You are on page 1of 7

PROBLEMATIKA

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR


Studi Eksploratif : SMK Negeri 2 Depok, Yogyakarta

Gracia Chantika Firda Permata1, Sebastianus Widanarto Prijowuntato2


Universitas Sanata Dharma
Graciacfp01@gmail.com

Abstract
The research was conducted with the aim of revealing the difficulties faced by
schools in implementing the Merdeka Curriculum in the learning processes, as well
as discovering the actions taken to overcome those difficulties. The Merdeka
Curriculum is a new policy enacted by the Ministry of Education and Culture, which
should be implemented in all educational institutions, including the high school and
vocational school levels.
The research belonged to exploratory research with a qualitative approach. It
was conducted at SMKN 2 Depok, which is one of the schools in Yogyakarta which
has implemented the Merdeka Curriculum. The data collection was conducted by
holding interviews with nine respondents, among others were the vice principals,
teachers, and students. To ensure the validity of the data, the triangulation was
applied, whereas the data analysis technique employed the analysis model proposed
by Miles, Huberman, and Saldana (2014).
Based on the research, it was found that several difficulties or obstacles in
implementing the Merdeka Curriculum were experienced by the school, especiallyby
teachers. The findings indicated that teachers' competence in developing teaching
tools, mastering Information Technology (IT), and managing learning processes were
not compatible with the concept of the Merdeka Curriculum. In addition, the school
has made various efforts by providing trainings and evaluations for teachers to
maximize the implementation of the Merdeka Curriculum at SMKN 2 Depok,
Yogyakarta.

Keywords : obstacles, difficulties, implementation of the Merdeka Curriculum.

PENDAHULUAN
Dalam rangka pemulihan proses pembelajaran setelah meredanya pandemi COVID-19
pada tahun 2022 pemerintah kembali meresmikan kurikulum yaitu Kurikulum Merdeka.
Kurikulum merdeka ditujukan sebagai sumber pembelajaran yang menyenangkan dan berfokus
pada kebebasan berfikir kreatif. Kurikulum merdeka merupakan opsi tanpa paksaan,
pemerintah memberikan kesempatan bagi satuan pendidikan yang belum siap menerapkan
Kurikulum Merdeka boleh menggunakan kurikulum 2013 ataupun kurikulum darurat sebagai
landasan pelaksanaan pembelajaran (Arifa, 2022).
Pada tahap awal, tahap pengenalan Kurikulum Merdeka, persoalan besar sesungguhnya
telah muncul. Terdapat banyak perbedaan dalam pelaksanakan kurikulum merdeka dan
kurikulum 2013. Misalnya, pada saat Kurikulum 2013 diselenggarakan para guru difasilitasi
program pelatihan dan pendampingan berjenjang oleh pemerintah. Namun, pada kurikulum
merdeka tidak ada diklat/bimtek berjenjang yang diberikan oleh pemerintah. Ketentuan ini
tercantum dalam surat edaran dari kemendikbudristek nomor 2774/H/KR.00.01/2022
mengenai implementasi kurikulum merdeka secara mandiri tahun 2022/2023. Kesulitan yang
mungkin dirasakan oleh para guru yaitu melaksanakan pelatihan secara mendiri tentang
kurikulum merdeka, karena para guru tidak memiliki pengalaman dengan kemerdekaan belajar
dan hanya dibekali dokumen terkait Kurikulum Merdeka yang diakses melalui Platform
Merdeka Mengajar (PMM).
Guru di beberapa sekolah mengungkapkan bahwa belum memahami sungguh makna
dari merdeka belajar yang dipublikasikan oleh menteri pendidikan Nadiem Makarim. Guru
hanya dapat memperkirakan makna merdeka belajar yang diperoleh dari berbagai media
informasi. Dalam hal ini, guru menerapkan kurikulum merdeka dengan perkiraannya sendiri
tanpa mengetahui makna paradigmaya (Yuhastina et al, 2020).
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah mengetahui
apa saja problematika yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan Kurikulum Merdeka sebagai
dasar pelaksanaan pembelajaran. Dengan tujuan penelitian untuk mendeskripsikan berbagai
problematika yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Sehingga
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk pihak sekolah maupun
pemerintah dalam mengatasi masalah atau hambatan yang dihadapi oleh guru dalam
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.

KAJIAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN


Imlementasi Kurikulum Merdeka (IKM) merupakan opsi tambahan dari pemulihan
pendidikan pasca pandemi covid-2019 yang memerlukan kerja sama dari berbagai pihak yang
berkepentingan supaya dapat memberikan dampak yang luar biasa. Hasil penelitian dari Arifa
(2022) ditemukan beberapa tantangan IKM meliputi kesiapan satuan pendidikan, kompetensi
tenaga pendidik dan peserta didik, ketrampilan, midset tenaga pendidik sebagai pelaksana
pendidikan, kesiapan infrastruktur, serta sarana dan prasarana.
Kompetensi guru menjadi hal yang mendasar sebagai aspek utama dari proses
Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Kompetensi guru dengan pengalaman belajar yang
mereka dapatkan di masa lampau mempengaruhi pikiran dan tindakannya untuk melaksanakan
IKM (Yuhastina et al, 2020). Adapun timbulnya permasalahan yang dialami mahasiswa PGSD
di Universitas PGRI sebagai calon pendidik dalam mengembangkan perangkat pembelajaran
diantaranya: belum bisa membaca CP (capaian pembelajaran) dengan baik, belum bisa
menyusun TP (tujuan pembelajaran) yang ada, belum bisa menyusun ATP (alur tujuan
pembelajaran) dari TP, dan kesulitan mengembangkan modul ajar (Putri et al, 2022).

METODE
Penelitian mengenai problematika implementasi Kurikulum Merdeka ini merupakan
penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif (Creswell, 2014). Penelitian ini berusaha
untuk mendeskripsikan problematika implementasi Kurikulum Merdeka yang terjadi di SMK
Negeri 2 Depok, Yogyakarta. Narasumber yang menjadi subjek penelitian, antara lain empat
wakil kepala sekolah, tiga guru, dan dua peserta didik kelas X/XI yang telah ikut serta
menerapkan pembelajaran Kurikulum Merdeka.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan wawancara dan
dokumentasi. Penelitian ini menguji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi metode (Sugiyono, 2014). Informasi yang diperoleh dari informan akan diolah dan
disajikan ke dalam bentuk deskripsi dan dianalisis. Analisis data kualitatif menggunakan model
Miles, Hubermen, dan Saldana (2014) ; Pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data,
kesimpulan dan verivikasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil
Pembahasan

Temuan pertama adalah problematika Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) terkait

pemahaman dan kemampuan tenaga pendidik dalam mengembangkan perangkat ajar. Materi

pada KI-KD Kurikulum 2013 menjadi solusi bagi pendidik untuk membatasi lingkup materi

dan menentukan alokasi waktu pada Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). Hal tersebut dipicu

karena tenaga pendidik di SMKN 2 Depok pada akhirnya memiliki perspektif bahwa perangkat

ajar Kurikulum Merdeka sama dengan perangkat ajar Kurikulum 2013. Temuan Arifa (2022)

menyatakan bahwa pedoman harus diharmonisasikan hingga ke sekolah, karena cukup banyak

guru yang masih kebingungan mengenai paradigma hingga hal-hal teknis terkait dengan

perangkat ajar Kurikulum Merdeka.

Temuan kedua adalah problematika Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) terkait

pengaplikasian metode pembelajaran. Bahkan sebagian dari tenaga pendidik masih

menggunakan metode ceramah dalam proses belajar mengajar. Dalam konsep Kurikulum

Merdeka, pendidik bukanlah menjadi pengajar, namun pendidik merupakan seseorang yang

mampu membentuk peserta didik untuk menjadi pelajar yang mandiri (Arifa, 2022).

Kemampuan berkreativitas dan mindset yang dimiliki oleh pendidik terkait Implementasi

Kurikulum Merdeka merupakan hambatan utama. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

Yudistina (2020) yang menyatakan bahwa merdeka belajar merupakan pengalaman dan

pebelajaran yang baru bagi sebagian besar tenaga pendidik, sehingga pemikiran lama masih

melekat di dalam pikiran dan mempengaruhi tindakan mereka.

Temuan ketiga adalah adalah problematika Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM)

terkait kecakapan teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK). Keterbatasan kemampuan

mengoperasikan komputer membuat tenaga pendidik enggan untuk belajar dan memilih tetap

menggunakan media pembelajaran tradisional seperti papan tulis. Hambatan yang tampak

terkait kecakapan teknologi informasi (TI) adalah proses adaptasi dari tenaga pendidik senior
atau hampir purna tugas. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yuhastina (2020) yang

mengatakan guru junior cenderung lebih mampu mengembangkan program Merdeka Belajar

dengan berbagai teknologi, sedangkan guru senior atau hampir purna tugas membutuhkan

waktu terlebih lama untuk beradaptasi dan belajar mengoperasikan perangkat komputer.

Temuan empat adalah problematika Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) terkait

kesiapan sistem yang dirancang oleh sekolah untuk mengimplementasikan Kurikulum

Merdeka. Proses peralihan pembelajaran dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka

dicanangkan kurang dari satu minggu. Pendidik tidak memiliki persiapan yang matang dalam

perencanaan hingga pengaplikasian perangkat ajar, karena intruksi yang mendadak tanpa

adanya sosialisasi. Hasil penelitian Arifa (2022) menyatakan bahwa pendidik diberikan

kemerdekaan dalam mengelola pembelajaran, namun masih banyak pendidik yang belum

mampu dan siap untuk berkembang.

Temuan kelima adalah penerapan assesment dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka

oleh SMK Negeri 2 Depok, Yogyakarta. Guru merasa bingung untuk mengambil keputusan

terhadap hasil asesmen diagnostik. Hal tersebut didasari dengan kurangnya pemahaman daan

kemampuan tenaga pendidik untuk menganalisis hasil asesmen diagnostik, sehingga dirasa

sulit jika ingin memfokuskan strategi pembelajaran pada masing-masing kondisi peserta didik.

Penelitian ini relevan dengan hasil penelitian Maut (2022) terkait asesmen diaknostik. Hasil

penelitian Maut (2022) menunjukan; 63,64% guru sudah mengetahui asesmen diagnostik;

45,45% guru pernah melakukan asesmen diagnostik; 40,91% guru belum memahami dengan

baik dan merasa belum pernah melakukan asesmen diagnostik; dan 77,27% guru tidak pernah

mengikuti sosialisasi atau pelatihan terkait asesmen diagnostik.

Temuan keenam adalah upaya pihak sekolah SMK Negeri 2 Depok untuk menyikapi

problematika Kurikulum Merdeka. Adapun upaya yang dilakukan, yaitu menyelenggarakan

sosialisasi berupa pendidikan dan pelatihan (diklat) terkait perangkat ajar serta pemanfaatan
teknologi untuk pendidik yang mengampu di kelas X dan XI. Selain sosialisasi, sekolah juga

memiliki program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dengan tujuan membarikan

wadah bagi setiap tenaga pendidik di SMK Negeri 2 Depok yang memiliki hambatan atau

kesulitan dalam mempelajari aspek Kurikulum Merdeka. Tenaga pendidik juga memiliki upaya

secara mandiri untuk melakukan swadidik terhadap aspek-aspek Kurikulum Merdeka, dengan

belajar melalui platform merdeka mengajar yang difasilitasi oleh Kemendikbud. Selanjutnya,

pihak sekolah memiliki program evaluasi kinerja setiap satu bulan sekali untuk memantau

proses Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) oleh tenaga pendidik dalam Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahayu et al (2022) yang

menyatakan bahwa Kepala Sekolah di sekolah penggerak bertanggung jawab memberikan

arahan kepada setiaap pendidik, supaya dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar. Guru

yang purna bakti hingga penjaga sekolah dibimbing untuk meningkatkan kinerjanya dengan

mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi (TI).

SARAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN


Simpulan
Problematika Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di SMK Negeri 2 Depok, yakni
kompetensi tenaga pendidik, kesiapan sistem IKM, dan penerapan asesmen diagnosik.
Problematika terkait aspek kompetensi tenaga pendidik, antara lain: kurangnya pemahaman
dan kemampuan tenaga pendidik untuk mengembangkan perangkat ajar, tenaga pendidik tidak
dapat mengimplementasikan metode pembalajaran secara tepat, dan kurangnya kecakapan
pendidik terhadap penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di dalam
pembelajaran.
Untuk menindaklanjuti masalah tersebut SMK Negeri 2 Depok beserta tenaga pendidik
merumuskan upaya dalam penyelesaian masalah implementasinya. Upaya yang dilakukan,
antara lain sosialisasi dengan memberikan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan (diklat),
mengadakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) lingkup sekolah, melakukan
swadidik, serta melaksanakan evaluasi kinerja setiap satu bulan sekali.
Implikasi Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sehingga memerlukan adanya perbaikan
dan pengembangan dalam penelitian selanjutnya. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu
penelitian ini terbatas hanya pada problematika Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM)
beserta upaya penyelesaian masalah implementasinya. Penelitian ini membahas secara umum,
sehingga masih banyak aspek yang dapat diteliti secara mendalam. Selain itu, peneliti tidak
dapat memperoleh informasi dari Kepala Sekolah, sebab waktu pelaksanaan penelitian
bersamaan dengan padatnya persiapan penilaian akhir semester (PAS).
Saran untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan aspek penelitian
dan lebih berfokus pada salah satu aspek yang belum dilakukan pada penelitian ini, sehingga
dapat mengasilkan temuan yang lebih mendalam terhadap topik Kurikulum Merdeka. Selain
itu, diharapkan penelitian selanjutnya mempertimbangkan waktu penelitian, supaya penelitian
dilaksanakan dengan maksimal dalam memperoleh suatu data informasi.

DAFTAR RUJUKAN

Arifa, F. N. (2022, Mei). Implementasi Kurikulum Merdeka Dan Tantangannya. Kajian


Singkat Terhadap Isu Aktual Dan Strategis, Vol. XIV(No. 9), 25-30.

Creswell, J. (2014). Penelitian kualitatif dan desain riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Miles, Huberman, & Saldana. (2014). Analisis Data Kualitataif. 14.

Putri, Rindayati, & Damariswara. (2022). Kesulitan Calon Pendidik Dalam Mengembangkan
Perangkat Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka. 18-27.

Rahayu, R., Rosita, R., Rahayu, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihatini. (2022). Implementasi
Kurikulum Merdeka Melajar di sekolah penggerak. Jurnal Basicedu.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta .

Yuhastina, Parahita, B. N., Astutik, D., Ghufronudin, & Purwanto, D. (2020, Desember 30).
Peluang dan Tantangan Guru Sosiologi dalam Menghadapi Kurikulum "Merdeka
Belajar" di Era Revolusi Industri 4.0. Society, 772-793.

You might also like