problem Based Learning Instructional Module
In Colloid System. Prosiding Semirata 2017 Bidang MIPA BKS-PTN Wilayah Barat.
Jambi: 12-14 Mei 2017. Hal 2139.
Fahrucah dan Sugiarto. 2012. Pengembangan Lembar Kerja Siswa pada Pembelajaran
Kimia SMA Kelas XI Pokok Bahasan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Melalui Pendekatan Scaffolding. Unesa Journal of Chemical Education, 1 (1): 93.

67
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
Phone: 0813 6364 8687
Journal of RESIDU,Volume 3, Issue 13, Januari 2019 ISSN PRINT: 2598-814X ISSN ONLINE : 2598-8131

Hidayati, A., 2015. Pengembangan LKS Problem Based Learning Bermuatan Sikap
Spritual Sosial dengan Penilaian Autentuk. Jurnal Pendidikan Fisika FKIP UNILA.
Hal 14, Volume 3 No 2.
Iryani, Iswendi dan Robi Saputra. 2017. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis
Inkuiri Terbimbing untuk Materi Haloalkana, Alkanol dan Alkoksi Alkana. Prosiding
Semirata 2017 Bidang MIPA BKS-PTN Wilayah Barat. Jambi: 12-14 Mei 2017. Hal
1930.
J. Tro, Nivaldo, 2007. Chemistry in Focus: A Molecular View of Our World, USA:
Cengage Learning.
Majid, Abdullah dan Chaerul Rochman. 2014. Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya Kencana.
Nieveen, N. 1999. Prototyping to Reach Product Quality. London: Kluwer Academic
Publisher.
Purnamawati, H., Ashadi dan Susilowati, E.,2014, Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan Media Kartu dan Ular
Tangga Ditinjau dari Kemampuan Analisis Siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa
pada Materi Pokok Reaksi Redoks Kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 1
Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014, Jurnal Pendidikan Kimia, 3(4): 100-108.
Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika.
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 59-72.
Sulistiyarini, Fajar. 2012. Pengembangan Media Joyful Edublog Materi Reaksi Reduksi
Oksidasi Berbasis Pedagogical Chemistry Knowledge (PChK) untuk Peserta Didik
Kelas X SMA/ MA:Yogyakarta.

Suryosubroto. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

68
www.rc-institut.id email: ypb.pesona1@gmail.com
Phone: 0813 6364 8687

You might also like