You are on page 1of 12

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS

PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Muhammad Wahyu Setiyadi, Ismail, Hamsu Abdul Gani


Pendidikan Biologi
Program Pascasarjana, Universitas Negeri Makassar
Gunungsari Baru, Jl. Bonto Langkasa, Makassar-90222
wahyusetiyadi074@gmail.com

Abstract
The research is Research and Development which aims to develop learning module based on scientific
approach in Ecology concept which is valid, practical and effective to the students of Senior High
School. The development procedures of the research employed Thiagarajan Model or 4-D Model
which consisted of four stages, namely defining, design, development, and dissemination. The data
were collected through learning module validation process, students and teachers' responses
questionnaire, learning implementation observation sheet, and learning result test. The data were
analyzed by using descriptive analysis. The results of the research reveal that Biology learning
module based on scientific approach is valid, practical, and effective. It is stated as valid because
Biology learning module based on scientific approach which is developed had met validity criteria
with "Valid" category. It is stated as practical because the learning implementation by using Biology
learning module based on scientific approach had learning implementation in high category, and
students and teachers positive responses on the module. It is stated as effective because it had fulfilled
effectiveness namely the students' learning result test had met classical completeness criteria by
84.21%.

Keywords: Scientific Approach, Biology Learning Module, Learning Result

Abstrak
Penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development) dengan tujuan untuk
mengembangkan modul pembelajaran berbasis pendekatan saintifik pada konsep ekologi yang valid,
praktis dan efektif bagi siswa Sekolah Menegah Atas. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model Thiagarajan atau model 4-D yang terdiri atas empat tahap yaitu tahap
pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap
penyebaran (disseminate). Pengumpulan data dilakukan melalui proses validasi modul pembelajaran,
angket respon siswa dan guru terhadap modul pembelajaran, lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran dan tes hasil belajar. Data uji coba dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik
bersifat valid, praktis, dan efektif. Dikatakan valid karena Modul pembelajaran biologi berbasis
pendekatan saintifik yang dikembangkan telah memenuhi kriteria kevalidan dengan kategori "Valid".
Modul pembelajaran dikatakan praktis karena keterlaksanaan pembelajaran menggunakan modul
pembelajaran biologi ini memiliki keterlaksanaan dengan kategori tinggi, dan siswa dan guru
memberikan respon positif terhadap modul pembelajaran. Penggunaan modul pembelajaran berbasis
saintifik telah memenuhi kriteria keefektifan karena tes hasil belajar siswa telah memenuhi kriteria
ketuntasan klasikal sebesar 84,21%.

Kata kunci: Pedekatan Saintifik, Modul Pembelajaran Biologi, Hasil Belajar.

PENDAHULUAN beberapa tahun terakhir ini. Perubahan


kurikulum merupakan salah satu usaha untuk
Berbagai upaya dilakukan pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan termasuk
untuk meningkatkan sumber daya manusia perkembangan beberapa metode, model,
melalui peningkatan kualitas pendidikan. pendekatan, dan strategi pembelajaran. Dalam
Kurikulum telah mengalami perubahan hal ini pemerintah mengembangkan kurikulum
yang telah ada yaitu KBK dan KTSP menjadi yang dikembangkan harus sesuai dengan
Kurikulum 2013. kurikulum dengan memperhatikan
Kurikulum 2013 merupakan karakteristik sasaran seperti lingkungan sosial,
kurikulum baru yang mulai diterapkan pada budaya, geografis, tahapan perkembangan
tahun ajaran 2013/2014. Pelaksanaan siswa, maupun karakteristik siswa sebagai
kurikulum 2013 dilakukan dengan melatih sasaran. Pengembangan bahan ajar penting
keterampilan proses yang dicerminkan dalam dilakukan oleh pendidik agar pembelajaran
kegiatan pembelajaran (Kemendikbud, 2013). lebih efektif, efisien, dan tidak melenceng dari
Keterampilan proses yang diterapkan berupa kompetensi yang akan dicapainya. Oleh karena
5M (mengamati, menanya, mengumpulkan itu, bahan ajar sangat penting untuk
data, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan) dikembangkan sebagai upaya untuk
yang dikenal sebagai keterampilan proses meningkatkan kualitas pembelajaran.
berupa pendekatan saintifik (Kemendikbud, Hasil wawancara yang dilakukan
2013). terhadap beberapa guru Biologi di beberapa
Implementasi kurikulum 2013 sekolah SMA di kabupaten gowa dalam proses
memasukan penguatan sikap spiritual, sikap pembelajaran masih banyak menggunakan
sosial, pengetahuan dan keterampilan dalam buku yang sudah ada sebagai sumber belajar
proses pembelajaran. Proses pembelajaran bagi siswa dan materi yang disajikan masih
merupakan kunci utama dalam kegiatan belajar banyak bersifat abstrak. Hal ini sebagai salah
siswa. Dalam kurikulum 2013, kegiatan satu penyebab rendahnya pemahaman dan
pembelajaran perlu menggunakan prinsip: 1) hasil belajar siswa karena siswa tidak
berpusat pada peserta didik, 2) dilibatkan langsung dalam proses
mengembangkan kreativitas peserta didik, 3) pembelajaran dan hanya sekedar menerima apa
menciptakan kondisi menyenangkan dan yang disampaikan oleh guru.
menantang, 4) bermuatan nilai, etika, estetika, Salah satu cara untuk meningkatkan
logika, dan kinestetika, dan 5) menyediakan pemahaman maupun hasil belajar siswa yaitu
pengalaman belajar yang beragam melalui dengan cara mengembangkan bahan ajar yang
penerapan berbagai strategi dan metode baik. Salah satu bahan ajar yang dapat
pembelajaran yang menyenangkan, dikembangkan adalah modul. Modul ialah
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna bahan belajar yang dirancang secara sistematis
(Permendikbud No. 65 Tahun 2013). berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas
Dalam sistem pendidikan yang dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan
menerapkan konsep pembelajaran mandiri, memungkinkan dipelajari secara mandiri
sangat diperlukan bahan-bahan belajar yang dalam satuan waktu tertentu (Purwanto, et al.
dirancang khusus untuk dapat dipelajari oleh 2007). Menurut Direktorat Jenderal
peserta didik secara mandiri, karena itu Penjaminan Mutu Pendidikan dan Tenaga
diperlukan para tenaga profesional yang Kependidikan (2008) modul merupakan bahan
mampu mengembangkan bahan belajar ajar cetak yang dirancang untuk dapat
mandiri. Di pihak lain, sumber-sumber dipelajari secara mandiri oleh peserta
referensi tentang pengembangan bahan belajar pembelajaran. Modul disebut juga media untuk
mandiri sampai saat ini masih sangat terbatas, belajar mandiri karena di dalamnya telah
apalagi sumber pustaka lokal (Purwanto, et al. dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri.
2007). Akan tetapi modul-modul yang beredar di
Terkait dengan pengembangan bahan pasaran saat ini masih banyak yang belum
ajar, saat ini pengembangan bahan ajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini
menjadi kebutuhan yang mendesak. Hal ini yaitu kurikulum 2013. Hal ini mengakibatkan
merupakan konsekuensi dari perubahan ketersediaan bahan ajar yang sesuai dengan
kurikulum lama menjadi kurikulum baru saat kurikulum 2013 masih terbatas, sehingga
ini yakni kurikulum 2013 dengan pendekatan bahan ajar yang dalam hal ini adalah modul
yang dikenal dengan pendekatan saintifik. perlu dikembangkan agar sesuai dengan
Menurut Depdiknas (2008) salah satu alasan kurikulum yang berlaku.
mengapa bahan ajar harus dikembangkan Modul merupakan paket belajar
adalah ketersediaan bahan ajar yang sesuai mandiri yang meliputi serangkaian
dengan tuntutan kurikulum, artinya bahan ajar pengalaman belajar yang direncanakan dan
dirancang secara sistematis untuk membantu rancangan (design), tahap pengembangan
siswa mencapai tujuan belajar. Tujuan utama (develop), dan tahap penyebaran (disseminate).
pembelajaran dengan modul adalah untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas Define (Pendefinisian)
pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, Kegiatan pada tahap ini dilakukan
fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-
secara optimal (Mulyasa, 2003). Menurut syarat pengembangan. Dalam konteks
Ditjen PMPTK (2008) modul merupakan pengembangan bahan ajar yang dalam hal ini
sebuah bahan ajar yang disusun secara adalah modul, tahap pendefinisian dilakukan
sistematis dengan menggunakan bahasa yang dengan cara:
dapat dengan mudah dipahami oleh siswa serta
dapat dipelajari secara mandiri tanpa a. Analisis kurikulum
membutuhkan seorang fasilitator dan modul Analisis kurikulum berguna untuk
juga dapat digunakan sesuai dengan kecepatan menetapkan pada kompetensi yang mana
belajar siswa dengan pengertian tersebut maka bahan ajar tersebut akan dikembangkan. Hal
modul yang baik memiliki lima karakteristik, ini dilakukan karena ada kemungkinan tidak
yaitu self instruction, self contained, stand semua kompetensi yang ada dalam kurikulum
alone, adaptive, dan user friendly. Beberapa dapat disediakan bahan ajarnya.
hasil penelitian menunjukkan bahwa
b. Analisis siswa
penggunaan modul pada proses pembelajaran
Analisis siswa merupakan telaah
dapat meningkatkan hasil pelajaran (Wenno,
tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan
2010; Esmiyati et al., 2013; Dewi et al.,2014).
desain pengembangan perangkat pembelajaran.
Mengingat pentingnya peranan modul
Karakteristik itu meliputi latar belakang
untuk meningkatkan kualitas proses
kemampuan akademik (pengetahuan) dan
pembelajaran di SMA, maka guru sebagai
perkembangan kognitif.
orang yang paling bertanggung jawab terhadap
keberhasilan proses pembelajaran, dituntut c. Analisis materi
untuk dapat memahami pengertian, Analisis materi dilakukan dengan cara
karakteristik, prinsip, ketentuan dan prosedur mengidentifikasi materi utama yang perlu
pengembangan modul. Pembelajaran dengan diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi
menggunakan modul tidak hanya berfokus yang relevan, dan menyusunnya kembali
pada guru tetapi siswa dapat melakukan secara secara sistematis.
mandiri. Penggunaan modul juga tidak
bergantung lagi pada media pembelajaran lain Design (Perancangan)
atau tidak harus digunakan bersama-sama Pada tahap ini dilakukan perancangan
dengan media yang lain sehingga lebih efisien. modul pembelajaran berbasis pendekatan
Atas dasar latar belakang tersebut, maka perlu saintifik. Kegiatan yang dilakukan pada tahap
dilaksanakan penelitian dengan judul ini adalah mendesain produk awal modul
“Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi pembelajaran. Penyusunan desain awal modul
Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk pembelajaran melalui tahapan-tahapan sebagai
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi berikut; 1) menetapkan keragka bahan yang
Ekologi”. akan disusun. 2) penyusunan instrumen
penilaian. Modul pembelajaran yang
METODE PENELITIAN dihasilkan pada tahap ini disebut denganmodul
pembelajaran draft 1.
Pengembangan modul pembelajaran
yang digunakan dalam penelitian ini mengacu Develop (Pengembangan)
pada model 4-D Thiagarajan, Semmel & Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi
Semmel (1974). Model 4-D dipilih oleh ahli dalam bidangnya. Saran-saran yang
berdasarkan pertimbangan bahwa model ini diberikan digunakan untuk memperbaiki
lebih jelas, lengkap, terarah, terstruktur, materi dan rancangan modul pembelajaran
sistematis dan menuntun pengembang dari yang telah disusun. Dalam pengembangan
awal hingga proses akhir produk yang modul pembelajaran, kegiatan pengembangan
dihasilkan. Model ini terdiri dari empat tahap
yaitu; tahap pembatasan (define), tahap
(develop) dilakukan dengan langkah-langkah beberapa aspek antara lain: aspek sintaks,
sebagai berikut: aspek sosial, aspek prinsip reaksi dan aspek
a. Validasi modul pembelajaran oleh pendukung.
ahli/pakar. Hal-hal yang divalidasi meliputi
komponen isi dan penyajian, komponen d. Tes hasil belajar
bahasa dan penyajian dan komponen Tes hasil belajar Biologi dibuat dengan
kegrafikan. tujuan untuk memperoleh informasi tentang
b. Revisi model berdasarkan masukan dari penguasaan murid terhadap materi yang
para pakar pada saat validasi terdapat dalam modul pembelajaran.
c. Uji coba terbatas dalam pembelajaran di
kelas, sesuai situasi nyata yang akan Teknik Analisa Data
dihadapi. Untuk menganalisis data uji coba pada
d. Revisi model berdasarkan hasil uji coba pengembangan modul pembelajaran ini
digunakan teknik analisis statistik deskriptif.
Disseminate (Penyebaran) Data yang dianalisis adalah; data hasil validasi
Pengemasan modul pembelajaran modul pembelajaran, data keterlaksanaan
dapat dilakukan dengan mencetak modul perangkat pembelajaran, data respon siswa,
pembelajaran. Setelah buku dicetak, buku data respon guru, data tes hasil belajar (THB).
tersebut disebarluaskan supaya dapat diserap Analisis data yang diperoleh dikelompokkan
(diffusi) atau dipahami orang lain dan menjadi tiga yaitu; (1) analisis data kevalidan
digunakan (diadopsi) pada kelas mereka. modul pembelajaran (2) analisis data
kepraktisan (data hasil pengamatan
Instrumen Penelitian keterlaksanaan pembelajaran, respon siswa,
Untuk mengukur kevalidan, dan respon guru), dan (3) analisis data
kepaktisan, dan keefektifan modul keefektifan yang di ukur melalui tes hasil
pembelajaran, maka disusun dan belajar (THB).
dikembangkan instrumen penelitian. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri HASIL DAN PEMBAHASAN
dari: (1) lembar validasi, (2) angket respon Hasil
guru dan respon siswa, (3) lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran dan (4) lembar Berdasarkan tujuan penelitian dengan
tes hasil belajar. mengacu pada metodologi, maka telah
dilakukan penelitian pengembangan modul
a. Lembar validasi pembelajaran berbasis pendekatan saintifik.
Dalam penelitian ini lembar validasi Penelitian pengembangan ini merujuk pada
yang digunakan antara lain: lembar validasi tiga syarat kualitas yaitu valid, praktis dan
prototipe modul pembelajaran, lembar validasi efektif serta disusun dan dikembangkan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), berdasarkan model pengembangan Four D (4-
lembar validasi keterlaksanaan pembelajaran, D) (Thiagarajan, et al., 1974) . Penelitian
lembar validasi respon guru dan murid, dan pengembangan ini terdiri dari empat tahapan
lembar validasi tes hasil belajar. yaitu; tahap pendefinisian (define), tahap
perancangan (design), tahap pengembangan
b. Angket respon (develop) dan tahap penyebaran
Angket ini digunakan untuk (dessiminate).Berikut ini dideskripsikan hasil
memperoleh data tentang pernyataan/pendapat dari kegiatan yang dilakukan dari masing-
atau komentar sebagai respon murid dan guru masing tahapan pengembangan modul
terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran pembelajaran berbasis pendekatan saintifik
dalam modul. yang telah dikembangkan beserta hasil analisis
data yang telah diperoleh.
c. Lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran Tahap Pendefinisian (Define)
Lembar observasi ini digunakan untuk a. Analisis Kurikulum
memperoleh data tentang keterlaksanaan Hasil analisis kurikulum dalam
proses pembelajaran. Lembar observasi Permendikbud No. 24 tahun 2016 tentang
keterlaksaan pembelajaran ini berisikan kompetensi inti dan kompetensi dasar
pelajaran pada kurikulum 2013 menunjukan kemampuan kognitif mengalami kemerosotan
bahwa dalam kurikulum 2013 seiring dengan pertambahan usia.
mengembangkan empat kompetensi inti yakni Secara umum, karakteristik siswa
(KI. I) Kompetensi Inti sikap spiritual, (KI. II) kelas X SMA Negeri 1 Bajeng Barat dapat
Kompetensi Inti sikap sosial, (KI. III) dilihat dari segi perkembangan kogitif. Pada
Kompetensi Inti pengetahuan dan (KI. IV) aspek perkembangan kognitif, tampak siswa
Kompetensi Inti keterampilan. KD dalam mata kelas X SMA N 1 Bajeng Barat kurang mampu
pelajaran biologi secara umum di kategorikan memahami materi yang disebabkan oleh cara
menjadi empat arah yakni KD yang mengarah belajar mereka yang terkesan menghafal
kepada penguatan spiritual, sikap, pengetahuan konsep dan cara guru menyajikan materi
dan keterampilan. Mengacu pada kepada siswa untuk melakukan proses berpikir
Permendikbud No. 59 tahun 2014 mengenai sehingga siswa hanya sekedar menerima
karakteristik mata pelajaran dan beban belajar, pengetahuan atau pun teori yang ada dari guru.
untuk kelas X minimal dijadwalkan minimal Oleh karena itu, agar dapat melakukan proses
18 minggu efektif dan beban belajar setiap berpikir dalam memahami konsep-konsep
minggu adalah 42 jam pelajaran. Untuk mata yang dipelajarinya sesuai dengan tingkat
pelajaran biologi setiap minggu efektif memuat perkembangan kognitifnya, maka dalam
3 jam pelajaran sehingga total jam pelajaran penelitian ini digunakan pendekatan saintifik
biologi untuk kelas X adalah 54 jam pelajaran dengan menggunakan bahan ajar modul.
per semester. Dalam kurikulum 2013 materi
ekologi berada pada KD 3.10 semester genap, c. Analisis materi
dimana KD 3.10 berbunyi “Menganalisis Analisis materi dilakukan untuk
komponen-komponen ekosistem dan interaksi menentukan rancangan materi pembelajaran
antar komponen ekosistem”. yang akan di susun. Analisis materi dilakukan
dengan cara mengidentifikasi materi utama
b. Analisis Siswa yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan
Siswa merupakan suatu pelaku belajar memilih materi yang relevan, dan
dengan tingkat dan karakter yang berbeda. menyusunnya kembali secara sistematis.
Perbedaan karakter tersebut menuntut guru Materi disusun untuk memenuhi tuntutan
memilih materi dan bahan ajar pembelajaran dalam indikator dan tujuan pembelajaran
yang sesuai dengan karakter siswanya. berdasarkan KI dan KD dalam kurikulum
Analisis yang dimaksud dalam penelitian ini 2013. Konsep ekologi dalam kurikulum 2013
adalah analisis perkembangan intelektual dan di ajarkan pada semester genap dan menempati
karakteristik belajar siswa dan tingkat kompetensi dasar 3.10. dimana KD 3.10
pengetahuan awal siswa. berbunyi “Menganalisis komponen-komponen
Inteklektual adalah orang yang ekosistem dan interaksi antar komponen
menggunakan kecerdasannya untuk bekerja, ekosistem”. Sedangkan KD 4.10 berbunyi
belajar, membayangkan, menggagas, atau “Menyajikan karya yang menunjukkan
menyoal dan menjawab persoalan tentang interaksi antar komponen ekosistem (jaring-
berbagai gagasan. Pertumbuhan otak mencapai jaring makanan, siklus Biogeokimia)”.
kesempurnaan pada usia 12-20 tahun secara Konsep-konsep yang relevan dengan KD 3.10
fungsional. Pada usia remaja mental anak telah dan KD 4.10 yaitu; (1) konsep lingkungan
dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang terdiri dari komponen biotik dan
abstrak. Dengan kata lain, berpikir operasi komponen abiotik, (2) peranan komponen
formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak serta ekosistem, (3) interaksi yang meliputi pola
sistematis dan ilmiah dalam memecahkan interaksi antara komponen biotik dengan biotik
masalah daripada berpikir konkret. Mar’at dan pola interaksi antara komponen biotik
(2005) dalam Madeamin (2016) mengatakan dengan abiotik (saling ketergantungan antar
bahwa tahap ini anak sudah berpikir secara komponen dalam ekosistem), (4) siklus
abstrak dan hipotesis serta mampu memikirkan biogeokimia.
sesuatu yang akan terjadi. Kemampuan
kognitif terus berkembang selama masa SMA. Desain Awal Modul (Design)
Akan tetapi, tidak semua perubahan kognitif Pada tahap ini dilakukan perancangan
pada masa SMA tersebut mengarah pada modul pembelajaran berbasis pendekatan
peningkatan potensi. Kadang-kadang beberapa saintifik. Kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini adalah mendesain produk awal modul b. Uji coba produk
pembelajaran. Penyusunan desain awal modul Uji coba pemakaian modul
pembelajaran melalui tahapan-tahapan sebagai pembelajaran biologi berbasis pembelajaran
berikut; 1) menetapkan kerangka bahan yang saintifik dilakukan kepada 38 siswa kelas X
akan disusun. 2) penyusunan instrumen MIA 3 SMA Negeri 1 Bajeng Barat. Angket
penilaian. Selain menetapkan penyusunan respon siswa diisi oleh siswa dan guru setelah
kedua komponen tersebut pada tahap desain kegiatan pembelajaran selesai. Siswa
awal modul, juga ditetapkan tujuan akhir yang mengerjakan soal tes hasil belajar setelah dua
berisi kemampuan yang harus dikuasai oleh kali tatap muka (6x45 menit) di kelas.
siswa, garis-garis besar atau outline substansi Keseluruhan hasil uji coba dianalisis dan
atau materi untuk mencapai tujuan yang telah hasilnya menjadi dasar perbaikan modul
ditetapkan, yaitu komponen-komponen pembelajaran untuk draft akhir.
kompetensi dasar (KD), dan tugas tugas yang
akan di selesaikan oleh siswa. 1. Analisis data kepraktisan modul
pembelajaran
Pengembangan (Develop) Indikator yang digunakan untuk
Tahap ini bertujuan untuk menentukan kepraktisan modul pembelajaran
menghasilkan modul pembelajaran yang layak yaitu; (1) keterlaksanaan pembelajaran, (2)
digunakan dalam kegiatan pembelajaran di respon siswa dan guru. Hasil analisis data
kelas. Rancangan awal modul pembelajaran kepraktisan modul pembelajaran setelah
(draft I) diberikan kepada ahli/pakar untuk ujicoba dilaksanakan adalah:
dinilai, yang selanjutnya perangkat tersebut
direvisi dengan memperhatikan saran/masukan a. Keterlaksanaan pembelajaran.
dari ahli/pakar. Hasil analisis keterlaksanaan
pembelajaran untuk setiap aspek pengamatan
a. Penilaian modul adalah, Nilai rata-rata validitas (𝑋̅) untuk aspek
Penilaian modul pembelajaran ini sintaks pembelajaran adalah 𝑋̅ = 3,8.
dilakukan pada aspek kelayakan isi dan Berdasarkan kriteria keterlaksanaan , nilai ini
penyajian, aspek bahasa dan penyajian, dan termasuk dalam kategori “terlaksana cukup
aspek kegrafikan. Berdasarkan hasil analisis baik/sedang” (3 ≤ 𝑋̅ ≤ 4), Nilai reliabilitas
dapat diketahui rerata ke tiga komponen untuk aspek ini adalah PA = 75%. Nilai ini
penilaian yaitu komponen kelayakan isi dan termasuk dalam kategori “Reliabel” (PA ≥
penyajian dengan rata-rata (Va) 4,03, 75%). Nilai rata-rata validitas (𝑋̅) untuk aspek
berdasarkan ketentuan nilai ini dikatakan valid interaksi sosial adalah 𝑋̅ = 4. Berdasarkan
(3,5≤ Va<4,5). Komponen kelayakan bahasa kriteria keterlaksanaan, nilai ini termasuk
dan penyajian dengan rata-rata (Va) 4,32, dalam kategori “terlaksana baik atau tinggi” (4
berdasarkan ketentuan nilai ini dikatakan valid ≤ 𝑋̅ ≤ 5). Nilai reliabilitas untuk aspek ini
(3,5≤ Va<4,5). Komponen kegrafikan dengan adalah PA = 100%. Nilai ini termasuk dalam
rata-rata (Va) 4,14, berdasarkan ketentuan kategori “Reliabel” (PA ≥ 75%). Nilai rata-rata
nilai ini dikatakan valid (3,5≤ Va<4,5). Dari validitas (𝑋̅) untuk aspek prinsip reaksi adalah
besaran angka yang didapat rerata total sebesar 𝑋̅ = 4. Berdasarkan kriteria keterlaksanaan,
4.16 (3,5≤ Va<4,5) sehingga dapat nilai ini termasuk dalam kategori “terlaksana
disimpulkan bahwa modul pembelajaran baik atau tinggi” (4 ≤ 𝑋̅≤ 5). Nilai reliabilitas
biologi pada konsep ekologi dinilai valid dan untuk aspek ini adalah PA = 80%. Nilai ini
layak untuk digunakan. termasuk dalam kategori “Reliabel” (PA ≥
Berdasarkan hasil validasi dan 75%). Nilai rata-rata validitas (𝑋̅) untuk aspek
saran/masukan dari ahli dilakukan
pendukug adalah 𝑋̅ = 4,63. Berdasarkan
perbaikan/revisi pada modul pembelajaran kriteria keterlaksanaan, nilai ini termasuk
(draft I), sehingga dihasilkan modul dalam kategori “terlaksana baik atau tinggi” (4
pembelajaran hasil revisi (draft II).
≤ 𝑋̅≤ 5). Nilai reliabilitas untuk aspek ini
Selanjutnya, modul pembelajaran hasil revisi
adalah PA = 75%. Nilai ini termasuk dalam
(darft II) diujicobakan dalam kegiatan
kategoori “Reliabel” (PA ≥ 75%). Nilai rata-
pembelajaran di kelas.
rata validitas (𝑋̅) untuk keseluruhan aspek
adalah 𝑋̅ = 4,13. Berdasarkan kriteria
keterlaksanaan, nilai ini termasuk dalam berbasis pendekatan saintifik yang
kategori “terlaksana baik atau tinggi” (4 ≤ 𝑋̅≤ dikembangkan memenuhi kriteria kevalidan.
5). Nilai reliabilitas untuk aspek ini adalah PA Meskipun begitu, terdapat beberapa saran dan
= 82,5%. Nilai ini termasuk dalam kategoori masukan dari ahli untuk dilakukan revisi kecil
“Reliabel” (PA ≥ 75%). agar modul pembelajaran yang dikembangkan
mejadi lebih baik.
b. Respon siswa dan guru Modul pembelajaran biologi berbasis
Hasil data respon siswa terhadap uji pendekatan saintifik yang dikembangkan dapat
coba penggunaan modul pembelajaran biologi dikatakan valid jika semua ahli yang
berbasis pembelajaran saintifik pada konsep memvalidasi menyatakan valid. Pendapat ini
ekologi dalam proses pembelajaran biologi didukung oleh hasil penelitian Sawitri, et al.
didapatkan hasil yang baik dengan total (2014) yang menyatakan bahwa modul
persentase lebih dari 50% siswa memberikan pembelajaran yang berkualitas dan layak
respon positif terhadap modul pembelajaran digunakan jika telah memenuhi standar
biologi berbasis pendekatan saintifik pada kevalidan yang dinilai oleh ahli dan pakar.
konsep ekologi yaitu 84,23 %. Hal ini Selain itu Hala, et al. (2015) menyatakan
menunjukan bahwa siswa memiliki respon validasi telah memenuhi kriteria kevalidan jika
yang positif. Kemudian hasil data respon dua dalam hal ini instrumen yang dikembangkan
orang guru terhadap modul pembelajaran telah didasari pada kajian rasional teoritik yang
biologi berbasis pendekatan saintifik pada kuat serta memiliki konsistensi secara internal.
konsep ekologi didapatkan hasil yang baik
dengan rata-rata persentase kategori kuat dan 2. Kepraktisan Modul Pembelajaran
sangat kuat lebih dari 50% yaitu 88,7%. Hal a. Keterlaksanaan pembelajaran
ini menunjukan bahwa guru memiliki respon Berdasarkan kriteria keterlaksanaan
yang positif terhadap modul pembelajaran pembelajaran menggunakan modul berbasis
biologi berbasis pendekatan saintifik pada pendekatan saintifik diperloleh nilai rata-rata
konsep ekologi. total 4,13 dan persentase of agreement sebesar
82,5%, yang berarti keterlaksanaan
2. Analisis data keefektifan modul pembelajaran menggunakan modul
pembelajaran pembelajaran berbasis saintifik terlaksanan
Berdasarkan kriteria ketuntasan dengan baik atau tinggi dan siswa terlibat aktif
minimal di sekolah SMA Negeri 1 Bajeng dalam pembelajaran. Selain itu, tampak bahwa
Barat, seorang siswa dikatakan berhasil dalam modul yang dikembangkan mampu
belajar jika memperoleh nilai minimal 75. mengarahkan siswa untuk terlibat aktif dan
Pembelajaran dikatakan berhasil secara berinteraksi dengan temannya serta
klasikal jika minimal 80% siswa mencapai berinteraksi dengan guru untuk menyampaikan
skor minimal 75.dari hasil uji coba, terdapat 32 dan memecahkan permasalahan atau
siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan pertanyaan yang berkaitan dengan isi materi
minimal (KKM) dengan persentase klasikal modul pembelajaran. Jadi modul pembelajaran
84,21%, sedangkan terdapat 6 orang siswa yang dikembangkan telah memenuhi syarat
yang belum tuntas dengan persentase 15,8%. kepraktisan. Oleh karena itu modul
Dari hasil tersebut karena persentase secara pembelajaran yang dikembangkan praktis
klasikal (84,2%) lebih besar dari pada untuk digunakan dalam pembelajaran. Hal ini
ketentuan ketuntasan klasikal (80%) dapat didukung oleh Ismail (2013) yang menyatakan
disimpulkan bahwa kelas uji coba yang bahwa keterlaksanaan pembelajaran yang baik
menggunakan modul pembelajaran sebagai adalah jika derajat keterlaksanaan
bahan ajar tuntas secara klasikal. pembelajaran yang dicapai tersebut minimal
berkategori tinggi atau baik.
PEMBAHASAN
1. Kevalidan perangkat pembelajaran b. Respon siswa dan respon guru
Berdasarkan penilaian ahli dan pakar Respon siswa terhadap kegiatan
terhadap modul diperoleh nilai rata-rata pembelajaran menggunakan modul
keseluruhan 4,16 dengan kategori “valid”, ini pembelajaran menunjukkan kategori respon
menunjukkan bahwa modul pembelajaran positif, dimana dari total 20 pertanyaan
terdapat 14 pertanyaan dengan respon sangat
kuat dan 4 pernyataan dengan respon kuat. memungkinkan untuk mengukur penguasaan
Rata-rata dari setiap pernyataan adalah 84,23% peserta didik, terdapat rangkuman materi
sehingga respon siswa terhadap modul pembelajaran dan memuat materi
pembelajaran dapat dikatakan positif. Selain pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit
itu, respon guru didapatkan rata-rata persentase yang kecil, sehingga memudahkan dipelajari
kategori kuat dan sangat kuat sebesar 88,7% secara tuntas. Self contained, pada modul
sehingga respon guru terhadap modul ekologi berbasis pendekatan saintifik yang
pembelajaran dapat dikatakan positif. dikembangkan terdapat materi pokok, yaitu
Respon positif siswa terhadap modul ekologi yang telah dibagi menjadi dua topik
pembelajaran disebabkan karena siswa utama, yaitu 1) Komponen ekosistem, interaksi
dilibatkan secara langsung dalam proses antar komponen dalam ekosistem, dan aliran
pembelajaran melalui kegiatan 5 M energi, dan 2) Siklus biogeokimia untuk
(mengamati, menanya, ngumpulkan informasi, mencapai kompetensi inti dan kompetensi
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan), dasar sesuai dengan Kurikulum 2013. Stand
sedangkan selama ini siswa cenderung pasif alone, modul yang dikembangkan telah dapat
dan sekedar menerima informasi dari guru berdiri sendiri ditunjukkan salah satunya
sehingga siswa kaya akan teori tetapi lemah terdapat pada lembar kerja siswa mulai dari
dalam pengaplikasiannya. mengamati hingga mengkomunikasikan siswa
Selain itu respon positif siswa terhadap dapat melaksanakan seluruh kegiatan
modul pembelajaran juga disebabkan karena pembelajaran 5M tanpa menggunakan bahan
terdapat petunjuk penggunaan modul ajar/media lain pada modul. Adaptive, pada
pembelajaran sehingga mereka mampu bagian ini modul memiliki daya adaptasi
melakukan pembelajaran secara mandiri, siswa terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
memahami langkah kerja yang terdapat dalam Terakhir, yaitu User friendly pada modul
lembar kegiatan siswa karena didukung oleh ekologi berbasis pendekatan saintifik yang
bahasa dan petunjuk yang mampu menuntun dikembangkan telah dapat bersahabat dengan
mereka untuk melakukan kegiatan, terdapat pengguna (siswa) karena pada modul terdapat
gambar atau ilustrasi yang dapat diamati untuk instruksi dan paparan informasi yang bersifat
memudahkan siswa dalam memahami membantu dan bersahabat dengan pemakainya.
pelajaran, terdapat informasi pendukung yang
dapat menambah pengetahuan mereka, dan 1. Keefektifan Modul Pembelajaran
terdapat soal-soal latihan untuk meningkatkan Tahapan terakhir untuk mengetahui
pengetahuan dan soal-soal untuk melakukan efektivitas penggunaan modul pembelajaran
asesmen secara mandiri. biologi berbasis pendekatan saintifik adalah
Dalam pengembangan modul ini, menerapkan rencana pembelajaran dan modul
selain berpedoman pada pedoman penulisan yang telah disusun kedalam uji coba
modul Departemen Pendidikan Nasional pemakaian dalam proses pembelajaran. Proses
(2008) tentang pengembangan bahan ajar, pembelajaran pada pendekatan saintifik adalah
pengembangan modul ini juga memperhatikan memberikan peluang dan kesempatan kepada
karakteristik modul yang terdiri atas lima peserta didik untuk mencari tahu dan
karakteristik modul, yaitu self instruction, self menumbuhkan rasa ingin tahunya melalui
contained, stand alone, adaptive, dan user kegiatan 5 M (mengamati, menanya,
friendly (Ditjen PMPTK, 2008; Rahdiyanta, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
2012; Sawitri, et al.,2014), sehingga dengan menginformasikan (Permendikbud No. 103
adanya karakteristik ini dalam modul dapat Tahun 2014).
menuntun dan membantu siswa dalam proses Keefektifan modul pembelajaran
pembelajaran. Sebagai contoh telah terdapat biologi ini dapat diketahui dengan melihat
lima kesesuaian modul terhadap karakteristik hasil belajar peserta didik. Berdasarkan hasil
modul yang terdapat dalam modul belajar peserta didik kelas X diperoleh 32
pembelajaran biologi berbasis pendekatan siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal
saintifik pada konsep ekologi, yaitu self (75) sedangkan 6 siswa lainnya belum
instruction, terdapat beberapa kalimat perintah mencapaik KKM. Alasan 6 siswa tidak
yang mudah untuk dipahami, terdapat soal-soal mencapai KKM dikarenakan. Peserta didik
latihan, tugas dan sejenisnya yang tersebut tidak konsentrasi penuh dalam
mengikuti proses pembelajaran serta adanya
faktor-faktor lainnya yang menghambatnya peserta diklat belajar mandiri sesuai
dalam menerima atau melakukan aktifitas kemampuan dan minatnya sehingga modul
dalam modul pembelajaran. Hal ini menunjuk dapat menggantikan peran guru dalam proses
pada 84,21 % siswa telah mengalami pembelajaran.
ketuntasan hasil belajar secara klasikal. Suatu Selain keunggulan yang dimiliki
modul pembelajaran dinyatakan efektif apabila modul, bila dikaitkan dengan pendekatan
80% siswa yang mengikuti pembelajaran saintifik, pendekatan saintifik pada kurikulum
mampu mencapai nilai acuan yang telah 2013 dapat melatih peserta didik untuk lebih
ditetapkan sebelumnya (Hobri. 2010). mandiri, kreatif dan inovatif. Melaui konsep
Berdasarkan hal tersebut, kelas uji 5M, peserta didik dididik untuk dapat mencari
coba setelah diberikan perlakuan dengan informasi, menemukan, menyampaikan
pemberian bahan ajar modul pembelajaran pendapat didepan kelas, mengevaluasi dan
berbasis saintifik tuntas secara klasikal. Jadi, menarik kesimpulan secara aktif dan mandiri,
pembelajaran dengan menggunakan modul sehingga peserta didik dapat mengkonstruk
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik pengetahuannya sendiri.
pada konsep ekologi yang telah dikembangkan Pembelajaran dengan modul membuat
dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa aktif, berfikir kreatif dan membantu
siswa. Hal ini terjadi karena di dalam modul siswa menemukan konsep. Hal ini sesuai
terdapat kegiatan-kegiatan yang dapat dengan teori belajar Bruner yang menyatakan
mendukung siswa dalam proses pembelajaran bahwa proses belajar akan berjalan dengan
dengan pendekatan berbasis saintifik, siswa baik jika guru memberikan kesempatan kepada
terlibat aktif dalam melakukan percobaan atau siswa untuk menemukan konsep, teori, ataupun
menganalisis guna mengumpulkan data atau pemahaman melalui contoh-contoh yang
informasi serta mendiskusikan hasil dijumpainya (Budiningsih, 2012). Hasil yang
pengamatan atau analisisnya untuk menarik diperoleh sejalan dengan hasil penelitian
kesimpulan, sehingga dalam pembelajaran Novianty, et al. (2013), yaitu modul yang
terjadi proses konstruksi pengetahuan pada diri disusun berdasarkan pendekatan saintifik yang
siswa. dikenal dengan 5M efektif meningkatkan hasil
Alasan kuat mengapa modul belajar siswa dan persepsi siswa terhadap isi
pembelajaran biologi berbasis pendekatan modul serta pembelajaran dengan bantuan
saintifik efektif untuk meningkatkan hasil modul sangat positif.
belajar siswa adalah melihat beberapa Pada tahap mengamati, siswa
keunggulan pembelajaran dengan sistem difasilitasi untuk melakukan pengamatan
modul dikemukakan sebagai berikut: 1) dengan kegiatan membaca, menyimak, melihat
berfokus pada kemampuan individual peserta apa yang disajikan pada kegiatan pendahuluan
didik, karena pada hakekatnya mereka modul. Pada tahap ini siswa menghubungkan
memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri pengetahuan awal yang dimiliki dengan
dan lebih bertanggung jawab atas tindakan- fenomena yang sekarang dihadapi. Kegiatan
tindakannya, 2) adanya kontrol terhadap hasil mengamati sangat bermanfaat bagi
belajar melalui penggunaan standar penumbuhan rasa ingin tahu peserta didik,
kompetensi dalam setiap modul yang harus sehingga proses pembelajaran memiliki
dicapai oleh peserta didik, 3) kesesuaian kebermaknaan yang tinggi (Majid & Rochman,
kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan 2014). Kegiatan mengamati juga dapat melatih
dan cara pencapaiannya, sehingga peserta kesungguhan dan ketelitian peserta didik
didik dapat mengetahui keterkaitan antara (Hosnan. 2014). Hal ini sesuai dengan
pembelajaran dan hasil yang akan pernyataan Piaget yang menyatakan bahwa
diperolehnya. Hal ini sejalan dengan yang di ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran
ungkapkan Rahdiyanta (2012) keunggulan seorang anak dengan kegiatan asimilasi,
modul dalam proses pembelajaran adalah akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah
modul mampu mengatasi keterbatasan waktu, pemaduan data baru dengan stuktur kognitif
ruang, dan daya indera, baik siswa atau peserta yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian
diklat maupun guru/instruktur, meningkatkan struktur kognitif terhadap situasi baru, dan
motivasi dan gairah belajar bagi siswa atau equilibrasi ialah penyesuaian kembali yang
peserta diklat, dan memungkinkan siswa atau
terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan
(Budiningsih, 2012). menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan
Pada tahap menanya, siswa difasilitasi sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat
untuk mengidentifikasi dan menuliskan hal-hal diobservasi untuk memperoleh simpulan
yang tidak dipahami pada kegiatan mengamati berupa pengetahuan sehingga pengalaman-
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pengalaman yang sudah tersimpan di memori
sederhana pada modul. Hal ini sesuai dengan otak berelasi dan berinteraksi dengan
pandangan dasar dalam kurikulum 2013 bahwa pengalaman sebelumnya. Setelah menemukan
pembelajaran harus berkenaan dengan keterkaitan antar informasi dan menemukan
kesempatan yang diberikan kepada peserta berbagai pola dari keterkaitan tersebut,
didik untuk mengkonstruksi pengetahuan selanjutnya secara bersama-sama dalam satu
dalam proses kognitifnya (Hosnan. 2014). kesatuan kelompok, atau secara individual
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam membuat kesimpulan.
kegiatan ini adalah mengembangkan Pada tahap mengkomunikasikan, siswa
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan menyampaikan hasil pengamatan atau
merumuskan pertanyaan untuk membentuk kesimpulan secara tulisan pada lembaran yang
pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas telah disediakan pada modul atau secara lisan
dan belajar sepanjang hayat (Permendikbud melalui persentasi di kelas. Melalui kegiatan
Nomor 81A Tahun 2013). mengkomunikasikan siswa mengembangkan
Pada tahap mengumpulkan informasi, sifat jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir
pada modul ini disediakan lembar kegiatan sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
siswa yang berisi petunjuk praktikum dan singkat dan jelas dan mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa kemampuan berbahasa yang baik dan benar
untuk dapat membangun konsep berdasarkan (Permendikbud Nomor 81A Tahun
rumusan masalah yang diajukan pada setiap 2013).Pendekatan saintifik mempermudah
kegiatan/pertemuannya. . Pada tahap ini siswa untuk memahami materi yang
diharapkan siswa mengembangkan sikap teliti, disampaikan dan lebih membuat siswa untuk
jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, bertindak aktif (Purwaningsih, et al., 2014).
kemampuan berkomunikasi, menerapkan Selain itu adanya tes formatif dan
kemampuan mengumpulkan informasi melalui kunci jawaban yang ada pada modul bertujuan
berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan untuk membantu siswa untuk menguji
kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat kemampuannya sendiri terhadap materi yang
(Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013). telah dipelajarinya. Menurut Rahdiyanta
Kegiatan ini membuat proses pembelajaran (2012) tes ini sebagai bahan pengecekan bagi
menjadi efektif, karena semua siswa di dalam peserta didik dan guru untuk mengetahui
kelompoknya melakukan aktivitas sesuai sejauh mana penguasaan hasil belajar yang
dengan penuntun dalam modul pembelajaran, telah dicapai, sebagai dasar untuk
diskusi dan berintekrasi dengan guru dan melaksanakan kegiatan berikut. Dengan
temannya dalam menyelesaikan lembar demikian siswa bisa mendapat feedback
kegiatan tersebut. Menurut teori asosiasi, secepat mungkin dan dapat belajar sendiri atau
proses pembelajaran akan berhasil secara dengan bimbingan guru seminimal mungkin
efektif jika terjadi interaksi langsung antara yang akhirnya akan berpengaruh terhadap
pendidik dengan peserta didik (Hosnan. 2014). peningkatan hasil belajar siswa.
Jika siswa tidak mencapai KKM, siswa dapat
mengulang kembali mengerjakan lembar KESIMPULAN DAN SARAN
kegiatan tersebut sampai siswa tersebut merasa Modul pembelajaran biologi pada
puas dengan nilai yang diperolehnya. konsep ekosistem dikembangkan
Pada tahap mengasosisasi siswa menggunakan model 4-D yang terdiri dari
diarahkan mengolah informasi-informasi yang empat tahap yaitu define, design, develop dan
didapatkan pada tahap sebelumnya yaitu tahap dessiminate. Modul pembelajaran biologi
mengumpulkan informasi sampai kepada berbasis pendekatan saintifik memiliki nilai
proses penarikan kesimpulan secara mandiri validitas = 4,16 dengan kategori valid, dengan
ataupun bersama dengan teman-temannya. begitu modul pembelajaran biologi pada
Dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 konsep ekologi memenuhi kriteria kevalidan.
Keterlaksanaan pembelajaran diperloleh nilai Pembelajaran Biologi Berbasis
rata-rata 4,13 dan persentase of agreement Pendekatan Saintifik Pada Konsep
sebesar 82,5%, yang berarti keterlaksanaan Ekosistem Bagi Siswa Sekolah
pembelajaran menggunakan modul
Menengah Pertama. Journal of EST,
pembelajaran berbasis saintifik terlaksana
dengan baik dan siswa terlibat aktif dalam Volume 1 Nomor 3: 85-96.
pembelajaran. Perolehan respon siswa terhap Hobri. 2010. Metodologi Penelitian
modul pembelajaran dengan persentase rata- Pengembangan (Aplikasi Pada
rata kategori kuat dan kuat adalah 84,23% dan Penelitian Pendidikan Matematika).
respon guru sebesar 88,7% sehingga dapat Jember: Pena Salsabila.
disimpulkan respon siswa dan guru adalah Hosnan. 2014. Implementasi Saintifik dan
positif, dengan begitu modul pembelajaran
Kontekstual dalam Pembelajaran
biologi berbasis pendekatan saintifik
memenuhi kriteria kepraktisan. Modul Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik Ismail. 2013. Pengembangan Model
pada konsep ekosistem memenuhi kriteria Pembelajaran IPA Terintegrasi Nilai
keefektifan, hal ini berdasarkan pada Karakter di Sekolah Dasar. Disertasi,
pencapaian ketuntasan belajar secara klasikal Makassar. PPS-UNM.
dengan persentase ketuntasan 84,2%. Kemendikbud. 2013. Implementasi Kurikulum
Disarankan kepada peneliti selanjutnya 2013. Jakarta: Kementerian
untuk melakukan ujicoba dalam skala luas agar Pendidikan dan Kebudayaan.
dihasilkan modul pembelajaran yang lebih Lampiran Permendikbud No 65. 2013. Standar
baik. Disarankan kepada peneliti lain untuk Proses Pendidikan Dasar dan
dapat mengambangkan modul pembelajaran Menengah. (online)
berbasis pendekatan saintifik pada konsep http://vokasi.unud.ac.id/wp-
yang lain. content/uploads/2014/08/03-b-salinan-
lampiran-permendikbud-no-65-th-
DAFTAR PUSTAKA 2013-ttg-standar-proses.pdf . diakses 6
oktober 2016.
Budiningsih, A. 2012. Belajar dan Madeamin, S. 2016. The development of
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka indosesian language learning
Cipta. materials based on local excellence of
Depdiknas. 2008a. Pengembangan Bahan the first grade students at SMA Negeri
Ajar. Jakarta: Depdiknas. 3 Palopo. Unpublished dissertation.
Dewi, A. P., Sarwanto., & Prayitno, B. A. Makassar: PPs Universitas Negeri
2014. Pengembangan Modul Makassar
IpaTerpadu Untuk Smp/Mts Berbasis Majid, A & Rochman, C. 2014. Pendekatan
Eksperimen Pada Tema Fotosintesis Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum
Untuk Memberdayakan Keterampilan 2013. Bandung: PT Remaja
Proses Sains. Jurnal Inkuiri, Rosdakarya.
Vol 3, No. III, (hal 30-40). Mulyasa, E. 2003. Konsep, Karakteristik,
Ditjen PMPTK. 2008. Penulisan Modul. Implementasi, dan Inovasi Kurikulum
Jakarta: Ditjen PMPTK Depdiknas. Berbasis Kompetensi. Bandung: PT
Esmiyati., Haryati, S., & Purwantoyo, E. 2013. Remaja Rosdakarya.
Pengembangan Modul IPA Terpadu Novianty, I., Sulistina, O., & Zakia, N. 2013.
Bervisi SETS (Science, Environtment, Efektivitas Penerapan Modul Materi
Technology, and Society) Analisis Elektrokimia Berbasis Inkuiri
Pada Tema Ekosistem. Unnes Science Terbimbing Terhadap Hasil Belajar
Education 2(1): 180-187. Dan Persepsi Siswa Kelas Xi Semester
Hala, Y., Saenab, S., Kasim. S. 2015. 1 Kompetensi Keahlian Kimia Analisis
Pengembangan Perangkat
Smkn 7 Malang: Universitas Negeri teknik-penyusunan-modul.pdf. diakses
Malang. 10 oktober 2016.
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Sawitri, D. W., Ambarwati, R., & Wisanti.
Kompetensi Inti Dan Kompetensi 2014. Pengembangan Modul
Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Keanekaragaman Hayati Berbasis
Pada Pendidikan Dasar Dan Pendekatan Saintifik Untuk Siswa
Pendidikan Menengah. Jakarta: Kelas X Sma. BioEdu Berkala Ilmiah
Kementrain Pendidikan dan Pendidikan Biologi, Vol.3 No.3.
Kebudayaan Republik Indonesia. Thiagarajan, S., Semmel, DS. Semmel, M.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan 1974. Instructional Development for
Kebudayaan Republik Indonesia Training Teachers of Exceptional
Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Childern. A Sourse Book.
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Blomington: Central for Innovation on
Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Teaching The Handicapped.
Kementrain Pendidikan dan Wenno, I. H. 2010. Pengembangan Model
Kebudayaan Republik Indonesia. Modul IPA Berbasis Problem Solving
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Method Berdasarkan Karakteristik
lampiran IV tentang Implementasi Siswa dalam Pembelajaran di
Kurikulum Pedoman Umum SMP/MTS. Cakrawala Pendidikan.
Pembelajaran. Jakarta: (online) No.2. 176-188.
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Per
mendikbud81A-
2013ImplementasiK13Lengkap.pdf. di
akses 5 oktober 2016.
Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar
Dan Pendidikan Menengah. Jakarta :
Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Purwaningsih, E., Fadiawati, N., & Kadaritna,
N. 2014. Penggunaan Pendekatan
Scientific pada Pembelajaran
Kesetimbangan Kimia dalam
Meningkatkan Keterampilan
Elaborasi. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Kimia. Vol. 3 No. 1 hal:
1-14.
Purwanto., Rahadi, A., & Lasmono, S. 2007.
Pengembangan Modul. Jakarta: Pusat
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pendidikan (PUSTEKKOM)
Depdiknas.
Rahdiyanta, D. 2012. Teknik Penyusunan
Modul. Artikel. (Online)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/
penelitian/dr-dwi-rahdiyanta-mpd/20-

You might also like