You are on page 1of 8

ISSN 2355-4721 Kompetensi Karyawan Operasional Bongkar Muat dalam Pencapaian Berthing Time

DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v6i2.305

Kompetensi Karyawan Operasional Bongkar Muat dalam


Pencapaian Berthing Time

Loading/Unloading Operational Employees Competence in


Achieving Berthing Time

Guntur Angkoso a,1*, Aswanti Setyawati b,2,


a,b,
Institut Transportasi dan Logistik Trisakti, Jakarta, Indonesia
1*
angkosog@gmail.com, 2 wanti61.@yahoo.com

*
corresponding e-mail
This is an open access article under the terms of the CC-BY-NC license

ABSTRACT

PT Mustika Alam Lestari is a container loading and unloading service at Tanjung Priok Port,
Jakarta. The service prioritizes on the customers’ needs, by having competent operational
employees and available loading and unloading equipment, so that the berthing time is well
achieved. This study aims to analyze the effect of operational employee competency and
loading and unloading equipment on berthing time. The research method used was
descriptive verification with data analysis using multiple linear regressions. Primary data
were collected through the distribution of questionnaires with 61 people as the samples from
operational division employees at PT Mustika Alam Lestari, Jakarta. The result of this
research is the success in berthing time is the integration of operational employees’
competence and loading and unloading equipment. The results of hypothesis testing indicate
that operational employees’ competence and loading equipment show a positive and
significant effect on berthing time.

Keywords : Operational employees’ competency; loading and unloading equipment;


berthing time

ABSTRAK

PT Mustika Alam Lestari merupakan jasa bongkar muat container di Pelabuhan Tanjung
Priok, Jakarta. Pelayanannya mengutamakan kebutuhan pelanggan, dengan memiliki
karyawan operasional yang kompeten, tersedianya peralatan bongkar muat sehingga waktu
sandar tercapai dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
kompetensi karyawan operasional dan peralatan bongkar muat terhadap berthing time.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif verifikatif dengan analisis data
menggunakan regresi linear berganda. Data primer dikumpulkan melalui penyebaran
kuesioner dengan sampel sebanyak 61 orang kepada karyawan divisi operasional di PT.
Mustika Alam Lestari, Jakarta. Hasil penelitian adalah keberhasilan dalam Berthing Time
adalah integrasi kompetensi karyawan operasioal dan peralatan bongkar muat. Hasil
pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kompetensi karyawan operasional dan peralatan
bongkar buat berpengaruh positif dan signifikan terhadap berthing time.

Kata kunci : Kompetensi karyawan operasional; peralatan bongkar muat; waktu sandar

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 06 No. 02, Juli 2019
https://journal.itltrisakti.ac.id/index.php/jmtranslog
177
Guntur Angkoso, Aswanti Setyawati ISSN 2355-4721
DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v6i2.305

A. Pendahuluan units rubber tyred gantry (RTG), 2 unit


Indonesia merupakan negara kepulauan reach stacker (RS), 1 unit froklift, dan 13
yang memiliki 17.508 pulau.membina unit head truck.
angkutan laut tidak hanya memperlancar Komitmen untuk pola kerja 24 jam
hubungan antar pulau atau antar daerah yang sehari tujuh hari seminggu, diharapkan
merupakan suatu kesatuan wilayah (wawasan berthing time atau lamanya waktu tambat
nusantara). Tetapi juga akan membuka kapal di dermaga untuk menyelesaikan
sumber sumber kehidupan rakyat yang lebih bongkar muat barang dan petikemas dapat
luas dan merata di seluruh wilayah tercapai sesuai dengan rencana. Adapun
(Gunawan, 2014). permasalahan yang menyangkut kompetensi
Seiring dengan perkembangan zaman, karyawan adalah perbedaan keahlian
transportasi laut juga mengalami operator alat di lapangan, serta kinerja yang
perkembangan yang cukup pesat dengan belum maksimal seperti inisiatif kerja untuk
segala dinamika serta iklim usaha yang mempercepat proses bongkar muat masih
kompetitif. Berkembangnya pola pikir kurang. Selain permasalahan karyawan,
manusia yang semakin maju dalam bidang adapula permasalahan dalam peralatan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern bongkar muat terkadang karena alat-alat
membawa dampak yang baik bagi yang digunakan dalam kegiatan bongkar
perkembangan transportasi. Karena sesuai muat mengalami kerusakan, maka, pekerjaan
dengan meningkatnya kebutuhan manusia pun menjadi terlambat, sehingga, menambah
mengirim barang secara efisien, praktis dan waktu sandar kapal di dermaga. Begitu pula
aman dalam segala cuaca maka digunakan jumlah alat yang digunakan, dalam suatu
container. Container merupakan satu kondisi bagian planner kapal meminta untuk
kemasan yang dirancang secara menggunakan tiga buah crane, ternyata,
khusus dengan ukuran tertentu, dapat dipakai dalam realisasinya pihak terminal hanya bisa
berulang kali, dipergunakan untuk merealisasikan dua buah. Hal ini sudah tentu
menyimpan dan sekaligus mengangkut akan memperlambat bongkar muat sehingga
muatan yang ada di dalamnya dengan jumlah waktu sandar kapal menjadi lebih lama.
yang besar. Kondisi ini memaksa rencana lama waktu
Penanganan bongkar muat container sandar kapal yang sudah ditetapkan
yang lebih cepat dapat ditangani oleh perusahaan menjadi berubah.
kemampuan sumber daya manusia yang Meskipun demikian, kegiatan
maksimal dan didukung dengan peralatan bongkar muat dan operasional terminal
yang dirancang untuk mobilitas yang lebih dituntut untuk menyelesaikan pekerjaannya
cepat seperti, QCC (quay container crane), dalam waktu yang sesingkat mungkin.
RTG (ruber tyred gantry), head truck dan Dengan waktu yang singkat, maka, kinerja
lain sebagainya. operator alat bongkar muat, kompetensi
Periode Juli 2004 Terminal Petikemas karyawan operasional, kecakapan petugas
Mustika Alam Lestari terpilih menjadi mitra di lapangan, kerjasama antar divisi, dan
PT Multi Terminal Indonesia salah satu anak kondisi peralatan bongkar muat yang selalu
perusahaan PT (Persero) Pelabuhan siap beroperasi diperlukan agar waktu yang
Indonesia II Jakarta dalam pengoperasian dibutuhkan kapal untuk sandar pun menjadi
dermaga dan lapangan penumpukan T300 berkurang, sekaligus dapat mengurangi
sebagai terminal petikemas di Pelabuhan biaya yang dikeluarkan.
Tanjung Priok Jakarta. Perusahaan ini Konsep kompetensi menjadi populer
beroprasi secara komersial mengelola dan menarik baik sebagai kajian maupun
lapangan penumpukan petikemas seluas penerapan dalam praktek manajemen sumber
kurang lebih 5 hektar dengan kedalaman daya manusia. Konsep kompetensi sendiri
pelabuhan 12 meter. PT Mustika Alam bukan hal baru dalam pengembangan sumber
Lestari memiliki 4 unit container crane, 10 daya manusia yang bertujuan untuk

178 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 06 No. 02, Juli 2019
https://journal.itltrisakti.ac.id/index.php/jmtranslog
ISSN 2355-4721 Kompetensi Karyawan Operasional Bongkar Muat dalam Pencapaian Berthing Time
DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v6i2.305

memberikan hasil kinerja sesuai tujuan dan alat produksi yang berfungsi menjembatani
sasaran organisasi. Kompetensi itu adalah kapal dengan terminal, alat yang produktif
gambaran tentang apa yang harus diketahui memperpendek masa parkir (waktu sandar
atau dilakukan seseorang agar dapat kapal). (Lasse, 2014). Selanjutnya alat
melaksanakan pekerjaannya dengan baik bongkar muat dan waktu kapal di pelabuhan
(Hutapea & Thoha, 2008). berhubungan satu sama lain secara asimetris.
Kompetensi adalah karakteristik yang Alat dapat menjadi sebab terhadap suatu
mendasari seseorang berkaitan dengan akibat yakni waktu kapal di pelabuhan
efektivitas kinerja individu dalam (Lasse, 2014).
pekerjaanya atau karakterisitik dasar individu Umumnya terdapat tiga peralatan
yang memiliki hubungan kasual atau sebagai utama yang digunakan (terlibat) pada proses
sebab akibat dengan kinerja yang dijadikan bongkar muat yaitu: (1) quay crane atau
acuan, efektif atau kinerja prima atau container crane (CC) merupakan alat
superior di tempat kerja atau pada situasi memindahkan petikemas dari/ke kapal,
tertentu (Moeheriono, 2009). Selanjutnya, terletak di atas alat sandar kapal (dermaga)
kompetensi merupakan perumusan yang terus bergerak di atas rel di atas
kemampuan yang harus dimiliki oleh dermaga dengan jangkauan ke depan atau out
Karyawan utuk melakukan tugas atau reach tergantung dari besar kecilnya
pekerjaan yang berdasarkan pengetahuan, container crane itu, tetapi secara umum
ketrampilan dan sikap kerja (Rivai & Sagala, dapat diberikan contoh bahwa untuk
2011) melayani kapal container generasi kedua out
Karyawan adalah aset yang reach dapat menjangkau ke depan sebanyak
mempunyai andil terbesar terhadap kemajuan 8 – 10 rows container dilengkapi dengan
organisasi atau perusahaan (Hasibuan, 2010). spreader yang sistemnya telescopic; (2)
Operasional adalah suatu proses yang terdiri transtainer atau rubber tyre gantry crane
dari tindakan-tindakan yang berupa (RTG) merupakan crane yang terdapat di
perencanaan, pengorganisasian, lapangan penumpukan peti kemas, berfungsi
penggerakan, pengawasan yang dilakukan untuk memindahkan peti kemas dari
untuk menentukan serta mencapai penumpukan ke truk dan sebaliknya yang
sasaran yang telah ditentukan melalui bergerak di atas jalur yang sudah ditentukan
pemanfaatan sumber daya manusia serta dan dapat berpindah blok dimana diperlukan,
sumber-sumber lainnya. Disimpulkan dilengkapi dengan spreader yang fungsinya
kompetensi karyawan operasional adalah untuk membongkar dan memuat peti kemas
karakteristik atau gambaran yang harus di lapangan, dengan ukuran alat sesuai
dimiliki dan dilaksanakan oleh karyawan kebutuhan yang diperlukan oleh terminal
dalam melaksanakan tugas dan tanggung tersebut; dan (3) head truck dan chassis
jawab perusahaan yang berpengaruh pengangkut peti kemas dari quay crane ke
terhadap kinerja di lapangan (Sumaryono, lapangan penumpukan pada proses bongkar,
2011). dan mengangkut peti kemas dari lapangan
Dalam variabel kompentensi karyawan penumpukan ke quay crane pada proses
operasional menggunakan Thai dan Lirn muat, terdiri dari head truck dan chassis.
terdiri dari 7 indikator: (1) operasi Head truck merupakan bagian depan
pelabuhan, (2) teknik kepelabuhanan, (3) (penarik) truk dan chassis merupakan bagian
urusan logistik, (4) manajemen pelabuhan, belakang yang memuat petikemas. Terdapat
(5) kreativitas/inovasi, (6) interpersonal dua jenis chassis, yaitu yang memuat peti
skill, dan (7) kerjasama tim (Thai & Lirn, kemas 20 kaki dan 40 kaki. Variabel
2012; Ridiasih, 2013), peralatan bongkar muat terdiri dari tiga
Peralatan bongkar muat adalah alat indikator Handajani (2004), yaitu: (1) waktu
pokok penunjang pekerjaan bongkar muat bongkar muat dengan gantry crane, (2)
(Suyono, 2007). Alat bongkar muat adalah waktu kedatangan truk, dan (3) waktu RTG.

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 06 No. 02, Juli 2019 179
https://journal.itltrisakti.ac.id/index.php/jmtranslog
Guntur Angkoso, Aswanti Setyawati ISSN 2355-4721
DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v6i2.305

Berthing time adalah jumlah jam Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
selama kapal berada di tambatan sejak tali pengaruh kompetensi karyawan operasional
pertama (first line) diikat di dermaga sampai dan peralatan bongkar muat terhadap
tali terakhir (lastline) dilepaskan dari berthing time.
dermaga (Direktorat Jendral Perhubungan
Laut, 2017). Selain itu, berthing time adalah B. Metode Penelitian
waktu yang dipakai selama bertambat di Metode penelitian ini adalah metode
dermaga untuk melakukan kegiatan bongkar deskriptif verifikatif dengan pendekatan
– muat yang di hitung sejak tali terikat di kuantitatif, untuk mengetahui hubungan
dermaga sampai dengan lepasnya tali siginifikan antar variabel kajian agar dapat
tambatan terakhir dari dermaga (Gurning, memperjelas gambaran objek kajian.
2007). Selanjutnya, berthing time is this is Populasi kajian adalah karyawan
calculated from the time of completing the Divisi Operasional PT Mustika Alam Lestari
berthing process to the time of completion of sejumlah 156 karyawan, dengan
the un-berthing process on final departure pengambilan sampel sejumlah 61 responden
(De Langen, 2015). Variabel berthing time menggunakan metode nonprobability
terdiri dari 4 indikator, yaitu: 1) waktu sampling jenis (isidental). Analisis data
pelayanan, 2) operational time, 3) cuaca, 4) menggunakan uji t dan uji F.
operator bongkar muat (Dhea, 2017).

H1
Kompetensi
karyawan H3
Berthing time
H2
Peralatan
bongkar muat

Gambar 1 Model Kaitan Kompetensi Karyawan, Peralatan Bongkar Muat, dan Berthing Time

Merujuk Gambar 1, hipotesis kajian ini kompetensi manajemen terminal dengan


adalah: kategori baik (80%), karyawan operasional
H1: Kompetensi karyawan memengaruhi sudah mampu melakukan manajemen
berthing time secara positif dan kegiatan terminal dengan baik (81,25), dan
signifikan. kompetensi operasi terminal dengan kategori
H2: Peralatan bongkar muat memengaruhi baik (81%). Selain itu, persepsi karyawan
berthing time secara positif dan terhadap kreativitas/ inovasi kategori baik,
signifikan. karena karyawan operasional lebih banyak
H3: Kompetensi karyawan dan peralatan bekerja di lapangan kayawan harus memiliki
bongkar muat memengaruhi berthing keberanian dalam mengambil resiko yang
time secara positif dan signifikan. rendah serta dapat mendorong adanya
inovasi saling memberikan ide agar
C. Hasil dan Pembahasan pekerjaan lebih efektif dan efisien sehingga
Dari ketujuh indikator kompetensi waktu sandar kapal dapat tercapai (73 %).
karyawan operasional penilaian persepsi Selanjutnya karyawan memiliki
karyawan yang tertinggi adalah indikator interpersonal skill dengan hasil baik (72,1%)
kompetensi teknik pelaksanaan. Dari hasil hubungan berjalan saling percaya dan
tersebut karyawan operasional sudah menghargai pendapat orang lain. Lingkungan
memahami teknik pelaksanaan tugas di kerja pelabuhan dengan berbagai latar
lapangan selanjutnya diikuti indikator belakang budaya. Sedangkan untuk

180 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 06 No. 02, Juli 2019
https://journal.itltrisakti.ac.id/index.php/jmtranslog
ISSN 2355-4721 Kompetensi Karyawan Operasional Bongkar Muat dalam Pencapaian Berthing Time
DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v6i2.305

kerjasama tim para karyawan dalam bekerja memberi pengaruh baik terhadap perusahaan
selalu koordinasi agar tugas dapat sehingga bisa membantu mempercepat waktu
terselesaikan (72,50%) Dari hasil tersebut sandar kapal.
dapat disimpulkan bahwa karyawan Dari ketiga indikator berthing time
operasional memiliki kompetensi dan penilaian persepsi karyawan yang tertinggi
mampu melaksanakan kegiatan operasional adalah indikator waktu pelayanan dengan
dengan baik. kategori baik. Dari hasil tersebut dapat
Dari ketiga indikator peralatan bongkar disimpulkan bahwa waktu pelayanan
muat penilaian persepsi karyawan yang bongkar muat sudah sesuai dengan rencana.
tertinggi adalah indikator head truck. Dari Diikuti indikator operasional dengan
hasil tersebut peralatan bongkar muat head kategori baik. Dari hasil tersebut dapat
truck bekerja sangat baik selama proses disimpulkan bahwa kegiatan operasional
operasional berlangsung. Diikuti indikator sudah berjalan dengan baik. Diikuti indikator
peralatan bongkar muat container crane operator bongkar muat dengan kategori baik.
(CC) dengan kategori sangat baik, peralatan Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
bongkar muat container crane (CC) bekerja operator bongkar muat mampu menjalankan
dengan baik selama proses operasional tugas sesuai dengan instruksi kerja, dan
berlangsung dan indikator peralatan bongkar operasional di lapangan. Kesimpulan hasil
muat rubber tyred gantry dengan kategori variabel berthing time dalam kategori baik
baik dari hasil tersebut dapat disimpulkan adalah dimana mampu memberi pengaruh
bahwa peralatan bongkar muat rubber tyred baik terhadap perusahaan dalam
gantry bekerja dengan baik selama proses mempercepat proses waktu kapal sandar.
operasional berlangsung. Kesimpulan hasil Hasil rekapitulasi persepsi karyawan seperti
variabel peralatan bongkar muat dalam tersaji dalam Tabel 1.
kategori sangat baik adalah dimana mampu

Tabel 1 Persepsi Karyawan Variabel Kompetensi Karyawan, Peralatan


Bongkar Muat dan Berthing Time
No. Variabel Persentase Skor Kategori
1 Kompetensi karyawan operasional 81.85 % Baik
2 Peralatan bongkar muat 87.37 % Sangat Baik
3 Berthing time 80.73 % Baik
Total rata-rata 83.31 Baik

Analisis pengaruh kompetensi Analisis pengaruh peralatan bongkar


karyawan operasional terhadap berthing time muat terhadap berthing time, disimpulkan
dapat disimpulkan dari uji t dan koefisien dari nilai thitung > ttabel yaitu 4.321 > 2,001 dan
persamaan regresi. Dari tabel uji t dapat nilai signifikansi variabel peralatan bongkar
disimpulkan bahwa nilai thitung > ttabel yaitu muat yaitu 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka
3,394 > 2,001 dan nilai signifikansi variabel peralatan bongkar muat berpengaruh
kompetensi karyawan operasional yaitu signifikan terhadap berthing time.
0,001 lebih kecil dari 0,05, maka kompetensi Berdasarkan persamaan regresi terlihat
karyawan operasional berpengaruh bahwa koefisien untuk variabel peralatan
signifikan terhadap berthing time. bongkar muat bernilai positif, sehingga dapat
Berdasarkan persamaan regresi terlihat diartikan bahwa pengaruh peralatan bongkar
bahwa koefisien untuk variabel kompetensi muat terhadap berthing time adalah positif.
karyawan operasional bernilai positif, Analisis pengaruh interaksi kompetensi
sehingga dapat diartikan bahwa pengaruh karyawan operasional dan peralatan bongkar
kompetensi karyawan operasional terhadap muat terhadap berthing time, disimpulkan
berthing time adalah positif. dari nilai F. Secara keseluruhan variabel

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 06 No. 02, Juli 2019 181
https://journal.itltrisakti.ac.id/index.php/jmtranslog
Guntur Angkoso, Aswanti Setyawati ISSN 2355-4721
DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v6i2.305

kompetensi karyawan operasional dan Direktorat Jendral Perhubungan Laut.


peralatan bongkar muat berpengaruh (2017). Pedoman Perhitungan Kinerja
terhadap berthing time secara bersama-sama. Pelayanan Operasional Pelabuhan, (8).
Ftabel adalah 3,16. Fhitung adalah 37.759. Jadi,
Fhitung > Ftabel yaitu 37.759 > 3,16, maka Gunawan, H. (2014). Pengantar
kompetensi karyawan operasional dan Transportasi dan Logistik. Jakarta:
peralatan bongkar muat berpengaruh Rajawali Pres.
signifikan terhadap berthing time. Pengaruh
ini kuat dan positif berdasarkan koefisien Handajani, M. (2004). Analisis Kinerja
persamaan regresi berganda. Operasional Bongkar Muat Peti Kemas
Nilai R diperoleh sebesar 0,752, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
maknanya tingkat pengaruhnya adalah kuat. Jurnal Transportasi, 4(1), 1–12.
Dari perhitungan koefisien determinasi nilai
kontribusi dari pengaruh kompetensi Hasibuan, M. S. P. (2010). Manajemen
karyawan operasional dan peralatan bongkar Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
muat terhadap berthing time adalah sebesar Aksara.
56,55%. Serta sisanya 43,45% dipengaruhi
oleh faktor lain. Hutapea, P., & Thoha, N. (2008).
Kompetensi Plus. Jakarta: Gramedia.
D. Simpulan
Karyawan operasional PT Mustika Lasse, D. A. (2014). Manajemen
Alam Lestari secara keseluruhan telah Kepelabuhan. Jakarta: Raja Grafindo
memiliki kompetensi yang baik dan mampu Persada.
melaksanakan kegiatan operasional dengan
baik yang diukung peralatan bongkar muat Moeheriono. (2009). Pengukuran Kinerja
sehingga dapat membantu tercapainya waktu Berbasis Kompetensi. Bogor: Ghalia
sandar kapal (berthing time). Indonesia.
Kompetensi karyawan operasional
(parsial) berpengaruh positif dan signifikan Gurning, R.O.S. (2007). Manajemen Bisnis
terhadap berthing time dan peralatan bongkar Pelabuhan. Jakarta: Andhika Prasetya
muat berpengaruh positif dan signifikan Ekawahana.
terhadap berthing time serta kompetensi
karyawan operasional dan peralatan bongkar Rivai, V., & Sagala, E. J. (2011).
muat bersama sama (simultan) berpengaruh Manajemen Sumber Daya Manusia
positif dan signifikan terhadap berthing time. Untuk Perusahaan. Jakarta: Rajawali
Pers.
E. Daftar Pustaka
Ridiarsih, R. (2013). Analisis Pengaruh
De Langen, P. W. (2015). Port Management Kompetensi SDM terhadap Kinerja
3. United Nations Conference on Trade Karyawan. Journal IPB.
and Development, 15(9), 46.
https://doi.org/10.1057/978113747577 Suyono, C. R. (2007). Shipping:
0 Pengangkutan Intermodal Ekspor
Impor Melalui Laut (Edisi 4). Jakarta:
Dhea, D. (2017). Pengaruh Produktivitas PPM Manajemen.
Quayside Containercrane (QCC)
Terhadap Berthing Time Di Dermaga Sumaryono. (2011). Analisis Hubungan
Ocean Going Terminal Operasi III PT Antara Perawatan Mesin Induk n
Pelabuhan Tanjung Priok Pada Tahun dengan Kelancaran Operasional
2015 – 2016. Kapal. Jakarta: Sekolah Tinggi

182 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 06 No. 02, Juli 2019
https://journal.itltrisakti.ac.id/index.php/jmtranslog
ISSN 2355-4721 Kompetensi Karyawan Operasional Bongkar Muat dalam Pencapaian Berthing Time
DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v6i2.305

Manajemen Transportasi Trisakti.

Thai, V. V., & Lirn, T.-C. (2012). A


Comparative Study of Competency
Requirements For Port Executive in
Vietnam and Taiwan. Australian and
New Zealand Academy of
Management (ANZAM), 1–23.

Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 06 No. 02, Juli 2019 183
https://journal.itltrisakti.ac.id/index.php/jmtranslog
Guntur Angkoso, Aswanti Setyawati ISSN 2355-4721
DOI: http://dx.doi.org/10.25292/j.mtl.v6i2.305

Halaman ini sengaja dikosongkan.

184 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 06 No. 02, Juli 2019
https://journal.itltrisakti.ac.id/index.php/jmtranslog

You might also like