You are on page 1of 12

RESUME

STRATEGI PEMBELJARAN BIOLOGI


“STRATEGI PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING”

Dosen Pengampu: Najah Sholehah M. Pd

OLEH :

NAMA : NADIRA FITRIANI


NIM : 200104011
SEMESTER / KLS : lV /A

JURUSAN TADRIS IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2022
ii
A. Pengertian Blended Learning

3
Blended Learning berasal dari dua kata yaitu Blended dan Learning. Blended
artinya campuran/gabungan/kombinasi, sedangkan laring artinya belajar/pembelajaran.
Garrison dan Vaughan (2008) mendefinisikan yang dikutip oleh Francine S. Glazer,
“Blended learning adalah proses pembelajaran campuran tatap muka dengan online,
sehingga menjadi pengalaman belajar yang unik1
Menurut Josh Bersin, “Blended learning merupakan pembelajaran secara
tradisional yang dilengkapi media elektronik/media teknologi”.2Sedangkan menurut
Catlin R. Tucker, “Blended learning merupakan satu kesatuan yang kohesif
(berpadu/melekat), maksudnya adalah memadukan atau menggabungkan pembelajaran
tradisional tatap muka dengan komponen online”.3
Selanjutnya menurut Kaye Thorne dan David Mackey, Blended learning
merupakan pembelajaran campuran yang memanfaatkan teknologi multimedia, cd-rom,
kelas virtual, voice-mail, e-mail, video streaming, dan sebagainya.4
Dari definisi tersebut maka Blended Learning dapat diartikan sebagai suatu
pembelajaran yang menggabungkan atau mengombinasikan pembelajaran tatap muka
(face to face) dengan media TIK, seperti computer (online maupun ofline), multimedia,
kelas virtual, internet dan sebagainya.
B. Tahapan-tahapan pembelajaran Blended Learning
Secara mendasar terdapat tiga tahapan dasar dalam model blended learning yang
mengacu pembelajaran berbasis ICT, seperti yang diusulkan oleh Grant Ramsay (2001),
yakni:
1. Seeking Of Information

1 Francine S. Glazer, Blended Learning, (Virginia: Stylus Publishing, 2012), h.1.


2 Josh Bersin, The Blended Learning Book: Best Practices, Proven Methodologies, and Lessons Learned, (San
Francisco: John Wiley & Sons, 2004), h. xv.
3 Catlin R. Tucker, Blended Learning in Grades 4–12, (London: Corwin Press, 2012), h.11.
4 Kaye Thorne and David Mackey, Everything You Ever Needed to Know About Training, (London: Kogan
Page Publishers, 2007), h.113.

4
Tahapan seeking of information mencakup tahapan pencarian informasi dari berbagai sumber
informasi yang tersedia di media maupun internet, memilih secara kritis sumber penyedia
informasi dengan berpatokan pada content of relevantion, content of validity/releability, dan
academic clarity. Guru pada tahap ini berperan sebagai pakar yang dapat memberikan
masukan dan nasehat guna membatasi siswa dari tumpukan informasi potensial dalam TIK.
2. Acquisition Of Information
Pada tahapan acquisition of information, siswa secara individu maupun kelompok
berupaya untuk menemukan, memahami, serta mengkonfrontasikan ide atau gagasan
yang telah ada dalam pikiran pelajar, selanjutnya siswa menginterprestasikan
informasi / pengetahuan dari berbagai sumber yang tersedia sampai mereka mampu
mengkomunikasikan kembali dan menginterpretasikan ide-ide dan hasil
interprestasinya menggunakan fasilitas TIK
3. Synthesizing Of Knowledge
Tahap terakhir pada pembelajaran berbasis TIK adalah synthesizing of knowledge
yang berarti siswa mengkonstruksi / merekonstruksi pengetahuan melalui proses
asimilasi dan akomodasi yang berdasarkan dari hasil analisis, diskusi dan perumusan
kesimpulan dari informasi yang diperoleh.
C. Macam-macam pembelajaran Blended Learning
Berikut ini adalah beberapa jenis blended learning yang sudah diterapkan oleh
berbagai lembaga pendidikan diberbagai belahan dunia.
1. Station Rotation Blended learning
Station Rotation Blended Learning adalah penggabungan tiga stasiun atau
spot di dalam satu jam tatap muka dan kemudian dibagi menjadi tiga bgaian.
misalkan satu tatap muka terdiri dari 90 menit durasi pembelajaran, maka
waktu 90 menit tersebut dibagi menjadi tiga waktu yang masing-masing berisi
tahapan di dalam spot yang berbeda berdurasi 30 menit. ketiga spot tersebut
terdiri di antaranya online instruction, teacher-led instruction, dan
collaborative activities and stations.
2. Lab Rotation Blended Learning

5
Metode ini hamper mirip dengan Station rotation blended learning yaitu
memungkinkan siswa memilki kesempatan untuk memutar stasiun melalui
jadwal yang telah ditetapkan, namun dilakukan menggunaka laboratorium
khusus. Penggunaan laboratorium khusus ini memungkinkan dilakukannya
pengaturan jadwal yang fleksibel dengan guru atau pengajar. Sehingga metode
lab rotation blended learning ini diperlukan laboratorium computer.
3. Remote Blended Learning atau Enriched Virtual
Pada metode ini siswa dituntut menyelesaikan pembelajaran daring dan
mereka hanya bisa melakukan pembelajaran tatap muka dengan dosennya
sesuai kebutuhannya saja atau sesekali. Pendekatan ini berbeda dengan model
pendekatan flipped classroom, terutama di dalam keseimbangan waktu.
Didalam metode pembelajaran ini, siswa tidak akan belajar secara tatap muka
dengan guru setiap hari, tetapi dalam pengaturan flipped. Sehingga siswa
dapat menyelesaikan tujuan pembelajarannya secara individu.
4. Flex Blended Learning
Flex Blended Learning ini terasuk di dalam jenis model Blended learning
yang mana pembelajaran daring menjadi inti atau hal utama sehingga menjadi
tulang punggung pembelajaran siswa, meski begitu tatap muka masih
didukung dengan aktivitas pembelajaran tatap muka atau luring. Paling utama,
siswa memulai pembelajaran daring kemudian melanjutkan pembelajaran di
dalam kelas dengan jadwal yang fleksibel disesuaikan secara individual di
dalam berbagai modalitas pembelajaran.
5. Flipped Classroom Blended Learning
Merupakan versi yang paling banyak dikenal dan juga dilakukan. Flipped
classroom ini dimulai dengan pembelajaran siswa yang dilakukan secara
daring, baik diluar kelas atau di rumah dengan materi yang sudah disediakan
sebelumnya. Setelah melakukan proses pembelajran secara daring atau jarak
juah, siswa kemudian bisamemperdalam dan berlatih memecahkan soal-soal
yang diberikan di sekolah atau di kelas bersama dengan dosen atau teman
sekelasnya. Dengan demikian, pembelajaran ini memiliki maksud
menyelenggarakan peran pembelajaran tradisional di kelas secara terbalik.

6
Tujuan dilakukannya flipped classroom di dalam metode blended learning ini
maksudnya masih mempertahankan format pembelajaran tradisional, namun
dilakukan dengan cara atau konteks yang lebih baru.
6. Individuaal Rotation Blended Learning
Merupakan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
memutar materi melalui stasiun-stasiun sesuai dengan jadwal individu yang
ditetapkan oleh guru atau oleh algoritma perangkat lunak computer. Berbeda
dengan model rotasi lainnya, individual rotation ini tidak menuntut siswa
harus pindah dari stasiun satu ke stasiun yang lain, mereka hanya perlu
memutar kanal aktivitas yang dijadwalkan pada daftar putar mereka.
7. Project-Based Blended Learning
Model pembelajaran yang mana siswa dapat menggunakan pembelajaran
darig atau pembelajaran jarak jauh maupun pembelajaran luring dan
melakukan kolaborasi untuk merancang, mengulang, dan menyelesaikan tugas
pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran daring bia berbentuk
pembelajaran daring dengan materi yang sudah disiapkan atau akses mandiri
pada berbagai sumber belajar yang dibuutuhkan.
D. Analisis 3 model/jenis blended learning
1. Flipped Classroom
Flipped Classroom adalah bentuk pembelajaran blended (melalui interaksi tatap
muka dan virtual/online) yang menggabungkan pembelajaran sinkron (synchronous)
dengan pembelajaran mandiri yang askinkron (asynchronous). Pembelajaran sinkron
biasanya terjadi secara real time di kelas. Peserta didik berinteraksi dengan seorang
pengajar dan teman sekelas serta menerima umpan balik pada saat yang sama.
Sedangkan, pembelajaran asinkron adalah pembelajaran yang sifatnya lebih mandiri.
Konten biasanya diakses melalui beberapa bentuk media pada platform digital.
Peserta didik dapat memilih kapan mereka belajar dan juga mereka dapat mengajukan
pertanyaan di kolom komentar, serta berbagi ide atau pemahaman mereka tentang
sebuah materi dengan penngajar atau teman sekelas. Sedangkan, umpan balik akan
diterima mereka tidak pada saat yang sama.

VvVideo adalah media yang sering digunakan sebagai input untuk belajar
mandiri karena dapat diakses dan memungkinkan siswa untuk berhenti dan menonton
7
kembali konten sesuai kebutuhan. Teks dan audio juga dapat digunakan sebagai
konten untuk menyampaikan materi dan memastikan siswa sepenuhnya siap untuk
kelas sinkron. Berikut adalah gambaran konsep pelaksanaan flipped classroom.
Metode flipped classroom, dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu, sebelum kelas
dimulai (pre-class), saat kelas dimulai (in-class) dan setelah kelas berakhir (out of
class). Sebelum kelas dimulai, peserta didik sudah mempelajari materi yang akan
dibahas, dalam tahap ini kemampuan yang diharapkan dimilki oleh peserta didik
adalah mengingat (remembering) dan mengerti (understanding) materi. Dengan
demikian pada saat kelas dimulai peserta didik dapat mengaplikasikan (applying) dan
menganalisis (analyzing) materi melalui berbagai kegiatan interaktif di dalam kelas,
yang kemudian dilanjutkan dengan mengevaluasi (evaluating) dan mengerjakan tugas
berbasis project tertentu sebagai kegiatan setelah kelas berakhir (creating).
Rangkaian proses di atas merupakan kaitan flipped classroom dengan
Bloom’s Taxonomy yang dijelaskan pada Gambar 3 di bawah ini. Terdapat beberapa
bagian yaitu Remembering, Understanding, Applying, Analyzing, Evaluating and
Creating yang terbagi pada tiga kegiatan yaitu sebelum, pada saat dan sesudah kelas.
a. Manfaat Flipped Classroom
Metode flipped classroom membawa dampak yang terasa bagi pengajar
maupun peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat
beberapa manfaat yang ditawarkan oleh metode Flipped Classroom ini. Berikut
adalah beberapa manfaat dari metode ini:
1. Mengubah peran pengajar dan peserta didik
Salah satu manfaat utama dari metode flipped classroom adalah
memberi peserta didik lebih banyak tanggung jawab untuk pembelajaran
mereka sendiri. Di luar kelas, peserta didik dapat belajar secara mandiri
sesuai dengan kemampuan mereka sendiri untuk dapat menyerap ilmu.
Mereka dapat mengatur waktu ataupun tempat yang paling nyaman untuk
mereka belajar. Mereka juga dapat mengulang apabila ada materi yang
masih mereka belum pahami. Oleh sebab itu pembelajaran menjadi lebih

berpusat pada peserta didik (students-centered learning). Selain itu, flipped


classroom memungkinkan pengajar untuk mendedikasikan lebih banyak
waktu di kelas untuk kegiatan pembelajaran yang menarik dan interaktif
8
atau proyek yang sifatnya lebih menekankan pada praktik.
2. Pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta
didik
Dengan lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk praktik di kelas
kegiatan proyek, pengajar memiliki lebih banyak kesempatan untuk
mengamati siswa mereka dalam memahami suatu materi, serta dapat
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka. Pada kelas tradisional,
fokus pengajar akan berpusat pada peserta didik yang aktif dan selalu
merespon pertanyaan pengajar. Sedangkan, mereka yang pasif dan kurang
memahami materi akan sulit mengejar ketertinggalan. Pada metode
flipped classroom, pengajar akan lebih fokus pada peserta didik yang
mengalami kesulitan sedangkan peserta didik yang dapat menerapkan
materi dengan baik diminta untuk bekerja secara mandiri atau membantu
temannya yang masih mengalami kesulitan dalam memahami materi atau
diesebut juga sebagai peer-tutoring. Hal ini dapat memastikan pelajaran
dipersonalisasi dan tugas dibedakan untuk setiap peserta didik.
3. Peserta didik memiliki kepercayaan diri dan keterlibatan dalam
pembelajaran lebih tinggi
Peserta didik lebih banyak mengambil tanggung jawab untuk
pembelajaran mereka sendiri, sehingga mereka dapat mengembangkan
keterampilan belajar individual yang lebih efektif. Ketika menghadapi
suatu masalah dalam proses belajar, mereka harus mencari solusi dan
menyelesaikan masalah tersebut secara independen. Kemandirian ini dapat
menyebabkan peningkatan kepercayaan diri di kelas yang dapat
berdampak positif pada tingkat keterlibatan peserta didik yang lebih tinggi
(higher level of engagement).

4. Flex Blended Learning


Blended Learning Flex Model memusatkan pada pembelajaran
mandiri berbasis online learning dimana pengajar sudah menyiapkan fokus
materi dan tugas melalui jaringan internet. Model pembelajaran tidak
dapat berjalan maksimal tanpa penggunaan media yang optimal.
Manfaatnya adalah Peserta didik dapat menyesuaikan pembelajaran
9
berdasarkan kecepatan dan kemampuan mereka sendiri. Peserta didik
terbiasa untuk belajar secara mandiri dengan menggunakan berbagai
sumber daya yang ada. Dapat meningkatkan kemampuan literasi peserta
didik.
E. Kelebihan dan kekurangan blended learning
Kelebihan model ini adalah:
1. Hemat waktu, Hemat biaya
2. Pembelajaran lebih efektif dan efisien
3. Peserta mudah dalam mengakses materi pembelajaran
4. Peserta didik leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri
5. Memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara online
6. Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan guru atau peserta didik lain di luar
jam tatap muka
7. Pengajar tidak terlalu banyak menghabiskan tenaga untuk mengajar
8. Menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas internet
9. Memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan
10. Hasil yang optimal serta meningkatkan daya tarik pembelajaran, dan lain
sebaginya.
Adapun kekurangannya:
1. Sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung
2. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta
3. Akses internet yang tidak merata di setiap tempat, dan sebagainya.
4. Guru harus selalu mendesain pembelajaran yang menark untuk diikuti secara
online.
F. Implementasi Tahapan pembelajaran Blended Learning
Wilson & Smilanich (2005:18) menjelaskan enam langkah dalam
mengimplementasikan blended learning, yaitu:

a. Determine the goal


Langkah pertama adalah penentuan tujuan program yang akan dibuat untuk
menntukan arah dari kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Tujuan yang jelas
akan menjadi dasar dan landasan dalam pelaksanaan blended learning.
a) Create goals and objective for the program
10
Langkah kedua menulis tujuan dalam bentuk yang lebih konkret dan sasarna
program yang ingin dicapai menggunakan blended learning.
b) Design the blended program
Langkah selanjutnya adalah merancang model blended learning dalam bentuk
blueprint, membuat daftar dan deskripsi faktor-faktor yang menjadi pertimbangan
penggunaan blended learning serta mencari solusi untuk mengatasi pertimbangan
tersebut.
c) Create and coordinate the indivdual training solutions
Langkah keempat adalah membuat dan mengkoordinasi apa yang sudah dibuat
untuk mencari solusi dalam kegiatan pembelajaran, kemudian rancangan tersebut
didiskusikan dengan siswa sebagai pelaksanaan blended learning.
d) Implement the blended program
Langkah keenam adalah implementasi blended learning. Pada tahap ini
dilaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model blended learning.
e) Measure the result of the program
Langkah terakhir adalah mengukur hasil program blended learning dengan
melakukan evaluasi sejauh mana program blended learning sudah berjalan dan apa
saja yang menjadi kekurangan serta mencari solusi untuk mengatasi kekurangan
tersebut.
Implementasi blended learning harus memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran blended learning yang diungkapkan oleh Garisson & Vaughan (2008:
33-46) yaitu: a) membangun suasana pembelajaran yang akan mendorong komunikasi
yang terbuka dan menciptakan rasa percaya antara satu siswa dengan lainnya, b)
membangun siswa untuk merefleksikan segala permasalahan yang dihadapi secara
kritis c) mempertahankan komunitas untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
dengan menjalin komunikasi secara kolaboratif, d) mendorong dan mendukung

perkembangan penemuan siswa dalam kegiatan pembelajaran, e) mengelola hubungan


kolaborasi siswa untuk mendukung siswa dalam meningkatkan tanggung jawab untuk
pembelajaran siswa, f) memastikan bahwa penemuan yang dilakukan oleh siswa
bergerak ke resolusi dan kesadaran metakognitif yang dikembangkan, dan
f) memastikan penilaian adalah sama dan relevan dengan hasil belajar yang
dimaksudkan.
11
12
DAFTAR PUSTAKA

Catlin R. Tucker, Blended Learning in Grades 4–12, (London: Corwin Press, 2012), h.11.

Catlin R. Tucker, Op.Cit., h.13-14. Lihat juga Heather Staker and Michael B. Horn,

Classifying K–12 Blended learning, Inno Sight Institut, May 2012, h.8-15.

Francine S. Glazer, Blended Learning, (Virginia: Stylus Publishing, 2012), h.1.

Josh Bersin, The Blended Learning Book: Best Practices, Proven Methodologies, and Lessons

Learned, (San Francisco: John Wiley & Sons, 2004), h. xv.

Kaye Thorne and David Mackey, Everything You Ever Needed to Know About Training,

(London: Kogan Page Publishers, 2007), h.113.

You might also like