You are on page 1of 19

MAKALAH

ANALISIS PRODUKSI TUMBUHAN TANAMAN JAMBU


AIR DI KABUPATEN DEMAK

Dosen:Eny Rolenti Togatorop,Sp,M.Si


Di Susun Oleh :
Nama : Razi Mukmin
Npm : 202312034

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RATU SAMBAN
2022

1
Abstract
The agriculture is the biggest sector in the field of economic in Indonesia, so
that is big contribution to grow up the nasional economic. Agriculture is the one of
the key to solve the problem of the poverty. One of the sub sectors that have
contribution to Gross Domestic Regional Product in Central Java is plantation sub
sector, which among plantations are water guava. The largest production centres of
water guava in Central Java is Demak Regency, ironically, that the production, the
farming area (total of the trees), and the average production that tends to fluctuate
every year. This study aims to analyze the level of influence of factors production
to total production of water guava in the District of Bonang, Regency of Demak.
Data used in this study are primary and secondary data. Sampling was taken
by simple random sampling method. Respondents in this research is water guava
farmer in the District of Bonang consist of 100 people. Data analysis methods used
in this study is multiple regression analysis by using Cobb-Douglass function for
analyzing research data. Mathematic model by Cobb-Douglass function used the
Ordinary Least Square (OLS)
Based on the data processing shows that the variables that significantly
affect the water guava production are amount of fertilizer, pesticide, and distance
between of the trees. while manpower variable has not significant influence to the
water guava production.

2
PENDAHULUAN
Sektor pertanian di Indonesia merupakan penyangga perekonomian sehingga
sektor ini mampu memberikan kontribusi besar bagi perkembangan perekonomian
nasional. Hasilhasil pertanian di Indonesia mampu dijadikan komoditas unggul
dalam persaingan global. Menurut Dibyo Prabowo (1995) sektor pertanian
mempunyai peran sebagai penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB), sumbangan terhadap penyerapan tenaga kerja dan juga sumbangan
terhadap ekspor. Sektor pertanian berkontribusi dalam menanggulangi kemiskinan,
karena sebagian besar penduduk miskin di Indonesia berada di daerah pedesaan
dan menggantungkan hidupnya di sektor pertanian.
Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan sangat penting dalam
perekonomian. Peranan pertanian antara lain :
a. Menyediakan kebutuhan bahan pangan yang diperlukan masyarakat untuk

menjamin ketahanan pangan

b. Menyediakan bahan baku bagi industri, sebagai pasar potensial bagi produk-
produk yang dihasilkan oleh industry
c. Sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi
pembangunan sektor lain.
d. Sebagai sumber perolehan devisa (Kuznets dalam Harianto, 2007)
Sektor pertanian khususnya perkebunan berada pada urutan ketiga diantara
sektor pertanian lain dan mempengaruhi pendapatan pemerintah Provinsi Jawa
Tengah. Walaupun dari tahun ke tahun kontribusi sektor pertanian perkebunan
terhadap PDRB cenderung fluktuatif. Kabupaten Demak mengandalkan sektor
pertanian sebagai penyumbang terbesar terhadap PDRB. Kabupaten Demak
merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan jambu air dibandingkan
dengan daerah-daerah lain.
Dari sisi produksi jambu air di Jawa Tengah, mulai periode tahun 2005
sampai 2009 cenderung fluktuatif. Hal tersebut disebabkan oleh luas panen (jumlah
pohon) yang tidak stabil. Tanah pertanian yang semakin lama semakin berkurang
dan pengelolaan yang kurang tepat secara positif akan mengurangi produksi jambu
air baik secara regional ataupun secara nasional, perawatan yang kurang baik
sangat berdampak pada menurunnya tingkat produksi jambu air.
3
Kabupaten Demak memiliki urutan pertama dalam menghasilkan produk
jambu air dan produktivitas jambu air tergolong tinggi dibandingkan
kabupaten/kota lainya. Dilihat dari produktivitas Kabupaten Demak memiliki
urutan kelima yaitu setelah Kabupaten Kudus, Pekalongan, Rembang dan Jepara.
Dari data kantor Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, 3 produksi jambu air di
Kabupaten Demak pada tahun 2009 mencapai 55.127 kwintal dengan luas lahan
mencapai 55.901 pohon dan produktivitas 98,62 kg/pohon.
Kabupaten Demak merupakan sentra produksi utama jambu air di provinsi
Jawa Tengah. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi usahatani
jambu air yang meliputi tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida,
dan jarak antar pohon. Sehingga penggunaan faktor-faktor produksi tersebut sangat
menentukan keberhasilan petani dalam mengelola usahatani jambu air. Namun,
hasil produksi jambu air yang dihasilkan serta produktivitas petani di daerah
penelitian dikatakan masih sangat rendah. Oleh karena itu, penelitan ini dilakukan
untuk mengetahui tingkat produksi jambu air dalam usahatani jambu air di Desa
Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN


TEORITIS
Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya) menjadi
satu atau lebih output (produk). Salvatore (1997) mendefinisikan produksi sebagai
hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa
masukan atau input atau dengan kata lain mengkombinasikan berbagai input atau
masukan untuk menghasilkan output. Sedangkan definisi fungsi produksi yaitu
menunjukkan jumlah maksimum komoditi yang dapat diproduksi per unit waktu
setiap kombinasi input alternatif, bila menggunakan teknik produksi terbaik yang
tersedia.
Fungsi produksi dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut
(Miller & Meiner, 2000):

Q = f (K, L)
Dimana Q adalah tingkat output per unit periode, K adalah persediaan
modal per unit periode, dan L adalah arus jasa dari tenaga kerja per unit periode.
4
Dalam kaitanya dengan penelitian ini dapat ditunjukkan melalui fungsi produksi
sebagai berikut :

Y = f (X1, X2, X3, . . . , xi, . . . , Xn)


Berdasarkan persamaan maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan
sekaligus hubungan Xi, . . . Xn dapat diketahui (Soekartawi, 1994). Sesuai dengan
teori produksi, fungsi produksi dalam penelitian ini adalah produksi fisik yang
dihasilkan oleh petani jambu air sebagai Y, sedangkan X adalah faktor produksi
yang dapat berupa tenaga kerja, pupuk, insektisida, dan jarak antar pohon.
Menurut Ari Sudirman (2004), faktor-faktor produksi dapat diklasifikasikan
menjadi dua macam antara lain :

1. Faktor Produksi Tetap (Fixed Input)


Faktor produksi tetap yaitu faktor produksi dimana jumlah yang digunakan dalam
proses produksi tidak dapat diubah secara cepat bila keadaan pasar menghendaki
perubahan jumlah output.
2. Faktor Produksi Variabel (Variable Input)
Faktor produksi variabel yaitu faktor produksi dimana jumlah input dapat
berubah dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan jumlah output yang
dihasilkan. Contoh faktor produksi variabel dalam industri adalah bahan baku dan
tenaga kerja.

Karakteristik dari fungsi produksi adalah sebagai berikut :


a) Produksi mengikuti pendapatan pada skala yang konstan (Constant
Return to Scale), artinya apabila input digandakan maka output akan
berlipat dua kali.
b) Produksi marjinal, dari masing-masing input atau faktor produksi
bersi fat positif tetapi menurun dengan ditambahkannya satu faktor
produksi pada faktor lainnya yang tetap atau dengan kata lain tunduk

5
pada hukum hasil yang menurun (The Law of Diminishing Return)
(Dernberg, 1992).
Menurut Miller & Meiners (2000), definisi formal dari The
Law of Diminishing
Return:
“Bila semua input konstan, maka penambahan jumlah unit input secara
bertahap sampai batas tertentu akan menurunkan tingkat (presentase)
kenaikan/pertambahan produk; atau dengan kalimat lain, mulai batas tertentu itu
produk fisik marjinal akan semakin berkurang” Hukum ini berlaku apabila:
1.Hanya ada satu input variabel (bisa diubah-ubah, atau ditambah/dikurangi)
sedangkan seluruh input lainya konstan/tetap.
2. Proses produksi tetap, artinya tidak ada perubahan teknologi.
3. Koefisien-koefisien produksi bersifat variabel, artinya tidak melibatkan fungsi
proporsi baku (misalnya, satu unit tenaga kerja harus disertai dengan dua unit
modal.

Fungsi Produksi Cobb-Douglas


Fungsi Produksi Cobb-Douglas adalah fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel, di mana variabel yang satu disebut variable
dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut dengan variabel
independen,yang menjelaskan (X) (Soekartawi, 2003.
Untuk menghasilkan produksi jambu air dibutuhkan faktor-faktor produksi
(input) seperti tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak
antar pohon. Tenaga kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja,
yang sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah
dan mengurus rumah tangga. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih
menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian (Mubyarto, 1989).

6
Pupuk adalah bahan atau zat makanan yang diberikan atau ditambahkan
pada tanaman dengan maksud agar tanaman tersebut tumbuh. Pupuk yang
diperlukan tanaman untuk menambah unsur hara dalam tanah ada beberapa
macam. Pupuk organik dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain
pupuk kandang, kompos, humus, pupuk hijau, dll. Dengan menggunakan pupuk
kandang, maka kualitas tanah sebagai media tanam jambu air akan memberikan
zat-zat yang dibutuhkan oleh pohon jambu air untuk menghasilkan buah yang lebih
baik. Pupuk kandang yang digunakan oleh petani berupa kotoran binatang
(kambing, sapi, kerbau), kulit gabah (brambot), daun-daun yang busuk, dll.
Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat pabrik dan terbuat dari bahan
anorganik yang dibentuk melalui proses. Kandungan unsur hara pupuk anorganik
bisa bervariasi dan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Pemakaian pupuk
anorganik harus benar-benar sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Insektisida digunakan untuk membasmi hama penyakit yang disebabkan


oleh serangan hama serangga pada tanaman, apabila serangga tidak segera diatasi
maka akan menyebabkan tanaman menjadi tidak dapat berproduksi secara
maksimal. Insektisida adalah salah satu dari jenis pestisida (pembunuh hama)
selain jenis fungisida, rodentisida, herbisida, nematisida, virusida, acorisida,
mitiusida, lamprisida dan lain-lain.
Menurut Mawazin dan Hendi Suhaendi (2007) usaha untuk meningkatkan
produktivitas tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: jarak tanam,
intensitas cahaya, dan jenis tanaman. Penanaman jenis unggul dengan jarak tanam
yang tepat dan sesuai dengan lingkungannya sangat menentukan keberhasilan
penanaman. Pengaturan jarak tanam berpengaruh terhadap besarnya intensitas
cahaya dan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman.

7
METODE PENELITIAN
Definisi Operasional Variabel :
1. Jumlah Produksi (Y) adalah jumlah produksi jambu air yang dihasilkan dalam
masa produksi yaitu jumlah keseluruhan jambu air yang dihasilkan petani
dalam satu kali masa panen (selama 4 bulan dihitung dalam satuan kg).
2. Jumlah Tenaga Kerja (X1) adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam
usahatani jambu air yang diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK) yaitu
jumlah hari kerja yang digunakan selama masa produksi jambu air sampai masa
panen (selama 4 bulan).
3. Jumlah Pupuk Kandang (X2) adalah pupuk alami yang dibuat dari kotoran
hewan yang diberikan selama masa produksi jambu air sampai masa panen
(selama 4 bulan dihitung dalam satuan kg).
4. Jumlah Pupuk buatan (X3) adalah penyubur tanah yang terbuat dari bahan
kimia yang diberikan selama masa produksi jambu air sampai masa panen
(selama 4 bulan dihitung dalam satuan kg).
5. Jumlah Insektisida (X4) adalah jumlah insektisida yang digunakan pada lahan
dan pohon jambu air yang di hitung selama masa produksi sampai masa panen
(selama 4 bulan dihitung dalam satuan liter).
6. Jarak Antar Pohon (X5) adalah jarak pohon jambu air dari pohon satu ke
pohon lainya atau dengan kata lain jarak yang diterapkan oleh responden/petani
(diukur dalam satuan meter).
Populasi merupakan jumlah dari anggota (sampel) secara keseluruhan,
sedangkan sampel adalah sebagaian dari anggota populasi yang terpilih sebagai
objek pengamatan(Soekartawi, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah
penduduk bermata pencaharian sebagai petani jambu air di Desa Wonosari
Kecamatan Bonang Kabupaten Demak yang berjumlah 210 petani.
Tabel 1. 5 Desa Penghasil Jambu Air Terbesar di Kabupaten Demak
No Desa Luas Produktifitas Produksi
panen ( kg/ pohon ) ( kwintal )
(pohon)
1 Bethokan 17.761 99,98 17.758
2 Singorejo 8.664 99,77 8.644
3 Tempuran 8.664 95,84 7.930
4 Kalicilik 7.281 98,65 7.183

8
Tabel diatas menunjukkan 4 desa yang merupakan penghasil jambu air
terbanyak di Kabupaten Demak. Pengambilan sampel dipilih 1 desa yang memiliki
produktivitas paling rendah yaitu Desa Wonosari. Pemilihan jumlah responden
(sample) ditetapkan secara quote sampling. Jumlah sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah 100 orang petani jambu air yang dipilih secara acak sederhana
(simple random sampling) dari daftar nama petani di 5 kelompok tani di Desa
tersebut (tiap kelompok tani masing-masing diambil 20 orang yang memiliki
jumlah pohon paling sedikit 15 pohon).
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh melalui wawancara dan survey lapangan terhadap
para petani jambu air di Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber lain yang sudah ada
sebelumnya dan sudah diolah antara lain laporan penelitian, jurnal-jurnal, karya
tulis, buku-buku maupun data yang diperoleh dari sumber instansi terkait.

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode
wawancara. Metode wawancara dilakukan dengan maksud agar memperoleh
keterangan untuk tujuan penelititan dengan cara tanya jawab antara pewawancara
dengan responden yaitu petani jambu air dengan menggunakan alat wawancara
berupa kuesioner.

9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Letak geografis Kabupaten Demak berada di Provinsi Jawa Tengah bagian
Utara dan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang
yang merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian di Jawa Tengah, sehingga
sangat potensial sebagai daerah penyangga roda perekonomian Jawa Tengah dan
berada pada lalu lintas yang cukup ramai yaitu jalur Pantai Utara Jawa. Kabupaten
Demak terletak pada koordinat 60 43' 26" - 70 09' 43" Lintang Selatan dan 110°
27' S8" - 1100 48' 47" Bujur Timur.
Kecamatan Bonang merupakan salah satu kecamatan yang berada di
Kabupaten Demak. Secara geografis Kecamatan Demak memiliki luas wilayah
5.970,90 ha dengan ketinggian wilayah kurang dari 500 meter dari permukaan air
laut.
Jambu air berasal dari daerah Indo Cina dan Indonesia, tersebar ke Malaysia
dan pulau-pulau di Pasifik. Jambu air (Eugenia aquea Burm) dikategorikan salah
satu jenis buahbuahan yang potensial.

1.Produksi
Produksi jambu air dari masing-masing petani diukur berdasarkan volume
hasil panen rata-rata yang diperoleh dari lahan yang dimiliki petani jambu air
yang berhasil dipanen. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa
rata-rata produksi jambu air yang diperoleh dalam satu kali panen dari 100
petani adalah sebanyak 641,50 kg. Produksi terendah adalah sebesar 200 kg dan
produksi terbesar mencapai 1400 kg. Jumlah produksi jambu air yang terbanyak
yang diperoleh petani adalah pada hasil produksi 501 hingga 800 kg per panen
yaitu yang diperoleh oleh 48 orang petani atau 48% sampel. Sedangkan yang
paling sedikit adalah yang memperoleh panen jambu air sebanyak 1101 hingga
1400 kg yaitu sebanyak 4 orang petani atau 4,00%.
2.Tenaga Kerja (Hari Orang Kerja)
HOK yang digunakan adalah jumlah hari Hari Orang Kerja (HOK) yang
diperlukan dalam satu masa produksi. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah
HOK rata-rata pada setiap petani sebesar 37,57 (HOK). Hal ini berarti bahwa
10
pemilik lahan jambu air di Demak rata-rata mempekerjakan orang selama 37,57
hari kerja. Jumlah HOK paling sedikit adalah sebanyak 15 HOK dan paling
banyak adalah 65 HOK. Jumlah hari kerja yang terbanyak yang digunakan oleh
petani adalah sebanyak 28 hingga 60 HOK yaitu pada 43 orang petani atau
43% sampel. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang memiliki penggunaan
hari kerja sebanyak 53 hingga 65 HOK yaitu pada sebanyak 9 petani atau 9%
sampel.

3. Pupuk Kandang
14 Pupuk kandang merupakan pupuk alam yang dibuat dari kotroran hewan.
Pupuk kandang yang biasa dipakai adalah dari kotoran kambing dan sapi.
Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata jumlah pupuk kandang yang digunakan
oleh petani untuk memproduksi jambu air dalam satu masa panen adalah sebanyak
318,25 kg dengan jumlah yang paling kecil sebanyak 75 kg dan yang paling
banyak mencapai 700 kg. Jumlah pupuk kandang yang terbanyak yang digunakan
oleh petani adalah sebanyak 232 hingga 387 kg yaitu sebanyak 48 orang petani
atau 48% sampel. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang menggunakan pupuk
kandang sebanyak 544 hingga 700 kg yaitu sebanyak 3 orang petani atau 3%.

4. Pupuk Buatan
Pupuk buatan adalah merupakan pupuk yang dibuat dari bahan-bahan kimia.
Pupuk buatan yang biasa dipakai adalah jenis pupuk Urea. Penggunaan pupuk
buatan diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan buah jambu air. Berdasarkan
data yang diperoleh rata-rata jumlah pupuk buatan yang digunakan oleh petani
sebanyak 31,94 kg dengan jumlah yang paling kecil sebanyak 10 kg dan yang
paling banyak mencapai 70 kg. Jumlah pupuk buatan yang terbanyak yang
digunakan oleh petani adalah sebanyak 26 hingga 40 kg yaitu sebanyak 48 orang
petani atau sebesar 48%. Sedangkan yang paling sedikit adalah sebanyak 63
hingga 70 kg yaitu masing-masing sebanyak 3 orang petani atau 3%.

11
5. Insektisida

Insektisida yang digunakan oleh petani umumnya adalah insektisida cair


sehingga penyajian diukur berdasarkan satuan liter. Berdasarkan data yang
diperoleh rata-rata jumlah insektisida yang digunakan oleh petani jambu air
adalah sebanyak 5,095 liter dalam sekali panen. Penggunaan insektisida
terkecil adalah sebanyak 0,5 liter dan terbanyak adalah sebanyak 13 liter.
Jumlah insektisida yang terbanyak yang digunakan oleh petani adalah sebanyak
3,626 hingga 6,75 liter untuk satu kali masa panen yaitu sebanyak 60 orang
petani atau sebesar 60%. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang memiliki
penggunaan insektisida sebanyak 9,876 liter hingga 13,0 liter yaitu sebanyak 6
orang petani atau sebesar 6%.

6. Jarak Antar Pohon

Jarak antar pohon menentukan tingkat kesuburan tanaman karena terkait


dengan pemenuhan kebutuhan unsur-unsur yang dapat diperoleh dari tanah.
Berdasarkan data yang diperoleh jarak tanam antar pohon yang dilakukan
cukup bervariasi dimana rata-rata jarak tanam adalah sepanjang 6,465 meter
dengan jarak terpendek adalah sepanjang 4 meter dan jarak terpanjang
mencapai 8 meter. Jarak tanam terbanyak yang diterapkan oleh petani jambu
air adalah pada jarak 7 – 8 meter agar pertumbuhan akar dan batang pohon
menjadi lebih 15 bagus. Pada jarak 6 – 7 meter yaitu sebanyak 33 orang atau
33%. Sedangkan yang paling sedikit adalah pada jarak tanam 4 – 5 meter yaitu
sebanyak 20 orang atau 20%.

Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan
dengan menggunakan model regresi linier berganda, dimana dalam analisis
regresi tersebut akan menguji pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi

12
produksi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program
Eviews 6 berdasarkan data-data yang diperoleh dari 100 sampel. Namun, untuk
memastikan bahwa model regresi linier berganda yang diperoleh merupkan
model yang fit (cocok), maka sebelumnya akan diuji terlebih dahulu syarat
penggunaan regresi linier berupa asumsi-asumsi klasik

Pengujiian Asumsi Klasik


Persamaan yang diperoleh dari sebuah estimasi dapat dioperasikan secara
statistik jika memenuhi asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan
adalah deteksi normalitas, deteksi multikolinieritas, deteksi autokorelasi dan
deteksi heteroskedastisitas.

1. Deteksi Normalitas
Deteksi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal.

2. Deteksi Multikolinieritas
Multikolinearitas berarti berhubungan dengan situasi dimana ada
hubungan linier baik yang pasti atau mendekati pasti diantara variabel X
(Gujarati, 2003).

3. Deteksi Heteroskedastisitas
Model regresi dikatakan baik, apabila tidak terjadi heteroskedastisitas
(homoskedastisitas). Deteksi heteroskedastisitas dilakukan dengan
menggunakan Uji Glejser.

13
Pengujian Hipotesis
Setelah proses pengujian penyimpangan asumsi klasik terhadap model yang
diajukan dinyatakan bebas atau lolos pengujian, maka proses berikutnya
dilanjutkan dengan justifikasi statistik antara lain adalah Uji F, Uji t, dan koefisien
determinasi (R²).

1. Koefisien Determinasi (R2 )

Besarnya koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai R 2 pada


model regresi. Berdasarkan Nilai Koefisien Determinasi (R²) sebesar 0,831.
Hal ini menunjukkan bahwa seluruh faktor produksi (X) yang digunakan
yaitu variabel tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida dan
jarak antar pohon secara simultan berpengaruh terhadap tingkat produksi (Y)
yang dicapai. Besarnya pengaruh (kontribusi) seluruh faktor produksi (X)
terhadap nilai produksi (Y) yaitu sebesar 0,831 atau 83 %, sisanya sebesar
17 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

2. Uji Secara Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen (secara


bersama-sama) terhadap variabel dependen, secara statistik. Hasil uji F dapat
dilihat pada Tabel 4.9. Dengan melihat nilai F-hitung dan nilai F-tabel pada
tingkat kepercayaan 95 persen (α = 5%) dan df = 100, diperoleh nilai F tabel
sebesar 2,32. Menurut Tabel 4.9 diperoleh nilai F hitung lebih besar dari F
tabel yaitu 92,661 > 2,32. Tingkat signifikansi juga menunjukkan 0,000
yang lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) yaitu 5 %, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel independen secara serentak mempengaruhi
jumlah produksi secara signifikan.

14
3. Pengujian secara Parsial (Uji t)

Pengujian koefisien regresi parsial atau uji t digunakan untuk menguji


apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak
dengan mengetahui apakah variabel independen secara individual
mempengaruhi variabel dependen.

15
PENUTUP

Kesimpulan
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat produksi jambu air dalam
usahatani jambu air di Kabupaten Demak. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor
produksi tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak antar
pohon terhadap jumlah produksi jambu air dengan analisis linier berganda pada
usahatani jambu air di Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak
menggunakan fungsi produksi CobbDouglas.
Dari hasil analisis data dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. .Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel Tenaga Kerja tidak memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap produksi jambu air di
Kabupaten Demak dengan tingkat signifikansi sebesar 0,561 lebih besar
dari taraf signifikansi 0,05.
2. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel pupuk kandang memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap produksi jambu air di
Kabupaten Demak dengan tingkat signifikansi sebesar 0,029 lebih kecil
dari taraf signifikansi 0,05.
3. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel pupuk buatan memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap produksi jambu air di
Kabupaten Demak dengan tingkat signifikansi sebesar 0,003 lebih kecil
dari taraf signifikansi 0,0.5.
4. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel insektisida memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap produksi jambu air di
Kabupaten Demak dengan tingkat signifikansi sebesar 0,049 lebih kecil
dari taraf signifikansi 0,05.
5. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel Jarak antar Pohon memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap produksi jambu air di
Kabupaten Demak dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 lebih kecil
dari taraf signifikansi 0,05.

16
SARAN
Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan tenaga kerja diharap dikelola setepat mungkin agar tidak boros
biaya tenaga kerja, dikarenakan jumlah tenaga tidak berpengaruh pada
produksi yang dihasilkan. Diharapkan para petani dapat bertindak secara
efektif dalam menggunakan pupuk kandang, pupuk buatan, dan insektisida
agar hasil produksi jambu air maksimal. Serta 23 jarak antar pohon harap
diperhatikan menurut ukuran standar (jarak) yang ditetapkan, karena jarak
yang tidak sesuai dengan ukuran standar minimum akan mempengaruhi
pertumbuhan pohon sehingga mempengaruhi jumlah produksi jambu air.
2. Dalam menjalankan usaha tani ini harga jambu air sering naik turun,
terutama ketika panen raya harga jambu air akan jatuh. Pemerintah Daerah
Kabupaten Demak diharap menerapkan kebijakan untuk melakukan
penanaman of season (pembuahan diluar musim) dikarenakan cuaca tidak
terlalu mempengaruhi produksi jambu air. Tujuanya adalah agar pohon
jambu air tidak bersamaan berbuah, sehingga harga tidak jatuh seperti saat
panen raya.
3. Sebaiknya sering diadakan penyuluhan-penyuluhan baik yang diadakan oleh
Petugas Penyuluh Lapangan Kecamatan maupun dinas pertanian Kabupaten
Demak sehingga dapat menambah pengetahuan maupun informasi yang
lebih banyak bagi petani untuk mengelola usaha tani jambu air. Pemerintah
diharapkan memberikan bantuan berupa modal, pupuk, insektisida, bibit
jambu air kepada para petani.

17
DAFTAR PUSTAKA
Amelia Zulianti Siregar. 2008. Insektida Perlukah?. Departemen HPT Fakultas
Pertanian USU.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. 2007 - 2010. Kabupaten
Demak Dalam Angka, Semarang.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. 2005 - 2009. Jawa Tengah
Dalam Angka, Semarang.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. 2004 – 2008. Jawa Tengah
Dalam Angka, Semarang.
BAPPENAS. 2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan.
Jakarta.
Beattie, Bruce R dan C Robert Taylor. 1994. Ekonomi Produksi. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Dernberg, Thomas F. 1992. Konsep Teori dan Kebijakan Makroekonomi.
penerjemah Karyaman Muchtar. Erlangga, Jakarta.
T Gilarso. 2001. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Kanisius, Yogyakarta. Imam
Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Badan
Penerbit Undip, Semarang.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Erlangga, Jakarta.
Harianto. 2007.
“Peran Pertanian dalam Ekonomi Pedesaan”. Paper disajikan pada Seminar
Nasional oleh Pusat Analisi Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,
Bogor, 4 Desember 2007.
Mawazin dan Hendi Suhaendi. 2007. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap
Pertumbuhan Diameter (Effect of Plant Spacing on the Diameter Growth of
Shorea parvifolia Dyer). Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor.
Mudrajat Kuncoro. 2001. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis
dan Ekonomi. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

18
Lincolin Arsyad dan Adiningsih S. 2003. Ekonomi Pembangunan, Edisi Ketiga.
STIE YKPN, Yogyakarta.
Miller, Roger Leroy & Roger E. Meiners. 2000. Teori Mikro Ekonomi
Intermediate. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Bogor. Mubyarto. 1989.
Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta. Nicholson, Walter. 1998.
Mikroekonomi Intermediate. Binarupa Aksara, Jakarta. Pindyck, Roberts dan
Daniel L. Rubinfield. 1995. Microeconomics. Prentice Hall International, Inc.
Sadono Sukirno. 2000. Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi Kedua. PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Salvatore, Dominic. 1997. Teori Ekonomi Mikro. Erlangga, Jakarta.
Soedarsono. 1998. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES, Jakarta.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb Douglas. CV Rajawali, Jakarta.
Suparmi. 1986. Ekonomi Pertanian. Karunika JakartaUniversitas Terbuka, Jakarta.
Tribowo. 2010. Analisis Faktor – faktor yang MempengaruhiProduksi
Belimbing (Studi Kasus di Desa Bethokan Kecamatan Demak Kabupaten
Demak). Skripsi, Universitas Diponegoro,semarang.

19

You might also like