You are on page 1of 9

Jurnal Bimbingan dan Konseling Borneo, 2(1) 2020, 1-9

http://ojs.borneo.ac.id/ojs/index.php/JBKB
ISSN 2685-0753 (cetak)
ISSN 2685-2039 (online)

BAHAYA LABELING NEGATIF TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI


PADA ANAK TUNALARAS DENGAN TIPE GANGGUAN PERILAKU
(CONDUCT DISORDER) DALAM PERSPEKTIF
KONSELING LINTAS BUDAYA

Angga Yuda Meilanda


Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang
anggayudam@gmail.com

Abstract
Negative labeling is a form of negative stigma given by individuals or groups to other
individuals or groups through a negative assessment of the deficiencies they have.
Someone who is labeled will experience a change in role and tend to behave like the label
given to him. One of them is tunalaras children who often get negative labels from people
around because they experience obstacles in the development of emotional, social or both
aspects, so that behavior tends to deviate, not in accordance with the age and demands of
social norms prevailing in the environment. In this study, we will discuss the effects and
dangers of negative labeling on children with disabilities with the type of conduct
disorder on the formation of self-concept seen from a cross-cultural counseling
perspective. If the problem is viewed through a cross-cultural perspective, negative
labeling is an act that can cause social inequalities, for that children with conduct
disorder really need cross-cultural counseling where cross-cultural counseling plays a
role in helping the process of defining goals that are consistent with life experiences and
values. the child's cultural values, recognizing the child's identity to include individual,
group, and universal dimensions, supporting universal use and cultural specific
strategies and roles in the healing process, and balancing the importance of
individualism and collectivism in the assessment, diagnosis, and treatment of clients and
client systems.

Keywords : tunalaras, conduct disorder, negative labeling, cross-cultural counseling

1. PENDAHULUAN mereka miliki, labeling cenderung


Labeling negatif merupakan suatu diberikan pada orang yang memiliki
bentuk stigma negatif yang diberikan penyimpangan perilaku yang tidak sesuai
oleh individu atau kolompok pada dengan norma di masyarakat. Memberi
individu maupun kelompok lain melalui labeling berarti menciptakan gambaran
penilaian negatif dari kekurangan yang diri yang negatif, kondisi ini merupakan

1
2

bentuk ekstrim dari terlalu keterampilan dan apabila anak tidak


menggeneralisasi. Distorsi kognitif diberi kesempatan mempelajari
seperti ini ialah menganggap bahwa nilai keterampilan tertentu. Bagi anak yang
individu terletak pada kesalahan yang masih membutuhkan penguatan dan
dibuatnya, bukan pada kelebihan potensi motivasi dari orang tua tentu menjadikan
dirinya. modal dia untuk terus berkembang.
Individu yang mendapat label Sebaliknya anak yang diberi label negatif
tersebut akan mengalami perubahan menjadikan dirinya persepsi diri akan
peranan dan cenderung akan berlaku konsep diri yang lemah terlebih jika
seperti label yang diberikan kepadanya. diberikan kepada anak tunalaras. Jacinta
Ketika seorang anak yang diberi label (dalam Murmanto, 2007) mengartikan
negatif berdampak pada ekspektasinya konsep diri secara umum sebagai
diri bukan hanya terkait pendidikan keyakinan, pandangan atau penilaian
namun juga berdampak pada seseorang terhadap dirinya.
perkembangan psikologisnya dan Anak tunalaras termasuk dari anak
konsep dirinya misalnya seorang anak berkebutuhan khusus. Kebutuhan
diberi label “nakal” maka ia pada khususnya terletak pada hambatan
akhirnya akan menjadi anak yang nakal. mereka dalam mengontrol emosi dan
Sejalan dengan pendapat diatas pada perilaku, sehingga menghambat
penelitian yang dilakukan oleh (Shifrer, hubungan sosial. Pada istilah
2013), dampak dari labeling negatif juga internasional, anak tunalaras disebut
berpengaruh pada harapan anak yang sebagai Children with BESD
diberi label negatif, pada penelitian (Behavioral, Emotional, and Social
tersebut mengatakan bahwa labeling Disorder) (Knowles & Cole, 2011).
negatif menjadikan harapan pendidikan Istilah tersebut menggambarkan kondisi
yang rendah pada anak yang diberi label emosi dan perilaku yang bermasalah
negatif. Ketika seorang anak yang diberi tampak dalam hubungan interpersonal,
label negatif berdampak pada hubungan sosial, dan bahkan
ekspektasinya diri bukan hanya terkait menggambarkan masalah mereka dalam
pendidikan namun juga berdampak pada mengelola diri sendiri.
penurunan harapan akademik yang dia Salah satu tipe gangguan tunalaras
miliki dan penurunan motivasi adalah gangguan perilaku (conduct
akademik. disorder). Conduct disorder adalah salah
Hal ini juga sesuai dengan satu klasifikasi anak berkebutuhan
pernyataan (Hurlock, 2001) bahwa awal khusus tunalaras. Conduct disorder
masa kanak-kanak dapat dianggap diidentifikasi dengan sering terjadinya
sebagai “saat belajar” untuk diberi perilaku antisosial seperti agresi,
3

pencurian, vandalisme, dan pembolosan penggunaan universal dan strategi dan


(Davison & Neale, 1990). Gangguan peran khusus budaya dalam proses
perilaku berbeda dari perilaku kenakalan penyembuhan, dan menyeimbangkan
biasa berdasarkan beberapa kriteria, pentingnya individualisme dan
yakni pola dan bentuk perilaku yang kolektivisme dalam penilaian, diagnosis,
khas dan berbeda dari anak seusianya, dan perawatan klien dan sistem klien
frekuensi yang lebih sering, dan durasi (Sue & Torino, 2005).
yang lebih lama (Shepherd, 2010).
Perilaku bermasalah pada anak dengan 2. METODE PENELITIAN
gangguan perilaku meliputi perilaku Metode yang digunakan dalam
agresif, merusak (destruktif), menipu, menjawab pertanyaan serta mencapai
dan atau berbohong sebelum berusia 18 tujuan dari pembahasan artikel adalah
tahun (Glicken, 2009). Karakteristik dengan studi literasi/kajian pustaka.
gangguan perilaku menyebabkan mereka Pustaka yang menjadi rujukan
mengalami masalah dalam hubungan pembahasan dan pencapaian tujuan
sosial dengan teman dan guru, masalah penulisan artikel adalah terkait dengan
dalam rutinitas pembelajaran, dan tunalaras, conduct disorder, label
berisiko mengalami kerugian atau negatif, dan konseling lintas budaya.
kecelakaan fisik karena peri-laku Literasi yang digunakan dan dirujuk
bermasalah yang mereka lakukan sebagai analisa dan pembahasan
(Mahabbati, 2014). tema/topik adalah bersumber dari buku,
Labeling negatif bahkan penolakan jurnal/artikel, manuskrip dan beberapa
pada anak yang mengalami gangguan regulasi yang terkait dengan topik
tersebut, bukannya masalah pada anak pembahasan.
akan terselesaikan namun akan
bertambah parah karena akan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
mengganggu proses pembentukan Labeling Negatif
konsep dirinya, untuk itu anak dengan Labeling negatif merupakan suatu
gangguan perilaku sangat membutuhkan bentuk stigma negatif yang diberikan
konseling lintas budaya di mana oleh individu atau kolompok pada
konseling lintas budaya berperan untuk individu maupun kelompok lain melalui
membantu proses mendefinisikan tujuan penilaian negatif dari kekurangan yang
yang konsisten dengan pengalaman mereka miliki, hal ini serupa dengan
hidup dan nilai-nilai budaya anak Mullen (Galinsky et al., 2013) yang
tersebut, mengenali identitas anak untuk menjelaskan bahwa labeling negatif
memasukkan dimensi individu, diungkapkan dalam bentuk penghinaan
kelompok, dan universal, mendukung dan cemoohan, dan sebagai pemberi
4

stigma mereka mewakili kelompok yang menjadikan orang tersebut tidak mampu
memiliki keadaan mekanisme kontrol berkembang dengan baik, munculnya
sosial yang kuat dari pada kelompok ketegangan dan dianggap lemah karena
yang tidak diberdayakan (minoritas). merasa malu terhadap apa yang orang
Labeling cenderung diberikan pada persepsipkan pada dirinya.
orang yang memiliki penyimpangan Bagi anak yang diberi label negatif
perilaku yang tidak sesuai dengan norma tentu hal tersebut menjadi pemahaman
di masyarakat. Seseorang yang diberi baru, bahwa dirinya dianggap lemah dan
label akan mengalami perubahan peranan tidak bisa melakukan apa-apa. Seperti
dan cenderung akan berlaku seperti label yang kita ketahui bahwa anak merupakan
yang diberikan kepadanya. Ketika individu yang berkembang bagaimana
seorang anak yang diberi label negatif pembelajaran yang didapat berpengaruh
berdampak pada ekspektasinya diri signifikan pada dirinya. Tentu saja hal
bukan hanya terkait pendidikan namun tersebut menjadikan bahwa labeling
juga berdampak pada perkembangan negatif sangat berbahaya karena tekanan
psikologisnya dan konsep dirinya stres yang terjadi pada anak-anak
misalnya seorang anak diberi label berpengaruh sampai masa akhir remaja
“nakal” maka pada akhirnya akan atau secara tidak langsung berdampak
menjadi anak yang nakal. Pada pada pembentukan konsep dirinya. Hal
umumnya pemberian label negatif ini sesuai dengan apa yang disampaikan
menyimpulkan secara bahwa sosok oleh Hurlock (Hurlock, 2001)
orang yang diberi label memiliki bahwasanya awal masa kanak-kanak
gambaran diri yang negatif, padahal dapat dianggap sebagai “saat belajar”
stigma tersebut tidak sepenuhnya benar untuk diberi keterampilan. Bagi anak
karena ada alasan tertentu mengapa yang masih membutuhkan penguatan dan
seseorang anak bisa mengalami motivasi dari orang tua tentu menjadikan
gangguan tersebut. modal dia untuk terus berkembang.
Stigma atau labeling menekankan Sebaliknya anak yang diberi label negatif
bahwa individu yang memiliki menjadikan dirinya persepsi diri akan
karakteristik stigmatisasi konsep diri yang lemah.
menginternalisasi label devaluasi terkait Konsep Diri
dan mengalami emosi negatif (Mustillo Konsep diri atau self concept adalah
et al., 2013). Khususnya bagi anak yang persepi atau cara pandang seseorang
diberikan cap atau label negatif dampak terhadap dirinya sendiri yang terbentuk
dari pemberian label tersebut akan melalui pengalaman hidup, interaksi
berdampak pada konsep dirinya. kepada lingkungan dan juga pengaruh
Seseorang yang diberi label negatif dari orang-orang yang dianggap penting
5

atau memiliki otoritas di hadapannya. pembentukannya oleh Perkembangan


Menurut Burns (Anissa & Handayani, yang sedang berlangsung pada dirinya
2012) konsep diri ialah suatu gambaran tersebut.
campuran dari apa yang kita pikirkan, Anak Tunalaras Tipe Gangguan
orang-orang lain berpendapat mengenai Perilaku (Conduct Disorder)
diri kita, dan seperti apa diri yang kita Anak tunalaras termasuk dari anak
inginkan. Konsep ini merupakan berkebutuhan khusus. Kebutuhan
bayangan cermin, ditentukan sebagian khususnya terletak pada hambatan
besar oleh peran dan hubungan dengan mereka dalam mengontrol emosi dan
orang lain, dan apa yang kiranya reaksi perilaku, sehingga menghambat
orang lain terhadapnya. hubungan sosial. Pada istilah
Konsep diri mencakup citra diri fisik internasional, anak tunalaras disebut
dan psikologis. Citra diri fisik biasanya sebagai Children with BESD
berkaitan dengan penampilan, sedangkan (Behavioral, Emotional, and Social
citra diri psikologis berdasarkan atas Disorder) (Knowles & Cole, 2011).
pikiran, perasaan, dan emosi. Fondasi Istilah tersebut menggambarkan kondisi
penting dalam mencapai keberhasilan emosi dan perilaku yang bermasalah
hidup seseorang adalah konsep diri. tampak dalam hubungan interpersonal,
Bukan hanya keberhasilan dalam dunia hubungan sosial, dan bahkan
akademis, namun yang lebih penting menggambarkan masalah mereka dalam
adalah keberhasilan hidup. Orang yang mengelola diri sendiri.
memiliki konsep diri yang buruk maka Anak-anak yang mengalami
akan sulit meraih kesuksesan hidup, kesulitan dalam mengendalikan perilaku,
mereka akan menjalani hidup sebagai sering melakukan pelanggaran dan
manusia rata-rata. penyimpangan merupakan bagian dalam
Konsep diri merupakan sifat yang karakteristik anak tunalaras. Anak
unik pada manusia, sehingga dapat tunalaras merupakan salah satu kategori
digunakan untuk membedakan individu anak berkebutuhan khusus. Anak
satu dengan individu lainnya. Sikap berkebutuhan khusus tunalaras adalah
dirinya yang merupakan aktualisasi anak yang mengalami gangguan dalam
orang tersebut adalah wujud dari konsep mengendalikan emosi dan perilaku atau
diri seseorang. Manusia sebagai kontrol sosial. Pada dasarnya anak
organisme yang memiliki dorongan dengan ketunalarasan memiliki masalah-
untuk berkembang yang pada akhirnya masalah sosial dan rentan terhadap
menyebabkan ia sadar akan keberadaan hukum. Salah satu tipe gangguan
dirinya. Pada akhirnya konsep diri pada tunalaras adalah gangguan perilaku
individu tersebut terbantu (conduct disorder).
6

Conduct disorder adalah salah satu Bahaya Labeling Negatif terhadap


klasifikasi anak berkebutuhan khusus Pembentukan Konsep Diri pada Anak
tunalaras. Conduct disorder Tunalaras dengan Tipe Gangguan
Perilaku (Conduct Disorder) dalam
diidentifikasi dengan sering terjadinya
Perspektif Konseling Lintas Budaya
perilaku antisosial seperti agresi, Labeling cenderung diberikan pada
pencurian, vandalisme, dan pembolosan orang yang memiliki penyimpangan
(Davison & Neale, 1990). Gangguan perilaku yang tidak sesuai dengan norma
perilaku (conduct disorder) berbeda dari di masyarakat. Seseorang yang diberi
perilaku kenakalan biasa berdasarkan label akan mengalami perubahan peranan
beberapa kriteria, yakni pola dan bentuk dan cenderung akan berlaku seperti label
perilaku yang khas dan berbeda dari anak yang diberikan kepadanya, salah satu
seusianya, frekuensi yang lebih sering, contoh masalahnya adalah tunalaras.
dan durasi yang lebih lama (Shepherd, Tunalaras adalah mereka yang
2010). mengalami hambatan dalam
Gangguan perilaku mengacu pada perkembangan aspek emosi, sosial atau
pola antisosial yang parah dan perilaku keduanya, sehingga dalam berperilaku
agresif yang terwujud pada masa kanak- cenderung menyimpang, tidak sesuai
kanak atau remaja. Diagnosis psikiatrik dengan usia dan tuntutan norma-norma
ini telah menjadi salah satu yang paling sosial yang berlaku di lingkungannya.
banyak dipelajari dari semua gangguan Hal ini yang menjadi permasalahan
masa kecil, dan telah banyak dalam dalam masyarakat saat ini, seringkali
penelitian ini mendokumentasikan masyarakat memberikan labeling negatif,
sejumlah faktor risiko disposisi dan respon negatif bahkan penolakan pada
kontekstual yang dapat berperan dalam anak yang mengalami gangguan tersebut
etiologi gangguan ini (Frick & Dickens, sehingga bukannya masalah pada anak
2006). Gangguan perilaku adalah akan terselesaikan namun akan
masalah kesehatan mental yang kritis bertambah parah karena akan
bagi beberapa orang termasuk anak- mengganggu proses pembentukan
anak. Anak-anak dan remaja dengan konsep dirinya. Bagi anak yang masih
gangguan perilaku dapat mengorbankan membutuhkan penguatan dan motivasi
teman sebayanya pada tindakan agresif dari orang tua tentu menjadikan modal
mereka yang berakibat memiliki dia untuk terus berkembang. Sebaliknya
konsekuensi fisik dan emosional yang anak yang diberi label negatif
serius bagi teman sebaya yang mereka menjadikan dirinya persepsi diri akan
korbankan. konsep diri yang lemah terlebih jika
diberikan kepada anak tunalaras.
7

Hallahan dan Kauffman (Hanif & melakukan apa-apa, dan efek


others, 2010) menjelaskan bahwa terburuknya anak merasa bahwa dirinya
gangguan sosial, emosi dan karakteristik sebagai “sampah masyarakat” dengan
tunalaras akan mengakibatkan penolakan berbagai maca gangguan perilaku yang
sosial dalam masyarakat karena ada pada dirinya. Kita ketahui bahwa
perilakunya yang tidak sesuai dengan anak merupakan individu yang
norma-norma yang ada pada masyarakat, berkembang bagaimana pembelajaran
penolakan ini bisa terjadi mulai dari yang didapat oleh dirinya akan
orang tuanya, teman sebaya atau bahkan berpengaruh signifikan pada dirinya.
guru disekolah yang pada akhirnya Tentu saja hal tersebut menjadikan
mengakibatkan terganggunya proses bahwa labeling negatif sangat berbahaya
pembentukan konsep diri anak, anak karena tekanan stres yang terjadi pada
akan menjadi merasa bersalah dan anak-anak berpengaruh sampai masa
semakin menutup diri dari lingkungan, dewasanya atau secara tidak langsung
anak tidak menjadi tau dimana letak berdampak pada pembentukan konsep
kesalahan dan bagaimana perilaku yang dirinya.
seharusnya atau perilaku mana yang Sejalan dengan itu, konselor harus
dapat diterima masyarakat selain itu anak lebih berperan dalam perspektif lintas
juga butuh penerimaan dan rasa aman budaya untuk menepis persoalan-
dari orang disekitarnya. Kelompok persoalan labeling negatif yang selama
masyarakat yang cenderung selalu ini di seluruh wilayah khususnya di
memberi label negatif kepada anak yang Indonesia, apalagi di daerah-daerah yang
memiliki gangguan perilaku akan masih erat memegang teguh budaya dan
membuat anak menjadi akan semakin norma setempat. Masyarakat Indonesia
agresif dengan apa yang ia lakukan bersifat multietnik, maka konselor akan
dikarenakan stigma yang sudah melabeli menghadapi klien dengan berbagai latar
dia, sehingga anak akan merasa bahwa belakang budayanya, dan dengan
tidak ada dukungan dari luar untuk berbagai permasalahan yang
merubah gangguan perilaku yang sedang kemungkinan besar banyak bermuatan
dialami dan semakin membuat konsep budaya. Penerapan konseling lintas
diri pada anak tersebut tidak berkembang budaya mengharuskan konselor peka dan
sebagaimana mestinya. Seperti halnya tanggap terhadap adanya keragaman
yang telah dijelaskan pada pembahasan budaya dan adanya perbedaan budaya
sebelumnya, bahwa bagi anak yang antara kelompok klien yang satu dengan
diberi label negatif tentu hal tersebut klien lainnya. Berdasarkan fakta tersebut,
menjadi pemahaman baru, bahwa dirinya maka konselor dituntut untuk paham
dianggap lemah dan tidak bisa akan dinamika masyarakat, dan dinamika
8

budayanya. Dengan begitu konselor 4. KESIMPULAN


diharapkan bisa lebih memahami Labeling negatif merupakan suatu
perkembangan masyarakat dan budaya, bentuk stigma negatif yang diberikan
khususnya bagaimana hal itu berdampak oleh individu atau kolompok pada
pada tingkah laku orang. Juga dituntut individu maupun kelompok lain melalui
untuk terampil dan peka, terampil penilaian negatif dari kekurangan yang
menganalisa kejadian dan perkembangan mereka miliki, labeling cenderung
masyarakat serta peka akan diberikan pada orang yang memiliki
perkembangan dan perubahan sosial penyimpangan perilaku yang tidak sesuai
budaya yang menjadi latar belakang dengan norma di masyarakat. Seseorang
kliennya. yang diberi label akan mengalami
Berdasarkan pembahasan di atas perubahan peranan dan cenderung akan
dapat disimpulkan bahwa labeling dari berlaku seperti label yang diberikan
masyarakat sangat berdampak negatif kepadanya. Anak tunalaras adalah
pada perkembangan psikologis pada mereka yang mengalami hambatan
anak yang jika tidak ditangani secara dalam perkembangan aspek emosi, sosial
tepat. Jika permasalahan tersebut atau keduanya, sehingga dalam
dipandang melalui perspektif lintas berperilaku cenderung menyimpang,
budaya labeling merupakan sebuah tidak sesuai dengan usia dan tuntutan
tindakan yang dapat menimbulkan norma-norma sosial yang berlaku di
kesenjangan secara sosial, untuk itu anak lingkungannya anak dengan gangguan
dengan gangguan perilaku sangat perilaku sangat membutuhkan konseling
membutuhkan konseling lintas budaya lintas budaya agar dapat
dimana konseling lintas budaya berperan mengembangkan aspek pribadi, sosial,
untuk membantu proses mendefinisikan psikologis, dan spiritualnya. Konselor
tujuan yang konsisten dengan harus lebih berperan dalam lintas budaya
pengalaman hidup dan nilai-nilai budaya untuk menepis persoalan-persoalan
klien, mengenali identitas klien untuk labeling negatif yang selama ini di
memasukkan dimensi individu, seluruh wilayah khususnya di Indonesia,
kelompok, dan universal, mendukung apalagi di daerah-daerah yang masih erat
penggunaan universal dan strategi dan memegang teguh budaya dan norma
peran khusus budaya dalam proses setempat.
penyembuhan, dan menyeimbangkan
pentingnya individualisme dan 5. REFERENSI
kolektivisme dalam penilaian, diagnosis, Anissa, N., & Handayani, A. (2012).
dan perawatan klien dan sistem klien Hubungan antara konsep diri dan
kematangan emosi dengan
(Sue & Torino, 2005).
penyesuaian diri istri yang
9

tinggal bersama keluarga suami. Intervensi pada Anak Tunalaras


Jurnal Psikologi: PITUTUR, Tipe Gangguan Perilaku
1(1), 53–64. (Conduct Disorder) Berdasarkan
Davison, G. C., & Neale, J. M. (1990). Fungsctional Behavior
Psychological Disorders. Assesment. Dinamika
Abnormal Psychology (5th Ed.) Pendidikan, 21(01).
John Wiley and Sons, USA. Murmanto, M. D. (2007). Pembentukan
Frick, P. J., & Dickens, C. (2006). Konsep Diri Siswa melalui
Current perspectives on conduct Pembelajaran Partisipatif. Jurnal
disorder. Current Psychiatry Pendidikan Penabur, 4(08), 66–
Reports, 8(1), 59–72. 74.
https://doi.org/10.1007/s11920- Mustillo, S. A., Budd, K., & Hendrix, K.
006-0082-3 (2013). Obesity, labeling, and
Galinsky, A. D., Wang, C. S., Whitson, psychological distress in late-
J. A., Anicich, E. M., childhood and adolescent black
Hugenberg, K., & Bodenhausen, and white girls: The distal
G. V. (2013). The effects of stigma. Social
reappropriation of stigmatizing Psychology Quarterly, 76(3),
labels: The reciprocal 268–289.
relationship between power and Shepherd, T. L. (2010). Working with
self-labeling. Psychological students with emotional and
Science, 24(10), 2020–2029. behavior disorders:
Glicken, M. D. (2009). Evidence-based Characteristics and teaching
practice with emotionally strategies. Pearson Education.
troubled children and Shifrer, D. (2013). Stigma of a Label:
adolescents. Academic Press. Educational Expectations for
Hanif, A. S., & others. (2010). Program High School Students Labeled
Layanan Bimbingan Konsep Diri with Learning Disabilities.
(Self Concept) Pada Siswa Journal of Health and Social
Tunalaras. Jurnal Pendidikan Behavior, 54(4), 462–480.
Dan Kebudayaan, 16(7), 53–61. https://doi.org/10.1177/0022146
Hurlock, E. B. (2001). Developmental 513503346
psychology. Tata McGraw-Hill Sue, D. W., & Torino, G. C. (2005).
Education. Racial-cultural competence:
Knowles, B., & Cole, T. (2011). How to Awareness, knowledge, and
help children and young people skills. Handbook of Racial-
with complex behavioural Cultural Psychology and
difficulties: A guide for Counseling: Training and
practitioners working in Practice, 2, 3–18.
educational settings. Jessica
Kingsley Publishers.
Mahabbati, A. (2014). Pola Perilaku
Bermasalah dan Rancangan

You might also like