You are on page 1of 7

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th.

2015

PEMANFAATAN SEKAM PADI DAN LIMBAH TEH SEBAGAI BAHAN BRIKET


ARANG DENGAN PEREKAT TETES TEBU

(Utilization of Rice Husk and Tea Waste as Charcoal Briquettes with Molasses Adhesive)

Ahmad Rifai Siregar1,2, Lukman Adlin Harahap1, Sulastri Panggabean1


1) Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian USU, Medan
Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155
2) email : rifairegar912@gmail.com

Diterima : 29 Januari 2015 / Disetujui : 05 Februari 2015

ABSTRACT
Briquette is one of the biomass fuel. Briquette is used as an alternative energy sources which is very simple and
inexpensive. Biomass used in this research were rice husk and tea waste. The aim of this research was to find
composition of Bio-Carbon Briquette processing of rice husk and tea waste and to determine the best Bio one. Testing
was conducted using a non-factorial completely randomized design with parameters of water content, density, firmness
press, calorific value, and ash content. The results of this research showed that the composition of the briquette materials
was unaffected the water content and had highly significant effect on density, firmness press, calorific value, and ash
content. The best water content in this research was 5.80%, that met Japanese, America, England and Indonesia
standards. The Density value was 0.75 g / cm3 which dit not met briquettes of Japanese, America, England and
Indonesia standards. The best of fumness press in this research was 2.37kg/cm 2did not met the standards of briquette of
Japanese, America, England and Indonesia. The best of calofic value in this research was 5661.41 kal/gr that met the
standards of briquette of Indonesia, but did not met standards of briquette of Japanese, England, and America. The best
of ash content valuein the research was 5.876% that met the standards of briquette of Indonesia, Japanese, England and
America.

Keywords : briquette, biomass, rice husk and tea waste.

PENDAHULUAN dengan pengolahan lebih lanjut menjadi produk


yang mempunyai nilai ekonomi seperti arang
Bahan bakar minyak merupakan sumber aktif, briket arang, serat karbon dan arang
energi utama yang dipergunakan dalam kompos.
kehidupan sehari-hari. Dimana sifat bahan bakar Briket adalah bahan bakar padat yang
minyak yang tidak terbarukan membuat manusia dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif
semakin khawatir karena jumlahnya semakin yang mempunyai bentuk tertentu. Pemilihan
berkurang. Kelangkaan bahan bakar minyak proses pembriketan tentunya harus mengacu
yang terjadi akhir-akhir ini akan semakin pada segmen pasar agar di capai nilai ekonomi,
meningkat seiring dengan bertambahnya teknis dan lingkungan yang optimal. Pembriketan
populasi manusia dan meningkatnya laju industri bertujuan untuk memperoleh suatu bahan bahar
di berbagai Negara di dunia (Ndraha, berkualitas yang dapat digunakan untuk semua
2010). sektor sebagai sumber energi pengganti
Jika hal ini terjadi secara terus-menerus (Himawanto, 2003).
akan menyebabkan krisis sumber energi yang Pengolahan limbah ampas teh menjadi
berkepanjangan. Melihat situasi tersebut, perlu bahan bakar alternatif berupa biobriket yaitu
dipikirkan suatu sumber energi alternatif yang dengan membakar ampas teh kering secara
lebih murah dan mudah diperoleh. Karena itu pirolisi (dengan sedikit udara) untuk dijadikan
berbagai usaha diversifikasi sumber energi telah arang yang kemudian dicetak menjadi briket.
banyak dilakukan dan salah satu diantaranya Sebagi penguat briket tersebut dicampur
adalah pemanfaatan limbah pertanian, biomassa sekam padi (Putro, 2011).
perkebunan dan kehutanan. Dimana penghasil Briket arang yang dibuat dengan komposisi
limbah terbanyak berasal dari bidang pertanian sekam padi dan limbah teh yang dicampur
(Lubis 2008). dengan bahan perekat berupa tetes tebu. Bahan
Beberapa jenis limbah seperti limbah baku berupa sekam padi terdapat dalam jumlah
pertanian dan limbah industri yang dimanfaatkan yang melimpah, murah dan terbarukan. Demikian

396
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2015

dengan limbah teh mudah diperoleh dan Bom kalorimeter yang digunakan sebagai
terbarukan. Bahan ini juga banyak terdapat di alat untuk mengukur nilai kalori dari briket yang
Indonesia sebagai Negara yang luas akan dihasilkan, label nama yang digunakan untuk
perkebunan tehnya. Limbah teh yang menandakan sampel dari perlakuan, alat tulis
dimanfaatkan berupa limbah padat yaitu ampas yang digunakan sebagai perlengkapan dalam
teh sisa dari setiap tahapan proses produksi penelitian, sieve shaker yang digunakan untuk
penyeduhan teh. Penggunan tetes tebu sebagai mengayak biorang yang telah ditumbuk dan alat
perekat disebabkan sifatnya yang mempunyai universal testing machine (UTM) untuk
daya serap yang cukup baik terhadap air, harga mengukur keteguhan tekan briket.
relatif murah serta mudah mendapatkannya. Perlakuan ini dilakukan dengan
Pembuatan briket arang dari bahan utama mengkombinasikan jenis bahan pembuat briket
sekam padi dan limbah teh sebagai sumber yaitu Sekam padi (P) dan Limbah ampas teh (T)
energi alternatif. Diharapkan dengan pembuatan dengan komposisi tertentu (Tabel 1) yang
briket arang ini mampu mengubah limbah bertujuan untuk mengamati pengaruh kombinasi
pertanian yang kurang termanfaatkan menjadi komposisi bahan terhadap mutu yang dihasilkan.
sesuatu yang lebih bermanfaat seperti bahan
bakar dengan efisiensi konversi cukup baik dan Tabel 1. Perlakuan komposisi antara sekam padi
bernilai ekonomis. Briket ini diharapkan akan dan limbah ampas teh
digunakan sebagai bahan bakar alternatif dengan Komposisi
Perlakuan
teknologi pengolahan yang murah dan T(%) P (%)
sederhana. K1 100 % 0%
K2 75 % 25 %
Penelitian ini bertujuan Untuk
K3 50 % 50 %
meningkatkan pemanfaatan biomassa dengan K4 25 % 75 %
membuat briket arang sebagai bahan bakar K5 0% 100 %
alternatif serta Untuk menguji komposisi briket
arang yang terbaik antara sekam padi dengan Parameter yang Diamati
pencampuran limbah ampas teh terhadap mutu
Kerapatan merupakan besaran turunan
briket yang dihasilkan.
karena menyangkut satuan massa dan volume
pada temperatur dan tekanan tertentu, dan
BAHAN DAN METODE dinyatan dalam sistem cgs dalam gram per
sentimeter kubik (g/cm3). Dengan cara pengujian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini kerapatan sebagai berikut:
adalah sekam padi, limbah ampas teh, air dan 1. Disiapkan bahan dan alat
tetes tebu sebagai campuran bahan perekat. Alat 2. Ditimbang zat padat yaitu briket.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3. Diukur volume padat yaitu briket yaitu
tungku pengarangan yang digunakan sebagai mengukur diameter dan tinggi briket.
tempat pengarangan sekam padi, sekop kecil 4. Hitung kerapatan dengan persamaan berikut:
yang digunakan untuk memasukkan sekam padi Kerapatan (K) = .................................. (1)
dan limbah ampas teh ke dalam tungku Dimana:
pengarangan yang dilakukan secara terpisah, K = Kerapatan (g/cm3)
lumpang dan alu yang digunakan sebagai alat M = Massa briket (g)
menumbuk arang, ember dan baskom yang V = Volume (cm3)
digunakan sebagai tempat pengadukan adonan Prinsip pengujian keteguhan tekan adalah
bioarang. mengukur kekuatan tekan briket dengan
Gelas ukur yang digunakan untuk memberikan penekanan sampai briket pecah.
mengukur banyaknya tetes tebu yang Penentuan keteguhan tekan dapat dihitung
dibutuhkan, dimana perekat tetes tebu ditimbang dengan menggunakan persamaan:
sebanyak 30% dari berat bahan baku persatuan
Kt = .................................................... (2)
briket (50 gram dari campuran bahan baku), kayu
pengaduk yang digunakan sebagai alat untuk Keterangan :
adonan bioarang agar campuran merata, Kt = Beban keteguhan tekan (kg/cm 2)
timbangan yang digunakan sebagai alat untuk P = Beban penekanan (kg)
mengukur berat bioarang yang akan dicetak, L = Luas Permukaan (cm2)
cetakan briket yang digunakan sebagai tempat Pengukuran nilai kalor untuk setiap
untuk mencetak sampel briket, oven yang perlakuan pada setiap kali ulangan. Kualitas nilai
digunakan sebagai alat untuk mengeringkan kalor dapat diukur dengan menggunakan alat
bioarang yang telah dicetak. bom kalorimeter (kal/gr).

397
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2015

Cara pengujian kualitas nilai kalor pada HASIL DAN PEMBAHASAN


briket bioarang sekam padi dan limbah teh
adalah sebagai berikut : Kadar Air
1. Tabung bom kalorimeter dibersihkan Dari hasil penelitian, nilai kadar air pada
2. Ditimbang bahan bakar sebanyak 0.15 setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.
gram dan diletakan dalam cawan platina.
3. Dipasang kawat penyala pada tangkai Tabel 2. Data pengamatan kadar air (%)
penyala
4. Cawan platina ditempatkan pada ujung Ulangan
Perlakuan Total Rataan
tangkai penyala I II
5. Tabung di tutup dengan kuat
K1 7.0 8.6 15.6 7.8
6. Dimasukkan oksigen dengan takanan 30
bar K2 7.8 6.8 14.6 7.3
7. Tabung bom ditempatkan dalam K3 6.6 6.4 13.0 6.5
kalorimeter K4 6.0 6.4 12.4 6.2
8. Kalorimeter ditutup dengan penutupnya
K5 5.6 6.0 11.6 5.8
9. Pengaduk air pendingin dihidupkan selama
5 menit
10. Dicatat temperatur yang tertera pada Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar air
termometer semakin menurun dari perlakuan K1 hingga K5,
11. Penyalaan dilakukan dan dibiarkan selama hal ini disebabkan penambahan sekam padi
5 menit semakin banyak. Dimana nilai kadar air terendah
12. Dicatat kenaikan suhu pada termometer pada perlakuan K5 yaitu sebesar 5.80%,
13. Dihitung nilai kalor dengan rumus : sedangkan nilai kadar air tertinggi pada
perlakuan K1 yaitu 7.80%. Hal ini diduga karena
HHV = (T2 – T1 – 0.05 ) x Cv x 0.239 ..........(3) perbedaan luas permukaan bahan pembuat
Dimana; briket arang dengan komposisi ampas teh dan
T1 = Temperatur sebelum pengeboman (0C ) sekam padi, sehingga mempengaruhi persentase
T2 = Temperatur setelah pengeboman (0C ) kenaikan kadar air.
1 Joule = 0.239 kal Perbedaan komposisi pada masing -
HHV = Kualitas nilai kalor (kal/g) masing perlakuan menghasilkan jumlah pori-pori
Panas jenis bom calorimeter (Cv) = 73529. 6 pada permukaan bahan briket arang yang
(J /g OC berbeda, kadar air tertinggi pada perlakuan K1
Kenaikan temperatur kawat penyala = 0.050C dimana ampas teh memiliki jumlah pori-pori lebih
banyak dibandingkan sekam padi dan daya
Penentuan kadar air dilakukan untuk setiap serapnya lebih tinggi, hal sesuai dengan
perlakuan pada setiap kali ulangan. Kadar air pernyataan Triono (2006) tingginya kadar air
dapat diperoleh dengan menggunakan disebabkan karena bahan briket memiliki jumlah
persamaan : pori-pori yang lebih banyak, selain itu ampas teh
– masih mengandung komponen-komponen kimia
Kadar air (%) = x 100 % ............... (4) seperti selulosa, lignin, silika dan hemiselulosa.
Dimana,
G0 = berat contoh sebelum dikeringkan (g) Kerapatan
G1 = berat contoh setelah dikeringkan (g) Dari hasil penelitian, nilai kadar air pada
Abu adalah mineral sisa yang tidak setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.
habis terbakar ketika karbon dibakar dalam
kondisi yang telah dihentikan, yaitu suhu, waktu Tabel 3. Data pengamatan kerapan (gr/cm3)
dan tekanan. Banyak abu yang terjadi setelah Ulangan
pembakaran karbon disebut kadar abu tersebut Perlakuan Total Rataan
I II
adalah :
K1 0.63 0.63 1.27 0.63
Kadar abu (%) K2 0.65 0.64 1.29 0.65
........ (5) K3 0.68 0.68 1.36 0.68
K4 0.69 0.70 1.39 0.69
K5 0.75 0.75 1.50 0.75

Pada Tabel 3 dapat di lihat bahwa


kerapatan semakin tinggi dari perlakuan K1

398
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2015

hingga K5, dimana kerapatan tinggi jika jumlah Tabel 4. Data pengamatan keteguhan tekan
sekam padi semakin banyak yaitu pada (kg/cm2)
perlakuan K5. Nilai kerapatan tertinggi pada Ulangan
perlakuan K5 yaitu sebesar 0.75 gr/cm3, Perlakuan Total Rataan
I II
sedangkan nilai kerapatan terendah pada
perlakuan K1 yaitu 0.63 gr/cm3. K1 1.038 0.778 1.816 0.908
Kerapatan menunjukkan perbandingan K2 1.038 1.298 2.336 1.168
antara berat dan volume beriket arang. Besar K3 1.558 1.817 3.375 1.688
kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh ukuran dan
K4 2.077 2.077 4.154 2.077
kehomogenan arang penyusun briket arang
tersebut. Hal ini sesuai dengan Masturin K5 2.597 2.857 5.454 2.727
(2002) yang menyatakan bahwa ukuran arang
sekam padi cenderung lebih halus dan seragam Berdasarkan Tabel 4 hasil penelitian
dibandingkan dengan arang ampas teh diperoleh keteguhan tekan pada K1 sebesar
mengakibatkan ikatan antar partikel arangnya 0.908 kg/cm2 sebagai nilai keteguhan tekan
lebih maksimal. Kecenderungan terdapatnya terendah, sedang nilai keteguhan tekan tertinggi
ruang-ruang kosong antar partikel sangat kecil. pada perlakuan K5 yaitu sebesar 2.727 kg/cm2.
Partikel arang ampas teh yang ukurannya lebih Perbedaan komposisi bahan pembuatan briket
kasar dan tidak seragam memungkinkan pada perlakuan K1 hingga perlakuan K5
turunnya nilai kerapatan briket arang, karena mengalami kenaikan semakin tinggi, hal ini
ikatan antar partikelnya tidak maksimal. disebabkan penambahan sekam padi. Nilai
Pada umumnya briket arang dibuat dengan keteguhan tekan sangat dipengaruhi oleh jenis
menyertakan pengempaan dan bahan pengikat bahan, ukuran partikel, dersitas partikel, jenis
dalam proses dengan tujuan meningkatkan perekat, tekanan pemampatan, dan kerapatan
kerapatan dan penyeragaman bentuk, dengan produk. Semakin tinggi nilai kerapatan suatu
bentuk yang seragam briket akan dapat produk, maka semakin tinggi pula nilai keteguhan
dipasarkan dalam jarak yang cukup jauh baik tekan yang dihasilkan.
antar kota atau antar pulau (Sudrajat, 1984). Keteguhan tekan briket merupakan
Besarnya kerapatan suatu briket dipengaruhi kemampuan briket untuk memberikan daya tahan
oleh besarnya tekanan kempa yang diberikan atau kekompakan briket terhadap pecah atau
ketika pencetakan. Semakin tinggi tekanan hancurnya briket jika diberikan beban pada briket
kempa yang diberikan maka semakin rapat briket tersebut. Menurut Triono, (2006) semakin
arang yang dihasilkan. Berdasarkan pernyataan seragam serbuk arang untuk bahan briket akan
Triono (2006) menyatakan bahwa semakin menghasilkan briket arang dengan kerapatan dan
seragam ukuran serbuk arang dalam briket arang keteguhan tekan yang semakin tinggi dan
akan menghasilkan kerapatan yang semakin semakin tinggi nilai keteguhan tekan briket arang
tinggi. berarti daya tahan briket terhadap pecah semakin
Berdasarkan pernyatan Hendra dan winarni baik. Menurut Saragih, (2007) menjelaskan
(2003) bahwa kerapatan juga mempengaruhi bahwa untuk penentuan keteguhan tekan ini
keteguhan tekan, lama pembakaran, dan mudah bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
tidaknya pada saat briket akan dinyalakan. daya tahan briket arang yang berpengaruh pada
Kerapatan terlalu tinggi dapat mengakibatkan saat pengepresan, pengangkutan dan
briket sulit terbakar, sedangkan briket yang pemanasannya, karena briket arang yang
memiliki kerapatan yang tidak terlalu tinggi maka mempunyai keteguhan tekan yang tinggi
akan memudahkan pembakaran karena semakin menyebabkan briket arang tersebut tidak mudah
besar rongga udara atau celah yang dapat dilalui pecah pada saat pengemasan, pengangkutan
oleh oksigen dalam proses pembakaran. Briket dan tahan lama sewaktu pembakaran, selain itu
dengan kerapatan yang terlalu rendah dapat dengan meningkatkan kerapatannya akan
mengakibatkan briket cepat habis dalam mengurangi biaya pengangkutan pada saat
pembakaran karena bobot briketnya lebih mendistribusikan ke konsumen.
rendah. Semakin besar tekanan pengepresan yang
diberikan maka semakin dekat jarak antar partikel
Keteguhan tekan karbon dengan parekat. Hal ini sesuai dengan
Dari hasil penelitian, nilai keteguhan tekan Saragih (2007) dimana perekat berguna untuk
pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4. menutupi pori-pori dari karbon, jika semakin
tinggi tekanan pengepresan, semakin kuat
intraksi yang terjadi antara partikel perekat
dengan partikel arang maka nilai kuat tekan

399
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2015

semakin meningkat dan briket arang yang parameter mutu paling penting bagi briket arang
dihasilkan akan semakin lama waktu sebagai bahan bakar, sehingga nilai kalor sangat
pembakaran dan nilai kalor bakar menurun. menentukan kualitas briket arang. Apabila nilai
kalor bakar arang semakin tinggi, maka akan
Nilai Kalor semakin baik pula kualitas briket arang yang
Dari hasil penelitian, nilai kalor pada setiap dihasilkan.
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.
Kadar abu
Tabel 5. Data pengamatan nilai kalor (kal/gr) Dari hasil penelitian, nilai kalor pada setiap
Perl Ulangan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6.
aku- Total Rataan
an I II Tabel 6. Data pengamatan kadar abu (%)
K1 5799.28 5523.54 11322.8 5661.41 Perla Ulangan
K2 4569.13 4744.87 9313.99 4657.00 Total Rataan
kuan I II
K3 4393.39 4217.66 8611.05 4305.53
K1 6.08 5.67 11.75 5.88
K4 4393.39 3866.19 8259.58 4129.79
K2 10.49 10.27 20.76 10.38
K5 3338.98 3163.24 6502.22 3251.11
K3 15.82 16.37 32.19 16.10
Berdasarkan Tabel 5 hasil penelitian K4 20.91 18.52 39.43 19.72
diperoleh nilai kalor pada K1 sebesar 5661.41 K5 23.14 22.77 45.91 22.95
kal/gr sebagai nilai kalor tertinggi, dan terjadi
penurunan pada perlakuan berikutnya hingga Berdasarkan Tabel 6 hasil penelitian
perlakuan K5 yaitu nilai kalor sebesar 3251.11 diperoleh Kadar abu tertinggi diperoleh pada
kal/gr. perlakuan K5 sebesar 22.95%, sedangkan kadar
Penurunan nilai kalor ini dipengaruhi oleh abu terendah pada perlakuan K1 yaitu sebesar
jumlah ampas teh semakin sedikit yaitu pada 5.88%.
perlakuan K1 dan bahan sekam padi semakin Perbedaan bahan pada pembuatan briket
banyak pada perlakuan K5, artinya bahwa arang memberikan pengaruh terhadap kadar abu
komposisi bahan briket arang memberikan yang dihasilkan. Kadar abu semakin besar jika
pengaruh terhadap nilai kalor yang dihasilkan. jumlah ampas teh smakin sedikit dan sekam padi
Perbedaan jumlah nilai kalor masing-masing semakin banyak. Hal ini diduga karena jumlah
perlakuan disebabkan oleh perbedaan akumulasi silika yang dikandung dari arang sekam padi
jumlah nilai kalor yang terkandung pada setiap lebih besar dibandingkan dengan jumlah silika
briket, yang dipengaruhi oleh komposisi bahan yang dikandung oleh ampas teh. Menurut Hendra
penyususn briket bioarang tersebut. Pada dan Darmawan (2000), salah satu unsur kadar
perlakuan K1, dimana komposisi bahan pembuat abu adalah silika dan pengaruhnya kurang baik
briket yaitu ampas teh dan sekam padi (100% : terhadap kualitas nilai kalor yang dihasilkan.
0%) memiliki nilai kalor tertinggi yaitu 5661.41 Semakin rendah kadar abu maka semakin baik
kal/gr dimana telah memenuhi Standar Nasional kualitas nilai kalor briket arang yang dihasilkan.
Indonesia (SNI) dengan nilai minamal 5000 Menurut Hendra dan Winarni (2003)
kal/gr. Maka semakin bertambah limbah ampas menyatakan bahwa zat yang dapat menguap
teh yang diberikan semakin bertambah pula nilai hasil dari dekomposisi senyawa-senyawa
kalor briket sesuai pertambahan komposisinya, didalam briket selain air. Kandungan kadar zat
sedangkan nilai kalor terendah adalah pada menguap yang tinggi didalam briket akan
perlakuan K5 yaitu 3251.11 kal/gr dengan menimbulkan asap yang lebih banyak pada saat
komposisi ampas teh dan sekam padi (0% : briket arang dinyalakan mengakibatkan pengaruh
100%). Hal ini sesuai dengan Hartoyo (1983), yang tidak baik terhadap lingkungan disekitarnya,
yang menyatakan bahwa nilai kalor briket yang hal ini disebabkan oleh adanya reaksi karbon
dihasilkan dipengaruhi oleh nilai kalor atau energi monoksida (CO) dengan turunan alkohol.
yang dimiliki oleh bahan penyusunnya. Dimana
nilai kalor sangat menentukan kualitas briket
arang. Semakin tinggi nilai kalor bakar briket
arang, semakin baik pula kualitas briket arang KESIMPULAN
yang dihasilkan.
Menurut Brades (2008) bahwa Penerapan 1. Perbedaan komposisi bahan pembuat briket
nilai kalor bertujuan untuk mengetahui sejauh bioarang memberi pengaruh berbeda sangat
mana nilai panas pembakaran yang dapat nyata terhadap kerapatan, keteguhan tekan,
dihasilkan briket arang. Nilai kalor menjadi

400
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2015

nilai kalor, kadar abu dan tidak nyata DAFTAR PUSTAKA


terhadap kadar air.
2. Nilai kadar air yang diperoleh dalam Brades, A. C, 2008. Pembuatan Briket Arang Dari
penelitian ini yaitu perlakuan K1, K2, K3 dan Enceng Gondok (Eichorina crasipess Solm)
K4 dengan nilai secara berurutan sebesar Dengan Sagu Sebagai Pengikat.
7.80%, 7.30, 6.50% dan 6.20%, tidak
memenuhi standar mutu briket buat Inggris Hartoyo, 1983. Pembuatan Arang dari Briket
dan amerika, tetapi memenuhi standar mutu Arang Secara Sederhana dari Serbuk
briket buatan Jepang dan briket buatan Gergaji dan Limbah Industri Perkayuan.
Indonesia. Perlakuan K5 yaitu sebesar 5.80% Bogor, Puslitbang dan Pengembangan
memenuhi standar mutu briket buatan Hasil Hutan.
Inggris, Jepang, Amerika dan Indonesia.
3. Nilai kerapatan yang diperoleh dalam Hendra, D dan Darmawan,S. 2000. Pengaruh
penelitian ini yaitu perlakuan K1, K2, K3, K4 Bahan Baku, Jenis Perekat dan Tekanan
dan K5 dengan nilai secara berurutan 0.63 Kempa Terhadap Kualitas Briket Arang.
gr/cm3, 0.66 gr/cm3, 0.68 gr/cm3, 0,69 gr/cm3, Bogor, Pusat Penelitian dan
dan 0.75 gr/cm3, tidak memenuhi standar Pengembangan Hasil Hutan.
mutu briket buatan Inggris, jepang, Amerika
Hendra, D dan Winarni,I. 2003. Sifat Fisis dan
tetepi memenuhi standar mutu briket buatan
Kimia Briket Arang Campuran Limbah Kayu
Indonesia.
Gergajian dan Sebetan Kayu. Jurnal
4. Nilai keteguhan tekan yang diperoleh dalam
Penelitian Hasil Hutan.
penelitian ini yaitu perlakuan K1, K2, K3, K4
dan K5 dengan nilai secara berurutan 0.91 Himawanto, D. A. 2003. Pengelohan Limbah
kg/cm2, 1.17 kg/cm2, 1.69 kg/cm2, 2.08 Pertanian menjadi Biobriket Sebagai Salah
kg/cm2, dan 2.73 kg/cm2, tidak memenuhi Satu Bahan Bakar Alternatif. Laporan
standar mutu briket buatan Inggris, Jepang, Penelitian. Uns. Surakarta.
Amerika, dan standar mutu briket buatan
Indonesia. Ismunadji, M., 1998. Padi. Buku I, Edisi I, Badan
5. Nilai kalor yang diperoleh dalam penelitian ini Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
yaitu perlakuan K1 yaitu sebesar 5661.41 Bogor.
kal/gr tidak memenuhi standar mutu briket
buat Indonesia, Perlakuan K2, K3, K4 dan K5 Lubis, K., 2008. Transformasi Mikropori ke
dengan nilai secara berurutan yaitu 4657 Mesopori Cangkang Kelapa Sawit
kal/gr, 4305.53 kal/gr, 4129.79 kal/gr dan Terhadap Nilai Kalor Bakar Briket Arang
3251.11 kal/gr tidak memenuhi standar mutu Cangkang Kelapa Sawit. Pasca Sarjana,
briket buatan Inggris, Jepang, dan Amerika. Universitas Sumatera Utara. Medan.
6. Nilai kadar abu yang diperoleh dalam
penelitian ini yaitu perlakuan K1 yaitu Masturin, A. 2002. Sifat Fisik dan Kimia Briket
5.876%, memenuhi standar mutu briket buat Arang dari Campuran Arang Limbah
Indonesia dan Jepang, perlakuan K2 dan K3 Gergajian Kayu. Fakultas Pertanian, Institut
yaitu 10.38%, 16.09 tidak memenuhi standar Pertanian Bogor, Bogor.
mutu buatan Indonesia, Inggris dan Jepan
Ndraha, N., 2010. Uji Komposisi Bahan Pembuat
dan memenuhi satndar mutu briket buatan
Briket Bioarang Tempurung Kelapa dan
Amerika, sedangkan perlakuan K4 dan K5
Serbuk Kayu Terhadap Mutu yang
tidak memenuhi standar mutu briket buatan
Dihasilkan. Keteknikan Pertanian, Fakultas
Amerika, Jepang, Inggris, dan Indonesia.
Pertanian USU. Medan.
7. Semakin besar tekanan pengepresan maka
nilai keteguhan tekan samakin meningkat. Nurcahyani, E. P., Sutrisno, C.I., dan
8. Dengan bertambahnya komposisi arang Surahmanto, 2006. Utilitas Ampas Teh
sekam padi maka nilai kalor briket akan yang Difermentasi dengan Aspergillus niger
menurun, sedangkan keteguhan tekan briket di dalam Rumen. Fakultas Peternakan,
semakin meningkat. Universitas Diponegoro. Semarang.
9. Dengan bertambahnya komposisi arang
sekam padi maka kadar air briket akan Putro, W.D., 2011. Karakteristik Biobriket Ampas
menurun, dan kadar abu dan kerapatan Teh Pada Berbagai Tingkat Kepadatan Dan
semakin meningkat. Komposisi Campuran Dengan Sekam Padi.
Teknik Mesin: Politeknik Negeri Semarang.
Semarang.

401
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2015

Saragih, I. D. 2007. Pengaruh Tekanan (Maesopsis Eminii Engl) dan Sengon


Pengepresan dan Jenis Perekat Terhadap (Paraserianthes falcataria L. Nielsen)
Mutu Briket Arang Cangkang Kelapa Sawit. dengan Penambahan Tempurung Kelapa
Jurusan Kimia FMIPA USU, Medan. (Cocos nucifera L). Departemen Hasil
Hutan. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.
Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari
Campuran Serbuk Gergajian Kayu Afrika

402

You might also like