You are on page 1of 11

Jurnal Emasains: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains P-ISSN 2302-2124

Volume X Nomor 1 Maret Tahun 2021 E-ISSN 2622 8688


DOI : 10.5281/zenodo.4657740

Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Etnomatematika


untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Model Based on Ethnomatematics to Increase Activities and
Mathematics Learning Outcomes

I Wayan Widanaa,*, Putu Anik Diartianib


a
Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, Denpasar, Indonesia
b
Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, Denpasar, Indonesia
*Pos-el: i.wayan.widana.bali@gmail.com

Abstract. This study is a classroom action research. The subjects of this study were 42 students
of class VII-A in the even semester of SMP Negeri 12 Denpasar in the 2019/2020 school year.
The object of research is the activity and mathematics learning outcomes. Student activity data
were collected using observation instruments and mathematics learning outcomes were collected
using tests. The data were analyzed using qualitative descriptive analysis method. This action
research is said to be successful if the students' learning activities are at least in the active category,
the average score of mathematics learning outcomes is at least 75, and classical learning
completeness is at least 85%. The results showed that there was an increase in the learning
activities of students from being quite active in cycle I to being active in cycle II. Meanwhile, the
average value of mathematics learning outcomes from 73.66 in the first cycle increased to 80.04
in the second cycle, and there was an increase in students' learning outcomes from 61.90% in the
first cycle to 88.09% in the second cycle. Conclusions, the application of the problem based
learning model based on ethnomatematics is able to increase the activity and mathematics learning
outcomes.

Keywords: problem based learning, ethnomatematics, activity, mathematics learning outcomes

PENDAHULUAN 2019). Akan tetapi matematika sering


dipandang sebagai bidang studi yang sulit
Pembelajaran sebagai suatu proses interaksi dan membosankan. Paradigma yang salah
antara guru dan peserta didik di mana atau persepsi negatif peserta didik terhadap
kegiatan yang terjadi adalah guru mengajar matematika tentunya akan berdampak
dan peserta didik belajar. Pembelajaran negatif juga pada hasil belajar matematika
dikatakan berhasil dan berkualitas apabila peserta didik. Dalam hal ini, tentunya guru
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian sebagai penyampai ilmu pengetahuan harus
besar peserta didik tertibat secara aktif, baik mampu mengajarkan matematika lebih
fisik, mental maupun sosial dalam proses menarik dan mengembangkan daya nalar
pembelajaran, selain menunjukan peserta didik, sehingga strategi yang akan
kegairahan belajar yang tinggi, semangat digunakan juga harus disesuaikan dengan
belajar yang besar, dan rasa percaya pada karakter peserta didik tersebut dalam belajar
diri sendiri (Majid, 2013). Upaya guru (Sudiarta & Widana, 2019). Banyak peserta
dalam mengembangkan keaktifan belajar didik mengalami kesulitan dalam
peserta didik sangatlah penting, sebab mengungkapkan permasalahannya pada
keaktifan belajar peserta didik menjadi suatu materi kepada guru saat proses belajar
penentu bagi keberhasilan pembelajaran mengajar, mereka lebih mudah
yang dilaksanakan (Sumandya & Widana, mengungkapkan permasalahannya pada

88
Jurnal Emasains: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains P-ISSN 2302-2124
Volume X Nomor 1 Maret Tahun 2021 E-ISSN 2622 8688
DOI : 10.5281/zenodo.4657740

teman mereka dengan bahasa mereka dampak positif terhadap aktivitas dan hasil
sendiri sehingga dapat saling memahami belajarnya (Widana, et al., 2019).
dan membantu satu sama lain (Ngalimun, PBL (Problem Based Learning)
2014). merupakan salah satu model pembelajaran
Guru sebagai tenaga profesional yang digunakan untuk meningkatkan level
pendidikan memiliki peran penting dalam berpikir tinggi yang diorientasikan pada
proses pembelajaran. Guru harus mampu masalah, termasuk belajar bagaimana
untuk menjelaskan pengetahuan yang belajar. Proses berpikir dalam pembelajaran
dimiliki kepada peserta didik melalui PBL ini diperlukan untuk memecahkan
pengelolaan pembelajaran dengan masalah yang dihadapi peserta didik selama
menerapkan pendekatan dan model-model proses pembelajaran berlangsung. Masalah
pengajaran yang sesuai dengan pokok yang dihadapi pada peserta didik berupa
bahasan dan tingkat kognitif peserta didik konsep materi pembelajaran, sehingga
(Rohman, 2011). Selain itu, guru juga harus dengan adanya permasalahan tersebut maka
memperhatikan bahwa peserta didik adalah dapat merangsang proses berpikir peserta
peserta didik yang harus diikutsertakan didik yang lebih tinggi dalam memecahkan
secara aktif dalam proses belajar mengajar permasalahan (Darta, 2020).
sehingga materi yang diajarkan lebih Nuarta (2020) mengemukakan tiga
bermakna bagi peserta didik dan tujuan tujuan model pembelajaran PBL yaitu: 1)
pembelajaran yang diinginkan dapat mendorong kerjasama dalam penyelesaian
tercapai (Sardiman, 2011). Pemilihan model tugas; 2) memiliki unsur-unsur belajar
pembelajaran yang akan digunakan oleh magang yang bias mendorong pengamatan
guru dalam proses belajar mengajar dapat dan dialog dengan orang lain, sehingga
mempengaruhi minat dan motivasi peserta secara bertahap peserta didik dapat
didik untuk belajar. Selain itu, juga dapat memahami peran penting aktivitas mental
mempengaruhi pemahaman peserta didik dan belajar yang terjadi diluar sekolah; 3)
terhadap materi ataupun konsep-konsep melibatkan peserta didik dalam
dasar yang akhirnya memberikan pengaruh penyelidikan pilihan sendiri, yang
pada aktivitas dan hasil belajar peserta didik. memungkinkan peserta didik
Pembelajaran matematika merupakan menginterpretasikan dan menjelaskan
suatu proses penciptaan kondisi belajar fenomena dunia nyata dan membangun
matematika bagi peserta didik untuk pemahamannya tentang fenomena tersebut.
mencapai tujuan yang telah ditentukan PBL menjadikan peserta didik mandiri dan
sebelumnya. Pada pembelajaran kreatif dalam proses belajar mengajarnya,
matematika di sekolah peserta didik akan mempunyai keinginan untuk memahami,
menjalani suatu proses yang membuat mempelajari kebutuhan pembelajaran serta
peserta didik mampu membangun menggunakan sumber belajar.
pengetahuannya dengan bantuan fasilitas Menurut Ngalimun (2014) langkah-
dari guru, maka keterlibatan peserta didik langkah untuk model PBL dapat disajikan
dalam proses belajar harus memberikan tabel 1 berikut.

Tabel 1. Sintaks Pembelajaran PBL

89
Jurnal Emasains: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains P-ISSN 2302-2124
Volume X Nomor 1 Maret Tahun 2021 E-ISSN 2622 8688
DOI : 10.5281/zenodo.4657740

Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Peserta didik


Tahap 1 Guru menjelaskan Peserta didik
Orientasi peserta didik pembelajaran, kebutuhan yang menginventarisasi dan
kepada masalah diperlukan dan memotivasi mempersiapan kebutuhan yang
peserta didik terlibat pada diperlukan dalam proses
aktivitas pemecahan masalah pembelajaran
yang dipilihnya
Tahap 2 Guru membantu peserta didik, Peserta didik membatasi
Mengorganisasi peserta mendefinisikan, dan permasalahannya yang akan
didik untuk belajar mengorganisasikan tugas yang dikaji.
berhubungan dengan masalah
tersebut.
Tahap 3 Guru mendorong peserta didik Peserta didik melakukan
Membimbing penyelidikan untuk menggumpulkan inkuiri, investigasi, dan
individual maupun informasi yang sesuai, untuk bertanya untuk mendapatkan
kelompok mendapat penjelasan dan jawaban atas permasalahan
pemecahan masalah. yang dihadapi.
Tahap 4 Guru membantu peserta didik Peserta didik menyusun
Mengembangkan dan dalam merencanakan dan laporan dalam kelompok dan
menyajikan hasil karya menyiapkan laporan serta menyajikannya dihadapan
membantu peserta didik untuk kelas dan berdiskusi dalam
berbagi tugas dalam kelas.
kelompoknya.
Tahap 5 Guru membantu peserta didik Peserta didik mengikuti tes
Menganalisis dan untuk melakukan refleksi atau menyerahkan tugas-tugas
mengevaluasi proses evaluasi terhadap penyelidikan sebagai bahan evaluasi proses
pemecahan masalah mereka dan proses-proses yang belajar.
mereka gunakan.

Model Pembelajaran PBL memiliki mendorong untuk melakukan evaluasi


beberapa keunggulan dibandingkan dengan sendiri baik terhadap hasil maupun proses
model pembelajaran yang lainnya, di belajarnya; 6) melalui pemecahan masalah
antaranya sebagai berikut (Taufik, 2013): 1) bisa memperlihatkan kepada peserta didik
merupakan teknik yang cukup bagus untuk bahwa setiap mata pelajaran (matematika,
lebih memahami isi pelajaran; 2) menantang IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada
kemampuan peserta didik serta memberikan dasarnya merupakan cara berpikir, dan
kepuasan untuk untuk menemukan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta
pengetahuan baru bagi peserta didik; 3) didik, bukan hanya sekadar belajar dari guru
meningkatkan aktivitas pembelajaran atau dari buku-buku saja; 7) lebih
peserta didik, 4) membantu peserta didik menyenangkan dan disukai peserta didik; 8)
bagaimana mentransfer pengetahuan mengembangkan kemampuan mereka
mereka untuk memahami masalah untuk menyelesaikan dengan pengetahuan
kehidupan nyata; 5) membantu peserta didik baru; 9) memberikan kesempatan pada
untuk mengembangkan pengetahuan peserta didik untuk mengaplikasikan
barunya dan bertanggung jawab dalam pengetahuan yang mereka miliki dalam
pembelajaran yang mereka lakukan. Di dunia nyata; 10) mengembangkan minat
samping itu, pemecahan masalah itu juga peserta didik untuk secara terus-menerus

90
Jurnal Emasains: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains P-ISSN 2302-2124
Volume X Nomor 1 Maret Tahun 2021 E-ISSN 2622 8688
DOI : 10.5281/zenodo.4657740

belajar sekalipun belajar pada pendidikan upakara yang sering digunakan dalam
formal telah berakhir. kegiatan ritual Agama Hindu ada upakara
Lebih lanjut Taufik (2013) menyatakan yang berbentuk segitiga dan segiempat yaitu
bahwa model pembelajaran PBL juga canang sari, taledan, klatkat dan lamak.
memiliki beberapa kekurangan dalam Bentuk-bentuk segitiga dan segiempat
penerapannya. Kelemahan tersebut di selanjutnya dapat dilibatkan dalam
antaranya: 1) manakala peserta didik tidak pembelajaran matematika pada materi
memiliki minat atau tidak mempunyai segitiga dan segiempat (Puspadewi &
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari Wulandari, 2018).
sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan Ahmadurifai (2020) menyatakan
merasa enggan untuk mencoba; 2) bahwa aktivitas belajar adalah segenap
keberhasilan model pembelajaran melalui rangkaian atau aktivitas secara sadar yang
PBL membutuhkan cukup waktu untuk dilakukan seseorang yang mengakibatkan
persiapan; 3) tanpa pemahaman mengapa perubahan didalam dirinya, berupa
mereka berusaha untuk memecahkan perubahan pengetahuan atau kemahmiran
masalah yang sedang dipelari, maka mereka yang sifatnya tergantung pada sedikit
tidak akan belajar apa yang mereka ingin banyak perubahan. Belajar sangat
pelajari. membutuhkan adanya aktivitas,
Etnomatematika pertama kali dikarenakan tanpa adanya aktivitas proses
diperkenalkan oleh D’Ambrosio, seorang belajar tidak mungkin berlangsung dengan
matematikawan Brasil pada tahun 1977 baik. Pada proses aktivitas pembelajaran
(Wahyuni et al., 2013). Etnomatematika harus melibatkan seluruh aspek peserta
disusun dari awalan kata “ethno” diartikan didik, baik jasmani maupun rohani sehingga
sebagai sesuatu yang sangat luas yang perubahan perilakunya dapat berubah
mengacu pada konteks sosial budaya, dengan cepat, tepat, mudah dan benar, baik
termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, berkaitan dengan aspek kognitif, afektif
mitos, dan simbol. Kata dasar “mathema” maupun psikomotor.
cenderung berarti menjelaskan, mengetahui, Sudana (2020) menyatakan keaktifan
memahami, dan melakukan kegiatan seperti peserta didik dalam pembelajaran dapat
pengkodean, mengukur, mengklasifikasi, dilihat dalam hal-hal berikut: turut serta
menyimpulkan, dan pemodelan. Akhiran dalam melaksanakan tugas, terlibat dalam
“tics” berasal dari techne, dan bermakna memecahkan masalah, bertanya kepada
sama seperti teknik. Sedangkan secara peserta didik lain atau guru apabila tidak
istilah etnomatematika diartikan sebagai memahami persoalan yang dihadapi,
matematika yang dipraktikkan di antara berusaha mencari berbagai informasi yang
kelompok budaya diidentifikasi seperti diperlukan untuk memecahkan masalah,
masyarakat nasional suku, kelompok buruh, melakukan diskusi kelompok sesuai dengan
anak-anak dari kelompok usia tertentu dan petunjuk guru, menilai kemampuan dirinya
kelas profesional. dan hasil-hasil yang diperolehnya, melatih
Bali merupakan salah satu provinsi di diri dalam memecahkan soal atau masalah
Indonesia yang kaya akan budaya, kuliner, yang sejenis. Proses belajar tidak dapat lepas
jajan khas Bali. Dari berbagai macam jenis dari aktivitas peserta didik. Untuk mencapai
jajan yang ada di Bali beberapa di antarnya aktivitas yang baik harus mempunyai sikap
berbentuk segitiga dan segiempat seperti yang baik juga terhadap proses belajar,
jaja bantal, jaja wajik, jaja kaliadrem, dan seperti aktif dalam berdiskusi baik secara
jaja lapis. Demikian pula pada sarana kelompok kecil maupun besar sehingga

91
Jurnal Emasains: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains P-ISSN 2302-2124
Volume X Nomor 1 Maret Tahun 2021 E-ISSN 2622 8688
DOI : 10.5281/zenodo.4657740

dapat membiasakan diri untuk ikut serta (intelektual) merupakan segala aktivitas
dalam meningkatkan kreditabilitas diri. yang menyangkut otak dibagi 6 tingkatan
Semakin aktif dalam belajar maka timbal sesuai dengan jenjang terendah sampai
balik yang akan diperoleh juga akan baik. tertinggi yaitu: pengetahuan, pemahaman,
Aktivitas belajar adalah suatu penerapan, analisis, evaluasi, mengkreasi;
rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh (b) ranah afektif, adalah ranah yang
peserta didik dalam proses pembelajaran berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan,
dengan cara memberi kesempatan kepada emosi serta derajat pemerimaan atau
peserta didik untuk dapat belajar sediri atau penolakan suatu objek dalam kegiatan
melakukan aktivitas sendiri dengan tujuan belajar mengajar; (c) ranah psikomotor
mendapatkan pengetahuan, pemahaman, adalah ranah yang berkaitan dengan
dan aspek-aspek tingkah laku. Adapun 5 keterampilan bertindak setelah seseorang
indikator dan aktivitas belajar adalah menerima pengalaman belajar.
sebagai berikut: 1) aktivitas bertanya, 2) Pada penelitian ini hasil belajar
mampu menjawab pertanyaan, 3) aktif matematika yang dimaksudkan adalah hasil
dalam diskusi, 4) dapat bekerja sarna dengan belajar dalam ranah kognitif, tidak
baik, 5) mampu mengembangkan konsep. mengamati hasil belajar terkait dengan sikap
Irham et al (2013) menyatakan bahwa dan keterampilan.
hasil belajar merupakan perubahan tingkah Berdasarkan uraian di atas dapat
laku individu yang mencakup aspek dirumuskan permasalahan penelitian
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil sebagai berikut: (a) apakah penerapan
belajar yang dicapai peserta didik di model pembelajaran PBL berbasis
pengaruhi oleh dua faktor utama yakni etnomatematika dapat meningkatkan
faktor dari dalam peserta didik dan faktor aktivitas belajar siswa? (b) apakah
yang datang dari luar diri siswa atau faktor penerapan model pembelajaran PBL
lingkungan. Faktor yang datang dari dalam berbasis etnomatematika dapat
diri peserta didik terutama kemampuan yang meningkatkan hasil belajar matematika
dimilikinya. Faktor kemampuan peserta siswa?
didik besar sekali pengaruhnya terhadap
hasil belajar yang dicapai. Di samping faktor METODE PENELITIAN
kemampuan yang dimiliki peserta didik, Penelitian ini merupakan penelitian
juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, tindakan kelas yang bertujuan untuk
minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan meningkatkan pencapaian aktivitas dan
belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor hasil belajar matematika siswa. Subjek
fisik dan psikis. penelitian ini adalah siswa kelas VII-A
Benjamin S. Bloom dalam Lestari et al semester 2 (genap) SMP Negeri 12
(2020) mengemukakan bahwa terdapat 3 Denpasar yang berjumlah 42 orang dengan
dasar kompetensi dalam menilai hasil rincian laki-laki sebanyak 23 orang dan
belajar yaitu: (a) ranah kognitif, meliputi perempuan sebanyak 19 orang. Sedangkan
kemampuan menyatakan kembali konsep objek penelitian adalah aktivitas dan hasil
atas prinsip yang telah dipelajari, yang belajar matematika.
berkenan dengan kemampuan berpikir, Data aktivitas belajar siswa
kompetensi memperoleh pengetahuan, dikumpulkan menggunakan instrumen
pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, pedoman observasi, sedangkan data hasil
penentuan dan penalaran. Tujuan belajar matematika siswa dikumpulkan
pembelajaran dalam ranah kognitif menggunakan instrumen tes hasil belajar.

92
Jurnal Emasains: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains P-ISSN 2302-2124
Volume X Nomor 1 Maret Tahun 2021 E-ISSN 2622 8688
DOI : 10.5281/zenodo.4657740

Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif KK 61,09% 76,19% 88,09%


kualitatif. Penelitian tindakan kelas ini Aktivitas Kurang Cukup Aktif
dikatakan berhasil dan siklus akan aktif aktif
dihentikan apabila memenuhi keriteria- Keterangan:
kriteria sebagai berikut: (a) aktivitas siswa KK=Ketuntasan klasikal
minimal dalam kategori aktif, (b) nilai rata-
rata hasil belajar siswa minimal setara Prasiklus
dengan nilai KKM=75, dan (c) ketuntasan Berdasarkan hasil analisis data pada
secara klasikal minimal 85%. prasiklus diperoleh nilai rata-rata hasil
Penelitian tindakan ini dirancang belajar peserta didik sebesar 68,09
dalam bentuk siklus-siklus. Tahapan- sedangkan ketuntasan belajar minimal
tahapan penelitian menggunakan model (KKM)=75, hasil belajar matematika ini
Kemmis & Taggart sebagaimana diuraikan masih jauh di bawah nilai KKM 75.
oleh Arikunto (2015) yang terdiri dari 4 Demikian pula ketuntasan belajar secara
tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, klasikal baru mencapai 61,09% sedangkan
observasi/ pengamatan, dan refleksi. Pada batas ketuntasan klasikal minimal 85%,
akhir siklus dilakukan evaluasi terhadap serta aktivitas belajar peserta didik masih
ketercapaian kriteria keberhasilan yang telah dalam kategori kurang aktif. Hal inilah yang
ditetapkan sebelumnya. Apabila kriteria menyebabkan munculnya pemikiran untuk
keberhasilan telah terpenuhi maka mengadakan penelitian terhadap peserta
pelaksanaan siklus dihentikan. Sebaliknya, didik kelas VII A SMP Negeri 12 Denpasar
bila kriteria keberhasilan belum tercapai, tahun pelajaran 2019/2020. Oleh karena itu
maka siklus akan dilanjutkan pada siklus diimplementasikan model pembelajaran
berikutnya sampai kriteria keberhasilan PBL berbasis etnomatematika.
tercapai.
Siklus I
HASIL DAN PEMBAHASAN Tahapan-tahapan pelaksanaan siklus I
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut.
dalam 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan Perencanaan. Kegiatan yang dilaksanakan
dalam empat kali pertemuan yaitu tiga kali dalam tahap perencanaan antara lain: (a)
pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran mengidentifikasi kemampuan masing-
dan sutu pertemuan untuk pelaksanaan tes masing peserta didik sebagai pedoman
akhir siklus. Sesuai dengan kurikulum yang membagi kelompok menjadi heterogen, (b)
berlaku di SMP Negeri 12 Denpasar, mata merancang prangkat pembelajaran yaitu
pelajaran matematika kelas VII-A diberikan RPP yang akan diterapkan dalam proses
sebanyak dua kali pertemuan dalam pembelajaran RPP yang disusun
seminggu, yaitu hari Selasa dengan alokasi berdasarkan kurikulum yang dipakai di
waktu 3 × 40 menit dan hari Kamis dengan SMP Negeri 12 Denpasar, (c) menyiapkan
alokasi waktu 2 × 40 menit. Adapun bahan yang akan digunakan dalam kegiatan
ringkasan hasil penelitian ini adalah sebagai pembelajaran kusus untuk peneliti
berikut. menyiapkan bahan etnomatematika yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran,
Tabel 2. Ringkasan Data Hasil Penelitian (d) menyusun instrumen penelitian dan
Siklus menyiapkan rubrik penelitian (rubrik
Statistik Prasiklus
I II
penskoran) untuk masing-masing instrumen
Rerata 68,09 73,66 80,81
penelitian yang digunakan.

93
Jurnal Emasains: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains P-ISSN 2302-2124
Volume X Nomor 1 Maret Tahun 2021 E-ISSN 2622 8688
DOI : 10.5281/zenodo.4657740

Pelaksanaan tindakan. Siklus I (hanya 32 orang siswa yang tuntas dari 42


dilaksanakan dalam empat kali pertemuan orang siswa).
yaitu tiga kali pertemuan untuk pelaksanaan Refleksi. Berdasarkan hasil analisis data
pembelajaran atau tindakan dan satu kali
yang telah dikumpulkan pada kegiatan
pertemuan untuk pelaksanaan tes akhir observasi dan evaluasi terhadap capaian
siklus. Kompetensi dasar yang dipelajari hasil belajar peserta didik, selanjutnya
pada siklus I ini adalah menjelaskan, dibandingkan dengan kriteria keberhasilan.
mengaitkan rumus keliling, dan luas untuk Aktivitas belajar siswa dalam kategori
berbagai jenis segiempat (persegi, “cukup aktif”, sedangkan indikator
persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, keberhasilan penelitian minimal “aktif”.
trapesium, dan layang-layang) dan segitiga. Nilai rata-rata hasil belajar matematika baru
Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan
mencapai 73,66 masih di bawah KKM=75.
skenario pembelajaran yang telah dirancang Demikian pula ketuntasan belajar secara
dalam RPP. klasikal baru mencapai 76,19% artinya
Observasi/pengamatan. Fokus kegiatan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 32 orang
observasi adalah melihat kesesuaian dari total jumlah siswa 42 orang.
langkah-langkah pembelajaran yang Kesimpulan, hasil yang dicapai pada
dilakukan oleh guru selama pembelajaran pelaksanaan siklus I belum mencapai
berlangsung, aktivitas peserta didik, indikator keberhasilan. Dengan demikian
mencatat kemajuan-kemajuan dan kendala- penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada
kendala yang dijumpai selama pelaksanaan siklus II, dengan beberapa penyempurnaan
tindakan. Hasil observasi dalam siklus I dan revisi antara lain: (a) menyiapkan
antara lain: (a) guru telah melaksanakan bahan-bahan etnomatematika yang lebih
pembelajaran sesuai dengan langkah- variatif sehingga dapat meningkatkan
langkah pembelajaran dalam RPP yaitu motivasi siswa belajar, (b) pengawasan guru
model pembelajaran PBL, (b) terlihat ada lebih intensif dalam pelaksanaan
peningkatan aktivitas siswa, (c) kehadiran pembelajaran, (c) pemantauan dalam
siswa mengikuti pembelajaran cukup tinggi diskusi kelompok lebih bersifat individual,
tetapi diskusi masih didominasi oleh siswa (d) memberi perhatian khusus kepada siswa
yang memiliki kemampuan lebih tinggi, (d) yang kemampuannya kurang dalam diskusi
masih ada kelompok-kelompok yang belum dan presentasi, dan (e) mendorong siswa
aktif diskusinya, dan (e) kegiatan presentasi lebih aktif dalam kegiatan diskusi.
hasil diskusi belum maksimal karena siswa
Siklus II
masih malu-malu untuk berbicara di depan Seperti pada siklus I, maka siklus II
teman-temannya. Setelah berakhirnya juga dilaksanakan dalam empat kali
pelaksanaan siklus I selanjutnya
pertemuan yaitu tiga kali pertemuan untuk
dilaksanakan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran atau tindakan
capaian hasil belajar pada siklus I yaitu dan satu kali pertemuan untuk pelaksanaan
menganalisis aktivitas belajar dan hasil tes akhir siklus. Pada siklus II, dilakukan
belajar matematika. Data aktivitas dan hasil beberapa penyempurnaan dan revisi-revisi
belajar dianalisis secara deskriptif kualitatif seperti yang dirumuskan dalam refleksi
diperoleh hasil sebagai berikut: aktivitas kegiatan siklus I. Tahapan-tahapan
belajar siswa mencapai skor 11,42 dalam pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut.
kategori cukup aktif, sedangkan nilai rata-
rata hasil belajar matematika mencapai Perencanaan. Penyempurnaan yang
73,66 dengan ketuntasan klasikal 76,19% dilakukan pada tahap perencanaan siklus II

94
Jurnal Emasains: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains P-ISSN 2302-2124
Volume X Nomor 1 Maret Tahun 2021 E-ISSN 2622 8688
DOI : 10.5281/zenodo.4657740

adalah menambahkan variasi model-model kesesuaian langkah-langkah pembelajaran


etomatematika yang sesuai dengan budaya yang dilakukan oleh guru selama
Bali. Hal ini dilakukan untuk lebih pembelajaran berlangsung, aktivitas peserta
memotivasi siswa belajar, karena mereka didik, mencatat kemajuan-kemajuan dan
bisa melihat secara langsung keterkaitan kendala-kendala yang dijumpai selama
matematika dengan lingkungan dan budaya pelaksanaan tindakan kegiatan observasi
di sekitar peserta didik itu berada. Persiapan- lebih difokuskan pada penyempurnaan-
persiapan lainnya adalah (a) penyempurnaan dan revisi yang dilakukan
mengembangkan RPP sesuai dengan materi pada saat proses pelaksanaan tindakan
pelajaran (Kompetensi Dasar) yang akan berlangsung. Beberapa kemajuan yang
disajikan, (b) menyiapkan lembar observasi dapat diamati selama siklus II antara lain: (a)
aktivitas siswa, (c) menyiapkan tes hasil aktivitas siswa terlihat lebih aktif karena
belajar, (d) menyusun lembar kerja siswa, guru telah melakukan pengawasan yang
dan (e) menata ulang penempatan anggota lebih intensif dalam kegiatan diskusi kelas,
kelompok. (b) penataan ulang anggota kelompok juga
memberikan dampak psikologis positif
Pelaksanaan tindakan. Kompentensi
terhadap kelancaran diskusi kelompok
Dasar yang dipelajari pada siklus II ini
adalah menyelesaikan masalah kontekstual sehingga diskusi tidak hanya didominasi
oleh siswa dengan kemampuan lebih saja,
yang berkaitan dengan rumus keliling dan
(c) kegiatan presentasi berjalan lebih lancar
luas untuk berbagai jenis segiempat
dan lebih hidup karena siswa telah mulai
(persegi, persegi panjang, belahketupat,
berani mengemukakan pendapat karena
jajargenjang, trapesium, dan layang-layang)
siswa terus dimotivasi oleh guru agar tidak
dan segitiga. Menyelesaikan masalah
malu-malu menyampaikan pendapatnya, (d)
kontekstual yang berkaitan dengan luas dan
kehadiran siswa sangat tinggi menunjukkan
keliling segiempat (persegi, persegi panjang,
motivasi belajar siswa meningkat, hal ini
belahketupat, jajargenjang, trapesium, dan
diakibatkan banyaknya variasi-variasi
layang-layang)) dan segitiga. Pembelajaran
etnomatematika yang disajikan pada saat
dilaksanakan dengan sintaks model
pembelajaran berlangsung. Seperti halnya
pembelajaran PBL. Penyempurnaan yang
pada pelaksanaan siklus I, setelah
dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan
antara lain: (a) lebih fokus pada pengawasan berakhirnya pelaksanaan siklus II
selanjutnya dilaksanakan kegiatan evaluasi
guru terhadap aktivitas siswa dalam
terhadap capaian hasil belajar pada siklus II
pelaksanaan pembelajaran, (b) guru
melakukan pemantauan dalam diskusi yaitu menganalisis aktivitas belajar dan hasil
kelompok lebih bersifat individual, (c) belajar matematika. Data aktivitas dan hasil
belajar dianalisis secara deskriptif kualitatif
memberi perhatian khusus kepada siswa
diperoleh hasil sebagai berikut: aktivitas
yang kemampuannya kurang dalam diskusi
belajar siswa mencapai skor 12,76 dalam
dan presentasi, dan (e) mendorong siswa
kategori aktif, sedangkan nilai rata-rata hasil
lebih aktif dalam kegiatan diskusi.
belajar matematika mencapai 80,81 dengan
Penyempurnaan penyempurnaan tersebut
ketuntasan klasikal 88,09% (sebanyak 37
diharapkan bisa meminimalkan kendala-
orang siswa telah tuntas dari 42 orang
kendala yang terjadi selama proses
siswa).
pembelajaran berlangsung.
Refleksi. Pada tahap refleksi, dilakukan
Observasi/pengamatan. Di samping
melaksanakan observasi terhadap analisis terhadap hasil observasi/
pengamatan selama pelaksanaan tindakan

95
Jurnal Emasains: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains P-ISSN 2302-2124
Volume X Nomor 1 Maret Tahun 2021 E-ISSN 2622 8688
DOI : 10.5281/zenodo.4657740

berlangsung. Capaian hasil belajar dapat konsep yang telah dikenal di masyarakat
disampaikan sebagai berikut: (a) aktivitas sekitar, hal ini akan membangun
belajar siswa dalam kategori aktif, pemahaman kepada peserta didik untuk
sedangkan indikator keberhasilan penelitian mengaitkan pengetahuan yang akan
minimal aktif; (b) nilai rata-rata hasil belajar dipelajari dengan pengetahuan yang sudah
matematika telah mencapai 80,81 yang dia ketahui kemudian didapatkan solusi dari
berarti bahwa melampaui KKM=75. persoalan yang ada menyangkut materi
Demikian pula ketuntasan belajar secara tersebut. Dalam proses pembelajaran
klasikal mencapai 88,09% artinya jumlah digunakan hal-hal kontektual untuk
siswa yang tuntas sebanyak 37 orang dari memahami dan menjelaskan konsep-konsep
total jumlah siswa 42 orang. Kesimpulan, abstrak dengan cara memilih dan
hasil yang dicapai pada pelaksanaan siklus I mengorganisasikan hubungan-hubungan
telah mencapai indikator keberhasilan. anatara pengetahuan yang diperoleh peserta
Dengan demikian penelitian tindakan kelas didik satu dengan yang lainnya kemudian
ini dinyatakan telah berhasil dalam 2 siklus. mereka akan mendapatkan suatu solusi
dengan pemikiran bersama-sama.
Keberhasilan penelitian tindakan ini
tidak terlepas dari penerapan model Peningkatan aktivitas belajar peserta
pembelajaran PBL berbasis etnomatematika didik yang terjadi disebabkan oleh
yang memberi peluang kepada peserta didik lingkungan belajar peserta didik yang
untuk lebih memahami keterkaitan antara dialami. Melalui penerapan model
budaya lokal dengan materi matematika pembelajaran PBL, seluruh peserta didik
sehingga peserta didik dapat melihat, dilibatkan secara aktif, baik fisik maupun
mengenal, dan melakukan secara langsung mental dalam proses pembelajaran.
hal-hal yang terkait budaya lokal. Pembelajaran menjadi lebih produktif dan
Keunggulan tersebut dapat menumbuhkan mampu menumbuhkan penguatan konsep
rasa kecintaan kepada pelajaran matematika kepada perserta didik karena pembelajaran
yang mana nantinya akan berkorelasi PBL menganut aliran konstruktivisme.
dengan peningkatan aktivitas belajar Melalui landasan filosofis konstruktivisme
matematika yang diharapkan. peserta didik diharapkan belajar melalui
“mengalami” bukan menghafal sehingga,
Model pembelajaran PBL berbasis
akan timbul proses pembelajaran yang lebih
etnomatematika merupakan suatu model
bermakna. Penerapan pembelajaran PBL
belajar mengajar yang dirancang untuk
akan membantu guru untuk
memotivasi aktivitas peserta didik dan
menghubungkan materi pembelajaran
membantu dalam mengingat tentang materi
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi
pelajaran atau ide yang dilakukan di antara
peserta didik untuk menentukan hubungan
sesama dengan proses berpikir yang
antara pengetahuan dan aplikasinya dengan
mengaitkan unsur budaya lokal ke dalam
kehidupan mereka sebagai anggota
materi pelajaran dimaksudkan agar dapat
keluarga, warga negara dan pekerja.
memahami suatu konsep. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Demikian pula peningkatan hasil belajar
Wahyuni (2013), bahwa budaya lokal dapat dicapai tidak terlepas dari keunggulan
mampu memotivasi siswa untuk melakukan model pembelajaran PBL berbasis
pembelajaran yang lebih baik dan etnomatematika. Model pembelajaran PBL
bermakna. Cara untuk menghubungkan yang menekankan pada pemberian
konsep-konsep matematika dengan konsep- kesempatan belajar yang lebih luas dan

96
Jurnal Emasains: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains P-ISSN 2302-2124
Volume X Nomor 1 Maret Tahun 2021 E-ISSN 2622 8688
DOI : 10.5281/zenodo.4657740

berpikir secara kritis dalam menyelesaikan ditimbulkan menjadi masalah konteksual.


masalah. Peserta didik bukan hanya Selain itu peserta didik juga dituntut untuk
ditempatkan sebagai objek tetapi juga belajar berpikir kritis, dan trampil dalam
sebagai subjek yang secara aktif memecahkan masalah serta memperoleh
menemukan serta memecahkan masalah- pengetahuan dari materi yang diajarkan.
masalah secara kritis dan bermanfaat
(Sudana, 2020). Guru bukan lagi berperan SIMPULAN DAN SARAN
sebagai satu-satunya nara sumber Berdasarkan hasil analisis dan uraian di atas
pembelajaran, melainkan berperan sebagai dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (a)
mediator, dinamisator, dan manajer penerapan model pembelajaran PBL
pembelajaran. Dengan memperhatikan berbasis etnomatematika dapat
keungulan-keunggulan tersebut sangatlah meningkatkan aktivitas belajar peserta didik
tepat, penelitian tindakan ini menunjukkan kelas VII-A semester genap SMP Negeri 12
bahwa hasil belajar peserta didik dapat Denpasar tahun pelajaran 2019/2020, dan
ditingkatkan dengan menerapkan model (b) penerapan model pembelajaran PBL
pembelajaran PBL. berbasis etnomatematika dapat
meningkatkan hasil belajar matematika
Peningkatkan hasil belajar matematika
peserta didik kelas VII-A SMP Negeri 12 peserta didik kelas VII-A semester genap
SMP Negeri 12 Denpasar tahun pelajaran
Denpasar, juga merupakan bagian dari
2019/2020.
dampak meningkatnya aktivitas belajar
Saran yang dapat disampaikan
peserta didik dari prasiklus, siklus I, dan
berdasarkan hasil penelitian adalah para
siklus II. Keaktifan peserta didik dalam
guru hendaknya selalu kreatif memilih
proses pembelajaran menyebabkan interaksi
model pembelajaran yang sesuai dengan
yang baik anatara guru dan peserta didik
karakteristik kompetensi dasar. Untuk
maupun anatara peserta didik dengan
meningkatkan motivasi siswa belajar sangat
peserta didik yang lain. Sehingga dapat
dianjurkan agar menggunakan
dikatakan bahwa aktivitas merupakan hal
etnomatematika sehingga pembelajaran
yang sangat penting dalam meningkatkan
matematika dapat disajikan dengan menarik
prestasi atau hasil belajar.
karena berbasis keunggulan lokal dan
Keberhasilan penelitian ini juga karena bersifat kontekstual.
keunggulan model pembelajaran PBL
berbasis etnomatematika dapat: (1) melatih DAFTAR RUJUKAN
kemampuan peserta didik belajar mandiri, Ahmadurifai, A. (2020). Meningkatkan
sehingga peserta didik dalam belajar aktivitas dan hasil belajar kimia siswa
mandiri dapat meningkatkan, (2) melatih melalui penerapan model learning
peserta didik untuk menjelaskan kembali cycle. Indonesian Journal of
materi yang dipelajari kepada pihak lain, Educational Development, 1(2), 210-
dan (3) meningkatkan kemampuan peserta 220.
didik dalam memecahkan masalah. Model https://doi.org/10.5281/zenodo.400389
pembelajaran PBL mendorong peningkatan 2.
kemampuan peserta didik untuk Arikunto, S. (2015). Penelitian tindakan
menyelesaikan masalah kontekstual, aspek kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
yang disajikan tentu saja hal-hal yang sesuai Darta, I. K. (2020). Upaya meningkatkan
dengan pengalaman dalam kehidupan hasil belajar fisika melalui model
peserta didik, sehingga masalah yang pembelajaran berbasis masalah

97
Jurnal Emasains: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains P-ISSN 2302-2124
Volume X Nomor 1 Maret Tahun 2021 E-ISSN 2622 8688
DOI : 10.5281/zenodo.4657740

(problem based learning) pada siswa Journal of Educational


kelas XI IPA SMA Negeri 1 Development, 1(1), 112-121.
Marga. Indonesian Journal of https://doi.org/10.5281/zenodo.376072
Educational Development, 1(2), 229- 9.
239. Sudiarta, I. G. P., & Widana, I. W. (2019).
https://doi.org/10.5281/zenodo.400399 Increasing mathematical proficiency
9. and students character: lesson from the
Irham, M., Wiyani, & Novan A. (2013). implementation of blended learning in
Psikologi pendidikan: Teori dan junior high school in Bali. IOP Conf.
aplikasi dalam proses pembelajaran. Series: Journal of Physics: Conf.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Series1317 (2019) 012118,
Lestari, I. D., Usman, U., & Zikriah, R. doi:10.1088/1742-6596/1317/1/012118
(2020). Analisis perangkat Sumandya, I. W. & Widana, I. W. (2019).
pembelajaran biologi SMA dalam Pengembangan Skenario Pembelajaran
mengembangkan keterampilan berpikir Matematika Berbasis Vokasional Untuk
kritis siswa. Indonesian Journal of Siswa Kelas XI SMK. AKSIOMA:
Educational Development, 1(3), 345- Jurnal Matematika dan Pendidikan
356. Matematika, 10(2), 244-253, DOI:
https://doi.org/10.5281/zenodo.428303 https://doi.org/10.26877/aks.v10i2.470
0. 4.
Majid, A. (2013). Strategi pembelajaran. Taufiq, M. (2013). Inovasi pendidikan
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. melalui problem based learning.
Ngalimun. (2014). Strategi dan model Jakarta: Kencana.
pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Wahyuni, at al. (2013). Peran
Pressindo. Etnomatematika Dalam Membangun
Nuarta, I. N. (2020). Meningkatkan prestasi Karakter Bangsa. Prosiding: Seminar
belajar bahasa Inggris melalui Nasional Matematika dan Pendidikan
penerapan model pembelajaran problem Matematika FMIPA UNY Yogyakarta, 9
based learning. Indonesian Journal of November 2013.
Educational Development, 1(2), 283- Widana, I. W., Suarta, I. M., & Citrawan, I.
293. W. (2019). Work motivation and
https://doi.org/10.5281/zenodo.400605 creativity on teacher ability to develop
7 HOTS-based
Puspadewi, R., K. & Wulandari. (2018). assessments. International Journal of
Analisis etnomatematika jejahitan Bali Social Sciences and Humanities, 3(3),
dalam pembelajaran bangun datar. 188-200.
Jurnal Bakti Saraswati, 7(2), 145-156. https://doi.org/10.29332/ijssh.v3n3.378
Rohman, A. (2011). Memahami pendidikan
dan ilmu pendidikan. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo.
Sardiman. (2011). Interaksi dan motivasi
belajar mengajar. Jakarta: Rajawali.
Sudana, I. M. (2020). Meningkatkan
aktifitas dan hasil belajar fisika melalui
penerapan model pembelajaran siklus
belajar hipotetik-deduktif. Indonesian

98

You might also like