You are on page 1of 25

Nama : Ahmad Monang

Nim : 1713000460
Kelas : SI D PAGI

Jawaban No.1

Rancangan Informasi Eksekutif untuk Bidang Akademik dan Kemahasiswaan di


Universitas Potensi Utama

Ahmad Monang
Jurusan Sistem Informasi, Universitas potensi utama
Jl. Kl yos sudarso
Abstract
Information system (IS) in potensi utama University (UNS), especially for academic and
student affairs is not integrated and it does not fully provide information for executives.
Most of executive information or reports are provided in worksheet or paper-based
reports. Ideally, the executive information should be served by an executive information
system (EIS) that provide real-time information in order to support decision making for
the executives. This study identify and design the executives information using the
Wetherbe’s Approach with structured interviews based on Business System Planning
(BSP). The stages in building the executives information are identification of user
groups, identification of internal and external information which is needed by executives
and management report, set information access matrix, arrange EIS conceptual
framework, and initiate the EIS interface. The project result shows that there are 87
internal and 14 external information which needed by the executives. The executive
information spreads in 52 internal and 8 external information in academic areas, and
35 internal and 6 external information in student affairs. The project also shows that
only 15% and 17% of the internal information in academic and student affairs
respectively which is supported by the existing information system in UNS. In the other
hand, all of the external information can not be provided by the existing information
systems in UNS.

Keywords: Executive Information System (EIS), internal and external information,


Wetherbe's Approach.
1. Pendahuluan
Universitas Potensi Utama (UPU) adalah salah satu perguruan tinggi yang
mengelola lebih dari lima program studi. Organogram PU dapat dikelompokkan dalam
beberapa bidang yaitu bidang akademik, kemahasiswaan, keuangan, perlengkapan dan
kepegawaian. Secara khusus, bidang akademik dan kemahasiswaan PU memiliki
peranan penting dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar serta pembinaan
kemahasiswaan agar dapat memberikan nilai tambah (added values) guna meningkatkan
daya saing lulusan di bursa kerja nasional maupun internasional.
PU memiliki sejumlah aplikasi sistem informasi, termasuk salah satunya adalah
sistem informasi yang digunakan dalam pengelolaan bidang akademik dan
kemahasiswaan. Sistem informasi pada bidang akademik dan kemahasiswaan lebih
menunjang kegiatan operasional sehingga belum menyajikan informasi atau laporan
khusus bagi para eksekutif. Hasil observasi menunjukkan bahwa penyampaian informasi
kepada eksekutif lebih banyak disajikan dalam bentuk dokumen dan/atau lisan yang
diberikan oleh bawahan. Dengan demikian proses mendapatkan informasi penting yang
dapat menunjang pengambilan keputusan strategis oleh para eksekutif memerlukan
waktu yang tidak cepat.
Idealnya, para eksekutif PU dapat mengakses informasi strategis bidang
akademik dan kemahasiswaan secara real-time dan mandiri. Ketersediaan akses
informasi strategis secara langsung bagi para eksekutif sangat diperlukan karena para
eksekutif memiliki peran utama sebagai pengambil keputusan strategis dan taktis.
132 Performa (2011) Vol.10, No.

Ketersediaan akses informasi bagi eksekutif tersebut dapat diberikan oleh sebuah
Sistem Informasi Eksekutif (SIE). Menurut DeLong (1988) sebagaimana dikutip Turban
dkk (2005), SIE adalah sistem berbasis komputer yang melayani kebutuhan informasi
dari para eksekutif puncak. SIE menyediakan akses cepat ke informasi dan akses
langsung kepada laporan-laporan manajemen. SIE didukung laporan dalam format
grafis yang baik, dan memberikan pelaporan eksepsi dan kapabilitas drill-down
eksplorasi informasi secara lebih rinci (Arnott dkk., 2007; Averweg dan Roldan, 2004;
Wibisono dkk., 2010). Salah satu ciri lain SIE adalah adanya tingkatan pengguna dalam
hal akses terhadap data dan informasi. Ciri lain SIE adalah disediakannya data internal
yang bersumber dari sistem informasi organisasi dan data eksternal. Meskipun data
eksternal sulit diperoleh dan disajikan sebagai sebuah informasi bagi eksekutif, data
eksternal tetap merupakan bagian penting dari SIE (Palvia dkk, 1996).
Salmeron (2003) mengemukakan bahwa kunci kesuksesan pengembangan SIE
adalah faktor ketepatan identifikasi kepentingan pengguna dan kebutuhan informasi.
Selain itu, kunci sukses pengembangan SIE perlu ditunjang oleh tahapan pengembangan
aplikasi dan implementasi yang biasanya cukup sulit. Kesulitan pengembangan dan
implementasi khususnya dapat terjadi apabila mengabaikan kepentingan pengguna.
Berdasarkan hal tersebut, rancangan informasi eksekutif yang diwujudkan dalam
bentuk identifikasi kepentingan pengguna dan ketepatan kebutuhan informasi pengguna
menjadi hal yang sangat penting. Identifikasi kepentingan pengguna dan ketepatan
kebutuhan informasi pengguna dapat menjadi langkah pertama dalam pembangunan SIE
di UPU. Identifikasi kebutuhan informasi bagi eksekutif dilakukan dengan Wetherbe’s
Approach. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menyusun rancangan informasi
eksekutif yang diwujudkan dalam bentuk identifikasi kebutuhan informasi eksekutif dan
penyusunan kerangka konseptual sistem informasi eksekutif berdasarkan ketersediaan
sistem informasi yang sudah ada di UPU. Rancangan informasi eksekutif difokuskan
pada bidang akademik dan kemahasiswaan UPU.
2. Metode Penelitian
2.1 Identifikasi Pengguna dan Sistem Informasi yang Ada
Tahap identifikasi kelompok pengguna dilakukan untuk mengetahui siapa
eksekutif di UPU yang nantinya menggunakan SIE. Identifikasi ini juga bertujuan untuk
mengetahui siapa saja responden yang akan diwawancarai pada tahap identifikasi
informasi eksekutif. Identifikasi pengguna dibatasi pada eksekutif yang telah menjabat
pada periode sebelumnya atau eksekutif yang tidak mengalami peralihan jabatan.
Pembatasan responden tersebut karena pada saat penelitian dilakukan baru terjadi
pergantian eksekutif pada semua jajaran universitas.
Tahap identifikasi sistem informasi yang ada diperlukan untuk mengetahui
informasi yang telah tersedia atau disajikan pada aplikasi sistem informasi di UPU.
Tahapan ini difokuskan pada aplikasi sistem informasi bidang akademik dan
kemahasiswaan.

2.2 Identifikasi Kebutuhan Informasi Internal dan Eksternal bagi Eksekutif


Informasi internal adalah informasi yang diolah dari data internal organisasi,
sedangkan informasi eksternal adalah informasi yang diperoleh oleh sumber-sumber
lain di luar organisasi. Berdasarkan Wetherbe’s Approach, terdapat tiga metode untuk
menemukan kebutuhan informasi internal/eksternal bagi eksekutif yaitu wawancara
terstruktur berdasarkan Business System Planning (BSP), Critical Success Factors
(CSF), dan analisis Ends/Means. Penyusunan pertanyaan wawancara penelitian ini
hanya dilakukan berdasarkan BSP, yaitu dokumen Rencana Strategis UPU.
Priyandari, Iftadi, Sundari - Rancangan Informasi Eksekutif untuk Bidang Akademik dan Kemahasiswaan …

Kebutuhan informasi bagi eksekutif juga ditelaah melalui analisis dokumen


laporan (management reports). Dokumen yang dianalisis adalah Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Penerintah (LAKIP) dan Laporan Rektor. Selanjutnya, kedua sumber
yakni berdasarkan hasil wawancara tersetruktur dan dokumen laporan digabung untuk
menghasilkan kebutuhan informasi eksekutif. Proses penggabungan tersebut disertai
penyaringan terhadap item-item informasi yang sama.

2.3 Identifikasi Matrik Akses Informasi


Tahap ini menggunakan checklist sebagai metode pemilahan informasi
berdasarkan pengguna. Setiap pengguna biasanya memiliki kebutuhan informasi yang
berbeda, namun tidak menutup kemungkinan membutuhkan informasi yang sama. Hasil
akhir tahapan ini adalah informasi mana saja yang dapat diakses oleh setiap pengguna
sesuai kepentingan terhadap tanggungjawab dan wewenang yang dimiliki setiap
pengguna.

2.4 Penyusunan Kerangka Informasi Eksekutif


Kerangka (framework) informasi eksekutif dibangun dengan menggambarkan
keterkaitan informasi eksekutif dengan sumber aplikasi sistem informasi yang telah ada
di UPU. Penyusunan kerangka ini dilakukan mengomparasi hasil identifikasi kebutuhan
informasi eksekutif dengan ketersediaan data atau informasi pada aplikasi sistem
informasi yang ada di UPU. Output tahapan ini adalah diketahui sumber aplikasi sistem
informasi mana saja yang dapat menyajikan informasi bagi eksekutif.

2.5 Desain Antarmuka Informasi Eksekutif


Desain antarmuka informasi eksekutif dibangun berdasarkan kerangka informasi
eksekutif dan matrik akses informasi. Desain antarmuka ini masih tahap inisiasi untuk
membantu para eksekutif UPU dalam memahami output penelitian yang dilakukan.
Inisiasi desain antarmuka dibangun menggunakan Visual Basic 6.

3. Hasil dan Pembahasan


3. 1 Kelompok Pengguna
Identifikasi kelompok pengguna merupakan proses intensif untuk mengetahui
para eksekutif yang akan menggunakan SIE dan sekaligus menentukan responden
wawancara. Eksekutif dalam organisasi umumnya dikenal sebagai manajer puncak
yakni pihak bertanggung jawab atas pengambilan keputusan seluruh organisasi dan
menetapkan kebijakan dan strategi yang mencakup seluruh organisasi. diperoleh
informasi bahwa manajer puncak ada pada beberapa kelompok pengguna, yaitu
kelompok universitas, fakultas, pascasarjana, lembaga, Unit Pelaksana Teknis (UPT)
dan jurusan/prodi. Secara khusus pimpinan biro tidak termasuk manajer puncak karena
biro merupakan unsur pelaksana dalam organisasi UPU (Universitas Potensi Utama).
Hasil identifikasi pengguna dan kelompok pengguna atau para eksekutif disajikan dalam
Tabel 1.
134 Performa (2011) Vol.10, No.

Tabel 1. Identifikasi Pengguna


Kelompok Pengguna Pengguna (Eksekutif)
Rektor
Pembantu Rektor I
Universitas Pembantu
Rektor II
Pembantu
Rektor III
Pembantu
Rektor IV
Lembaga Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (LPPM) Ketua Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP)
Kepala UPT Laboratorium
Pusat MIPA Kepala UPT
Mata Kuliah Umum
UPT Kepala UPT Pelayanan dan
Pengembangan Bahasa
Kepala UPT Pusat
Komputer Kepala
UPT Perpustakaan
Dekan
Fakultas Pembantu
Dekan I
Pembantu
Dekan II
Pembantu
Dekan III
Jurusan / Program Studi Ketua Jurusan

Pengguna atau eksekutif tersebutlah yang dijadikan responden dalam identifikasi


kebutuhan informasi eksekutif. Setiap jenis pengguna dipilih satu responden dengan
asumsi informas yang dibutuhkan para eksekutif sesuai dengan wewenang dan
tanggungjawab yang dipegang.

3. 2 Sistem Informasi yang Ada


Identifikasi sistem informasi yang ada dilakukan dengan mengamati sistem
informasi yang telah digunakan untuk pengelolaan bidang akademik dan
kemahasiswaan yang ada di setiap kelompok pengguna. Berdasarkan hasil identifikasi,
setiap level organisasi umumnya memiliki sistem informasi yang berdiri sendiri atau
tidek terintegrasi. Sebagai contoh, tidak semua fakultas dan jurusan menggunakan
sistem informasi akademik yang sama seperti yang terlihat di fakultas teknik ada 1
jurusan yang menggunakan Sistem Informasi Akademik (Siakad) yang dikembangkan
universitas, dan adapula program studi menggunakan Siakad yang dikembangkan
fakultas. Hal sama juga terjadi pada aplikasi perpustakaan yakni aplikasi perpustakaan
pada level universitas dan fakultas menggunakan platform yang sama dan saling
interkoneksi, namun pada level jurusan/prodi hal tersebut tidak terjadi atau mereka
menggunakan aplikasi sendiri yang terpisah.
Selain itu, sistem informasi yang dipergunakan lebih ditujukan untuk menunjang
kegiatan operasional. Sebagai contoh, Siakad digunakan untuk mengelola proses
registrasi, perkuliahan dan nilai akademik, namun belum menyajikan laporan bagi
Priyandari, Iftadi, Sundari - Rancangan Informasi Eksekutif untuk Bidang Akademik dan Kemahasiswaan …
eksekutif seperti laporan kondisi nilai rata-rata, tingkat kelulusan dan lain sebagainya.
Demikian juga dengan aplikasi perpustakaan, masih sebatas mengelola katalog dan
aktivitas peminjaman buku, namun belum dapat menyajikan analisis statistik
pengunjung dan peminjaman buku bagi eksekutif.
Berdasarkan hasil identifikasi, aplikasi sistem informasi bidang akademik dan
kemahasiswaan tingkat universitas adalah Sistem Informasi Manajemen Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB online), Sistem Registrasi Online (SIGILine), Sistem
Informasi Tugas Akhir (SIMTA), Sistem Informasi Akademik (SIAKAD), dan Sistem
Pelayanan Program Kreatifitas Mahasiswa (SPPKM).
Sistem informasi yang dikelola lembaga LPPM adalah Sistem Informasi
Penelitian (Sirine). Kemudian LPP mengelola e-Learning, Career Development Center
(CDC), SmartTube,
136 Performa (2011) Vol.10, No.

dan SmartBooks. Kemudian UPT Perpustakaan mengelola Online Library


Automation (UNSLA), dan UNS Elektronik Journal.
Adapun aplikasi pada tingkat fakultas beragam. Sebagai contoh, Fakultas Teknik
mengelola Siakad, UNSLA, dan Sistem Informasi Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat. Kemudian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) mengelola
Digital Library (Digilib FKIP), UNSLA, e-Learning, Portal Wisuda, Portal Pengakuan
Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar, Portal Beasiswa, Portal Keluarga Alumni, Portal
tracer study dan Portal Penelitian dan Pengabdian Masyrakat (P2M FKIP). Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) mengelola CDC serta Siakad.
Fakultas Pertanian (FP) mengelola sistem legalisir online dan tracer study. Fakultas
Kedokteran (FK) mengelola medical-CDC, Sistem Keluarga Alumni, dan Sistem
Publikasi Jurnal Imiah, Penelitian Dosen dan Mahasiswa. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) mengelola Katalog Online, Publikasi Jurnal, Buku teks dan penelitian
Mahasiswa serta Sistem Layanan Administrasi Pendidikan dan Kemahasiswaan
(Siladik). Fakultas Ekonomi mengelola e-Learning, Sistem Pusat Pengembangan
Penelitian dan Pengabdian Pada Masyrakat (P4M), dan Alumni Association. Fakultas
Sastra dan Seni Rupa (FSSR) mengelola tracer study, Siakad, Alumni dan Skripsi.
Kemudian Fakultas Hukum mengelola publikasi ilmiah.
Identifikasi pada tingkat jurusan menunjukkan ada sejumlah jurusan atau
program studi yang mengembangkan aplikasi sendiri untuk kepentingan akademik atau
kemahasiswaan. Sebagai contoh, Jurusan Teknik Industri memiliki Sistem Informasi
Kerja Praktek dan Tugas Akhir (Sikapta), dan Sistem Bimbingan Akademik dan Kuliah
Mandiri (Sibami), Katalog Online dan Pengelolaan Perpustakaan (e-Pustaka), dan Portal
Jurnal Ilmiah (Performa). Selain Jurusan Teknik Industri, banyak jurusan yang memiliki
aplikasi sendiri seperti Teknik Sipil mengelola sistem tugas akhir.
Beberapa unit kerja seperti Pascasarja dan sejumlah UPT tidak memiliki aplikasi
secara khusus yang berkaitan dengan akademik dan kemahasiswaan. Hal tersebut karena
mereka langsung menginduk pada aplikasi sistem informasi di tingkat universitas, atau
belum menggunakan.
Sejumlah aplikasi yang dimiliki setiap lembaga memiliki kesamaan fungsi. Oleh
karena itu, aplikasi-aplikasi sistem informasi yang ada di UNS yang berkaitan dengan
bidang akademik dan kemahasiswaan dapat dikelompokkan menjadi delapan.
Kelompok aplikasi tersebut adalah aplikasi tugas akhir (kerja praktek/skripsi/tugas
akhir), aplikasi dokumentasi tugas akhir, tesis, disertasi dan jurnal ilmiah atau dikenal
sebagai digital library, aplikasi katalog dan pengelolaan layanan perpustakaan, aplikasi
sistem informasi akademik dan registrasi mahasiswa, aplikasi e- learning, aplikasi CDC,
aplikasi penelitian dan pengabdian, serta aplikasi kemahasiswaan dan alumni.
Selain fokus pada analisis sistem informasi yang secara langsung berkaitan
dengan akademik dan kemahasiswaa, dilakukan juga analisis terhadap beberapa aplikasi
lain seperti Wasdipa Badan Layanan Umum (BLU) (sistem pengawasan dana BLU),
SIMPEG PLUS (sistem informasi kepegawaian) dan SIMAK BMN (Sistem Informasi
Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara). Identifikasi fungsi terhadap aplikasi
ini dilakukan mengingat ada kemungkinan informasi eksekutif bidang akademik dan
kemahasiswaan bersumber dari data pada aplikasi-aplikasi tersebut.
Hasil analisis dan identifikasi terhadap sebagian besar aplikasi-aplikasi sstem
informasi yang ada tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar aplikasi difungsikan
untuk penunjang kegiatan operasional. Meski demikian, ada juga aplikasi yang sudah
memberikan akses langsung bagi eksekutif dalam melihat informasi dari aplikasi secara
Priyandari, Iftadi, Sundari - Rancangan Informasi Eksekutif untuk Bidang Akademik dan Kemahasiswaan …

real-time seperti pada aplikasi SIMPEG PLUS. Sebagian aplikasi lainnya seperti Siakad
hanya menyediakan fungsi- fungsi pembuat pelaporan yang bersifat summary berbasis
grafik maupun tabel untuk para
138 Performa (2011) Vol.10, No.

eksekutif. Namun demikian, akses terhadap informasi tersebut hanya diberikan kepada
operator dan bukan kepada eksekutif secara mandiri.

3. 3 Kebutuhan Informasi Internal dan Eksternal


Identifikasi kebutuhan informasi internal dan eksternal bagi eksekutif dilakukan
menggunakan Wetherbe’s Approach. Pendekatan ini memiliki kelebihan yakni
penggunaan wawancara terstruktur berpeluang menghasilkan ketepatan kebutuhan
informasi dan kemungkinan melakukan penggalian informasi yang lebih dalam pada
saat wawancara. Akan tetapi, pendekatan ini menyita waktu kerja para eksekutif
sehingga kesuksesan hasil wawancara sangat tergantung ketersediaan waktu yang
diberikan oleh responden. Kendala tersebut ditemui dalam proses identifikasi ini, yakni
hanya 11 eksekutif berhasil diwawancara dari 21 eksekutif yang direncanakan. Media
kuesioner kemudian menjadi pilihan dalam meneruskan proses pengumpulan data
terhadap 10 eksekutif yang belum diwawancarai. Namun demikian, hanya 2 kuisioner
yang kembali sehingga output penelitian ini belum optimal karena kurangnya responden
yang memberikan informasi.
Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara dan kuesioner disusun berdasarkan
BSP atau dalam hal ini berupa dua puluh sasaran strategis bisnis UPU. Penggunaan
sasaran strategis bisnis UPU sebagai sumber tersebut diharapkan dapat mengfokuskan
lingkup kebutuhan informasi eksekutif dan selaras dengan keperluan eksekutif dan
organisasi. Waktu wawancara selalu dibatasi oleh responden, sehingga penggalian
informasi belum dapat optimal pada semua responden. Oleh karena itu, pengayaan
kebutuhan informasi eksekutif digabung dengan hasil analisis informasi pada laporan
manajemen sebagaimana. Laporan yang digunakan adalah Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dan Laporan Rektor.
Penggabungan hasil wawancara dan laporan manajemen diharapkan
memberikan hasil yang optimal yakni meminimalkan kebutuhan yang penting namun
mungkin dilupakan oleh eksekutif pada saat wawancara dan kuesioner. Kelebihan lain
dari proses ini adalah data yang disajikan lebih lengkap dan sesuai dengan isi pelaporan
yang digunakan oleh instansi. Proses penggabungan dilakukan dengan memperhatikan
setiap informasi dari setiap sumber agar tidak terdapat informasi yang berulang
(redundant), kemudian dilakukan penomoran pada hasil akhir setiap informasi. Contoh
penomoran yaitu [I.04.001] dimana [I] menunjukkan informasi internal, [04]
menunjukkan bidang akademik, dan [001] menunjukkan nomor informasi 001.
Demikian halnya untuk [E.05.004] yang berarti merupakan informasi eksternal, [05]
menunjukkan bidang kemahasiswaan, dan [005] menunjukkan nomor informasi 005.
Tabel 2 menyajikan contoh hasil identifikasi dan penomoran kebutuhan informasi pada
sebuah informasi.
Tabel 2. Contoh Nama dan Kode Kebutuhan Informasi
Kode Informasi Detail Informasi
Peringkat keketatan untuk masuk ke UNS
Jumlah peminat yang ingin masuk ke UNS untuk semua
I 04 001 Rasio jenjang
ketetatan Daya tampung
pendaftara Ratio keketatan untuk masuk ke UNS
n

Tabel 3. Sumber Kebutuhan Informasi


Bidang Akademik Bidang Kemahasiswaan
m masi
Su ber

rnal

rnal
Info

Ekst

Ekst
Inte

Inte
nal

nal

% % % %
r

r
e

e
r
Priyandari, Iftadi, Sundari - Rancangan Informasi Eksekutif untuk Bidang Akademik dan Kemahasiswaan …
Wawancara 20 38 6 75 1 29 6 100
0
Laporan 14 27 1 13 1 40 0 0
Manajemen 4
Wawancara & 18 35 1 13 1 31 0 0
laporan 1
JUMLAH 52 100 8 10 3 10 6 100
0 5 0
140 Performa (2011) Vol.10, No.

Hasil identifikasi dan pengolahan menunjukkan bahwa secara umum eksekutif


bidang akademik membutuhkan 52 kebutuhan informasi internal dan secara khusus
hanya eksternal, sedangkan bidang kemahasiswaan memiliki 35 kebutuhan informasi
internal dan 6 kebutuhan eksternal. Tabel 3 menunjukkan jumlah kebutuhan informasi
dan prosentase sumber kebutuhan informasi dari hasil penggabungan.
Tabel 3 pada bidang akademik terlihat bahwa dari 52 informasi internal yang
dibutuhkan para eksekutif, 38% diantaranya diperoleh melalui hasil wawancara, 27%
diperoleh dari laporan manajemen, dan 35% dihasilkan dalam wawancara dan laporan
manajemen. Adapun 8 informasi eksternal bidang akademik, 75% dihasilkan melalui
wawancara. Berdasarkan Tabel 3 yang juga direpresentasikan dalam Gambar 1
diketahui bahwa kebutuhan informasi internal pada bidang kemahasiswaan sejauh ini
sudah banyak dipenuhi oleh laporan manajemen. Selain itu, Gambar 1 juga
menunjukkan bahwa kebutuhan informasi eksternal sebagian besar belum tersedia pada
dokumen pelaporan LAKIP maupun Laporan Rektor. Informasi Gambar 1 menunjukkan
bahwa wawancara secara terstruktur mampu menggali kebutuhan informasi para
eksekutif yang selama ini belum tersedia pada laporan manajemen LAKIP dan Laporan
Rektor. Dengan demikian, meskipun pendekatan wawancara memiliki titik lemah, hasil
ini menunjukkan bahwa wawancara tetap menjadi pendekatan penting dalam menggali
kebutuhan informasi eksekutif.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 1. Prosentase Kebutuhan Informasi Terhadap Sumber Penggalian
Informasi.
(a) Informasi internal bidang akademik, (b) Informasi eksternal bidang akademik(c)
Informasi internal bidang kemahasiswaan, (d) Informasi eksternal
bidang kemahasiswaan

3. 4 Matrik Akses Informasi


Matrik akses informasi disusun berdasarkan pendapat Bagian Sistem Informasi
Biro Administrasi Perancangan dan Sistem Informasi (BAPSI) UNS. Matrik ini
menggambarkan informasi mana saja yang boleh diakses oleh tiap pengguna sesuai
wewenang dan tanggungjawabnya. Idealnya, penyusunan matrik ini kembali melibatkan
para eksekutif, namun melihat kendala yang dialami dalam proses wawancara dan
secara garis besar kebutuhan mereka sudah jelas, maka pendapat BAPSI diasumsikan
cukup memadai. Pendapat BAPSI diperlukan mengingat ada sejumlah eksekutif, misal
Priyandari, Iftadi, Sundari - Rancangan Informasi Eksekutif untuk Bidang Akademik dan Kemahasiswaan …

Rektor, yang belum memberikan pendapat terkait kebutuhan informasi eksekutif.


BAPSI sendiri dalam melakukan pemiliahan mendasarkan pada Tugas Pokok dan
Fungsi (Tupoksi) jabatan tiap pengguna. Selain itu, proses ini diperlukan karena hasil
identifikasi kebutuhan informasi juga menunjukkan bahwa ada beberapa kesamaan
142 Performa (2011) Vol.10, No.

kebutuhan informasi oleh beberapa pengguna. Contoh hasil check list matrik akses
disajikan pada Tabel 4. Selanjutnya, Gambar 2 menyajikan prosentase informasi yang
bisa diakses oleh tiap pengguna.

Tabel 4. Contoh matrik akses informasi eksekutif

Pembantu Rektor III


Pembantu Rektor IV

Pembantu Dekan II
Pembantu Dekan I

Pembantu Dekan III


Pembantu Rektor II

Mata Kuliah Umum


Pembantu Rektor I

Lab. Pusat MIPA

Ketua Jurusan
Perpustakaan
Ketua LPPM
Ketua LPP

UNS Press
Komputer
Rektor

Dekan
P2B
Peringkat keketatan √ √ √ √ √
untuk masuk ke UNS √
Rasio Jumlah peminat yang
I 04 ketetatan ingin masuk ke UNS √ √ √ √ √
001
pendaf- untuk semua jenjang
taran Daya tampung √ √ √ √ √
Ratio keketatan untuk √ √ √ √

masuk ke UNS
I 04 ............(dst)

(a) (b)
Gambar 2. Prosentase informasi eksekutif yang bisa diakses pengguna
(a) bidang akademik, (b) bidang kemahasiswaan

Berdasarkan Gambar 2 diperoleh informasi bahwa menurut BAPSI Rektor dan


Dekan memerlukan akses terhadap seluruh informasi eksekutif bidang akademik dan
kemahasiswaan. Di bawah Rektor dan Dekan ada Pembantu Rektor I dan Pembantu
Dekan I untuk bidang akademik dan Pembantu Rektor III untuk bidang kemahasiswaan.
Meskipun terlihat bahwa pimpinan puncak berhak mengakses semua informasi
eksekutif, tidak diartikan bahwa format informasi yang diterima oleh pimpinan puncak
dengan pimpinan menengah selalu sama. Secara prinsip, informasi yang diperlukan
pimpinan yang lebih tinggi adalah berbentuk summary dan ditunjang grafis yang baik.
Namun demikian, sesuai prinsip SIE, maka kapabilitas drill-down tetap tersedia bagi
pimpinan puncak untuk melihat informasi yang lebih detail.
Priyandari, Iftadi, Sundari - Rancangan Informasi Eksekutif untuk Bidang Akademik dan Kemahasiswaan …

3. 5 Kerangka Informasi Eksekutif


Penyusunan kerangka informasi eksekutif diawali dengan identifikasi ketersediaan
informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi para eksekutif. Hasil identifikasi ini
menunjukkan bahwa masih terdapat informasi eksekutif yang belum difasilitasi oleh
sistem informasi yang ada. Meskipun demikian, penelitian ini belum mengkaji
ketersediaan data secara mendetail yang ada pada setiap sistem informasi untuk
mendukung penyusunan SIE.
Kerangka informasi eksekutif Lampiran 1 dan Lampiran 2 berturut-turut untuk
bidang akademik dan bidang kemahasiswaan. Bentuk informasi eksekutif disajikan
dalam bentuk kode mengingat banyaknya informasi yang harus disajikan dalam gambar
tersebut. Kode-kode tersebut sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Bagan pada
Lampiran 1 dan 2 menyajikan bagaimana seharusnya informasi eksekutif disediakan
oleh sistem informasi yang ada. Namun oleh karena terdapat sejumlah informasi
eksekutif yang belum didukung oleh aplikasi yang ada, maka hal ini direpresentasikan
dalam skema informasi yang belum tersedia. Bagan pada lampiran-lampiran tersebut
merupakan desain dasar dalam pengembangan SIE di UNS, baik melalui perubahan
total berbasis Enterprise Resource Planning (ERP) Pendidikan ataupun melalui
pengambangan terhadap sistem informasi yang sudah ada.
Selanjutnya, Gambar 3 menyajikan persentase informasi eksekutif yang telah dan
belum ditunjang oleh sistem informasi yang ada. Sebagai contoh, kebutuhan informasi
eksekutif internal bidang akademik sebanyak 52 informasi dan hanya 8 informasi atau
15% yang telah tersedia pada sistem informasi yang ada saat ini. Demikian halnya pada
kebutuhan informasi eksekutif bidang kemahasiswaan yang hanya 17% dapat ditunjang
oleh sistem informasi yang ada saat ini. Adapun kebutuhan informasi eksekutif
eksternal, semuanya belum dapat dipenuhi oleh sistem informasi yang ada.

(a) (b)
Gambar 3. Proporsi Kebutuhan Informasi Eksekutif terhadap Ketersediaan pada Sistem
Informasi yang Ada

3. 6 Desain Antarmuka Informasi Eksekutif


Desain antarmuka yang disajikan masih tahap inisiasi untuk membantu pihak
pengguna dalam memahami arak pengembangan SIE. Desain antarmuka
mempertimbangkan kapabilitas penting SIE antara lain drill down, serta menyajikan
144 Performa (2011) Vol.10, No.
pelaporan atau informasi tersusun dalam grafik atau tabel. Desain antarmuka sistem
informasi eksekutif UPU dibangun menggunakan Visual Basic 6 dan ditampilkan pada
Gambar 4.
Prosiding SNATIF Ke - 4 Tahun 2017 ISBN: 978-602-1180-50-1

(a) (b)
Gambar 4. Desain Antarmuka, (a) Login Pengguna, (b) Informasi Bidang
Akademik

4. Kesimpulan dan Saran


Rancangan informasi eksekutif bidang akademik dan kemahasiswaan di
(UPU) menunjukkan bahwa banyak kebutuhan informasi eksekutif belum
dipenuhi oleh sistem informasi yang ada. Selain itu, hasil identifikasi kebutuhan
informasi eksekutif menggunakan Wetherbe’s Approach menghasilkan 52
kebutuhan informasi internal dan 8 kebutuhan informasi eksternal bidang
akademik serta 35 kebutuhan internal dan 6 kebutuhan eksternal bidang
kemahasiswaan. Penelitian lanjutan masih perlu dilakukan terkait bentuk/format
informasi eksekutif pada setiap jenis informasi dan pengguna. Selain itu, perlu
juga dikaji bagaimana tahap desain integrasi sistem informasi yang sudah ada
menjadi SIE bagi para eksekutif.

Fakultas Teknik – Universitas Muria Kudus


373
374 Performa (2011) Vol.10, No.

Jawaban No.2

SISTEM INFORMASI EKSEKUTIF PT BANK PERKREDITAN


RAKYAT KERTAMULIA BANDUNG
Arif Hidayat Sumarna1*, Tacbir Hendro P2, Asri Maspupah3
Program Studi Informatika, Fakultas MIPA, Universitas Jenderal Achmad Yani
Jalan Terusan Jendral Sudirman, PO Box 148, Cimahi, Jawa Barat 40285
Email : arifhidayats19@gmail.com
*1

*2Email : tacbir23501527@yahoo.com
*3Email : asri.maspupah89@gmail.com

Abstrak
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan
hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan
tempat masyarakat yang membutuhkan. Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung
Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa
(LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat
Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD),
dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan berdasarkan UU Perbankan Nomor 7
Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tatacara yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah. PT Bank Perkreditan Rakyat ini sangat erat hubungannya dengan nasabah dan
diperlukannya sistem yang dapat menyajikan data transaksi nasabah untuk para eksekutif
perusahaan dalam mengambil keputusan, kendala yang timbul dalam penyajian informasi atau
laporan khusus bagi para eksekutif pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Kertamulia maka perlu
di bangun sistem informasi eksekutif dengan hasil dari sistem informasi tersebut berupa grafik
data nasabah. Metode pengembangan sistem yang digunakan yaitu EIS lifecycle yang terdiri
dari justikasi, perencanaan, bisnis analisis, desain, kontruksi, dan deployment dan rilis.
Kata Kunci : Bank Perkreditan Rakyat; eksekutif; sistem informasi eksekutif

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima
simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Dengan lokasi yang pada
umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan, status BPR diberikan
kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari
(LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit
Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan
(LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan/atau lembaga- lembaga lainnya yang
dipersamakan berdasarkan UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan memenuhi
persyaratan tatacara yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Sistem informasi eksekutif merupakan salah satu sistem informasi yang sangat
dibutuhkan untuk manajerial perusahaan saat ini. Modul sistem informasi eksekutif ini
Prosiding SNATIF Ke - 4 Tahun 2017 ISBN: 978-602-1180-50-1

diperuntukkan bagi eksekutif perusahaan dalam mengontrol dan mengawasi kinerja


perusahaan yang dipimpinnya secara ringkas, terintegrasi, mudah dipahami, dan dalam
berbagai tingkatan rincian (Martha & Agushintha, 2012). PT. BPR Kertamulya salah satu bank
yang menyalurkan kredit kepada masyarakat agar memudahkan masyarakat dalam
mengembangkan usaha yang dijalankan dan memenuh kebutuhan usaha masyarakat agar lebih
maju.
Bagian dari perusahaan yang memegang peranan penting tersebut salah satunya adalah nasabah
pada bank, maka dari itu diperlukan sebuah sistem yang mampu mengintegrasikan dan merangkum
data dari transaksi nasabah kredit tersebut. Sistem informasi eksekutif dapat menjadi solusi dalam
memecahkan permasalahan tersebut karena kemampuannya untuk memberikan informasi bagi para
eksekutif secara ringkas, terintegrasi, mudah dipahami, dan dalam berbagai tingkatan rincian
(Inggawati, 2009). Adapun sistem informasi eksekutif yang akan dihasilkan nantinya memberikan
keleluasaan bagi para eksekutif dalam memperoleh informasi terkini sesuai dengan kebutuhan,

Fakultas Teknik – Universitas Muria Kudus


375
376 Performa (2011) Vol.10, No.
sehingga dengan adanya laporan yang disajikan dalam format grafik dapat mempercepat proses
pengambilan keputusan dan analisis resiko (Noviansyah, et al., 2014).

Rumusan Masalah
Masalah yang terjadi di PT Bank Perkreditan Rakyat Kertamulia yaitu dalam pengolahan
data nasabah yang ada saat ini tidak terintegrasi dengan baik karena data tersebut masih tersimpan
pada masing-masing sub sistem sehingga proses pelaporan ke pimpinan membutuhkan waktu selain
itu dengan jumlah nasabah yang banyak membutuhkan banyak waktu dalam pencarian data
nasabah dan informasi yang lebih rinci yang dapat membantu pimpinan dalam pengambilan
keputusan.

Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah :
5. Data yang diolah adalah data nasabah kredit PT. Bank Perkreditan Rakyat Kertamulia.
6. Data yang digunakan adalah data nasabah dari tahun 2013 sampai 2017
7. Sub sistem yang digunakan antara lain sub sistem Perkreditan dan sub sistem administrasi.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah membuat sistem informasi yang dapat menampilkan informasi
nasabah yang melakukan kredit berupa grafik yang dapat membantu pimpinan dalam melihat
perkembangan peminjaman uang nasabah kredit, penyebaran wilayah nasabah kredit, serta hasil
kerja dari marketing/ agen sehingga pimpinan dapat menganalisis data yang ada sehingga dapat
membantu dalam pengambilan keputusan .

2. METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan secara sistematis, mulai dari pengidentifikasian masalah,
pengumpulan data, menganilisis data, dan menciptakan hasil yang baik. Untuk membuat sistem
informasi eksekutif yang baik, diperlukan data yang dibutuhkan melalui tahapan tahapan penelitian
sebagai berikut.
a. Identifikasi Kebutuhan
Setelah mendapat data dari observasi dan wawancara. Selanjutnya melakukan identifikasi
proses bisnis yang sedang berjalan, mengidentifikasi proses nasabah mengajukan pinjaman
kredit hingga proses pencairan, mengidentifikasi sistem informasi yang saat ini digunakan
oleh perusahaan, menganalisa data apa saja yang tersedia di PT Bank Perkreditan Rakyat
Kertamulia, data yang ada saat ini adalah data transaksi nasabah kredit.
b. Analisa dan Perancangan
Menganalisa proses bisnis yang sedang berjalan, data apa saja yang berhubungan dengan
permasalahannya untuk kemudian dirancang gambaran sistem yang akan dibuat, data yang
tersedia yaitu:
1. Data Perkreditan
Data yang berisi informasi data nasabah kredit yang meminjam uang ke bank.
2. Data administrasi
Data yang berisi informasi data nasabah tabungan yang menabung di bank.
c. Pembuatan Perangkat Lunak
Pada tahap ini sistem mulai dibuat berdasarkan perancangan, melakukan pengkodean dengan
bahasa pemrograman untuk merealisasikan desain yang dibuat secara nyata.
d. Pengujian Perangkat Lunak
Sistem sudah selesai dibuat, pada tahap ini sistem yang dibuat akan diuji apakah sistemnya
layak atau tidak untuk diimplementasikan.
e. Implementasi
Tahap ini adalah tahap dimana sistem sudah siap diterapkan atau sudah mulai siap digunakan
oleh user sehingga tidak ada lagi kesalahan ketika sistem sudah diimplementasikan.
f. Laporan dan Evaluasi
Prosiding SNATIF Ke - 4 Tahun 2017 ISBN: 978-602-1180-50-1

Membuat dokumentasi dari mulai awal penelitian sampai perangkat lunak sudah dibuat,
kemudian mengevaluasi secara keseluruhan dari awal sistem dirancang hingga
diimplementasikan secara nyata.

HASIL DANPEMBAHASAN
Sistem Informasi Eksekutif
Sistem Informasi Eksekutif (EIS) adalah sebuah sistem yang menyediakan informasi secara
cepat bagi eksekutif atas keseluruhan kinerja perusahaan serta membantu eksekutif dalam
mengambil keputusan yang tepat. Sistem informasi eksekutif merupakan salah satu sistem
informasi yang sangat dibutuhkan untuk manajerial perusahaan saat ini. Modul sistem informasi
eksekutif ini diperuntukkan bagi top-level management dalam mengontrol dan mengawas kinerja
perusahaan yang dipimpinnya secara ringkas, terintegrasi, mudah dipahami, dan dalam berbagai
tingkatan rincian (G, n.d.).
EIS menekankan kepada tampilan gambar dan interface yang mudah digunakan oleh
pengguna. EIS menawarkan laporan yang kuat dan kemampuannya untuk memberikan data yang
diperlukan untuk menganalisis, membandingkan dan memperlihatkan kecenderungan dalam waktu
yang cepat sehingga keputusan dapat diambil segera, yang pada akhirnya permasalahan dapat cepat
diatasi sebelum kondisi menjadi terlalu buruk dan peluang dapat lebih cepat ditangkap serta
informasi yang disajikan dalam bentuk grafik (Noviansyah, et al., 2014).
Faktor yang menentukan keberhasilan atau kegagalan segala jenis kegiatan organisasi dapat
dilihat melalui grafik informasi. Faktor-faktor ini dalam setiap organisasi atau perusahaan
tergantung dari kegiatan yang dilakukan (Badamas, 2014).
1. Karakeristik Teknologi Informasi untuk Sistem Informasi Eksekutif
Karakteristik teknologi informasi yang dibutuhkan oleh sistem informasi eksekutif adalah
sebagai berikut (G, n.d.):
a. Executive-friendly, sesuai dengan keahlian mengoperasikan komputer yang dimiliki oleh
kalangan eksekutif. Mudah digunakan dan mudah dipelajari.
b. Memungkinkan pengguna untuk meng-undo prosedur atau kembali ke tampilan layar yang
diakses sebelumnya.
c. Memiliki on-line help.
d. Sesuai dengan kebutuhan eksekutif dalam hal kecepatan.
2. Karakteristik Data untuk Sistem Informasi Eksekutif
Format data yang disediakan oleh sistem informasi eksekutif juga harus memenuhi
kebutuhan data para pihak eksekutif (Sri Widiyastuti, 2014). Berikut adalah karakteristik data yang
dibutuhkan oleh sistem informasi eksekutif :
a. Highly Summarized Data
Informasi yang ditawarkan oleh sistem informasi eksekutif merupakan informasi rangkuman
sehingga memudahkan eksekutif dalam mengambil keputusan dengan mengambil kesimpulan
berdasarkan hasil rangkuman dari keseluruhan transaksi yang telah diolah melalui data
warehouse (Sutopo, et al., 2016).
b. Drill Down
Informasi yang ditawarkan sistem informasi eksekutif dapat memungkinkan melihat secara
detail rangkuman yang telah ditampilkan oleh sistem informasi eksekutif (Yusuf Priyandari,
2011). Hal ini terkadang dilakukan saat eksekutif menilai gejolah grafik informasi yang
ditampilkan kurang meyakinkan sehingga dinilai perlu untuk melihat penyebab dari pergerakan
grafik yang kurang seimbang agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil
keputusan bisnis (Santoso, 2012).
c. System Integrate
Fasilitas ini memungkinkan eksekutif untuk mengetahui data transaksi secara online sehingga
dapat membantu analisa oleh eksekutif dengan memanfaatkan data yang sedang berjalan untuk
dijadikan tolok ukur dalam mendukung informasi yang diterima oleh eksekutif melalui sumber
informasi lain.
d. Future Simulation
Fasilitas future simulation merupakan salah satu fasilitas penting dan paling sering diakses oleh
eksekutif mengingat kemampuan dari sistem informasi ini untuk mengolah, memprediksi dan
Fakultas Teknik – Universitas Muria Kudus
377
378 Performa (2011) Vol.10, No.
menampilkan pergerakan grafik beberapa tahun mendatang berdasarkan data data yang sudah
ada sebelumnya. Tentunya grafik yang ditampilkan tidaklah bersifat baku, tetapi lebih kepada
prediksi kasar perkembangan bisnis suatu organisasi.
e. Benchmark Feature
Benchmark merupakan salah satu fasilitas yang berfungsi untuk membandingkan kinerja
organisasi dengan kinerja organisasi sejenis lain berdasarkan data data yang dikeluarkan oleh
lembaga statistik nasional. Fasilitas ini dipergunakan oleh eksekutif yang berusaha mengukur
kekuatan organisasi yang dipimpinnya dengan organisasi saingan. Hal ini bertujuan sebagai
patokan dalam mengambil langkah startegis untuk mencapai sasaran organisasi yang telah
ditetapkan bersama (Eko Prasetyo, 2012).

Analisis dan Hasil


Use CaseDiagram
Use case diagram menggambarkan aktor yang berinteraksi dengan sistem, dibuat sesuai
proses bisnis yang telah diidentifikasi pada analisa sistem yang sedang berjalan. Aktor
menggambarkan siapa saja yang terlibat dalam menggunakan sistem, sementara use case adalah
gambaran dari sistem yang membentuk perangkat lunak.
Fungsional dan operasional sistem dengan mendefinisikan skenario penggunaan yang
disepakati antara pemakai dan perancang. Berikut ini adalah keseluruhan use case keseluruhan di
PT Bank Perkreditan Rakyat Kertamulia.
Dijelaskan dalam use case terdapat tiga aktor yaitu direksi, supervisor administrasi, dan
admin dari kegia aktor tersebut memilki tugasnya masing – dalam sistem indormasi
eksekutif ini. Direksi dapat melihat semua informasi nasabah pada PT.Bank
Perkreditan rakyat kertamulia ini seperti informasi nasabah berdasarkan jaminan
yang menampilkan grafik jumlah nasabah berdasarkan jaminan nasabah tersebut
pertahun, perbulan, dan sumber datanya, informasi pinjaman nasabah berdasarkan
jaminan yang menampilkan grafik pinjaman berdasarkan jaminan pertahun,
perbulan dan sumber datanya, informasi penyebaran nasabah perwilayah yang
menampilkan informasi penyebaran nasabah perwilayah di bandung yang dapat di
drill down dengan menampilkan tahun, bulan hingga sumber data, informasi
pinjaman perwilayah yang menampilan informasi jumlah pinjaman nasabah
perwilayah dan dapat di drill down dengan menampilkan tahun, bulan hingga
sumber data informasi penjualan marketing yang menampilkan informasi
penjualan tim marketing bank tersebut dan dapat di drill down hingga pertahun
dan perbulannya. Dari semua grafik yang tampilkan dapat dilihat penjelasan dari
grafik tersebut sebagai bahan analisis direksi.
Pivot tabel dapat dilakukan oleh direksi dimana direksi dapat mencari data nasabah
sesuai dengan atribut yang diinginkan dan menampilkan semua informasi berdasarkan
atribut yang telah dipilih, isi dari data tersebut dapat di search sesuai kebutuhan dari
direksi. Petunjuk penggunaan sistem dapat digunakan oleh direksi dan supervisor
administrasi sebagai panduan dalam menggunakan sistem informasi eksekutif PT.bank
Perkreditan Rakyat Kertamulia dengan menekan menu panduan.
Import data dilakukan oleh supervisor administrasi dimana seluruh data nasabah
dimasukan ke dalam sistem yang akan tampilkan dalam bentuk grafik sebagai informasi
bagi direksi, supervisor administrasi juga dapat melihat data yang diimport ke dalam sistem
tersebut. Aktor yang terakhir ada admin yang mengelola pengguna sistem informasi
eksekutif ini, dalam kelola user bertujuan untuk mengelola hak akses dalam pengguna
sistem ini serta bertugas untuk menambah, mengubah, dan menghapus pengguna sistem.
Prosiding SNATIF Ke - 4 Tahun 2017 ISBN: 978-602-1180-50-1

Gambar 1. Use Case Diagram Sistem Informasi Eksekutif PT.Bank


Perkreditan Rakyat Kertamulia

Class Diagram
Class Diagram adalah diagram yang menggambarkan class model yang bekerja pada
sistem.Terdapat beberapa class yang saling terhubung dan berkaitan pada sistem informasi
eksekutif di PT Bank Perkreditan Rakyat Bandung.

Fakultas Teknik – Universitas Muria Kudus


379
380 Performa (2011) Vol.10, No.

Gambar 2. Class Diagram.


Hasil Implementasi
Implementasi sistem merupakan penerapan sistem berdasarkan pada desain yang dibuat
sebelumnya. Implementasi sistem yang dibuat meliputi lingkungan operasi, arsitektur perangkat
lunak, dan transformasi model rancangan ke program. Implementasi mencakup antarmuka halaman
log in, antarmuka halaman beranda administrator user, antarmuka halaman dashboard. Berikut ini
merupakan gambar dari hasil implementasi

Gambar 3. Tampilan Penyebaran Nasabah Perwilayah


Prosiding SNATIF Ke - 4 Tahun 2017 ISBN: 978-602-1180-50-1

Gambar 4. Tampilan Drill Down Pertahun

Gambar 5. Tampilan Drill Down Perbulan

Gambar 6. Tampilan Grafik batang

Gambar 7. Sumber Data

Fakultas Teknik – Universitas Muria Kudus


381
382 Performa (2011) Vol.10, No.
4. KESIMPULAN
Penelitian ini menghasilkan sistem informasi eksekutif yang menampilkan data nasabah kredit seperti
jumlah nasabah kredit, jumlah pinjaman nasabah, penyebaran nasabah perwilayah, pinjaman nasabah
perwilayah, dan penjualan marketing berupa grafik dan dapat di drill down ke informasi yang lebih rinci
lagi sebagai bahan analisis eksekutif PT.Bank Perkreditan Rakyat Kertamulia sehingga dapat dijadikan
penunjang kepustusan bagi eksekutif.

You might also like