You are on page 1of 8

Jurnal Penelitian Pendidikan IPA

Original Research Paper

Efektifitas Pelaksanaan Kurikulum 2013 ditinjau dari Kesiapan Sekolah dan


Pengaruhnya terhadap Perkembangan Sekolah
Melkianus Suluh1*, Dekriati Ate2
1Program Studi Pendidikan Fisika, STKIP Weetebula, Sumba Barat Daya-NTT, Indonesia;
2Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Weetebula, Sumba Barat Daya-NTT, Indonesia.

Article history Abstract: This study aims to determine: (1) school readiness and response to the 2013
Received: May 31th 2019 curriculum, (2) the effectiveness of the 2013 curriculum implementation on school
Revised: July 20th 2019 development, (3) the supporting and inhibiting factors for the implementation of the 2013
Accepted: July 31th 2019 curriculum in physics learning, and (4) Implementation of process standards and
curriculum evaluation standards for 2013. This research is a qualitative descriptive study.
The research subjects were Physics Teachers, Mathematics Teachers, and Indonesian
*Melkanus Suluh: Program Teachers. Research data was collected by conducting in-depth interviews. The results of
Studi Pendidikan Fisika,
STKIP Weetebula, Sumba
the study show that: 1) the principal and teacher state the readiness for the implementation
Barat Daya-NTT, Indonesia: of the 2013 curriculum. 2) the application of the 2013 curriculum influences the efforts of
Email: schools to develop schools through increasing teacher human resources, providing
pplstkipweetebula@gmail.com supporting facilities and infrastructure and learning facilities; 3) supporting factors for the
implementation of the 2013 curriculum are the availability of adequate teacher resources,
the availability of adequate supporting facilities and infrastructure, the support of parents
and the government, and the willingness of students. Meanwhile, the inhibiting factors are
minimal learning media, limited student books, limited educational staff, readiness and
teacher thinking methods that still use old learning patterns; 4) teachers have difficulty
implementing scientific approach based learning due to lack of student enthusiasm,
minimal learning media, limited laboratory and library facilities and infrastructure, for
aspects of assessment teachers experience difficulties with the number of items and forms
of assessment.

Keywords: 2013 curriculum; School Readiness; School Development

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kesiapan dan tanggapan sekolah
terhadap kurikulum 2013, (2) efektifitas penerapan kurikulum 2013 terhadap
perkembangan sekolah, (3) faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
kurikulum 2013 pada pembelajaran fisika, dan (4) Pelaksanaan standar proses dan standar
penilaian kurikulum 2013. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subyek
penelitian adalah Guru Fisika, Guru Matematika dan Guru Bahasa Indonesia. Data
penelitian dikumpulkan dengan cara melakukan wawancara mendalam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) kepala sekolah dan guru menyatakan kesiapan diterapkannya
kurikulum 2013. 2) penerapan kurikulum 2013 berpengaruh terhadap upaya sekolah untuk
mengembangkan sekolah melalui peningkatan SDM guru, penyediaan sarana dan
prasarana penunjang serta fasilitas pembelajaran; 3) faktor pendukung pelaksanaan
kurikulum 2013 adalah tersedianya sumber daya guru yang memadai, tersedianya sarana
dan prasarana pendukung yang cukup memadai, dukungan orang tua dan pemerintah, dan
kemauan peserta didik. Sedangkan, faktor penghambatnya adalah media pembelajaran
yang minim, buku siswa yang masih terbatas, keterbatasan tenaga kependidikan, kesiapan
dan cara berpikir guru yang masih menggunakan pola pembelajaran yang lama; 4) guru
kesulitan melaksanakan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah disebabkan antusiasme
siswa yang kurang, media pembelajaran yang minim, keterbatasan sarana dan prasaran
laboratorium dan perpustakaan, untuk aspek penilaian guru mengalami mengalami
kesulitan dengan banyaknya item dan bentuk penilaian.

Kata Kunci: Kurikulum 2013; Kesiapan Sekolah; Perkembangan Sekolah.

© 2019 The Author(s). This open access article is distributed under a Lisensi
Creative Commons Attribution ShareAlike 4.0 International License.
Suluh & Ate, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), 5 (2) 2019: 248-254 e-ISSN: 2407-795X
DOI: 10.29303/jppipa.v5i2.280 p-ISSN: 2460-2582

Pendahuluan Perubahan-perubahan dan pembenahan


kurikulum dengan berbagai penyempurnaan yang
Permasalahan pendidikan nasional hingga dilakukan, tentu berdampak pada proses
kini masih menjadi tantangan yang perlu pelaksanaan pendidikan di sekolah. Guru
mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. merupakan subyek yang langsung dihadapkan pada
Permasalahan pendidikan bukan terbatas pada kurikulum yang baru, sehingga guru merupakan
upaya mewujudkan citra manusia, melainkan instrumen utama yang mampu mewujudkan
menyentuh hingga pada rana-rana kehidupan. keberhasilan penerapan dari elemen-elemen
Berbagai permasalahan pendidikan mulai dari perubahan. Sehingga tantangan awal yang dihadapi
prestasi pada level PISA yang rendah, merosotnya adalah bagaimana merubah pola pikir dan
moral dan etika anak bangsa, hingga pada tantangan paradigma pembelajaran yang dimiliki guru.
menyediakan sumber daya manusia yang mampu Berbagai upaya dilakukan Pemerintah mulai dari
bersaing di kanca kehidupan global. Berkaiatan melaksanakan kegiatan sosialisasi, workshop,
dengan permasalahan-permasalahan Pendidikan pelatihan, hingga penerapan kurikulum secara
tersebut, Supardi (2012) pernah menyatakan bahwa bertahap pada setiap jenjang pendidikan. Selain itu,
perlunya pemerintah mengkaji dan mengoreksi keberhasilan kurikulum menurut Anwar (2014)
kembali proses Pendidikan untuk sehingga arah ditentukan oleh seluruh pemangku kepentingan
kebijakan Pendidikan untuk menghasilkan sumber dibidang Pendidikan, terutama pada tingkat
daya manusia yang ungul dapat tercapai. operasional dengan sikap terbuka dan
Menyikapi permasalahan tersebut, mempersiapkan diri dengan model operasional
pemerintah melakukan pembenahan dalam sistem yang baru. Dampak positif diterapkannya
pendidikan yang diinisiasi dari diterapkannya UU kurikulum 2013 disampaikan oleh Subkhan dan
SISDIKNAS tahun 2003 (DEPDIKNAS, 2003), Susilowati (2015), bahwa implementasi kurikulum
penetapan standar nasional pendidikan, hingga 2013 berdampak positif terhadap pengelolaan
perubahan kurikulum. Pada tahun 2013, pemerintah pembelajaran khusunya pada mata pelajaran IPA.
mulai menerapkan kurikulum 2013 yang Berkaitan dengan penerapan kurikulum 2013,
merupakan perbaikan dari kurikulum 2004 dan sekolah merupakan lembaga terdepan pelaksana
kurikulum 2006. Selain perubahan pada elemen kurikulum. Sekolah merupakan “bangunan atau
pembelajaran, muatan kurikulum, perubahan lain lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
pada kurikulum 2013 adalah pada konsep susunan menerima dan memberi pelajaran” (KBBI). Artinya
delapan standar pendidikan, terutama pada 4 sebagai sebuah lembaga pendidikan, berhasil
standar pertama. Susunan standar pada kurikulum tidaknya kurikulum juga dipengaruhi penerimaan
2013 diawali dengan penentuan standar komptensi dan kesiapan sekolah. Sekolah merupakan lembaga
lulusan, standar isi, standar proses dan standar yang, menjebatani terjadinya interaksi antara
penilaian. Berdasarkan urutan tersebut, dapat pendidik dan peserta didik. Interaksi belajar
diketahui bahwa setiap lulusan memiliki mengajar akan terlaksana dengan baik manakala
kompetensi baik sikap, pengetahuan dan sekolah mampu menyediakan berbagai fasilitas
keterampilan sesuai jenjang pendidikannya. pendukung terjadinya interaksi pembelajaran
Berdasarkan isi kurikulum, dapat diketahui bahwa tersebut. Sehingga ketersediaan sarana prasarana,
kurikulum 2013 merupakan kurikulum berkarakter pendidik, dan tenaga kependidikan merupakan satu
dan berkemampuan akademik tinggi. Hal ini dapat kesatuan yang saling menguatkan pencapaian
kita ketahui dari muatan kurikulum yang terdiri dari tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan uraian
4 kompetensi inti yang memuat sikap, keterampilan tersebut, peneliti tertarik untuk melaksanakan
dan pengetahuan. Konsep inilah yang kemudian penelitian tentang kurikulum 2013. Penelitian ini
menjadi kekuatan dan keunggulan dari kurikulum berjudul “Efektifitas Pelaksanaan Kurikulum 2013
2013. Ditinjau Dari Kesiapan Sekolah Dan Pengaruhnya
Perubahan kurikulum dalam dunia Terhadap Perkembangan Sekolah”.
pendidikan bukan merupakan suatu hal baru,
melainkan merupakan sebuah siklus yang harus
dilaksanakan mengingat tuntutan terhadap dunia Metode
pendidikan untuk mampu menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penelitian ini merupakan penelitian deksriptif
serta tantangan jaman. Menurut Machali (2014), dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
kebijakan perubahan kurikulum dengan Penelitian deksriptif adalah penelitian yang
diterapkkannya kurikulum 2013, didasarai pada mencoba mendeskripsikan suatu fenomena yang
tantangan internal dan eksternal dalam rangka teerjadi (Sukmadinata, 2012), Sedangkan
menhasilkan generasi emas bangsa Indonesia. pendekatan kualitatif merupakan suatu bentuk

248
Suluh & Ate, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), 5 (2) 2019: 248-254 e-ISSN: 2407-795X
DOI: 10.29303/jppipa.v5i2.280 p-ISSN: 2460-2582

pendekatan yang digunakan peneliti untuk yang saling terkait (pendidik dan SDM pendidik,
memperoleh data penelitian. Penggunaan tenaga kependidikan, sarana-prasarana, dan peserta
pendekatan kualitatif ditujukan untuk memperoleh didik). Menurut KBBI, sekolah adalah “bangunan
data secara mendalam dimana peneliti merupakan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta
instrumen utama. tempat menerima dan memberi pelajaran”. Dari
Penelitian ini dilaksanakan di SMP dan SMA pengertian tersebut jelas terlihat bahwa sekolah
yang terdapat di Kecamatan Loura dan kecamatan bukan sebatas gedung/ruang belajar, namun sekolah
Kota Tambolaka Kabupaten Sumba Barat Daya- juga berkaitan dengan siapa yang belajar dan siapa
NTT yang merupakan mitra PPL STKIP yang membelajarkan, dan tentunya kepala sekolah
Weetebula. Penelitian dilakukan sejak bulan yang berfungsi sebagai leader dan manajer,
Agustus sampai bulan November 2018. Jumlah sehingga berkaitan dengan penelitian ini, kesiapan
Sekolah yang Menjadi sumber data dalam sekolah merupakan kesiapan dari unsur kepala
penelitian ini 6 SMP dan 6 SMA dengan total sekolah, guru, sarana dan prasarana, serta tenaga
subyek penelitian adalah 12 Kepala Sekolah, dan 36 pendidikan.
guru, yang terdiri dari 12 guru fisika, 12 guru Hasil penelitian secara umum memberikan
matematika, dan 12 guru Bahasa Indonesia. Obyek gambaran pada umumnya sekolah sangat siap untuk
penelitian ini adalah penerapan Kurikulum 2013. menerapkan kurikulum 2013. Bentuk kesiapan
Teknik pengumpulan data yang digunakan sekolah dalam mempersiapkan hingga menerapkan
dalam penelitian ini adalah teknik wawancara kurikulum 2013 adalah dengan senantiasa
dengan menggunakan panduan instrumen melibatkan guru dalam kegiatan-kegiatan yang
wawancara semi terstruktur. Dalam pengumpulan berkaitan dengan kurikulum 2013, baik yang
data, peneliti merupakan instrumen utama dibantu diselenggarakan Dinas Pendidikan Kabupaten,
oleh beberapa mahasiswa yang telah dilatih untuk maupun tingkat Propinsi dan tingkat nasional.
melaksanakan wawancara mendalam. Pedoman Selain itu bentuk dukungan sekolah terhadap
wawancara sebelum digunakan terlebih dahulu di penerapan kurikulum 2013adalah melaksanakan
uji valid dengan menggunakan validitas konten dan workshop ditingkat sekolah, dan memperoleh
konstruk. Sedangkan teknik analisis data yang pendampingan dari sekolah pembina (Sekolah-
digunakan adalah teknik analisis yang sekolah Pilot Project).
dikembangkan oleh Miles dan Huberman Selain menyiapkan SDM pendidik, sekolah
(Sugiyono, 2008), yakni tahap reduksi data (data juga juga berusaha meningkatan ketersediaan
reduction), penyajian data (data display), dan sarana dan prasarana penunjang berupa
penarikan kesimpulan/verifikasi (conclusion perpustakaan, laboratorium, dan kebutuhan media
drawing/verification). pembelajaran lainnya. Namun dengan keterbatasan
sumber daya angaran yang dimiliki sekolah,
penyediaan sarana-prasarana dan fasilitas
Hasil dan Pembahasan pendukung lainnya harus dipenuhi secara bertahap.
Terkait dengan media pembelajaran, sekolah lebih
Penelitian ini secara umum hendak mengkaji banyak mengharapkan kreatifitas dan daya juang
penerapan kurikulum 2013 di SMP/SMA dengan dari guru untuk menyiapkan sendiri bahan-bahan
memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait, yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil penelitian,
yakni kesiapan sekolah, ketersediaan sarana secara umum kesiapan sekolah dari sisi
prasarana, sumber daya pendidik, efektifitas ketersediaan sarana dan prasarana dapat dikatakan
penerapan dalam pembelajaran, faktor pendukung, belum maksimal. Hal ini telihat dari banyaknya
dan faktor penghambat tercapainya tujuan utama sekolah sekolah yang belum memiliki fasilitas
dari kurikulum 2013. sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.
Permasalahan sarana dan prasarana juga
Kesiapan dan Tanggapan Sekolah diungkapkan oleh Kristiantari (2014) bahwa guru
Sekolah merupakan institusi terdepan yang memiliki motivasi yang sangat tinggi namun
memiliki peran strategis dalam mewujudkan penerapan kurikulum 2013 masih terkendala
terlaksananya berbagai kebijakan pendidikan, serta dengan ketersediaan sarana dan prasarana
sekaligus sebagai lembaga yang mewadahi para penunjang. Permasalahan yang yang ditemukan
eksekutor-eksekutor pendidikan, sehingga tercapai dalam penelitian-penelitian tersebut, sejalan dengan
tidaknya suatu kebijakan pendidikan sangat dengan tantangan internal pengembangan
ditentukan kesiapan dan penerimaan sekolah. kurikulum 2013, yakni pemenuhan delapan standar
Sebagai sebuah lembaga, kesiapan dan penerimaan pendidikan nasional yang meliputi standar
sekolah perlu dilihat secara utuh tidak sebatas pada pengelolaan, pembiayaan, sarana prasarana,
unsur pimpinan, melainkan keseluruhan komponen pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi,

249
Suluh & Ate, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), 5 (2) 2019: 248-254 e-ISSN: 2407-795X
DOI: 10.29303/jppipa.v5i2.280 p-ISSN: 2460-2582

standar proses, standar penilaian, dan standar Efektifitas Penerapan Kurikulum 2013
kompetensi lulusan (Kemendikbud 2011, dan Terhadap Perkembangan Sekolah
2013). Pentingnya sarana dan prasarana juga Penerapan kurikulum seyogyanya dapat
disampaikan oleh Sutama, et al., (2016) bahwa meningkatkan kualitas pendidikan secara
“kelengkapan sarana prasarana pendidikan secara menyeluruh, baik terhadap peserta didik, pendidik,
parsial memberikan kontribusi terhadap kinerja maupun sekolah sebagai wadah pendidikan,
guru, sebab, sarana dan prasarana pendidikan dapat sehingga pada akhirnya kualitas sumber daya
menjadi pendukung faktor-faktor lain yang lebih manusia Indonesia yang berkemampuan akademik
dominan dan mampu membuat kinerja guru dapat tinggi, kreatif dan terampil, serta memiliki sikap
meningkat”. yang berkerakter Pancasila dapat tercapai. Hasil
Berkaitan dengan penerapan kurikulum 2013 penelitian memberikan gambaran bahwa penerapan
secara penuh, Sekolah memberikan respon yang kurikulum 2013 selain berdampak positif terhadap
sangat positif. Sekolah menyadari bahwa perkembangan belajar peserta didik, juga
pemberlakukan kurikulum 2013 merupakan sebuah berdampak positif terhadap peningkatan
kebutuhan pendidikan. Sekolah memiliki keprofesionalan pendidik.
pandangan bahwa kurikulum 2013 memiliki Efektitas penerapan kurikulum 2013 terhadap
karakter yang berbeda dengan kurikulum peningkatan kualitas pendidik dapat diketahui
sebelumnya. Kurikulum 2013 dipandang upaya guru untuk memahami, dan menerapkan
memberikan suasana pendidikan yang baru, dimana kurikulum secara masksimal. Kepala sekolah
siswa menjadi subyek pembelajaran, peserta didik menyatakan bahwa dengan diterapkannya
tidak lagi sebatas menerima pelajaran dari guru, kurikulum 2013, dengan sendirinya guru berusaha
namun peserta didik dapat mencari, menemukan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Guru
dan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Selain menjadi lebih tertantang karena kurikulum 2013
itu disampaikan bahwa kelebihan lain dari mengarah pada pencapaian Standar Kompetensi
kurikulum 2013 adalah adanya buku guru dan buku Lulusan (SKL). Setiap usaha guru harus senantiasa
siswa, baik yang tersedia dalam bentuk hard copy mengarah kepada pencapaian Standar Kompetensi
maupun soft copy. Lulusan melalui pencapaian kompetensi inti dan
Pada aspek penilaian, sekolah memberikan kompetensi dasar. Disampaikan bahwa bila pada
penilaian bahwa kurikulum ini memberikan efek kurikulum sebelumnya guru dapat menghindari
positif terhadap peningkatan bakat dan materi-materi yang dianggap sulit, maka pada
keeterampilan peserta didik, karena penilaian tidak kurikulum 2013 hal tersebut tidak dapat dilakukan.
difokuskan pada aspek pengetahuan saja. Hal Tuntutan tersebut dengan sendirinya memacu guru
menarik lainnya adalah kurikulum 2013 terlihat untuk meningkatkan pengetahuan dan
lebih komplit karena mengangkat empat keterampilan, yang pada akhirnya meningkatkan
kompetensi inti yang pada dasarnya sangat sesuai profesionalisme guru. Selain itu, kurikulum 2013
dengan Pancasila, Bhineka tunggal ika dan karakter juga mendorong guru untuk lebih menguasai IT dan
bangsa Indonesia, yakni terdapat kompetensi inti memanfaatkan komputer, sehingga tidak ada lagi
yang berkaitan dengan norma keagaamaan, moral dikemudian hari guru yang tidak menguasai IT.
pancasila, sikap, pengetahuan dan keterampilan. Poin lain yang menjadi kelebihan dari kurikulum
Kompetensi-kompetensi inti tersebut dinilai oleh 2013 ini disebutkan adalah guru memiliki
sebagai keunggulan dan sudah seharusnya ada kesempatan untuk melakukan evaluasi, apakah
dalam pendidikan Indonesia. proses pembelajaran yang dilaksanakan telah
Berkaitan penerapan kurikulum 2013, sedikit mencapai standar yang ditetapkan, bila belum
disoroti pada perubahan susunan mata pelajaran, tercapai, maka guru memiliki kesempatan untuk
bila pada kurikulum sebelumnya terdapat mata memperbaiki melalui kegiatan remerdial dan
pelajaran komputer, pada kurikulum 2013 mata melakukan pengayaan terhadap peserta didik yang
pelajaran komputer ditiadakan. Hal ini dikatakan memiliki kecepatan belajar.
sedikit bertentangan dengan tuntutan kurikulum Efektifitas kurikulum 2013 terhadap peserta
yang menghendaki agar proses pendidikan lebih didik yakni memberikan pengaruh terhadap
banyak menggunakan internet dan komputer. Selain perkembangan perkembangan belajar peserta didik.
itu, dijelaskan bahwa hal ini juga berpengaruh Kurikulum 2013 memberikan kesempatan kepada
terhadap pelaksanaan Ujian Nasional (UN) berbasis peserta untuk menggali, dan menemukan
komputer, sekolah harus berupaya memberikan pengetahuan sendiri melalaui kegiatan
bimbingan tambahan agar saat pelaksanaan ujian, pembelajaran yang bersifat scientific. Proses
peserta didik mampu mengoperasikan komputer pembelajaran tidak lagi berpusat di kelas melainkan
dalam menentukan jawaban yang tertera dilayar dapat dilaksanakan dilingkungan sekitar, di
komputer. laboratorium dan peserta didik dapat

250
Suluh & Ate, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), 5 (2) 2019: 248-254 e-ISSN: 2407-795X
DOI: 10.29303/jppipa.v5i2.280 p-ISSN: 2460-2582

memanfaatakan internet dan media sekitar untuk pencapaian. Guru dan Kepala Sekolah yang
mendaptkan pengetahuan. Namun dikatakan menjadi subyek penelitian menyampaikan beberapa
tantangan terbesar dari kegiatan tersebut adalah faktor yang dapat menunjang keberhasilan
terbatasnya sarana dan prasaran yang dimiliki kurikulum 2013.
sekolah. Pertama, tersedinya sumber daya pendidik
Selain aspek pengetahuan, dikatakan bahwa yang memadai, yakni guru-guru yang mengajar
kurikulum 2013 juga memberikan kesempatan memiliki latar belakang pendidikan yang memadai,
kepada peserta didik untuk mengembangkan yakni Strata Satu (S1) yang sesuai dengan bidang
keterampilan dan sikap. Disampaikan untuk ilmu. Dalam upaya meningkatkan layanan dan
mendukung peningkatan keterampilan, selain mutu pendidikan terhadap peserta didik, sekolah
pembelajaran yang berbasis laboratorium dan berupaya menyediakan tenaga pendidik yang
eskperimen/percobaan, sekolah mencoba berkualifikasi minimal dan sesuai dengan bidang
memfasilitasi peserta didik melalui kegiatan ilmu/bidang studi yang diajarkan.
ekstrakurikuler dan intrakurikuler. Dengan adanya Kedua, tersedinya ruang kelas yang
penilaian terhadap aspek keterampilan, memadai. Untuk meningkatkan layanan terhadap
disampaiakn bahwa penilaian tersebut memberikan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sekolah
ruang bagi peserta didik untuk menutupi berusaha memaksimalkan ruang belajar dengan
kekurangan dari aspek pengetahuan. menyesuaikan ruang kelas dan jumlah peserta didik
Efektifitas penerapan kurikulum 2013 sesuai aturan yang telah jumlah peserta didik pada
terhadap sekolah dapat dilihat dari perkembangan setiap rombongan belajar. Dengan cara tersebut
sekolah sebagai sebuah lembaga. Penerapan sekolah dapat memberikan pelayanan belajar secara
kurikulum 2013 memberikan kesempatan kepada maksimal terhadap peserta didik.
sekolah untuk berbenah dalam menyediakan Ketiga, sekolah memiliki sarana dan
sumber daya pendidikan yang profesional, juga prasarana olahraga. Sarana dan prasaran olahraga
berusaha menyediakan sarana dan prasarana yang telah menjadi salah kebutuhan sekolah dalam upaya
dapat menunjang terlaksananya kurikulum 2013 memberikan kesempatan kepada peserta didik
dengan baik. Hasil wawancara juga menunjukkan untuk mengembangkan bakat dan kreatifitas
bahwa dalam upaya meningkatkan pemahaman khususnya dalam bidang olahraga. Ketersediaan
guru terhadap kurikulum 2103, sekolah menyatakan sarana prasarana olahraga juga dapat meningkatkan
selalu mengutus guru bila terdapat pelatihan dan antusiasme peserta didik untuk bersekolah dan
workshop, demikian juga dengan kegiatan-kegiatan mengembangkan bakat yang dimiliki.
lain yang berkaitan dengan pengembangan Keempat, sarana dan Prasarana
profesional guru. Sedangkan pada aspek Laboratorium. Laboratorium telah menjadi salah
penyediaan sarana dan prasarana, sekolah berusaha salah satu kebutuhan pokok bagi sekolah,
memanfaatkan sumber daya yang ada, dan mengingat kurikulum 2013 mengedepankan
mendorong guru-guru, agar kegiatan pembelajaran pembelajaran yang bersifat aktivitas peserta didik
yang bersifat scientific dapat tetap dilaksanakan melalui kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah menuntut
dengan memanfaatakan sumber daya yang ada, dan terlaksananya pembelajaran yang memberikan
yang mampu disediakan oleh guru dan peserta ruang kepada peserta didik untuk terlibat melalui
didik. kegiatan pengamatan, eksperimen atau percobaan,
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sehingga disebutkan bahwa laboratorium dan
bahwa penerapan kurikulum 2013 dan tuntutan perlengkapannya menjadi salah satu sarana yang
pengiringnya berkontribusi positif terhadap harus dimiliki sekolah bila menghendaki
peningkatan profesionalisme guru. Guru dengan terlaksananya kurikulum 2013 dengan maksimal.
sendirinya berupaya menyesuaikan tuntutan dan Namun beberapa sekolah yang belum memiliki
kebutuhan kurikulum. Dampak positif kurikulum fasilitas tersebut, baik gedung, dan sarana
2013 terhadap peserta didik adalah diungkapkan pendukung, melaksanakan kegiatan praktimum di
oleh Sutjipto (2014) dan Rahayu (2016), bahwa kelas dengan menyediakan alat bahan dan bahan
kurikulum 2013 berpengaruh terhadap yang bisa diperoleh dan yang bisa disediakan oleh
perkembangan sikap, pengetaHuan dan guru dan peserta didik.
keterampilan peserta didik. Kelima, dukungan orang tua dan masyarakat.
Dukungan orang tua dan masyrakat dijelaskan
Faktor Pendukung Keberhasilan Kurikulum sangat berpengaruh terhadap optimalnya
2013 pelaksanaan kurikulum 2013. Orang tua memiliki
Keberhasilan kurikulum 2013 tidak hanya peran dalam memberikan motivasi dan dorongan
ditentukan oleh sempurnahnya kurikulum 2013 dari terhadap anak untuk bersekolah, menyediakan
aspek muatan, tujuan, sasaran, dan metode kebutuhan anak, dan mendukung program-program

251
Suluh & Ate, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), 5 (2) 2019: 248-254 e-ISSN: 2407-795X
DOI: 10.29303/jppipa.v5i2.280 p-ISSN: 2460-2582

pendidikan yang dilaksanakan sekolah, sedangkan Keempat, kesiapan dan cara berpikir guru.
dukungan masyarakat bermanfaat dalam Kesiapan guru yang dimaksud adalah bagaimana
memberikan fungsi control terhadap perkembangan guru merubah pola pikir yang lama, dan
sekolah. menyesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang
Keenam, perhatian pemerintah terhadap baru. Masih banyak guru yang nyaman dengan pola
sekolah. Perhatian pemerintah yakni bagaimana pembelajaran sebelumnya, selain itu, terdapat guru
usaha pemerintah melaksanakan pemerataan yang kurang menguasai komputer.
pendidikan, dan yang khususnya berkaitan dengan Kelima, biaya yang minim. Anggaran yang
kurikulum, bagaimana pemerintah memberikan minim menyebabkan sekolah kesulitan untuk
perhatian terhadap sekolah dalam melengkapi melaksanakan Wokshop terutama dalam
sarana dan prasarana pendukung dan meningkatkan menghadirkan narasumber. Selain itu, Sekolah juga
kualitas pendidik melalui pelatihan, worshop, dan kesulitan dalam melengkapi kebutuhan saran dan
pemberian beasiswa untuk meningkatkan prasarana penunjang, terutama yang berkaitan
kemampuan akademik pendidik. dengan kelengkapan sarana dan prasaran
Ketuju, kemauan dari peserta didik. Peserta laboratorium.
didik disebutkan adalah faktor utama dan faktor
tujuan dari kurikulum, sehingga daya minat, Standar Proses dan Standar penilaian
kemauan dan usaha dari peserta didik pada Kurikulum 2013 sebagaimana yang
akhirnya menjadi faktor akhir penentu dari berhasil dikembangkan, terdapat empat standar yang
tidaknya penerapan kurikulum 2013. Sehingga mengalami penyesuaian, yakni standar kompetensi
dikatakan guru perlu secara perlahan dan kontinyu lulusan, standar isi, standar proses dan stadar
dalam membimbing peserta didik untuk belajar dan penilaian. Dari keempat standar tersebut, standar
menyesuaikan dengan tuntutan pendidikan. proses dan standar penilaian merupakan dus standar
yang langsung dihadapi oleh pendidik dalam upaya
Faktor Penghambat Keberhasilan Kurikulum mencapai standar isi dan standar kompetensi
2013 lulusan. Berdasarkan hasil wawancara, kedua
Penelitian ini juga berupaya menemukan standar tersebut mendapatkan penilaian yang
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berbeda dari guru, yakni guru-guru setuju dengan
keberhasilan penerapan kurikulum 2013. Berikut bentuk dan proses pembelajaran yang ditetapkan
adalah data hasil wawancara yang dilakukan oleh Kurikulum 2013. Guru-guru menyatakan
terhadap Guru dan Kepala Sekolah tentang faktor- bahwa metode, dan pendekatan yang digunakan
faktor yang dapat menghambat keberhasilan menarik, karena memberikan ruang bagi peserta
kurikulum 2013. didik untuk lebih aktif, meningkatkan aktifitas
Pertama, ketersediaan media pembelajaran peserta didik, menuntut peserta didik untuk belajar
yang minim. Guru harus berupaya memenuhi mencari dan menemukan sendiri gagasan dari setiap
sendiri, dan menyesuaikan dengan kebutuhan topik/materi, memberikan tantangan kepada guru
kurikulum. untuk mempersiapkan bentuk pembelajaran,
Kedua, keterbatasan buku siswa. Akibat menyediakan media pembelajaran yang sesuai,
terbatasnya buku siswa, sekolah tidak mengijinkan meningkatkan kemampuan guru terhadap
peserta didik untuk membawa pulang buku, atau penguasaan komputer, serta guru tertantang untuk
buku hanya sekedar dipinjamkan saat jam keluar dari bentuk pembelajaran yang
pembelajaran, sehingga hal ini turut berpengaruh menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran. Hal
terhadap kemampuan siswa. Kekurangan ini menarik lainnya yakni terdapat Kompetensi yang
berakibat peningkatan aktifitas siswa di kelas menekankan pada pembentukan karakter peserta
menjadi kurang maksimal. didik. Namun dari kelebihan-kelebihan tersebut,
Ketiga, ketersediaan tenaga kependidikan. terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian guru,
Banyak sekolah yang belum memiliki tenaga yakni terbatasnya sarana dan prasarana penunjang.
kependidikan, terutama laboran. Selama ini, laboran Disampaikan bahwa peserta didik akan kurang aktif
dirangkap oleh guru mata pelajaran, sehingga hal bilamana tidak terdapat buku siswa, atau buku
berpengaruh terhadap layanan terhadap peserta siswa yang terbatas, media pembelajaran yang
didik, pengaturan penggunaan laboratorium, terbatas, laboratorium yang kurang. Selain itu, para
perawatan alat-alat laboratorium, dan inventarisasi. guru merasa kesulitan melaksanakan penilaian,
Guru yang merangkap laboran akan kesulitan karena jenis, dan bentuk penilaian disampaikan
melaksanakan semua itu, karena seharusnya laboran oleh guru rumit dan kompleks. Bentuk dan jenis-
harus selalu berada di laboratorium menyiapkan jenis penilaian tersebut, semakin terasa sulit
dan menyediakan kebutuhan pengunaan bilamana guru dihadapkan pada jumlah peserta
laboratorium. didik yang banyak. Berkaitan dengan permasalahan

252
Suluh & Ate, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), 5 (2) 2019: 248-254 e-ISSN: 2407-795X
DOI: 10.29303/jppipa.v5i2.280 p-ISSN: 2460-2582

penilaian tersebut, penelitian yang dilakukan Ruja Kesimpulan


dan Sukanto (2015) juga menemukan permasalahan
yang sama, yakni “guru masih kesulitan dalam Berdasarkan hasil penelitian dan
melaksanakan penilaian atau evaluasi”. Setiadi pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan
(2016) kemudian mengusulkan untuk bahwa: Pertama, secara umum sekolah siap dalam
menyederhanakan pedoman penilaian yang diikuti menerapkan dan melaksanakan kurikulum 2013
dengan sosialisasi dan pelatihan-pelatihan. Hal mengingat perubahan kurikulum merupakan
yang sama juga disampaikan oleh Kustijono & program nasional dalam upaya memperbaiki mutu
Wiwin (2014) bahwa guru belum dapat pendidikan dan meningkatkan kualitas kompetensi
melaksanakan “penilaian sesuai standar penilaian lulusan. Sekolah juga secara umum memberikan
terutama: bagaimana cara mengembangkan respon yang baik diberlakukannya kurikulum 2013
instrumen penilaian yang sesuai dengan kaidah, dan secara penuh. Kedua, penerapa kurikulum 2013
bagaimana cara mengembangkan rubrik penilaian juga berpengaruh positif terhadap perkembangan
dari instrumen yang dikembangkan tersebut”. sekolah, yakni adanya upaya sekolah meningkatkan
Secara umum, para guru mengatakan bahwa kompetensi sumber daya pengajar dan secara
kurikulum 2013 memiliki konsep yang sangat baik, bertahap berusaha memenuhi kebutuhan sarana
namun penerapan kurikulum ini perlu didukung prasarana dan fasilitas pendukung lainnya. Ketiga,
oleh sarana dan prasarana yang memadai, terdapat beberapa faktor utama pendukung
mengingat kurikulum 2013 adalah kurikulum yang keberhasilan kurikulum 2013, namun dibutuhkan
berbasis penemuan, scientific, dan mengarah pada pengelolaan dan komitmen bersama untuk secara
pembentukan karakter, serta mengedepankan maksimal menyuskseskan penerapan kurikulum
berbagai bentuk penilaian sehingga peserta didik 2013. Faktor-faktor penghambat akan dapat diatasi
memiliki kesempatan mengeksplorasi kemampuan, bilamana sekolah mampu memaksimalkan faktor-
keterampilan, dan pengetahuan yang mereka miliki. faktor pendukung yang ada dan berupaya
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013 meminimalisir faktor-faktor yang dapat
memiliki daya tarik baik dari sisi proses maupun menghambat keberhasilan dari kurikulum 2013.
penilaian. Dengan keterbatasan sarana dan Keempat, standar proses dan standar penilaian
prasarana penunjang, guru-guru senantiasa merupakan satu kesatuan dari suatu kegiatan belajar
berusaha agar kurikulum 2013 dapat terlaksana mengajar. Sebagaimana kurikulum 2013
secara maksimal. Namun hal menarik yang merupakan kurikulum penyempurnaan dari
ditemukan dalam penelitian ini adalah terdapat kurikulum KTSP, maka standar proses dan standar
istilah casingnya kurikulum 2013, pelaksanaannya penilaian pada kurikulum 2013 hendaknya dapat
KTSP. diterapkan sesuai arahan kurikulum 2013.
Ketika diselidiki lebih jauh pernyataan
tersebut disampaikan karena banyaknya tantangan
pembelajaran dan penilaian yang dialami guru. Daftar Pustaka
Pertama, pada aspek pembelajaran, guru
dihadapkan pada tantangan kurang purnahnya Anwar, R. 2014. Hal-Hal Yang mendasari
pengetahuan guru akan proses pembelajaran Penerapan Kurikulum 2013. Jurnal
sebagaimana yang dikehendaki kurikulum. Kondisi Humaniora, 5(1), 97-106. Retrieved from
tersebut terjadi manakalah sistem dan mekanisme https://journal.binus.ac.id/index.php/Humani
pelatihan yang diikuti tidak menyentuh hingga pada ora/article/view/2987
aspek keterampilan melaksanakan pembelajaran,
pelatihan lebih pada penyampian teori dan materi Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik
kurikulum. Kedua, guru dihadapkan pada kondisi Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang
sarana dan prasarana yang kurang, buku siswa yang Sistem Pendidikan Nasional.
terbatas sehingga tidak bisa dibawah pulang oleh
peserta didik, dan hal ini berimbas pada Kristiantari, M, R. 2014. Analisis Kesiapan Guru
pelaksanaan proses pembelajaran yang tidak Sekolah Dasar dalam Mengimplementasikan
memungkinkan terlaksananya pendekatan ilmiah Pembelajaran Tematik Integratif
secara maksimal. Ketiga, guru dihadapkan pada Menyongsong Kurikulum 2013. e-Journal
banyaknya item penilaian, dan kurangnya Undiksa. 3(2), 460-470. Retrieved from
pengetahuan menyusun instrumen penilaian, https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPI/
sehingga jenis-jenis penilaian yang dibuat dapat article/view/4462
saling terhubung dalam menjawab tutuntan yang
terdapat dalam kompetensi dasar. Kustijono, R., & Wiwin, H, M, E. 2014. Pandangan
Guru Terhadap Pelaksanaan Kurikulum 2013

253
Suluh & Ate, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), 5 (2) 2019: 248-254 e-ISSN: 2407-795X
DOI: 10.29303/jppipa.v5i2.280 p-ISSN: 2460-2582

Dalam Pembelajaran Fisika SMK Di Kota Subkhan, K., & Susilowati, S, M, E. 2015. Praktik
Surabaya. Jurnal Pendidikan Fisika dan Terbaik Pembelajaran IPA Sesuai Kurikulum
Aplikasinya (JPFA). 4 (1). Retrieved from 2013: Studi Kasus Sekolah Pilot SMP N 1
https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpfa/arti Magelang, 4(1). Retrieved from
cle/view/180 https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe
/article/view/5235
Kemendikbud. 2011. Naskah Akademik
Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif
Kemendikbud. Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Sukmadinata, N, S. 2009. Metode Penelitian


Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTS Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Ilmu Pengetahuan Alam (Modul Pelatihan Rosdakarya.
Implementasi Kurikulum 2013). Jakarta:
Kemendikbud. Supardi. 2012. Arah Pendidikan Di Indonesia
dalam Tataran Kebijakan dan Implementasi.
Machali, I. 2014. Kebijakan Perubahan Kurikulum Jurnal Formatif, 2(2), 111-121, Retrieved
2013 dalam Menyongsong Indonesia Emas from
Tahun 2045. Jurnal Pendidikan Islam. 3(1). https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/F
ormatif/article/view/92/89
Permendikbud. 2013. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Sutama, Kristiawanto, & Suyatmini 2016.
tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Kontribusi Sarana Prasarana Pendidikan,
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kondisi Lingkungan, Kedisiplinan Kerja
Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Terhadap Kinerja Guru SD. Jurnal
Kemendikbud. Manajemen Pendidikan, 11 (2), 91-102.
Retrieved from
Permendikbud. 2016. Peraturan Menteri http://jurnal.ums.ac.id/index.php/jmp/article/
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 view/2652
Tahun 2016 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Sutjipto. 2014. Dampak Pengimplementasian
Kemendikbud. Kurikulum 2013 Terhadap Performa Siswa
Sekolah Menengah Pertama. Jurnal
Permendikbud. 2016. Tentang Kompetensi Inti Dan Pendidikan Dan Kebudyaan, 20 (2), 187-
Kompetensi Dasar Pelajaran Pada 199.
Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar
Dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Setiadi, H. 2016. Pelaksanaan Penilaian Pada
Kemendikbud. Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan, 20 (2), 166-178.
Rahayu, Y, M. 2016. Pengaruh Perubahan Retrieved from
Kurikulum 2013 Terhadap Perkembangan https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/articl
Peserta Didik. Jurnal Logika, XVIII (3), 22- e/view/7173
42. Retrieved from
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/logika
/article/view/216

Ruja. I, N., & Sukamto. 2015. Survey


Permasalahan Implementasi Kurikulkum
Nasional 2013 Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah
Pertama di Jawa Timur. Jurnal Sejarah
Budaya dan Pengajarannya, 9 (2). Retrieved
from
http://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-
dan-budaya/article/view/1540

254

You might also like