You are on page 1of 7

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No. 1 Th.

2016

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG


BERBAHAN DASAR LIMBAH TEH

(The Engineered Of Charcoal Briquette Cast Basic material From Tea Waste)

Muhammad Fajar Arfani1,2), Lukman Adlin Harahap1), Adian Rindang1)


1)Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian USU
Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155
2) Email : m.fajar3004@gmail.com

Diterima: 13 April 2015/ Disetujui : 22 April 2015

ABSTRACT
Charcoal briquette is a form of renewable energy from biomass derived from plants or plant that produces many underutilized
agricultural waste. One of utilization of the agricultural waste is tea waste that into briquettes as an alternative energy to
replace fuel oil and gas, as well as a raw material for the manufacture of activated charcoal. That is why the author made a
cast to simplify charcoal briquette printing making process. This study used literature study, cast making, instruments testing
and parameters observation. Parameters measured were was capacity, moisture content, ash content, heating value,
economic analysis, break even point, net present value, and internal rate of return. The results showed the capacity was
2,907kg tool / h, average water content was 2,6%, average ash content was 6,357%, average calorific value was 5740,70 cal /
g, cost was Rp. 25.750,46 for the first year, Rp. 25.453,35 for the second year, Rp. 25.354,45 for the third year, Rp. 25.305,08
for the fourth year, and Rp. 25.275,53 for the fifth year, the break even point 952,89 kg /year for the first year, 513,71 kg /year
for the second year, 367,52 kg / year for the third year, 367,52 kg / year for the fourth year and 250,86 kg / year for the fifth
year, net present value of Rp. 1.135.273.634,79, internal rate of return was 12,74%, its mean that this equipment was worthy
to used.

keywords: printing tools, charcoal briquettes, tea waste.

PENDAHULUAN Ironisnya ekspor yang dilakukan pada umumnya


masih dalam bentuk curah yang dikemas dengan
Tanaman teh berasal dari daerah subtropis, kertas khusus berbagai ukuran yaitu 40 kg – 60 kg.
sehingga sesuai ditanam di daerah pegunungan. Impor teh dengan kemasan yang lebih baik memiliki
Garis besar syarat tumbuh untuk tanaman teh nilai tambah dan harga yang lebih mahal (Hanum,
adalah kecocokkan iklim dan tanah. Faktor iklim 2008).
yang harus diperhatikan seperti suhu udara yang Energi merupakan salah satu kebutuhan
baik berkisar 13 – 15oC, kelembaban relatif pada dasar manusia dan saat ini konsumsinya semakin
siang hari >70%, curah hujan tahunan tidak kurang meningkat. Namun cadangan bahan bakar
2.000, dengan bulan penanaman curah hujan konvensional yang tidak dapat diperbaharui makin
kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan, dari segi menipis dan akan habis pada suatu saat nanti,
penyinaran matahari sangat mempengaruhi karena itu berbagai usaha diversifikasi sumber
pertanaman teh. Tanah yang cocok untuk energi telah banyak dilakukan dan salah satunya
pertumbuhan tanaman teh adalah tanah yang adalah pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan
serasi, tanah yang serasi adalah tanah yang subur, dan kehutanan (Pari, 2002).
banyak mengandung bahan organik, tidak terdapat Dalam rangka mengurangi penggunaan
kadar dengan dejarat keasaman 4,5 – 5,6 tanah minyak bumi yang berlebihan maka perlu
yang baik untuk tanaman teh terletak di lereng- dikembangkan suatu energi alternatif yang bisa
lereng gunung berapi yang di namakan tanah dimanfaatkan sebagai pengganti minyak bumi.
andisol (Abidin, 1984). Bentuk alternatif ini ada berbagai macam antara
Di sisi lain, walaupun negara kita sebagai lain gasohol bahan-bahan organik. Biobriket yang
pengekspor teh, namun juga sebagai pengimpor bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan
teh yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

109
bentuk-bentuk energi alternatif yang lain Setelah itu, dilakukan pengujian alat dan
(Sulistyanto, 2006). pengamatan parameter.
Briket arang dapat digunakan sebagai bahan Langkah-langkah dalam membuat alat
bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar pencetak briket yaitu :
minyak dan gas dalam kegiatan industri dan rumah 1. Dirancang bentuk alat pencetak briket arang
tangga. Briket arang merupakan bentuk energi dengan bahan baku limbah teh.
terbarukan dari biomassa yang berasal dari 2. Digambar serta di tentukan ukuran alat
tumbuhan atau tanaman yang saat ini sangat pencetak briket arang dengan bahan baku
banyak tersedia di lingkungan di lain pihak, limbah teh.
Indonesia sebagai negara agraris banyak 3. Dipilih bahan yang akan digunakan untuk
menghasilkan limbah pertanian yang kurang membuat alat pencetak briket.
termanfaatkan. Limbah pertanian yang merupakan 4. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan
biomassa tersebut merupakan sumber energi yang akan digunakan sesuai dengan ukuran
alternatif yang melimpah dengan kandungan energi yang telah di tentukan pada gambar alat.
yang relatif besar (Hartoyo, 1983). 5. Dipotong bahan sesuai dengan ukuran yang
Dengan memperhatikan prospek briket arang telah ditentukan.
dan arang aktif yang cukup cerah yang bernilai 6. Dibubut dan dikikir plat cetakan sesuai dengan
ekonomi yang cukup tinggi, maka sangatlah bentuk yang diinginkan.
diperlukan penelitian tentang pemanfaatan limbah 7. Dipasang tuas penahan pada tuas penekan.
teh menjadi briket sebagai energi alternatif 8. Dibentuk plat penekan sesuai dengan bentuk
pengganti bahan bakar minyak dan gas, serta cetakan setebal 4 cm.
menjadi bahan baku pembuatan arang aktif 9. Dipasang besi berdiameter 1 cm di setiap sudut
(Napitupulu, 2006) plat penekan yang bertumpu pada plat cetakan.
10. Dilakukan perangkaian plat cetakan dengan
kerangka alat.
BAHAN DAN METODE 11. Dilakukan pengelasan untuk menyambung
setiap bahan yang telah di rangkai.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini 12. Digerinda permukaan yang dilihat kasar karena
adalah ampas teh, tepung kanji sebagai perekat, air berkas pengelasan.
sebagai campuran bahan perekat. Alat yang 13. Dilakukan pengecatan guna memperpanjang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuali sebagai umur pemakaian alat dan menambah daya tarik
tempat untuk menggongseng, lumpang dan alu alat pencetak briket berbahan baku limbah teh.
sebagai alat menumbuk ampas teh yang telah 14. Dipasang dongkrak pada plat penekan sebagai
digongseng, ember dan baskom sebagai tempat sumber tenaga untuk menekan bahan.
pengadukan adonan briket arang, gelas ukur
sebagai untuk mengukur banyaknya air yang Prosedur Pembuatan Bahan
dibutuhkan untuk membuat larutan kanji, kayu 1. Disiapkan bahan limbah teh, tepung dan
pengaduk sebagai alat untuk adonan briket arang air.
campuran merata, timbangan digital sebagai alat 2. Dijemur limbah teh dibawah cahaya
untuk mengukur berat briket arang yang akan matahari hingga limbah teh tersebut
dicetak, oven sebagai alat untuk mengeringkan kering.
briket arang yang telah dicetak, bomb calorimeter 3. Digongseng limbah teh didalam kuali
sebagai alat untuk mengukur nilai kalori dari briket hingga limbah teh berwarna hitam.
yang dihasilkan, label nama sebagai untuk 4. Dimasukkan limbah teh yang siap
menandakan sampel perlakuan, alat tulis sebagai digongseng kedalam lumpang dan alu.
perlengkapan dalam penelitian, sieve shakers 5. Dihaluskan limbah teh yang ada di dalam
sebagai untuk mengayak biorang yang telah lumpang dan alu hingga halus.
ditumbuk. 6. Diayak limbah teh yang selesai di tumbuk
Penelitian ini merupakan studi literatur dengan menggunakan mesh.
(kepustakaan), melakukan eksperimen dan 7. Dicampurkan limbah teh selesai ayakan
pengamatan tentang alat pencetak briket arang kedalam ember dengan tepung yang
bahan baku limbah teh, kemudian dilakukan sudah dilarutkan dengan air.
perancangan bentuk dan pembuatan/perangkaian 8. Diaduk adonan briket yang dihaluskan
komponen-komponen alat pencetak briket arang. dengan tepung dan kanji hingga merata.

110
9. Dicetak adonan briket arang pada alat Panas jenis bom calorimeter = 73529,6 (joule/oC)
pencetak briket. Kenaikan temperatur kawat penyala = 0,05 oC
(Ndraha, 2010).
Prosedur Penelitian
1. Ditimbang adonan briket dengan ukuran Kadar Air
100 gram. Penentuan kadar air di lakukan untuk setiap
2. Dimasukkan adonan briket ke dalam perlakuan pada setiap kali ulangan. Kadar air dapat
cetakan yang tersedia pada alat pencetak diperoleh dengan menggunakan rumus :
ሺ ୋ ିୋ ሻ
briket. Kadar air ሺ%ሻ = బ భ × 100% ............. (2)
ୋబ
3. Dioperasikan dongkrak dengan menekan
tuas dongkrak naik sehingga dongkrak dimana,
mulai menekan ke plat cetakan ke atas. G0 = berat contoh sebelum dikeringkan (gr)
4. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk G1 = berat contoh setelah dikeringkan (gr)
mencetak briket arang dengan alat (Ndraha, 2010).
pencetak briket.
5. Dihitung kapasitas cetakan yang Kadar Abu
dihasilkan alat ini per jam, dihitung Abu adalah mineral sisa yang tidak habis
persentase hasil yang rusak,dilakukan terbakar ketika karbon di bakar dalam kondisi yang
analisis ekonomi dan analisa kelayakan telah ditentukan, yaitu suhu, waktu dan tekanan.
usaha. Banyak abu yang terjadi setelah pembakaran
6. Diambil hasil briket yang setelah dicetak. karbon disebut kadar abu tersebut adalah :
7. Dilakukan pengulangan terhadap briket
arang yang dihasilkan sebanyak 3 kali. Kadar abu (%)
୆ୣ୰ୟ୲ ୱ୧ୱୟ ୟୠ୳
= x 100% ..............(3)
Parameter Penelitian ୆ୣ୰ୟ୲ ୩ୣ୰୧୬୥ ୲ୟ୬୳୰ ୟ୰ୟ୬୥
Kualitas nilai kalor (Ndraha, 2010)
Pengukuran nilai kalor untuk setiap perlakuan
pada setiap kali ulangan.Kualitas nilai kalor dapat di Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian
ukur dengan menggunakan alat bomb calorimeter
Massa
(kal/g). Cara pengujian kualitas nilai kalor pada Kapasitas Alat= ......................(4)
briket arang limbah teh adalah sebagai berikut : Waktu
(Ndraha, 2010)
- Tabung bomb calorimeter dibersihkan.
- Ditimbang bahan bakar sebanyak 0,15 g dan Analisis Ekonomi
diletakkan dalam cawan platina. Biaya pemakaian alat
- Dipasang kawat penyala pada ujung tangkai Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan
penyala. dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan
- Cawan platina ditempatkan pada ujung tangkai yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya
penyala. pokok).
- Tabung ditutup dengan kuat. ୆୘
- Dimasukkan oksigen dengan takanan 30 bar. Biaya pokok = ቂ + BTTቃ C ....................(5)

- Tabung bomb ditempatkan dalam kalorimeter. dimana,
- Kalorimeter ditutup dengan penutupnya. BT = total biaya tetap (Rp/tahun)
- Pengaduk air pendingin dihidupkan selama 5 BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam)
menit. x = total jam kerja pertahun (jam/tahun)
- Dicatat kenaikan suhu pada termometer. C = kapasitas alat (jam/satuan produksi)
- Di hitung nilai kalor dengan rumus : (Jummy, 2010).

HHV = (T2 – T1 – 0,05 ) x Cv ............................ (1) Biaya tetap


Biaya tetap terdiri dari :
dimana, - Biaya penyusutan (metode garis lurus)
T1 = Temperatur sbelum pengeboman (o C )
T2 = Temperatur setelah pengeboman (o C ) ୔ିୗ
D= .............................................................. (6)
1 Joule = 0,239 kal ୬
HHV = Kualitas nilai kalor (kal/g) dimana,

111
D = biaya penyusutan (Rp/tahun) dimana,
P = nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp) CIF = cash in flow
S = nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp) COF = cash out flow
n = umur ekonomi (tahun)
- Biaya bunga modal dan asuransi,
perhitungannya digabungkan besarnya : Sementara itu keuntungan yang diharapkan
୧ሺ୔ሻሺ୬ାଵሻ dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai
I= ........................................................ (7)
ଶ୬ tingkat bunga modal dalam perhitungan :
dimana, Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) +
i = total persentase bunga modal dan asuransi nilai akhir x (P/F, i, n)
(17%/tahun) Paengeluaran (COF) = investasi + pembiayaan
- Di negara Indonesia belum ada ketentuan (P/A, i, n)
besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin
dan peralatan pertanian, bahwa beberapa Kriteria NPV yaitu :
literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin NPV > 0, ber arti usaha yang telah dilaksanakan
diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai menguntungkan
awalnya. NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi
(Jummy, 2010). usaha tidak menguntungkan
NPV = 0,berarti tambahan manfaat sama dengan
Biaya tidak tetap tambahan biaya yang dikeluarkan
Biaya tidak tetap terdiri dari : (Jummy, 2010).
- Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai
sumber tenaga penggerak. Internal Rate of Return (IRR)
Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan IRR digunakan untuk mengetahui
persamaan : kemampuan untuk dapat memperoleh kembali
investasi yang sudah dikeluarkan.
1,2%(P-S)
Biaya reparasi= ...................... (8) ୒୔୚ଵ
1000 jam IRR = iଵ − ሺ୒୚୔ଶି୒୔୚ଵሻ ሺiଵ − iଶ ሻ .............. (11)
- Biaya karyawan/ operator yaitu biaya untuk gaji
operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi dimana,
lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau i1 = suku bunga bank paling atraktif
gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya i2` = suku bunga coba-coba
(Jummy, 2010). NPV1 = NPV awal pada i1
NPV2 = NPV pada i2
Break Even Point (BEP) (Kastaman, 2006).
Untuk mengetahui produksi titik (BEP)
maka digunakan rumus sebagai berikut : HASIL DAN PEMBAHASAN

N= ........................................................... (9) Alat pencetak briket ini adalah alat yang
ሺୖି୚ሻ
dirancang untuk mencetak briket arang yang sudah
dimana, dicampurkan dengan tepung kanji dan ampas teh
N = jumlah produksi minimal untuk mencapai titik yang sudah ditumbuk. Dalam pencetak briket ini,
impas (kg) proses pencetakkan dilakukan dengan
F = biaya tetap pertahun (Rp) mencampurkan tepung kanji yang sudah dimasak
R = penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) dan ampas teh ditimbang sesuai perlakuan, dengan
(Rp) melakukan secara berulang. Alat ini dirancang
V = biaya tidak tetap per unit produksi dengan sistem screw press yang di lengkapi tuas
(Jummy, 2010). pemutar untuk memutar plat penahan cetakan dan
dongkrak sebagai sumber tenaga tekanan untuk
Net Present value (NPV) menekan bahan briket tersebut. Alat pencetak
Secara singkat dirumuskan : briket ini terdiri dari 7 bagian utama (Gambar 1),
yaitu :
‫ ܨܫܥ‬− ‫ ≥ ܨܱܥ‬0 ............................................(10) 1. Tuas pemutar

112
2. Rangka memindahkan alat tersebut dari suatu tempat ke
3. Plat penekan tempat lain. Alat ini memiliki panjang 68 cm, lebar
4. Cetakan 60 cm dan tinggi 80 cm.
5. Plat penahan Tuas penahan terbuat dari bahan besi padat
6. Plat pendorong dengan panjang 35 cm dan diameter 1,5 cm.
7. Dongkrak Tabung cetakan dibagi 2 bagian yaitu bagian atas
dan bawah. Tabung cetakan bawah ini bertujuan
untuk proses mengepres briket, dan tabung
cetakan atas ini bertujuan melepas atau
mengeluarkan briket dari cetakan. Plat cetakan
dibagi 2 bagian yaitu plat cetakan memiliki lebar 40
cm dan plat penahan cetakan memiliki lebar 60
yang bertujuan sebagai penopang cetakan dan
penahan cetakan. Dongkrak yang digunakan
bertenaga tekanan 10 ton yang untuk proses
penekanan pada alat pencetak briket. Hasil
penelitian terhadap parameter yang diamati/diukur
dapat dilihat data Tabel 1.

Tabel 1. Kapasitas alat, Kadar air, Kadar abu dan


Gambar 1. Alat pencetak briket Nilai kalor
Parameter Satuan Nilai
Bahan yang dipilih pada pembuatan alat akan Kapasitas alat Kg/jam 2,907
sangat mempengaruhi kinerja alat saat beroperasi. Kadar air % 2,6
Bahan – bahan teknik yang dipilih pada alat ini Kadar abu % 6,35
harus memenuhi persyaratan yang diinginkan yaitu Nilai kalor Kal/gr 5740,7010
kokoh dan mampu mendukung kinerja alat serta
mudah diperoleh. Selain bahan yang berkualitas, Kapasitas Efektif Alat
pemilihan bahan juga mempertimbangkan nilai Kapasitas efektif alat dalam penelitian ini
ekonomi atau harga bahan tersebut. Harga bahan yaitu sebesar 2,907 kg/jam, yang diperoleh dari
harus terjangkau sehingga biaya pembuatan alat kemampuan alat pencetak briket arang dalam
tidak terlalu mahal. Pada alat ini kerangka alat yang menghasilkan suatu produk (kg) persatuan waktu
digunakan besi UNP ( U normal profil ) dan besi (jam) untuk pengerjaan yang menghasilkan briket
padat. Pemilihan bahan ini didasari karena beban
arang dalam bentuk padat.
atau tekanan yang diberikan dalam ngepress briket
membutuhkan kerangka alat yang kokoh. Bahan Kadar Air
yang digunakan pada penopang dongkrak adalah Kadar air briket berpengaruh terhadap nilar
besi UNP memiliki ketebalan 0,3 cm dan besi padat kalor. Semakin kecil nilai kadar air maka semakin
memiliki ketebalan 1 cm yang bertujuan untuk bagus nilai kalornya. Briket arang mempunyai sifat
menghindari terjadi bengkok dan penahan plat higroskopis yang tinggi, sehingga perhitungan
cetakan adalah besi padat yang memiliki ketebalan kadar air bertujuan untuk mengetahui sifat
1 cm yang bertujuan untuk menghindari terjadinya higroskopis briket arang hasil penelitian. Nilai rata –
bengkok. rata kadar air pada setiap perlakuan masih dibawah
Pengukuran dimensi alat dan massa dari alat nilai standar SNI yaitu 8 % hal ini berarti bahwa nilai
penting dilakukan terutama jika ada usaha untuk kadar air dari briket arang ini memenuhi SNI.
memproduksi alat dalam jumlah besar dan Kandungan air berhubungan dengan
kemudian menjualnya. Biasanya alat – alat penyalaan awal bahan bakar, makin tinggi kadar air
pertanian yang akan dijual baik ekspor maupun makin sulit penyalaan bahan bakar tersebut, karena
impor dikemas dalam bentuk box yang terbuat dari diperlukan energi untuk menguapkan air dari bahan
kayu. Jika dimensi dan massa alat diketahui, maka bakar. Hal ini sesuai dengan literatur Rustini (2004)
dapat diketahui ukuran box yang sesuai untuk yang menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan
mengemas alat tersebut dan bagi produsen serta pengeringan adalah 24 jam, sehingga selain
konsumen, hal ini bertujuan juga untuk mengetahui mengurangi kadar air juga dapat mengurangi
berapa besar tenaga yang diperlukan untuk retakan pada briket.

113
Kadar Abu mengetahui seberapa lama waktu yang dibutuhkan
Abu merupakan bagian yang tersisa dari hasil alat ini agar mencapai titik impas.
pembakaran dalam hal ini adalah sisa pembakaran Dari grafik dapat dilihat terjadi penurunan
briket arang. Salah satu unsur penyusun abu BEP tiap tahunnya untuk pembuatan briket arang
adalah silica. Hal ini sesuai dengan literatur dengan alat pencetak briket. Hal ini dipengaruhi
Masturin (2002) yang menyatakan pengaruhnya oleh biaya tetap (biaya penyusutan) pada alat yang
kurang baik terhadap nilai kalor briket arang yang semakin tinggi tiap tahunnya. Jadi, biaya tetap
dihasilkan. Kandungan abu yang tinggi dapat dengan BEP nilainya berbanding terbalik.
menurunkan nilar kalor briket arang sehingga
kualitas tersebut menurun. Net present value
Nilai kadar abu rata – rata yang diperoleh sebesar Jika menginvestasikan modal dalam
6,357%. Berdasarkan literatur Triono (2006) yang penambahan alat pada suatu usaha maka net
menyatakan bahwa nilai kadar abu yang present value ini dapat dijadikan salah satu
disesuaikan dengan standart nasional indonesia alternatif dalam analisa finansial. Dari percobaan
yaitu < 8%. dan data yang diperoleh pada penelitian maka
dapat diketahui besarnya nilai NPV Jadi besarnya
Nilai Kalor NPV 6% adalah Rp. 1.135.273.634,79 Sedangkan
Pada penelitian nilai kalor rata-rata adalah NPV 8% adalah Rp. 1.075.727.410,58. Hal ini
5740,7010kal/gr. Berdasarkan literatur Triono berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena
(2006) yang menyatakan bahwa nilai kalor briket nilainya lebih besar.
arang untuk standar nasional indonesia yaitu >
5000 kal/gr. Perbandingan perekat sangat Internal rate of return
berpengaruh terhadap nilai kalor yang dihasilkan, Internal rate of return berfungsi untuk melihat
semakin banyak perekat yang digunakan dalam seberapa layak suatu usaha dapat dilaksanakan
briket maka kualitas briket menjadi kurang baik. atau seberapa besar keuntungan investasi
Semakin banyak perekat maka semakin banyak maksimum yang ingin dicapai. Berdasarkan hal
pula kadar abu yang dihasilkan. tersebut maka hasil yang didapat dari penelitian ini
adalah sebesar 12,74% artinya usaha pencetakan
Biaya pemakaian alat briket arang masih layak untuk dijalankan jika
Analisis ekonomi digunakan untuk pengusaha melakukan peminjaman modal di bank
menentukan besarnya biaya yang harus pada suku bunga di bawah 12,74%. Semakin tinggi
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. bunga pinjaman di bank maka keuntungan yang
Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa diperoleh dari usaha ini semakin kecil.
besar biaya produksi sehingga keuntungan alat
dapat diperhitungkan. Harga bahan pembuatan
briket yaitu Rp 70.000/kg. KESIMPULAN

Tabel 2. Biaya pokok dan Break even poin Alat 1. Alat pencetak briket ampas teh ini memiliki
Pencetak Briket arang kapasitas efektif rata-rata 2,907 kg/jam.
Tahun BP (RP/kg) BEP (kg/tahun) 2. Nilai kadar air rata-rata dalam penelitian ini
1 25.750,46 952,89 adalah 2,6%, nilai kadar abu rata-rata yang
2 25.453,35 513,71 diperoleh yaitu sebesar 6,35%, dan nilai kalor
3 25.354,45 367,52 rata-rata yang diperoleh dalam penelitian ini
4 25.305,08 294,55 sebesar 5740,7010 kal/gr.
5 25.275,53 250,86 3. Alat pencetak briket arang ini akan mencapai
break even point setelah memproduksi briket
Break even point sebanyak 250,86 kg/tahun.
Menurut Waldiyono (2008) analisis titik impas 4. Net present value (NPV) alat 6% yaitu sebesar
umumnya berhubungan dengan proses penentuan Rp. 1.135.273.634,79 dan net present value
tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan (NPV) 8% yaitu sebesar Rp. 1.075.727.410,58,
usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self berarti usaha layak dilaksanakan.
financing) dan selanjutnya dapat berkembang 5. Nilai IRR yang diperoleh dalam proses
sendiri (self growing). Maka dari itulah penulis pengolahan limbah ampas teh menjadi briket ini
menghitung analisa titik impas dari alat ini untuk adalah 12,74 %.

114
DAFTAR PUSTAKA Ndraha, N., 2010. Uji Komposisi Bahan Pembuat
Briket Bioarang Tempurung Kelapa dan
Abidin, Z., 1984. Dasar Pengetahuan Ilmu Serbuk Kayu Terhadap Mutu yang
Tanaman. Angkasa, Bandung.. Dihasilkan. Keteknikan Pertanian,
Fakultas Pertanian USU. Medan.
Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman.
http//ftp.lipi.go.id/Teknik Budidaya Pari. G., 2002. Teknologi Alternatif Pemanfaatan
Tanaman Jilid 2.pdf. [Diakses pada Limbah Industri Pengolahan Kayu,
tanggal 15 Mei 2014]. Makalah falzafah Sains, program Pasca
Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor.
Hartoyo, 1983. Pembuatan Arang dari Briket Arang
Secara Sederhana dari Serbuk Gergaji Rustini, 2004. Pembuatan Briket Arang Dari Serbuk
dan Limbah Industri Perkayuan. Gergaji Kayu Pinus Dengan Penambahan
Puslitbang Hasil Hutan, Bogor Tempurung Kelapa, Skripsi, Jurusan
Teknologi Hasil Hutan, Fakultas
Jummy, R, 2010. Optimalisasi biaya. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian, Bogor.
Teknik Universitas Indonesia, Depok.
Sulistyanto, A. 2006. Karakteristik Pembakaran
Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayak Ekonomi Biobriket Campuran Batubara dan sabut
Suatu Inventasi. Kanisius, Tasikmalaya. Kelapa. Kanisius, Yogyakarta.

Masturin, A. 2002. Sifat fisik dan kimia Briket Arang Triono, 2006. Karakteristik Briket Arang Dari
dari campuran Arang Limbah Gergajian Campuran Serbuk Gergajian Kayu Afrika
kayu. Bogor Fakultas kehutanan. Institut (Maesopsis eminii Engl) Dan Sengon
Pertanian Bogor. (paraserianthes falcataria L. Nielsen)
dengan Penambahan Tempurung Kelapa
Napitupulu, F. H. 2006. Analisis Nilai Kalor Bahan (Cocos nucifera L.). Departemen Hasil
Bakar Serabut dan Cangkang sebagai Hutan. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.
Bahan Bakar Ketel Uap di Pabrik Kelapa
Sawit. Universitas Sumatera Utara, Waldyono, 2008. Ekonomi Teknik (konsep, Teori
Medan. dan Aplikasi). Pustaka, Yogyakarta.

115

You might also like