Professional Documents
Culture Documents
1958 - Referensi Penulisan Resume
1958 - Referensi Penulisan Resume
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi terbaik minuman fungsional serbuk
temulawak, jahe merah, dan gula aren yang memberikan kualitas minuman instan terbaik dan disukai
konsumen. Proses formulasi menggunakan metode desain campuran dalam program Design Expert 7®. Dari
program ini diperoleh 16 formulasi dengan proporsi komponen yang berbeda. Hasilnya dianalisis
menggunakan ANOVA. Optimasi dilakukan untuk mendapatkan formula yang paling optimal dengan
menentukan tujuan dari respon yang diinginkan. Formula yang paling optimum pada pembuatan minuman
fungsional temulawak, jahe merah dan gula merah adalah formula 1 dengan proporsi komponen temulawak
26,85%, jahe merah 51,60%, dan gula aren 21,55%. Formula ini memiliki nilai hedonik rasa sebesar 4,08
(sangat disukai), dan aktivitas antioksidan tertinggi sebesar 17,02 g/mL (IC 50).
Kata Kunci: minuman fungsional, desain campuran, temulawak, jahe merah, gula merah
ABSTRACT: The aims of this study was to obtain the best formulation of functional drinks with powdered ginger,
red ginger, and palm sugar which provide the best quality of functional drinks and preferred by consumers. The
formulation process uses mixture design methods in the Design Expert 7® program. From this program, 16
formulations with different component proportions were obtained. The results were analyzed using ANOVA. The
results of this study indicate that the most optimum formula for processing functional drinks from temulawak, red
ginger and brown sugar is formula 1 with a proportion of 26.85% temulawak, 51.60% red ginger, and 21.55%
palm sugar. This formula has a taste hedonic value of 4.08 (highly preferred), and the highest antioxidant activity
of 17.02 g/mL (IC50).
Keywords: functional drinks, mixture design, curcuma, red ginger, palm sugar
Mutu Organoleptik
1. Hedonik Warna
Berdasarkan analisis hedonik warna
Gambar 4. Grafik contour plot aktivitas diperoleh skor berkisar antara 2.88 hingga 3.48.
antioksidan Nilai hedonik warna terendah ditunjukkan oleh
formula 13 dengan proporsi 28.16%
Grafik Countour Plot pada Gambar 4 temulawak, 50% jahe merah, dan 21.84% gula
menggambarkan bagaimana kombinasi merah, serta formula 8 dengan proporsi 25%
proporsi bahan tidak saling memengaruhi nilai temulawak, 50% jahe merah, dan 24.99% gula
uji. Warna pada grafik menunjukkan nilai merah. Sedangkan nilai tertinggi ditunjukkan
aktivitas antioksidan. Garis-garis yang terdiri oleh formula 14 dengan proporsi 25%
atas titik-titik pada grafik menunjukkan temulawak, 52.55% jahe merah, dan 22.45%
kombinasi ketiga komponen dengan jumlah gula merah. Dari data tersebut dapat dilihat
berbeda yang menghasilkan respon yang sama. semakin banyak proporsi jahe merah maka
akan memengaruhi tingkat kesukaan warna
3. Kadar Air minuman fungsional ini.
Berdasarkan data analisis kadar air sampel Data nilai hedonik warna pada grafik
berkisar antara 7.31% - 8.77%. Menurut internally studentized residuals menyebar
Keputusan MenKes RI (1994) kadar air sepanjang garis normal yang menunjukkan
simplisia tidak lebih dari 10%, maka kadar air bahwa adanya pemenuhan asumsi model dari
minuman fungsional serbuk memenuhi syarat ANOVA. Hasil analisis ragam (ANOVA) yang
mutu kadar air simplisia. dilakukan oleh program Design Expert 7®
Data nilai kadar air pada grafik internally menunjukkan hasil bahwa model yang
studentized residuals menyebar sepanjang garis direkomendasikan memiliki nilai p “Prob>F”
normal yang menunjukkan bahwa adanya lebih besar dari 0.05 yaitu 0.9827. Hal ini berarti
pemenuhan asumsi model dari ANOVA. Hasil bahwa 16 formulasi yang diuji tidak
analisis ragam (ANOVA) yang dilakukan oleh memberikan pengaruh nyata terhadap uji
program Design Expert 7® menunjukkan bahwa hedonik warna.
J. Teknol. Pangan Kes., 3(1), hal. 41-48 44
Sabariman et al. (2021) Aplikasi Metode Mixture Design Pada Formulasi
…
antara temulawak dan jahe merah memberikan
pengaruh terhadap nilai hedonik rasa.
Grafik Countour Plot pada Gambar 6 Grafik contour plot pada Gambar 7
menggambarkan bagaimana kombinasi menggambarkan bagaimana kombinasi
proporsi bahan tidak saling memengaruhi nilai proporsi bahan saling memengaruhi nilai uji.
uji. Warna pada grafik menunjukkan nilai Formula yang memberikan pengaruh yang
hedonik warna. Garis-garis yang terdiri atas berbeda nyata adalah formula 14 (3.4). Warna
titik-titik pada grafik menunjukkan kombinasi pada grafik menunjukkan nilai hedonik rasa.
ketiga komponen dengan jumlah berbeda yang Warna biru untuk nilai terendah dan warna
menghasilkan respon yang sama. merah untuk nilai tertinggi. Garis-garis yang
terdiri atas titik-titik pada grafik menunjukkan
2. Hedonik Rasa kombinasi ketiga komponen dengan jumlah
Berdasarkan analisis hedonik rasa berbeda yang menghasilkan respon yang
diperoleh skor berkisar antara 2.44 hingga 4.08. berbeda.
Nilai hedonik rasa terendah ditunjukkan oleh
formula 4 dengan proporsi 29.99% temulawak, 3. Mutu Hedonik Warna
50% jahe merah, dan 20% gula merah. Berdasarkan analisis mutu hedonik warna
Sedangkan nilai tertinggi ditunjukkan oleh diperoleh skor berkisar antara 2.76 sampai
formula 1 dengan proporsi 26.85% temulawak, 3.56. Nilai terendah dihasilkan formula 6
51.60% jahe merah, dan 21.55% gula merah. dengan proporsi 29.99% temulawak, 50% jahe
Dari data tersebut dapat dilihat semakin banyak merah, dan 20% gula merah. Sedangkan nilai
proporsi gula merah maka akan memengaruhi tertinggi dihasilkan formula 14 dengan proporsi
tingkat kesukaan rasa minuman fungsional komponen 25% temulawak, 52.55% jahe
ini. merah, dan 22.45% gula merah.
Data nilai hedonik rasa pada grafik Data nilai mutu hedonik warna pada grafik
internally studentized residuals menyebar internally studentized residuals menyebar
sepanjang garis normal. Hal tersebut sepanjang garis normal. Hal tersebut
menunjukkan bahwa adanya pemenuhan menunjukkan bahwa adanya pemenuhan
asumsi model dari ANOVA. asumsi model dari ANOVA. Hasil analisis ragam
Hasil analisis ragam (ANOVA) yang (ANOVA) yang dilakukan oleh program Design
ditunjjukkan oleh program Design Expert 7® Expert 7® pada taraf signifikansi 5%
pada taraf signifikansi 5% menunjukkan hasil menunjukkan hasil bahwa model yang
bahwa model yang direkomendasikan memiliki direkomendasikan memiliki nilai p “Prob>F”
nilai p “Prob>F” lebih kecil dari 0.05 yaitu lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.0163. Hal ini berarti
0.1365. Hal ini berarti bahwa 16 formulasi yang bahwa 16 formulasi yang diuji memberikan
diuji memberikan pengaruh nyata terhadap uji pengaruh nyata terhadap uji mutu hedonik
hedonik rasa. Selain model yang warna.
direkomendasikan, terdapat interaksi Grafik contour plot pada Gambar 8
temulawak dengan jahe merah yang memiliki menggambarkan bagaimana kombinasi
nilai p “Prob>F” lebih kecil dari 0.05 yaitu proporsi bahan saling memengaruhi nilai uji.
0.0354 yang menunjukkan bahwa interaksi Warna pada grafik menunjukkan nilai mutu
hedonik warna. Warna biru untuk nilai
Oleh:
Yopi Setiawan, S.T.,M.T.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan rasio air dengan buah-buahan
yang sesuai dan untuk menentukan konsentrasi stabilizer yang tepat dan untuk menyelidiki
interaksi antara rasio buah dengan air dan konsentrasi stabilizer pada karakteristik jus buah
salak Bongkok.
Penelitian pendahuluan adalah untuk menentukan penambahan konsentrasi sukrosa
dan zat penstabil yang tepat dengan respons organoleptik. Penelitian utama dilakukan dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari dua faktor: faktor A
(perbandingan buah dengan air), yang terdiri dari 5 level yaitu a1 (1: 1), a2 (1: 2), a3 (1) : 3), a4
(1: 4), a5 (1: 5) dan faktor B (konsentrasi stabilizer), yang terdiri dari tiga level yaitu b1
(0,5%), b2 (0,75%), b3 (1%). Respon yang digunakan dalam studi utama adalah respon kimia
yang terdiri dari aktivitas antioksidan, kadar air dan TSS (Total Soluble Solid), respon fisik
yang viskositas dan respon organoleptik yang meliputi rasa, aroma dan penampilan.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, diperoleh konsentrasi sukrosa terbaik 10%
dan jenis stabilisator terbaik yaitu dekstrin (perlakuan a3b2 dengan kode sampel 896).
Berdasarkan hasil penelitian primer, diketahui bahwa perbandingan interaksi buah dengan air
dan konsentrasi zat penstabil berpengaruh signifikan terhadap aktivitas antioksidan, kadar air,
TSS dan viskositas.
Perlakuan terbaik adalah jus buah dan air dengan perbandingan 1: 1 dengan
konsentrasi stabilizer 0,5% (perlakuan a1b1 dengan kode sampel 392) yang memiliki nilai
IC50 91.9555 mg / mL, kadar air 69,725%, sebesar 26,185% TSS dan viskositas 2,8885 kg /
ms.
Abstract
The aim of this study was to determine the ratio of water with fruits appropriate and to determine the
appropriate concentration of stabilizer and to investigate the interaction between the ratio of the fruit with
water and the concentration of the stabilizer on the characteristics of the juice of snakefruits Bongkok.
The preliminary study is to determine the appropriate addition of sucrose concentration and stabilizer
right with organoleptic response. Primary research carried out by using a randomized block design (RBD)
consisting of two factors: factor A (comparison fruit with water), which consists of 5 levels ie a1 (1: 1), a2 (1:
2), a3 (1: 3) , a4 (1: 4), a5 (1: 5) and factor B (concentration of stabilizer), which consists of three levels ie
b1 (0.5%), b2 (0.75%), b3 (1%). The responses are used in the main study chemical response that consists of
antioxidant activity, moisture content and TSS (Total Soluble Solid), physical responses that the viscosity
and organoleptic responses that include taste, aroma and appearance.
Based on preliminary research results, obtained the best sucrose concentrations of 10% and the best
type of stabilizer that is dextrin (a3b2 treatment with sample code 896). Based on the results of primary
research, it is known that the interaction comparisons fruit with water and concentration of stabilizer
significant effect on antioxidant activity, moisture content, TSS and viscosity.
The best treatment is fruit juice and water with a ratio of 1: 1 with a stabilizer concentration of
0.5% (a1b1 treatment with sample code 392) which has a value of IC50 91.9555 mg / mL, the water
content of 69.725%, amounting to 26.185% TSS and viscosity of 2.8885 kg / m.s.
air yang ditambahkan maka warna akan Maksud dari penelitian ini adalah
semakin terang hingga pucat, aromanya untuk mengetahui bagaimana pengaruh
kurang khas, rasa akan semakin hambar perbandingan buah salak dengan air dan
dan kekentalannya pun rendah, begitupun pengaruh konsentrasi penstabil serta
sebaliknya (Gustianova, 2012). interaksi perbandingan buah salak dengan
Masalah yang sering dihadapi air dan konsentrasi penstabil terhadap
dalam pembuatan sari buah adalah karakteristik minuman sari buah salak
kerusakan suspensi dari sari buah. Bongkok.
Kerusakan suspensi sari buah dapat Tujuan dari penelitian ini adalah
berupa endapan serta perubahan warna untuk menentukan perbandingan air
dan rupa yang tidak diinginkan, untuk dengan buah salak yang tepat dan untuk
mengatasi masalah ini, perlu ditambahkan menentukan konsentrasi penstabil yang
bahan penstabil dengan tujuan untuk tepat sehingga akan diperoleh minuman
mendapatkan kestabilan sari buah yang sari buah salak yang mempunyai
dianjurkan yaitu minimal 50% (SNI, karakteristik baik dan dapat diterima oleh
1995). konsumen.
Beberapa jenis bahan penstabil Manfaat yang ingin dicapai dari
yang digunakan dalam pembuatan sari pembuatan minuman sari buah salak
buah umumnya adalah CMC, gum arab varietas Bongkok adalah meningkatkan
dan dekstrin. Namun, penamabahan nilai ekonomis dari daging salak varietas
bahan penstabil umumnya berpengaruh Bongkok, meningkatkan nilai jual buah
terhadap viskositas larutan. salak varietas Bongkok, menambah variasi
Penambahan konsentrasi CMC produk yang berbahan baku salak dan
yang berlebihan dapat meningkatkan sebagai salah satu produk diversifikasi
viskositas larutan. (Kamal, 2010). Selain minuman serta memberikan informasi
itu, dengan menambahakan gum arab tentang cara mengawetkan buah salak.
pada larutan, viskositas akan meningkat
sebanding dengan peningkatan Kerangka Pemikiran
konsentrasi (Tranggono dkk, 1991). Sari buah adalah cairan yang
Berdasarkan uraian diatas maka dihasilkan dari penghancuran buah segar
perlu dilakukan penelitian untuk yang matang. Pada prinsipnya dikenal dua
mengetahui pengaruh perbandingan air macam sari buah, yaitu sari buah encer
dengan sari buah dan konsentrasi yang diperoleh dari pengepresan daging
penstabil terhadap karakteristik minuman buah, dilanjutkan dengan penambahan air,
sari buah. penambahan atau tanpa penambahan gula
Berdasarkan latar belakang dan sari buah pekat yaitu cairan yang
penelitian diatas, masalah yang dapat dihasilkan dari pengepresan daging buah
diidentifikasikan adalah sebagai berikut: dan dilanjutkan dengan proses pemekatan
1. Apakah variasi perbandingan buah (Triyono, 2010).
salak dengan air berpengaruh Menurut Farikha dkk (2013),
terhadap karakteristik sari buah salak tahapan pembuatan sari buah, meliputi
varietas Bongkok. sortasi buah, pencucian, pengupasan,
2. Apakah konsentrasi penstabil pemotongan, penghancuran daging buah,
berpengaruh terhadap karakteristik filtrasi, homogenisasi, pasteurisasi,
minuman sari buah salak varietas pengemasan, dan penyimpanan.
Bongkok (Salacca edulis Reinw). Sedangkan menurut Gustianova
3. Apakah interaksi perbandingan buah (2012), proses pembuatan sari buah pada
salak dengan air dan konsentrasi prinsipnya terdiri dari tahapan ekstraksi,
penstabil berpengaruh terhadap penyaringan, pemanasan, dan
karakteristik minuman sari buah salak pengemasan. Dalam pembuatan sari buah
varietas Bongkok (Salacca edulis Reinw). tertentu misalnya salak, proses ekstraksi
untuk mendapatkan cairan buah dapat Manoi (2006) Penggunaan CMC lebih
dilakukan dengan pengepresan efektif dibandingkan dengan gum arab
(menggunakan juice extractor atau juice atau gelatin. Penambahan CMC dengan
presser), penghancuran (dengan blender konsentrasi 0,5 – 3% sering digunakan
atau parutan), atau dengan cara perebusan untuk mempertahankan kestabilan
atau dengan mengekstraksinya dengan suspensi. Perlakuan penambahan bahan
menggunakan pelarut. CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) 1,5%
Buah yang digunakan untuk memberikan hasil terbaik pada pembuatan
membuat sari buah adalah buah yang sirup jambu mete.
telah matang, dalam bentuk segar atau Gum arab dapat digunakan
yang dipertahankan dalam kondisi yang sebagai penstabil dengan maksimal
baik dengan peralatan. Buah tersebut penggunaan 0,05% (Saptoningsih, 2012).
dapat langsung diolah menjadi sari buah Konsentrasi penambahan gum arab
atau terlebih dahulu dibuat menjadi puree sebanyak 0,1% menghasilkan minuman
maupun konsentrat sari buah madu sari buah jambu merah yang
(Gustianova, 2012). berkualitas baik (Gitawuri, 2014).
Menurut Farikha dkk (2013), Menurut Suzanty (2009), hasil uji
masalah yang timbul pada minuman sari organoleptik sari kedelai instan
buah naga adalah timbulnya endapan menunjukkan bahwa sampel dengan
selama penyimpanan. Dalam pembuatan bahan penstabil dekstrin 0,2 %
minuman sari buah keruh diperlukan merupakan sampel terbaik. Menurut
bahan penstabil untuk mempertahankan Amalia (2011), hasil penelitian pembuatan
kondisi keruh dan mencegah sirup buah kawis didapatkan nilai
pengendapan. Pada penelitian ini kekeruhan terendah pada penambahan
digunakan 3 jenis bahan penstabil, yaitu dekstrin dengan massa 7,5 gram/L.
CMC (Carboxyl Methyl Cellulose), gum arab Selain masalah terbentuknya
dan dekstrin. endapan, salak dapat mengalami
Penggunaan CMC (Carboxyl perubahan warna akibat aktivitas enzim
Methyl Cellulose) dapat digunakan sebagai yang terkandung di dalam buah salak.
stabilizier pada pembuatan minuman Oleh karena itu, salak harus melewati
madu sari buah jambu merah. CMC perlakuan blanching untuk menginaktifkan
(Carboxyl Methyl Cellulose) berfungsi enzim yang dapat merusak suspensi sari
mempertahankan kestabilan minuman buah salak sehingga terbentuk endapan
agar partikel padatannya tetap terdispersi pada produk minuman, disamping itu
merata ke seluruh bagian sehingga tidak blanching juga dapat mengurangi jumlah
mengalami pengendapan. CMC juga dapat populasi mikroorganisme pada bahan
memperbaiki citarasa, warna, dan pangan tersebut.
konsistensi sari buah (Kamal, 2010). Menurut Aminah dkk (2008),
Menurut Siskawardani dkk dalam pembuatan sari buah belimbing,
(2013), penambahan CMC sebanyak dilakukan blanching pada air panas (80ºC)
0,04% merupakan perlakuan terbaik pada selama 3 menit untuk mencegah
pembuatan minuman asam sari tebu. terjadinya pencoklatan pada buah
Sedangkan menurut Prasetyo dkk (2014), belimbing.
penambahan CMC sebanyak 0,05% dapat Menurut Sa’adah dkk (2015),
meningkatkan viskositas dan mutu minuman sari buah adalah sari buah yang
organoleptik pada minuman madu sari telah diencerkan dengan menggunakan
buah jambu merah. air. Kandungan sari buah pada minuman
Penambahan bahan penstabil minimal harus 35% dengan atau tanpa
CMC dengan konsentrasi 2% merupakan penambahan gula.
perlakuan terbaik pada pembuatan sari Menurut penelitian Suhartini
buah nangka (Fauzan, 2010). Menurut (2002), penambahan air pada pembuatan
Tabel 1. Model Percobaan Rancangan Acak Kelompok Pola Faktorial 5x3 dengan 2 Kali
Ulangan
Perbandingan Ulangan
Konsentrasi Bahan
Buah dengan Air
Penstabil (B) I II
(A)
b1 a1b1 a1b1
a1 b2 a1b2 a1b2
b3 a1b3 a1b3
b1 a2b1 a2b1
a2 b2 a2b2 a2b2
b3 a2b3 a2b3
b1 a3b1 a3b1
a3 b2 a3b2 a3b2
b3 a3b3 a3b3
b1 a4b1 a4b1
a4 b2 a4b2 a4b2
b3 a4b3 a4b3
b1 a5b1 a5b1
a5 b2 a5b2 a5b2
b3 a5b3 a5b3
Denah rancangan faktorial 5x3 a1b1 a2b2 a5b3 a5b2 a5b1 a1b3 a4b1
dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 2 kali ulangan sebagai berikut: Kelompok Ulangan 2
a4b1 a2b3 a5b3 a3b2 a3b1 a1b1 a4b2 a5b1
Kelompok Ulangan 1
a3b1 a1b2 a2b3 a4b2 a4b3 a3b2 a2b1 a3b3 a1b2 a3b3 a1b2 a3b3 a1b2 a3b3 a1b2
7. Penghancuran 2. Pencucian
Daging buah salak yang telah Buah salak yang telah ditimbang
dipotong kemudian dahancurkan dengan selanjutnya dicuci di bawah air yang
menggunakan blender. Proses mengalir untuk menghilangkan kotoran
penghancuran dilakukan dengan yang menempel pada kulit buah salak.
menambahkan air dengan perbandingan
antara buah dengan air yaitu 1:4. 3. Blanching
Buah salak yang sudah dipisahkan
8. Penyaringan dari kulit dan bijinya selanjutnya
Proses selanjutnya yaitu proses selanjutnya diblanching pada suhu 80ºC
penyaringan. Pada proses ini, buah salak selama 7 menit.
yang telah dihancurkan disaring 4. Penirisan
menggunakan kain blacu untuk Buah salak yang telah melewati
mendapatkan sari buah salak yang proses blanching selanjutnya ditiriskan.
terpisah dari ampas. Penirisan dilakukan untuk menghilangkan
air sisa blanching yang menempel pada
9. Pencampuran I permukaan buah salak.
Sari buah yang telah didapat
selanjutnya ditambahkan gula pasir 5. Trimming
dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 5, Buah salak yang sudah dicuci
10 dan 15%. kemudian ditrimming untuk memisahkan
bagian-bagian yang tidak diperlukan. Buah
10. Pencampuran II salak dipisahkan dari kulit buah dan
Proses pencampuran II yaitu bijinya.
penambahan bahan penstabil dimana
bahan penstabil yang ditambahkan adalah
CMC dengan konsentrasi 0,5%, gum arab
dengan konsentrasi 0,1% dan dekstrin
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Pendahuluan Pembuatan Minuman Sari Buah Salak Bongkok.
Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik Terhadap Rasa, Aroma dan Kenampakan Sari Buah Salak
Bongkok.
Organoleptik
Sampel Total
Rasa Aroma Kenampakan
a1b1 (CMC, sukrosa 5%) 2,63 a 3,43 b 3,33 a 9,3
a1b2 (CMC, sukrosa 10%) 4,02 c 3,55 b 3,45 abc 11,02
a1b3 (CMC, sukrosa 15%) 3,72 b 3,80 c 3,37 ab 10,89
a2b1 (gum arab, sukrosa 5%) 4,23 c 3,20 a 4,05 e 11,48
a2b2 (gum arab, sukrosa 10%) 4,12 c 3,78 c 3,60 bcd 11,5
a2b3 (gum arab, sukrosa 15%) 2,85 a 4,12 d 3,67 cd 10,64
a3b1 (dekstrin, sukrosa 5%) 2,67 a 3,10 a 3,77 d 9,54
a3b2 (dekstrin, sukrosa 10%) 4,25 c 3,85 c 4,13 ef 12,23
a3b3 (dekstrin, sukrosa 15%) 4,20 c 4,22 e 4,33 f 12,75
aroma dan kekentalan. Pemilihan salak Bongkok adalah analisis kimia yang
perlakuan terpilih pada penelitian meliputi analisis aktivitas antioksidan,
pendahuluan ditentukan berdasarkan kadar air, TSS (Total Soluble Solid), analisis
penilaian tertinggi terhadap rasa dan fisika yaitu viskositas dan uji organoleptik
kenampakan karena penelitian yang meliputi rasa, aroma dan
pendahuluan ini dilakukan untuk kenampakan.
menentukan jumlah sukrosa yang
ditambahkan ke dalam sari buah salak Analisis Kimia
berdasarkan tingkat kesukaan panelis Antioksidan
terhadap rasa sedangkan penilaian Uji kuantitatif daya antioksidan
terhadap kenampakan dilakukan untuk pada penelitian ini dilakukan dengan
menentukan jenis bahan penstabil yang metode DPPH (1,1-difenil-2-
digunakan. Berdasarkan Tabel 3 dapat pikrilhidrazil) secara spektrofotometri
disimpulkan bahwa sampel dengan sinar tampak. Metode ini didasarkan pada
perlakuan penambahan konsentrasi perubahan warna radikal DPPH yang
sukrosa sebesar 10% dan jenis bahan disebabkan oleh reaksi antara radikal
pestabil dekstrin merupakan perlakuan bebas DPPH dengan satu atom hidrogen
terbaik. Perlakuan tersebut selanjutnya yang dilepaskan senyawa yang terkandung
akan digunakan untuk penelitian utama. dalam bahan uji untuk membentuk
senyawa 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin yang
Hasil dan Pembahasan Penelitian berwarna kuning. Pada metode ini
Utama absorbansi yang diukur adalah absorbansi
Penelitian utama merupakan larutan DPPH sisa yang tidak bereaksi
kelanjutan dari penelitian pendahuluan, dengan senyawa antioksidan
dimana hasil uji organoleptik pada (Josephy,1997).
penelitian pendahuluan telah diperoleh Berdasarkan hasil analisis
konsentrasi sukrosa dan jenis penstabil antioksidan menunjukkan bahwa
terpilih untuk pembuatan sari buah salak perbandingan buah dengan air (A) dan
Bongkok dimana konsentrasi sukrosa konsentrasi penstabil (B) serta
yang terpilih pada penelitian pendahuluan interaksinya (AB) memberikan pengaruh
adalah sebesar 10% dan jenis bahan nyata terhadap aktivitas antioksidan sari
penstabil yang terpilih adalah dekstrin. buah salak Bongkok. Pengaruh interaksi
Selanjutnya, perlakuan terpilih ini akan perbandingan buah dengan air dan
digunakan pada penelitian utama. konsentrasi penstabil (AB) terhadap
Penelitian utama dilakukan untuk aktivitas antioksidan sari buah salak
mengetahui pengaruh perbandingan buah Bongkok dapat dilihat pada Tabel 4 dan
dengan air (1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5) dan Gambar 3.
konsentrasi penstabil (0,5%, 0,75%, 1%)
terhadap karakteristik sari buah salak
Bongkok.
Analisis hasil penelitian utama
yang dilakukan pada produk sari buah
Tabel 4. Pengaruh Interaksi Perbandingan Buah dengan Air dan Konsentrasi Penstabil (AB)
Terhadap Aktivitas Antioksidan Sari Buah Salak Bongkok.
Perbandingan Buah dan Konsentrasi Penstabil (B)
Air (A) b1 (0,5%) b2 (0,75%) b3 (1%)
A A A
a1 (1:1) 91,9555 171,2385 221,999
a b b
B B B
a2 (1:2) 225,105 336,369 755
a b c
C C C
a3 (1:3) 1030,49 1289,425 3229,77
a b c
D D D
a4 (1:4) 1496,94 1701 2510,405
a b c
E E E
a5 (1:5) 2345,21 3131,23 3548,125
a b c
Keterangan: Setiap huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada taraf 5% Uji
Duncan (huruf kecil dibaca secara horizontal dan huruf besar secara vertikal).
4000
Rata-rata IC50
3000
y = 840.77x - 469.24
2000 R² = 0.7972
y = 728.46x - 859.53
1000 R² = 0.9287
y = 577.83x - 695.56
0 R² = 0.9608
0 1 2 3 4 5
Perbandingan Buah dengan Air
Konsentrasi Penstabil 0,5% Konsentrasi Penstabil 0,75%
Konsentrasi Penstabil 1% Linear (Konsentrasi Penstabil 0,5%)
Linear (Konsentrasi Penstabil 0,75%) Linear (Konsentrasi Penstabil 1%)
Gambar 3. Kurva Pengaruh Perbandingan Buah dengan Air Terhadap Aktivitas Antioksidan Sari Buah
Salak Bongkok
menyatakan bahwa suatu zat mempunyai menunjukkan bahwa sari buah dengan
sifat antioksidan bila nilai IC50 kurang dari perbandingan buah dan air 1:1
200 µg/mL. Bila nilai IC50 yang diperoleh mempunyai sifat antioksidan yang kuat
berkisar antara 200-1000 µg/mL, maka karena mempunyai nilai IC50 kurang dari
zat tersebut kurang aktif namun masih 200 µg/mL.
berpotensi sebagai zat antioksidan. Hal ini
1;1
3800
3550 y = 2405.8x + 1203.8 1;2
3300
3050 R² = 0.9696 1;3
Rata-rata IC50
2800
2550 1;4
2300 y = 2026.9x + 382.58
2050 1;5
1800 R² = 0.8937 y = 4398.6x - 1449
1550 R² = 0.8369 Linear (1;1)
1300
1050 y = 1059.8x - 356.02 Linear (1;2)
800 y = 260.09x - 33.334
550 R² = 0.8992 Linear (1;3)
300 R² = 0.9842
50 Linear (1;4)
0.0 0.3 0.5 0.8 1.0 1.3 1.5 Linear (1;5)
Konsentrasi Penstabil
Gambar 4. Kurva Pengaruh Konsentrasi Penstabil Terhadap Aktivitas Antioksidan Sari Buah Salak
Bongkok.
Tabel 5. Pengaruh Interaksi Perlakuan Perbandingan Buah Dengan Air dan Konsentrasi
Penstabil Terhadap Kadar Air Sari Buah Salak Bongkok.
Hasil uji kadar air sari buah salak jumlah konsentrasi penstabil yang
Bongkok pada Tabel 5 dapat diketahui ditambahkan, kadar air yang terkandung
bahwa kadar air tertinggi terdapat pada dalam sari buah salak semakin menurun.
perlakuan a5b1 (perbandingan buah Hal ini dapat dihubungkan dengan total
dengan air 1:5 dan konsentrasi penstabil padatan terlarut dimana deksrin sebagai
0,5%) sedangkan kadar air terendah bahan penstabil bersifat mengikat air.
terdapat pada perlakuan a1b3 Oleh karena itu, kadar air akan menurun
(perbandingan buah dengan air 1:1 dan dengan semkain banyak jumlah dekstrin
konsentrasi penstabil 1%). Tabel 9 yang ditambahkan.
menunjukkan bahwa semakin banyak
80
Rata-rata TSS
70
1;1
60 1;2
1;3
50
1;4
40
1;5
0.50% 0.75% 1%
Perlakuan
Gambar 5. Pengaruh Perbandingan Buah Dengan Air dan Konsentrasi Penstabil Terhadap Kadar Air
Sari Buah Salak Bongkok.
Tabel 6. Pengaruh Interaksi Perlakuan Perbandingan Buah dengan Air dan Konsentrasi
Penstabil Terhadap Total Soluble Solid Sari Buah Salak Bongkok.
Perbandingan Buah Konsentrasi Penstabil (B)
dan Air (A) b1 (0,5%) b2 (0,75%) b3 (1%)
E C D
a1 (1:1) 26,185 27,415 29,445
a b c
D C C
a2 (1:2) 25,325 26,945 27,88
a b c
C B B
a3 (1:3) 24,57 24,57 25,345
a b c
B B B
a4 (1:4) 23,3 24,59 25,225
a b b
A A A
a5 (1:5) 21,625 22,71 23,77
a b c
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada taraf 5% Uji
Duncan (huruf kecil dibaca secara horizontal dan huruf besar secara vertikal).
30
Rata-rata TSS 28 1;1 1;2
26
24
1;3 1;4
22
20
1;5
0.50% 0.75% 1%
Perlakuan
Gambar 6. Pengaruh Perbandingan Buah Dengan Air dan Konsentrasi Penstabil Terhadap Total
Padatan Terlarut Sari Buah Salak Bongkok.
Hasil uji viskositas sari buah salak menghasilkan nilai viskositas yang tinggi.
Bongkok pada tabel 10 dapat diketahui Viskositas tertinggi terjadi pada perlakuan
bahwa semakin sedikit jumlah a1b3 (perbandingan buah dengan air 1:3
penambahan air dan semakin tinggi dan konsentrasi penstabil 1%) sedangkan
penambahan konsentrasi bahan penstabil viskositas terendah terdapat pada
3.5
1;1 1;2
3
2.5
2 1;3 1;4
1.5
1
0.5 1;5
0
0.50% 0.75% 1%
Perlakuan
Gambar 7. Pengaruh Perbandingan Buah Dengan Air dan Konsentrasi Penstabil Terhadap
Viskositas Sari Buah Salak Bongkok
Tabel 8. Pengaruh Interaksi Perlakuan Perbandingan Buah dengan Air dan Konsentrasi
Penstabil Terhadap Rasa Sari Buah Salak Bongkok.
Konsentrasi Penstabil (B)
Perbandingan Buah dan Air (A)
b1 (0,5%) b2 (0,75%) b3 (1%)
5,05 C 4,725 D 4,575 D
a1 (1:1)
a a a
4,575 B 4,25 D 4,25 C
a2 (1:2)
a a a
4,225 B 3,45 C 4,075C
a3 (1:3)
b a b
2,75 A 3,275 B 3,475 B
a4 (1:4)
a b b
2,65 A 2,825 A 2,6 A
a5 (1:5)
a a a
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada taraf 5%
Uji Duncan (huruf kecil dibaca secara horizontal dan huruf besar secara vertikal).
6
5 1;1 1;2
4
3
2 1;3 1;4
1
0
0.50% 0.75% 1%
1;5
Perlakuan
Gambar 8. Pengaruh perbandingan buah dengan air (a) dan konsentrasi penstabil (b) terhadap rasa
sari buah salak bongkok.
Aroma
Aroma merupakan salah satu faktor penting bagi konsumen dalam memilih produk
pangan yang paling disukai. Aroma bahan makanan merupakan suatu komponen tertentu
yang mempunyai beberapa fungsi dalam makanan, yaitu bersifat memperbaiki dan
membuat lebih dapat diterima (Winarno, 1997).
Tabel 9. Pengaruh Interaksi Perlakuan Perbandingan Buah dengan Air dan Konsentrasi
Penstabil Terhadap Aroma Sari Buah Salak Bongkok.
Perbandingan Konsentrasi Penstabil (B)
Buah dan Air
b1 (0,5%) b2 (0,75%) b3 (1%)
(A)
4,375 B 4,4 B 4,45 B
a1 (1:1)
a a a
4,175 B 4,075 A 4,075 A
a2 (1:2)
a a a
4,25 B 3,875 A 4,075 A
a3 (1:3)
b a b
3,925 A 4 A 4,125 A
a4 (1:4)
a a a
3,875 A 3,975 A 3,975 A
a5 (1:5)
a a a
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada taraf 5%
Uji Duncan (huruf kecil dibaca secara horizontal dan huruf besar secara vertikal).
3
1;3 1;4
2
1 1;5
0.50% 0.75% 1%
Perlakuan
Gambar 9. Pengaruh perbandingan buah dengan air (a) dan konsentrasi penstabil (b) terhadap aroma
sari buah salak bongkok.
Tabel 10. Pengaruh Interaksi Perlakuan Perbandingan Buah dengan Air dan Konsentrasi
Penstabil Terhadap Kenampakan Sari Buah Salak Bongkok.
Konsentrasi Penstabil
Perbandingan Buah dan Air (A) (B)
b1 (0,5%) b2 (0,75%) b3 (1%)
4,525 C 4,175 B 4,075 A
a1 (1:1)
b a a
4,2 B 4,125 B 4,1 AB
a2 (1:2)
a a a
4,275 B 3,2 A 4,025 A
a3 (1:3)
b a b
4,125 B 3,75 A 3,625 A
a4 (1:4)
a a a
2,875 A 3,225 B 3,575 A
a5 (1:5)
a ab a
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada taraf 5%
Uji Duncan (huruf kecil dibaca secara horizontal dan huruf besar secara vertikal).
sehingga endapat yang terbentuk dapat perbandingan buah dengan air dan
terlihat dengan jelas. Selain itu, faktor- konsentrasi penstabil terhadap aroma sari
faktor lain dapat mempengaruhi penilaian buah salak dapat dilihat pada Gambar 10.
panelis terhadap sampel seperti adanya
pengaruh dari panelis lain. Pengaruh
Rata-rata kenampakan
5
1;1 1;2
4
3
1;3 1;4
2
1
1;5
0
0.50% 0.75% 1%
Perlakuan
Gambar 10. Pengaruh Perbandingan Buah dengan Air (A) dan Konsentrasi Penstabil (B) Terhadap
Kenampakan Sari Buah Salak Bongkok.
ABSTRAK
DOI; Nata adalah lapisan polisakarida ekstraseluler (selulosa) yang dibentuk
10.30595/jrst.v5i2.14971 oleh mikroba pembentuk kapsul. Nata termasuk produk fermentasi yang
mengandung bakteri Acetobacter xylinum, jika ditumbuhkan di media cair
Histori Artikel: yang mengandung gula misalnya ekstrak kulit nanas, bakteri ini
menghasilkan lapisan putih nata yang terapung-apung di permukaan
Diajukan: media tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyeleksi
04/09/2021 variabel yang paling berpengaruh pada proses pembuatan nata de pina
menggunakan Placket-Burman Screening Design Method, variabel yang
Diterima: akan dikaji adalah rasio perbandingan air dan kulit nanas, sumber karbon
18/09/2022 (gula), sumber nitrogen (urea), sumber phospat (K2HPO4), sumber vitamin
(vitamin B syrup), pH, lama fermentasi, dan jumlah starter. Dari hasil
Diterbitkan: Placket-Burman Screening Design diperoleh bahwa jumlah sumber karbon
19/09/2022 (C), jumlah sumber phospat (P), dan jumlah starter (JS) merupakan
variabel yang sangat berpengaruh terhadap hasil yield fermentasi.
ABSTRACT
Nata is a layer of extracellular polysaccharides (cellulose) formed by capsule forming microbes. Nata
includes fermented products containing Acetobacter xylinum bacteria. If it is grown in a sugar-containing
medium such as pineapple skin extract, the bacteria produces a white layer of nata floating on the surface
of the medium. The study aimed to select the most influential variables in the process of nata de pina
production through Placket-Burman Screening Design Method, the variables observed were the ratio of
water and pineapple skin, carbon source (sugar), nitrogen source (urea), phosphate source (K 2HPO4),
source of vitamins (syrup vitamin B),pH, fermentation length, and starter count. Placket-Burman Screening
Design discovered that the amount of carbon source (C), the number of phosphate sources (P), and the
number of starter (JS) were the most affected variables to the yield of fermentation.
Keywords: Nata de Pina, Placket-Burman Screening Design, Process Parameter, Fermentation, Acetobacter
xylinum
139
Tri Nur Chasanah, Endar Puspawiningtyas, Alwani Hamad
Penyeleksian Parameter Proses Fermentasi dalam Pembuatan Nata de Pina
JRST (Jurnal Riset Sains dan Teknologi) - Vol.5 (2) 2021 - (139-146) 140
Tri Nur Chasanah, Endar Puspawiningtyas, Alwani Hamad
Penyeleksian Parameter Proses Fermentasi dalam Pembuatan Nata de Pina
c) Respon yang diamati : yield nata (+1). Hasil besaran tiap level didasarkan dari
penelitian pendahuluan dan pustaka (Budhiono,
2.2 Prosedur Kerja Rosidi et al, 1999; Iguchi, Yamanaka et al, 2000;
a) Pembuatan Starter Edria, Wibowo et al, 2008). Design percobaan
Air kelapa 500 ml disaring sampai tidak dengan menggunakan Placket-Burman Method
ada padatan yang terikut. Hasil saringan menggunakan model orde satu menurut
dipanaskan sampai mendidih, kemudian persamaan dibawah ini.
tambahkan gula 17,5 gram; urea 3 gram; asam
asetat 20 ml. Larutan kemudian didinginkan, Z=bo+Σ bi Xi …………………….(1)
setelah dingin diinokulasi dengan Acetobacter
xylinum sebanyak 60 ml. Difermentasikan Dimana Z adalah respon (yield berat
selama 10 hari dalam ruangan tertutup pada nata), bo adalah model intercept dan bi adalah
suhu kamar. Hasil fermentasi selanjutnya koefisien linier, Xi adalah level dari variabel
dipakai sebagai starter. bebas yang dikaji. Model ini tidak dapat
b) Experimental Design menggunakan Placket- mendeskripsikan interaksi diantara faktor yang
Burman Screening Method penting terhadap respon (Lotfy, Ghanem et al,
Untuk tujuan screening medium dan 2007).
kondisi proses pembuatan nata dari air kulit Penentuan level atas, menengah dan
nanas, ada delapan variabel bebas yang akan bawah untuk masing-masing variabel
dikaji dengan delapan kombinasi menurut didasarkan dari referensi dan penelitian
metode dalam Placket-Burman Screening pendahuluan (Budhiono, Rosidi et al, 1999;
Method (Lotfy, Ghanem et al, 2007). Semua Edria, Wibowo et al, 2008; Effendi, 2009). Tabel
percobaan akan dilakukan double dengan respon level dari parameter dapat dilihat dalam Tabel 1.
yield nata yang akan dihasilkan sebagai respon.
Efek utama tiap variabel dengan perhitungan
sederhana dibuat dengan tiga level yaitu level
rendah (-1), level rata – rata (0), dan high level
JRST (Jurnal Riset Sains dan Teknologi) - Vol.5 (2) 2021 - (139-146) 141
Tri Nur Chasanah, Endar Puspawiningtyas, Alwani Hamad
Penyeleksian Parameter Proses Fermentasi dalam Pembuatan Nata de Pina
JRST (Jurnal Riset Sains dan Teknologi) - Vol.5 (2) 2021 - (139-146) 142
Tri Nur Chasanah, Endar Puspawiningtyas, Alwani Hamad
Penyeleksian Parameter Proses Fermentasi dalam Pembuatan Nata de Pina
Kode N merupakan jumlah sumber Glukosa merupakan sub unit yang membentuk
nitrogen yang diperoleh dari urea dengan level selulosa mikrofibril yang diekstruksi melalui
bawah (-1) 0 % w/v (0 gram /500 ml air kulit pori-pori dinding sel bakteri (Skinner & Cannon,
nanas), level menengah (0) 0.6% w/v (3 2000). Untuk meningkatkan produksi selulosa
gram/500 ml air kulit nanas) dan level atas (+1) dengan kualitas standar, maka kualitas inokulum
1.2% w/v (6 gram /500 ml air kulit nanas). perlu di tingkatkan. Kualitas inokulum dapat
Kode P merupakan variabel jumlah ditingkatkan dengan memperhatikan kondisi
sumber phospat, sumber phospat dapat lingkungan yang sesuai seperti derajat keasaman
diperoleh dengan menggunakan K2HPO4 dengan (pH). K2HPO4, berfungsi sebagai buffer pada
level bawah (-1) 0% w/v (0 gram/500 ml air medium, sehingga pH akan konstan yaitu 3-4
kulit nanas), level menengah (0) 0.6% w/v (3 (Melliawati et al, 2010).
gram/500 ml air kulit nanas) dan level atas (+1) Dari hasil pengolahan dengan
1.2% w/v (6 gram/500 ml air kulit nanas). menggunakan software Minitab 11, dapat
Kode pH merupakan penentu tingkat diperoleh hasil estimasi efek dan koefisien
keasaman. Untuk menentukan tingkat keasaman terhadap yield yang disajikan dalam Tabel 3.
lingkungan atau media fermentasi nata de pina Dari Tabel 4 hasil analisis ANOVA dapat
digunakan asam asetat (merk Dixi) dengan level dilihat variabel yang memberikan efek positif
bawah (-1) memiliki pH 6 (5 ml/500 ml air kulit (p<0.05) yaitu sumber karbon (C), sumber
nanas), level menengah (0) dengan pH 4.5 (20 phospat (P), dan jumlah starter (JS). Hal ini
ml/500 ml air kulit nanas) dan level atas (+1) berarti bahwa apabila parameter jumlah gula
dengan tingkat keasaman 3 (40 ml/500 ml air sebagai sumber karbon, jumlah phospat
kulit nanas). (K2HP04) dan jumlah starter dinaikan akan
Kode LF merupakan variabel lama memberikan hasil positif terhadap yield yaitu
fermentasi. Lama fermentasi merupakan salah akan menambah besarnya yield. Sedangkan
satu variabel yang menentukan pertumbuhan parameter rasio kulit nanas dan air (R), jumlah
bakteri Acetobacter xylinum dengan level bawah sumber nitrogen (N), pH (jumlah cuka), variabel
(-1) 6 hari, level menengah (0) 10 hari dan level lama fermentasi (LF) dan jumlah vitamin (V)
atas (+1) 14 hari. dinaikan akan memberikan hasil negatif
Kode JS merupakan variabel penambahan terhadap yield yaitu mengurangi produk.
volume jumlah starter, artinya banyak biang Dari hasil model screening ini, persamaan
Acetobacter xylinum yang diberikan dalam yang dihasilkan dari variabel bebas yang dikaji
fermentasi. Level bawah (-1) 2% v/v (10 ml), dapat dilihat dalam persamaan 2 pada tabel 4
level menengah (0) 12% v/v (60 ml) dan level Persamaan menunjukan bahwa apabila variabel
atas (+1) 22% v/v (110 ml). ditingkatkan maka akan mengurangi ataupun
Kode V merupakan variabel vitamin B menambah produktifitas dari yield nata yang
syrup yang diberikan untuk fermentasi nata de dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari gambar 1.
pina. Vitamin B yang diberikan merupakan mengenai plot faktorial dimana konfirmasi
vitamin B kompleks dengan merk Caviplex. Level mengenai efek tiap parameter yang dikaji secara
bawah (-1) 0 tetes, level menengah (0) 3 tetes statistik.
dan level atas (+1) 6 tetes. Dari gambar 1. menunjukan bahwa
Dari hasil Screening menggunakan parameter jumlah gula sebagai sumber karbon,
Plakcet-Burman Method di dapatkan bahwa jumlah phospat (K2HPO4), dan jumlah starter
sumber karbon (gula), sumber phospat memberikan trend naik (efek positif). Hal ini
(K2HPO4), dan jumlah starter berturut-turut berarti bahwa apabila parameter jumlah gula
merupakan parameter yang paling berpengaruh sebagai sumber karbon , jumlah phospat
dalam produksi nata de pina karena (K2HPO4) dan jumlah starter dinaikan akan
memberikan effect yang positif. Jumlah starter memberikan hasil positif terhadap yield yaitu
menunjukan bahwa semakin banyak starter yang akan menambah besarnya yield. Sedangkan
ditambahkan maka bakteri yang siap sebagai parameter rasio kulit nanas dan air, jumlah
agen biologi untuk mengkonversi menjadi sumber nitrogen (urea), pH (jumlah cuka),
lembaran kapsul nata (Budhiono et al, 1999). variabel lama fermentasi dan jumlah vitamin
Acetobacter xylinum adalah bakteri gram negatif dinaikan akan memberikan trend menurun (efek
yang mensintesis dan mengekstrusi selulosa negatif). Hal ini berarti apabila parameter rasio
fibril sebagai bagian dari metabolisme glukosa. air dan kulit nanas, jumlah sumber nitrogen
JRST (Jurnal Riset Sains dan Teknologi) - Vol.5 (2) 2021 - (139-146) 143
Tri Nur Chasanah, Endar Puspawiningtyas, Alwani Hamad
Penyeleksian Parameter Proses Fermentasi dalam Pembuatan Nata de Pina
(urea), pH (jumlah cuka), variabel lama nata de pina urutannya adalah C (Sumber Gula),
fermentasi (LF) dan jumlah vitamin (vitamin B JS (Jumlah Starter), P (Sumber phospat) yang
syrup) dinaikan akan memberikan hasil negatif ditunjukan pada Tabel 4.2. Hal ini karena
terhadap yield yaitu mengurangi produk. variabel C (Sumber Gula), JS (Jumlah Starter),
dan P (Sumber Phospat) mempunyai effect
Dari model dapat disimpulkan bahwa
positif.
variabel yang berpengaruh terhadap fermentasi
Tabel 3. Hasil analisis parameter yang berpengaruh dalam fermentasi nata de pina
Term Effect Coef SE Coef T P
Constan 9.202 1.920 4.79 0.000
R -2.944 -1.472 1.920 -0.77 0.452
C 18.404 9.202 1.920 4.79 0.000
N -5.812 -2.906 1.920 -1.51 0.146
P 9.647 4.824 1.920 2.51 0.021
PH -2.944 -1.472 1.920 -0.77 0.452
LF 2.944 1.472 1.920 0.77 0.452
JS 18.404 9.202 1.920 4.79 0.000
V -9.648 -4.824 1.920 -2.51 0.021
Ct Pt 39.373 4.293 9.17 0.000
S = 9.40499 PRESS = 096.60
R-Sq = 88.01% R-Sq(pred) = 72.23% R-Sq(adj) = 82.61%
Jadi dari hasil model didapat persamaan Placket Burman dengan nilai R-Sq = 88.01% yaitu nilai kesesuaian
model dengan teoritis.
Y = 9.202 - 1.472(X1) + 9.202(X2) - 2.906(X3) + 4.824(X4) - 1.472(X5) + 1.472(X6) + 9.202(X7) -
4.824(X8)………..…………………………… (2)
JRST (Jurnal Riset Sains dan Teknologi) - Vol.5 (2) 2021 - (139-146) 144
Tri Nur Chasanah, Endar Puspawiningtyas, Alwani Hamad
Penyeleksian Parameter Proses Fermentasi dalam Pembuatan Nata de Pina
Model yang dihasilkan dari Placket-Burman Design yaitu model persamaan y = bo + ∑ bi xi maka
diperoleh:
Y= 9.202 - 1.472 (X1) + 9.202(X2) - 2.906(X3) + 4.824(X4) - 1.472(X5) + 1.472(X6) + 9.202(X7) -
4.824(X8)
0
-1 0 1 -1 0 1 -1 0 1
P pH LF
40
Mean
20
0
-1 0 1 -1 0 1 -1 0 1
JS V
40
20
0
-1 0 1 -1 0 1
Gambar 1. Efek tiap parameter yang dikaji terhadap yield yang dihasilkan dalam fermentasi nata de pina.
Keterangan:
- R = Rasio perbandingan kulit nanas : air
- C = Jumlah sumber karbon (gula)
- N = Jumlah sumber nitrogen (urea)
- P = Jumlah sumber phospat (K2HPO4),
- pH = Variabel penambahan cuka
- LF = Variabel lama fermentasi
- JS = Variabel jumlah starter
- V = Variabel sumber vitamin (vitamin B)
JRST (Jurnal Riset Sains dan Teknologi) - Vol.5 (2) 2021 - (139-146) 145
Tri Nur Chasanah, Endar Puspawiningtyas, Alwani Hamad
Penyeleksian Parameter Proses Fermentasi dalam Pembuatan Nata de Pina
DAFTAR PUSTAKA
Budhiono, A., B. Rosidi, H. Taher, M. Iguchi
(1999). "Kinetics Aspects of Bacterial
Cellulose Formation in nata-de-pina
Culture System." Carbohydrate Polymers
40(1999): 137-143.
Lotfy, W. A., K. M. Ghanem, Ehab R. El-Helow
(2007). "Citric Acid Production by a Novel
Aspergillusniger Isolate: II. Optimization of
Process Parameters Through Statistical
Experimental Designs." Bioresource
Technology 98 (2007) : 3470-3477.
Madigan MT, Martinko JM, Parker J, 1997. Brock
Biology of Microorganism. Edisi ke‐8, New
Jersey: Prentince Hall.
Moat, A.G. 1979.“Microbial Physiology”.Jhon
Willey & Sons, New York, 600p
Rulianah, S. 2002. “Studi Pemanfaatan Kulit Buah
Nanas Sebagai Nata De Pina”. Jurnal Bisnis
dan Teknologi 10 (1): 20-25 Jakarta: PT
Agro Media Pustaka.
Skinner, P. O. N. and R. E. Cannon (2000).“HOW-
TO-DO-IT” THE AMERICAN BIOLOGY
TEACHER, VOLUME 62, NO. 6.
Susilawati L, Mubarik NR. 2002. Pembuatan Nata
de Coco dan Nata de Radia. Laboratorium
mikrobiologi, Jurusan Biologi FMIPA IPB,
Bogor.
Taufik, Yasid. 2014. Statistik Produksi
Hortikultura Tahun 2014. Jakarta:
Sekertariat Direktorat Jendral Hortikultura.
Wijana,S Kumalaningsih, A. Setyowati, U.
Efendidan N. Hidayat. (1991). Optimalisasi
Penambahan Tepung Kulit Nanas dan
Proses Fermentasi pada Pakan Ternak
terhadap Peningkatan Kualitas Nutrisi.
Malang: ARMP (Deptan). Universitas
Brawijaya.
Yoshinage F, Tonouchi N, Watanabe K. 1997.
Research Progres in Production of
Bacterial Cellulose by Aeration and
Agitation Culture and Its Application as a
New Industrial Material. Biosci. Biotech.
Biochem.,61:219-224.
JRST (Jurnal Riset Sains dan Teknologi) - Vol.5 (2) 2021 - (139-146) 146