You are on page 1of 17

Islamika

(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

FORMAT LEMBAGA PENDIDIKAN


PERSPEKTIF PENDIDKAN ISLAM

Abdul Basyit
Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Tangerang
abdulbasyit@umt.ac.id

Abstract

Organizational forms of educational institutions are relatively organized composed of


behavioral patterns, roles and directed relationships in binding individuals who have formal
authority and legal sanctions, in achieving the objectives of Islamic education. There are four
educational institutions that are used by Rasulullah SAW in teaching the Qur'an and As-Sunnah,
namely: Dar al-Arqam, Kuttab, Suffah and the mosque. Islamic education in Indonesia was
initially carried out informally, through personal contacts between preachers and surrounding
communities, in the trade process. Formal Islamic educational institutions in Indonesia today;
(1) Islamic boarding school, (2) madrasa, (Ibtidaiyah, Tsanawiyah and Aliyah), and (3) Higher
Education. Islamic educational institutions aim at increasing the faith, understanding,
appreciation and experience of students about the religion of Islam, so that they become people
of faith and devote to Allah SWT and have good character in their private lives, in a society of
nationalism and state. Quality pendidian culture will produce qualified human resources so that
they have high competitiveness.

Keywords: Format, Institutions, Islamic Education.

Abstrak:

Lembaga pendidikan bentuk organisasi tersusun relatif tetap terdiri atas pola-pola tingkah laku,
peranan-peranan dan relasi-relasi terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas
formal dan sangsi hukum, dalam mencapai tujuan pendidikan Islam. Terdapat empat lembaga
pendidikan yang digunakan Rasulullah SAW dalam mengajarkan al-Qur‟an dan As-sunah,
yaitu: Dar al-Arqam, kuttab, Suffah dan masjid. Pendidikan Islam di Indonesia pada mulanya
dilaksanakan secara informal, melalui kontak-kontak pribadi antara mubaligh dengan
masyarakat sekitar, dalam proses perdagangan. Lembaga pendidikan Islam formal di Indonesia
saat ini; (1) Pondok pesantren, (2) madrasah, (Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah), serta (3)
Perguruan Tinggi. Lembaga pendidikan Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat berbangasa dan bernegara. Kultur pendidian yang berkualitas akan
mengahasilkan SDM yang berkualitas sehingga memiliki daya saing yang tinggi.

Kata Kunci: Format, Lembaga, Pendidikan Islam.

12
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

A. Pendahuluan Lembaga Pendidikan dapat


disimpulkan bahwa lembaga pendidikan
Melalui pendidikan, semua potensi adalah bentuk organisasi yang tersusun
yang terdapat pada setiap individu relatif tetap terdiri atas pola-pola tingkah
dikembangkan secara maksimal agar laku, peranan-peranan dan relasi-relasi
individu dapat menjadi manusia yang yang terarah dalam mengikat individu
beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang yang mempunyai otoritas formal dan
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sangsi hukum, dalam mencapai tujuan
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga pendidikan Islam.
negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.1 „Izz al-Din al-Tamimy menyatakan B. Metodelogi Penelitian
bahwa keseimbangan yang sempurna Obyek penelitian ini adalah Format
antara aspek otak, jasmani dan jiwa Lembaga Pendidikan Perspektif
merupakan tujuan pendidikan Islam.2 Pendidikan Islam. Telah diketahui bahwa
Pada awalnya Pendidikan Islam di sejak kemerdekaan pendidikan di
Indonesia diformat dalam Lembaga Indonesia hingga sekarang, khususnya
pendidikan yang disebut dengan madrasah, pendidikan Agama Islam, mengalami
pesantren, surau, meunasah, namun setelah pasang surut. Departeman Pendidikan
Gerakan reformasi Pendidikan Islam Nasional (Depdiknas), memiliki otoritas
merasa perlu dibentuk format baru penyelenggaraan dan pengelolaan
Lembaga Pendidikan Islam yang lain pendidikan berada di Depdiknas sementara
dengan tujuan dapat menyetarakan umat Departemen Agama pun (dan beberapa
Islam dalam kontek perkembangan ilmu departemen lainnya) mengelola institusi
pengetahuan dan teknologi. pendidikan yang berada di bawah
Lembaga Pendidikan sangat mutlak naungannya, yakni Madrasah (mulai dari
keberadaannya bagi kelancaran proses Madrasah Ibtidaiyah hingga Aliyah)
Pendidikan. Apalagi Lembaga Pendidikan termasuk PTAI.
itu dikaitkan dengan konsep Islam, Pendekatan dalam Penelitian ini
Lembaga Pendidikan Islam merupakan menggunakan analisis diskriptif kualitatif.
suatu wadah dimana Pendidikan dalam Adapun teknik pengumpulan data, selain
ruang lingkup keIslaman melaksanakan studi pustaka, observasi, diskusi, dan juga
tugasnya demi tercapainya cita-cita umat menggunakan analisis data melalui
Islam. penelaahan yang dilakukan secara intensif,
Pembahasan Lembaga pendidikan mendetail, dan komprehensif, yaitu
Islam tidak hanya berhenti di definisi dan dilakukan pencocokan atau kesesuaian
contoh lembaga pendidikan Islam saja, perkembangan pendidikan Agama Islam di
namun pembahasan Lembaga Pendidikan Indonesia.
Islam sangat luas yaitu berkisar pada
prinsip-prinsip, tanggungjawab, dan C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
tentangan lembaga pendidikan Islam dalam 1. Pengertian Lembagaan Pendidikan
transformasi social budayapun menjadi Islam
pembahasan ruang lingkup Pendidikan Menurut ensiklopedi Indonesia
Islam. lembaga adalah wadah pendidikan yang
dikelola demi mencapai hasil pendidikan
1
yang diinginkan, sedangkan Lembaga
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3, Jakarta:
dalam kamus besar bahasa Indonesia
Balitbang, Depdiknas 2004. diartikan sebagai bakal dari sesuatu, asal
2
Izz al-Din al Tamimy, dalam al-Gazira mula yang akan menjadi sesuatu, bentuk,
terjemahan. Seni Mendidik Anak Jakarta: Arroyah, wujud, rupa, acuan, ikatan, organisasi atau
2001, h. 7.

13
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

badan yang mempunyai tujuan jelas Islam sebagai upaya internalisasi inti
terutama dalam bidang keilmuan. ajaran Islam, yaitu; (1) berserah diri
Lembaga Pendidikan adalah suatu sepenuh jiwa dan raga hanya kepada Allah
sistem peraturan yang bersifat mujarrad SWT yang didasari kemurnian tauhid
suatu konsepsi yang terdiri dari kode, kepada-Nya semata, (2) mewujudkan
norma-norma, ideologi dan sebagainya, ketaatan atas segala perintah Allah
baik tertulis atau tidak termasuk SWT dengan menjauhi semua larangan-
perlengkapan material dan organisasi Nya, dan (3) berlepas diri dari
simbolik serta kelompok manusia yang kesyirikan.
terdiri dari individu-individu yang Dengan demikian dapat disimpulkan
dibentuk dengan sengaja atau tidak, untuk bahwa lembaga pendidikan adalah suatu
mencapai tujuan tertentu dan tempat- bentuk organisasi yang tersusun relatif
tempat kelompok itu melaksanakan tetap terdiri atas pola-pola tingkah laku,
peraturan-peraturan tersebut adalah: peranan-peranan dan relasi-relasi yang
mesjid, sekolah, kuttab dan sebagainya.3 terarah dalam mengikat individu yang
Sebagai wadah pendidikan yang mempunyai otoritas formal dan sangsi
dikelola demi mencapai hasil pendidikan hukum, dalam mencapai tujuan pendidikan
yang diinginkan, lembaga pendidikan Islam.
berperan atas terlaksananya pendidikan,
agar proses pendidikan dapat berjalan a. Lembaga Pendidikan Masa
sesuai dengan yang diinginkan. Lembaga Rasulullah SAW.
pendidikan Islam adalah wadah atau Awal penyebaran dan perkembangan
tempat berlangsungnya proses pendidikan agama Islam, Rasulullah SAW, dalam
Islam dan proses pembudayaan. Proses ini mengajarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah
dimulai dari lingkungan keluarga. Allah kepada para masyarakat Mekkah,
Swt berfirman dalam QS. al-Tahrim [66]: menggunakan serta membangun apa yang
6: sekarang dikatakan lembaga pendidikan.
ِ ِ
‫َّاس‬
ُ ‫ود َها الن‬ُ ُ‫ين َآمنُوا قُوا أَنْ ُف َس ُك ْم َوأ َْهلي ُك ْم نَ ًارا َوق‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذ‬
Sedikitnya terdapat empat lembaga
pendidikan yang digunakan Rasulullah
‫صو َن اهللَ َما‬ ِ ِ ِ ِْ ‫و‬
ُ ‫اْل َج َارةُ َعلَْي َها َم ََلئ َكةٌ غ ََل ٌظ ش َد ٌاد الَ يَ ْع‬ َ SAW dalam mengajarkan al-Qur‟an dan
‫أ ََمَرُه ْم َويَ ْف َعلُ ْو َن َما يُ ْؤَمُرْو َن‬ As-sunah, yaitu:
1) Dar al-Arqam
“Wahai orang-orang yang beriman,
Lembaga pendidikan pertama dalam
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
Islam adalah rumah. Pada fase Makkah
neraka yang bahan bakarnya adalah
Rasulullah SAW dan para sahabatnya
manusia dan batu; penjaganya adalah
menjalankan aktivitas pendidikan dan
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,
pembelajaran di rumah Arqam Ibn Abi
yang tidak mendurhakai Allah terhadap
Arqam. Rumah yang terpencil berada di
apa yang diperintahkan-Nya kepada
atas bukit Safa, dipilih selain Arqam diusia
mereka serta selalu mengerjakan apa yang
16 tahun sudah masuk Islam, juga agar
diperintahkan.” 4
para sahabat tidak mudah tercium oleh
Bahwa lembaga pendidikan adalah
pembesar serta antek-antek Quraisy
Badan yang bergerak dan bertanggung
jahiliyah. Rasulullah SAW mengajarkan
jawab atas terselenggaranya pendidikan
wahyu kepada para sahabatnya dengan
3
sistem halaqoh. Rasulullah SAW dan para
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan
Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992, h. 31.
sahabatnya belajar dan mengajar di rumah
4
Terjemahan al-Qur‟an QS al-Tahrîm (66):6 tersebut selama 13 tahun.
ini diambil dari Departemen Agama, Al-Qur’an Ada satu metode pembelajaran yang
dan Terjemahnya, Saudi Arabia, Fahd Publisher, unik di rumah Arqom bin al Arqom, setiap
2003, h. 951.

14
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

sahabat yang datang ke Darul Arqom Lembaga ini, menjadi tonggak yang
menceritakan pada sahabatnya yang lain penting dalam mencerdaskan generasi
apa yang ia alami hari ini, kemudian muda Islam untuk memahami inti ajaran
Rasulullah memberikan arahan, apabila Islam yakni membaca dan menulis al-
salah dalam menyikapi masalah maka Qur‟an.6
Rasulullah meluruskan. Metode Ketika Umar Ibn Khattab menjadi
pembelajaran Rasulullah adalah aplikatif Khalifah, ia menambahkan materi
bukan hanya transformasi materi. Selain pelajaran Kuttab, yakni, pelajaran
itu juga Para sahabat selain menerima berenang, mengendarai onta, memanah,
materi al-Qur‟an dan As-sunah juga di dan membaca serta menghafal syair-syair
rumah Arqom inilah para sahabat yang mudah dan peribahasa. Kuttab di
menghafal al-Qur‟an. Dari lembaga Darul masa Umayyah berkembang pesat hingga
al Arqom ini nantinya lahir tokoh dan di desa-desa di semua wilayah Islam.
pemimpin Islam seperti; Abu bakar, Umar, Kurikulum pendidikan di kuttab ini
Ustman dan Ali RA, dan tokoh-tokoh berorientasi pada Al-Qur‟an
Islam lainnya. sebagai textbook. Dalam kuttab
berlangsung pengajaran membaca,
2) Kuttab menulis, kaligrafi, gramatika bahasa Arab,
Pada masa Pra-Islam sudah sejarah Nabi SAW, dan hadist. Pada masa
mengenal lembaga pendidikan yang awal dinasti Abbasiyah metode pendidikan
bernama kuttab. Secara dan pengajaran yang digunakan dapat
bahasa, Kuttab/Maktab berasal dari akar dikelompokkan menjadi tiga macam cara
kata ‫كِتَابًا‬-‫ب‬
َُ ُ‫يَكْت‬-‫ب‬
ََ َ‫ َكت‬yang artinya menulis. yaitu, sebagai berikut:
Secara Istilah, kuttab /maktab berarti 1) Metode lisan, berupa dikte (imla’),
tempat menulis, atau tempat di mana ceramah (al-sama), qiraat dan diskusi.
dilangsungkan kegiatan untuk baca-tulis 2) Metode menghapal, merupakan ciri
dan syair-syair Arab. Mayoritas para umum pendidikan di masa ini. Para
sejarawan pendidikan Islam sepakat bahwa murid diminta membaca secara
pendidikan Islam tingkat dasar yang berulang setiap pelajaran yang
mengajarkan membaca dan menulis bahasa diberikan kepadanya hingga mereka
Arab kemudian meningkat pada jenjang hapal akan pelajaran tersebut. Dalam
pengajaran al-Qur‟an dan pengetahuan proses pembelajaran berikutnya
dasar agama Islam. Namun Abdullah Fajar murid diminta untuk mengeluarkan
dalam bukunya Peradaban dan Pendidikan atau menyatakan kembali dan
Islam berpendapat bahwa maktab adalah mengkontekstualisasikan pelajaran
istilah untuk zaman klasik, yang dihapalnya dalam kegiatan
sedangkan kuttab adalah istilah untuk diskusi dan perdebatan, dimana
zaman modern.5 murid yang lain dapat merespons,
Di masa Islam, lembaga pendidikan mematahkan lawan, atau
kuttab ini digunakan sebagai alternatif memunculkan sesuatu yang baru.
tempat belajar al-Qur‟an di samping 3) Metode menulis, dianggap metode
Mesjid karena perkembangan umat Islam yang paling penting pada masa ini.
yang membutuhkan ilmu pengetahuan Metode ini adalah menyalin kembali
Islam selain itu di khawatirkan anak-anak karya atau tulisan para ulama,
yang ingin belajar Islam mengotori Masjid. sehingga pada murid terjadi proses

6
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam
5
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
dan Pembaruan Pendidikan Islam di Rasululloh sampai Indonesia, Jakarta: Kencana,
Indonesia, Jakarta: Kencana, 2009, h. 21. 2008, h. 112 – 113.

15
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

internalisasi dan ilmu-ilmu yang adalah bahwa pendidikan itu diberikan


sudah ditulis para ulama sebelumnya. dengan secara cuma-cuma, karena didasari
Dengan cara ini, juga sebagai alat keyakinan bahwa ilmu yang dimiliki oleh
penggandaan terhadap buku atau setiap orang harus diamalkan, yang dengan
karya para ulama, dimana pada masa cara ini para pendidiknya benar-benar
tersebut belum ditemukan mesin iklhas untuk mendidik.
cetak, dengan penyalinan atau
pengkopian buku-buku, maka b. Perkembangan Lembaga Pendidikan
kebutuhan terhadap teks dan buku Islam di Indonesia
teratasi.7 Bahwa pendidikan adalah sarana
3) Suffah paling efektif dalam mendapatkan dan
Al-Suffah merupakan ruang atau memberikan ilmu pengetahui, wawasan
bangunan surau yang bersambung dengan dan keterampilan.8 Melalui pendidikan
masjid Nabawi. Kegiatan pengajaran dan transmisi dan transformasi nilai-nilai serta
pembelajaran agama Islam dilakukan kebudayaan terjadi dari suatu generasi
secara teratur dan sistematik. Suffah juga kegenerasi berikutnya.9 Demikian pula
menjadi tempat tinggal bagi para sahabat halnya dengan pendidikan Islam.
Rasulullah SAW, bentuk Suffah adalah Pendidikan bagi umat Islam sangat
sebuah panggung luas beratapkan jerami, penting, karena pendidikan merupakan
dimana mereka yang tinggal disini di sebut salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita
as-habul Suffah. Ibnu Taimiyah hidup Islam dalam upaya melestarikan,
mengatakan bahwa yang tinggal di Suffah mengalihkan dan menanamkan nilai-nilai
berjumlah 400 orang, di mana Ibnu Abbas, Islam kepada generasi penerusnya.
Abu Dzar Al-Ghifari termasuk salah satu Agama Islam masuk ke Indonesia
yang menempati Suffah. Apa yang di melalui jalur perdagangan. Kota-kota
terapkan Rasulullah dalam lembaga perdagangan merupakan tempat terjadinya
pendidikan Suffah ini akhirnya melahirkan interaksi budaya dan agama disamping
kader-kader ulama‟ seperti Ibnu Abbas, fungsinya sebagai pusat kegiatan transaksi
Abu Dzar dan Salman al Farizi. ekonomi. Kelompok pertama yang
4) Masjid memeluk agama Islam adalah kelompok
Masjid pertama yang digunakan yang sering melakukan interaksi
untuk kegiatan pendidikan adalah masjid perdagangan yaitu kelompok pedagang.
Quba, di sana Rasulullah membentuk Karenanya sangat mungkin jika pemeluk
halaqoh yaitu para sahabat duduk di agama Islam pertama adalah kelompok
sekeliling Rasulullah dan mereka bertanya pedangan yang juga kaum bangsawan.
tentang berbagai masalah. Dengan kata lain dapat dikatakan para
Masjid dalam sejarah pendidikan pemeluk agama Islam pertama di
Islam tidak hanya berfungsi sebagai tempat Nusantara adalah para intelektual, dan
beribadah saja, tetapi juga berfungsi karenanya bersamaan dengan perdagangan
sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan. tersebut proses pendidikanpun terjadi. Pada
Di masjid dilaksanakan berbagai proses awal masa perkembangan Islam,
pendidikan dan pembelajaran, dengan pendidikan yang bersifat formal dan
menggunakan model klasikal atau sistematis belum dilaksanakan, namun
balaghoh. Karakteristik yang menonjol demikian pendidikan dengan tujuan
dari sistem pendidikan Islam pada priode memberikan pengetahuan dan wawasan
ini serta beberapa periode berikutnya
8
Nur Uhbiyah, Ilmu Pendidikan Islam,
7
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Bandung: CV. Pustaka, 1997. h. 2.
9
Menulusuri Jejak Sejarah Rasulullah Sampai Ke Azrumardi Azra, Pendidikan Islam, Jakarta:
Inonesia, h. 114. Logos Wacana Ilmu, 1999, h. 12.

16
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

keIslaman kepada anak-anak dan cucu- proses pendidikan. Dengan semakin


cucu mereka, beserta nilai-nilai dan banyaknya masyarakat yang beragama
budaya, yang dianggap baik diusahakan Islam, maka pendidikan Islam, meskipun
untuk diwariskan, dan usaha untuk itu masih bersifat non formal, ternyata
melalui pendidikan.10 semakin intensif dilaksanakan, terutama di
Dengan masuknya Agama Islam ke masjid-masjid atau langgar.
Indonesia yang berlangsung dengan damai Pada zaman pemerintahan Sultan
dibawa oleh pedagang dan mubaligh, yang Agung, agama Islam berkembang dengan
berasal dari Gujarat India, awal abad ke - sangat pesat, ini dapat diketahui dari bukti-
12, disertai dengan terbentuknya bukti sejarah tentang keinginan Sultan
masyarakat Muslim di beberapa wilayah di Ageng, agar di setiap kawedanan ada
Nusantara.11 Masyarakat Muslim tersebut masjid kawedanan, dan ia kemudian
selanjutnya melahirkan sejumlah kerajaan membangun masjid raya, yang disebut
Islam di Nusantara, seperti kerajaan Perlak, masjid Ageng. Selain itu upaya Sultan
Pasai, Aceh Darussalam, Banten, Demak, Agung dalam membesarkan agama Islam,
dan Mataram. Tumbuhnya pusat-pusat tampak dari upayanya dalam menyatukan
kekuasaan Islam di Nusantara ini jelas atau memasukkan nilai-nilai Islam dalam
sangat berpengaruh sekali bagi proses unsur budaya lama, seperti:
Islamisasi di Indonesia. Kekuatan politik (1) Gerebeg, disesuaikan dengan hari raya
bergabungkan dengan semangat jihad para Idul Fitri dan Maulid Nabi, sehingga
mubaligh dan da‟i, untuk mengajarkan terkenal istilah Gerebeg Poso (puasa)
Islam merupakan dua instrument utama dan Gerebeg Maulid,
yang mempercepat tersebarnya Islam ke (2) Gamelan sekaten, yang hanya
berbagai wilayah Indonesia. Terdapat dibunyikan pada gerebeg Maulid, atas
beberapa saluran proses Islamisasi di kehendak Sultan Ageng dipukul
Indonesia, yaitu perdagangan, perkawinan, dihalaman masjid besar,
kesenian, sufisme, dan pendidikan. (3) Perhitungan tahun saka (Hindu) pada
Setelah masyarakat muslim mulanya berdasarkan perjalanan
terbentuk, maka perhatian pertama kali matahari, diganti berdasarkan
ialah mendirikan rumah ibadat (masjid, perhitungan matahari, tetapi dengan
langgar atau mushalla). Karena kaum hitungan perjalanan bulan. Sesuai
Muslimin diwajibkan shalat lima waktu dengan tahun Hijriyah. 12
dan dianjurkan untuk berjamaah, kemudian
sekali seminggu diwajibkan untuk c. Jenis Lembaga Pendidikan Islam
melaksanakan sholat Jum‟at. Berbarengan 1) Lembaga Pendidikan Formal
dengan pendirian masjid, diyakini sejak Pendidikan formal adalah bentuk
saat itu dimulainya proses pendidikan pendidikan yang pelaksanaannya
Islam secara nonformal. teratur, sistematis, bertingkat, dan ada
Pendidikan Islam di Indonesia yang ketentuan atau syarat-syarat yang jelas.
pada mulanya dilaksanakan secara Sekolah dan madrasah termasuk dalam
informal, melalui kontak-kontak pribadi bentuk pendidikan formal. Sebagai
antara mubaligh dengan masyarakat lembaga pendidikan formal, sekolah
sekitar, dalam proses perdagangan, lahir dan berkembang secara efektif dan
ternyata pada saat yang bersamaan terjadi efisien dari dan oleh serta untuk
masyarakat. Sekolah merupakan
10
Azumardi Azro, Pendidikan Islam, Jakarta:
12
Logos Wacana Ilmu, h. 3. Nizar. Samsul, Sejarah Pendidikan Islam:
11
Masrurah,Ninik dan Umiarso, Modernisasi Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Pendidikan Islam. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media. Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Kencana
2004, h. 24. Prenada Media Group, 2007,h. 17.

17
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

lembaga pendidikan yang berkewajiban yang berkepribadian Islam, dengan


memberikan pelayanan kepada generasi ilmu agamanya ia sanggup menjadi
muda dalam mendidik mereka untuk mubaligh Islam di masyarakat
warga negara yang bertanggung jawab. sekitar melalui ilmu dan amalnya.
Lembaga pendidikan Islam formal (2) Tujuan khusus yaitu mempersiapkan
di Indonesia saat ini antara lain; (1) para santri untuk menjadi orang alim
Pondok pesantren, (2) madrasah, dalam ilmu agama yang diajarkan
(Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah), oleh kiai yang bersangkutan serta
serta (3) Perguruan Tinggi. dalam mengamalkannya dan
mendakwahkannya dalam
a) Pondok Pesantren (Kuttab) masyarakat.
Kehadiran kerajaan Bani Umayah Sebagai lembaga pendidikan
menjadikan pusat ilmu pengetahuan, yang tertua sejarah perkembangan
sehingga anak-anak masyarakat Islam pondok pesantren memiliki model-
tidak hanya belajar di mensjid tetapi model pengajaran yang bersifat
juga pada lembaga-lembaga yang ke nonklasik yaitu sistem pendidikan
tiga yaitu “kuttab” (pondok pesatren). dengan metode pengajaran wetonan
Kuttab dengan karakteristik khasnya, dan sorogan. Di Jawa Barat metode
merupakan wahana dan lembaga ini disebut atau di istilahkan dengan
pendidikan Islam yang semula sebagai bendungan, sedangkan di Sumatera
lembaga baca tulis dengan istilah dinamakan dengan istilah halaqoh.
halaqoh (sistem wetonan). Pada tahap (1) Metode wetonan (halaqoh).
berikutnya kuttab mengalami Metode yang didalamnya
perkembanag pesat kerena didukung terdapat sorang kiai yang
oleh dana dari masyarakat serta adanya membaca kitab dalam waktu
rencana-rencana yang harus dipatuhi tertentu, sedangkan santrinya
oleh pendidik dan pserta didik membawa kitab yang sama lalu
Di Indonesia istilah kuttab lebih santri mendengan dan menyimak
dikenal denga istilah “pondok bacaan kiai. Metode ini dapat
pesantren” yaitu suatu lembaga dikatakan sebagai proses belajar
pendidikan Islam yang didalamnya mengaji secara klasikal (atau
terdapat seorang kiai (pendidik) yang kolektif)
mengajar dan mendidik para santri (2) Metode sorogan, metode yang
(peserta didik) dengan sarana mesjid santrinya cukup pandai men-
yang digunakan untuk sorog-kan (mengajukan) sebuah
menyelenggarakan pengajarn tersebut, kitab kepada kiai untuk dibaca
serta didukung adanya pemondokan dihadapannya, kesalahan dalam
atau asrama sebagai tempat tingal para bacaannya itu langsung
santri. dibetulkan (dibenarkan) kiai,
Menurut para ahli pesantren baru metode ini dapat dikatakan
dapat disebut pesantren apabila sebagai proses belajar mengajar
memenuhi lima syarat yaitu: (1) ada kiai individual.
(2) ada pondok (3) ada mesjid (4) ada Ciri-ciri khusus dalam
santri (5) ada pelajaran membaca kitab pondok pesatren adalah isi
kuning. kurikulum yang dibuat terfokus
Tujuan terbentuknya pondok pesatren pada ilmu-ilmu agama, misalkan
adalah: ilmu sintaksis Arab, morfologi
(1) Tujuan umum yaitu membimbing Islam, tasawuf, tarikh dan
anak didik untuk menjadi manusia retorika. Dan leteratur ilmu-ilmu

18
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

tersebut mamaki kitab-kitab kemudian kita kenal dengan


klasik yang disebut kitab kuning. istilah madrasah. (sekolah)
Pada tahap selanjutnya (b) Pemberian pengetahuan umum
pondok pesatren mulai selain masih mempertahankan
menampakan eksistensinya sebagai pengetahuan agama dan bahasa
lembaga pendidikan Islam yang Arab
terdapat yaitu di dalamnya (c) Bertambahnya komponen
didirikan sekolah baik formal pendidikan pondok pesatren,
maupun nonformal. Akhir-akhir ini misalkan keterampilan sesuai
pondok pesatren mempunyai dengan kemampuan dan
kecenderungan-kecenderungan kebutuhan masyarakat sekitar,
baru dalam rangka inovasi terhadap kepramukaan untuk melatih
sistem yang selama ini digunakan kedisiplinan dan pendidikan
yaitu: agama, kesehatan dan olahraga
(1) Mulai akrab dengan serta kesenian yang Islami.
metodologi moderen (d)Lulusan pondok pesatren
(2) Semakin berorientasi pada diberikan syahadah (ijazah)
pendidikan yang fungsional sebagai tanda tamat dari
artinya terbuka atas pesatren tersebut dan ada
perkembangan diluar sebagian syahadah tertentu
lingkungan yang nilainya sama dengan
(3) Diversifikasi program dan ijazah sekolah negeri.
kegiatan makin terbuka dan
ketergatungannya dengan kiai b) Madrasah
tidak absolut dan sekaligus Madrasah adalah isim masdar
dapat membekali santri dengan dari kata darosa yang artinya sekolah
berbagai pengetahuan di luar atau tempat untuk belajar. Dalam
mata pelajaran agama, perkembangan selanjutnya, madrasah
keterampilan yang diperlukan sering dipahami sebagai lembaga
dalam lapangan kerja. pendidikan yang berbasis
(4) Dapat berfungsi sebagai pusat keagamaan, yang membedakannya
pengembangan masyarakat. dengan sekolah sering dipahami
(5) Dipihak lain pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan dengan
kini mengalami transformasi penekanan pada bidang ilmu
kultur, sistem dan nilai. pengetahuan umumnya saja
Pondok pesantren yang dikenal (science). Madrasah sebagai lembaga
dengan salafiah (kuno) kini pendidikan merupakan fenomena
tela berubah menjadi yang merata diseluruh Negara, baik
khalafiyah (moderen). pada Negara-negara Islam maupun
Transformasi tersebut sebagai Negara lainnya yang didalamnya
jawaban atas kritik-kritik yang terdapat komunitas masyarakat
diberikan pada pesatren dalam Islam.
arus trasformasi ini, sehingga Kehadiran madrasah sebagai
dalam sistem dan kultur lembaga pendidikan Islam
pesantren terjadi perubahan setidaknya mempunyai empat latar
yang drastis. misalkan: belakang yaitu;
(a) Perubahan sistem pengajaran 1) Sebagai manifestasi dan realitas
dari perseorangan atau sorogan pembaharuan sistem pendidikan
menjadi sistem klasikal yang Islam

19
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

2) Usaha penyempunaan terhadap Negeri Sipil dengan kemampuan


sistem pesatren kearah suatu akademik dan seni akademik
sistem pendidikan yang lebih tingkat diploma sebagai guru
memungkinkan lulusan untuk agama di SLTP.
memperoleh kesempatan yang Untuk mengakomodasi
sama dengan sekolah umum, perkembangan IAIN di daerah-
misalkan masalah kesamaan daerah maka dikeluarkan Peraturan
kesempatan kerja, melanjutkan Presiden No. 923 sebagai peganti
perguruan tinggi atau jenjang Peraturan Presiden No. 11 tahun
berikutnya kemudain memperoleh 1960 yang memungkinkan
ijazah. terbentuknya IAIN di daerah-
3) Adanya sikap mental pada daerah diluar Yogjakarta dan
sementara golongan umat Islam, Jakarta. Menurut peratuan yang
khususnya santri yang terpukau baru sekurang-kurangnya tiga jenis
pada barat sebagai sistem fakultas dapat digabungkan
pendidikan mereka, dan menjadi IAIN. Dengan adanya
4) Sebagai upaya untuk peraturan itu maka bermunculan
menjembatani antara sistem beberapa IAIN di luar Jakarta dan
pendidikan tradisional yang Yogyakarta, pada tahun 1973
dilakukan oleh pesantren dan tercatat ada 14 buah IAIN di
sistem pendidikan moderen dari seluruh Indonesia.
hasil akulturasi. Menyikapi era global dengan
tuntutan yang semakin berkembang
c) Perguruan Tinggi serta cita-cita untuk
Karena usaha gigih umat mengintegrasikan ilmu yang
Islam yang mayoritas di Indonesia tergolong perensial knowledge
ini, dalam usaha mengembangkan dengan ilmu yang tergolong
sistem pendidikan Islam yang acguired knowledge maka keempat
lengkap, yang dimulai dari sistem belas IAIN dalam perkembangan
pendidikan pesantren yang berikutnya sebagian telah berubah
sederhana sampai ketingkat menjadi Universitas Islam Negeri
perguruan tinggi. Secara formal (UIN). Sampai sekarang sejak
pendirian lembaga pendidikan tahun 2002 sudah ada enam IAIN
tinggi Islam baru dapat yang berubah menjadi UIN yaitu:
direalisasikan oleh pemerintah pada UIN Syarif Hidayatullah, UIN Suna
tahun 1950 dengan peraturan Kalijaga Yohyakarta, UIN Malang ,
pemerintah No. 37 tahun 1950 UIN Syaruf Qasim Pekan Baru,
dengan menegerikan fakultas UIN Sunan Gunung Jati dan UIN
Agana Islam UII menjadi Alaudin Makasar.
Perguruan Tinggi Islam Negeri Dengan adanya UIN maka
(PTIN) dipimpin oleh KH. pengembangan ilmu di perguruan
Muhammad Adnan dengan tiga tinggi Islam menjadi bervariasi
jurusan yaitu tarbiyah, qadha dan pula. Melihat tuntutan
dakwah. Tidak lama berselang perkembangan keilmuan tidak lagi
pemerintah juga mendirikan hanya terbatas pada ilmu agama
Akademi Dinas Ilmu Agama saja akan tetapi semakin kuat
(ADIA) di Jakarta tepatnya tagal 1 bermunculan tuntutan kebutuhan
Juni 1957 sebagai lembaga yang pengembangan ilmu yang
mendidik dan menyiapkan Pegawai bervariasi, berdasarkan hal tersebut

20
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

maka akhirnya pemerintah berbagai bidang ilmu. Alumni


meningkatkan dan memperluas ini kemudian akan
Perguruan Tinggi Islam dalam hal mengintegrasikan dirinya dalam
IAIN, yang semula hanya mendidik semua sector pemerintahan dan
dan mengajar serta masyarakat sesuai dengan
mengembangkan ilmu keagamaan, profesinya masing-masing
diperluas dengan ilmu-ilmu umu dalam mewujudkan fungsi dan
lainnya, dan sejalan dengan peran agama dalam
peningkatan peran tersebut IAIN, menodorong dan
berubah dan berganti menjadi mengendalikan perubahan
Universitas. sosial.
Universitas Islam Negeri 2) UIN melalui kegiatan-kegiatan
(UIN) yang didirikan sebagai penelitian, meneliti
jawaban atas harapan dan perkembangan dan perubahan
kebutuhan masyarakat Indonesia, masyarakat. Perubahan-
yang ingin melahirkan tokoh-tokoh perubahan yang timbul
cendekia yang dapat berperan dimasyarakat sebagai akibat
dalam mendorong dan dari perubahan sosial dan
mengembalikan perubahan sosial pembanguan nasional, terutama
karena kompetensi atau yang berhubungan dengan nilai-
keahliannya dalam berbagai bidang nilai yang telah dianut dan baku
disiplin ilmu, seperti; Usuluddin, dalam masyarakat yang
Syariah, Tarbiyah, Dakwah dan bersumberkan ajaran agama,
Adab, juga dalam berbagai bidang dibahas dan dicarikan solusinya
social dan humaniora lain, serta di UIN.
ilmu-ilmu teknik. Kader-kader 3) UIN melalui kegiatan-kegiatan
inilah yang akan mewujudkan pengabdian masyarakat yang
fungsi dan peranan agama dalam dilakukan oleh mahasiswa-
mengendalikan, mendorong dan mahasiswa nya di setiap tahun
mengarahkan perubahan sosial di tengah masyarakat, telah
dalam proses pembangunan terbukti ikut berperan dalam
nasional melalui berbagai mencerdaskan dan memajukan
kesempatan pengabdian masyarakat masyarakat.
yang dilakukan secara orginisatoris
maupun individual. 2) Lembaga Pendidikan Non Formal
Kebijakan yang ditempuh Lembaga pendidikan non formal
UIN dalam melakukan pengabdian adalah lembaga pendidikan yang teratur
masyarakat dengan memperhatikan dan terstruktur meskipun tidak terlalu
kebutuhan masyarakat serta fungsi ketat mengikuti peraturan dan ketentuan
dan peranan agama dalam yang berlaku. Pendidikan non formal
mendorong dan mengendalikan umumnya didirikan oleh masyarakat
perubahan social antara lain dalam sebagai bentuk kepeduliannya terhadap
berbagai kegiatan. Fungsi dan peningkatan mutu SDM masyarakat.
peranan yang dilakukan oleh UIN Dalam sistem pendidikan nasional,
sebagai lembaga pendidikan tinggi memang masyarakat diminta ikut
Islam yaitu: bertanggung jawab melaksanakan
1) UIN setiap tahun mencetak program pemerintah dalam bidang
sarjan-sarjana yang berkulaitas pendidikan. Sehingga tidak heran jika
kader ulama intelektual dalam banyak pendidikan non formal baik jenis

21
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

kompetensinya, maupun bidang ajarnya kurikulum sendiri atau aturan sendiri,


terdapat di Indonesia, seperti; lembaga yang diselenggarakan secara berkala
social dan keagamaan; masjid, mushola, dan teratur dan diikuti oleh jama‟ah
langgar, surau, serta berbagai lembaga yang relatif banyak dan bertujuan
pendidikan dan sosial lainnya seperti; untuk membina dan mengembangkan
kursus-kursus di masjid, majlis-majlis hubungan yang santun dan serasi
ta‟lim dan taman pendidikan al-Qur‟an. antara manusia dan Allah SWT,
manusia dan manusia, manusia dan
a) Masjid lingkungan dalam rangka membina
Secara harfiah masjid adalah masyarakat yang bertaqwa kepada
“tempat untuk bersujud” namun dalam Allah SWT.
arti terminology, mesjid diartikan sebagai Majlis ta‟lim sebagai salah satu
tempat khusus untuk melakukan aktivitas bentuk lembaga non formal
ibadah dalam arti yang luas. 13 mempunyai kedudukan dan fungsi
Fungsi mesjid dapat lebih efektif sebagai alat dan sekaligus sebagai
bila di dalamnya disediakan fasilitas media pembinaan dalam beragama
tejadinya proses belajar mengajar. (da‟wah Islamiah), sebagai berikut:
Fasilitas yang diperlukan adalah: 1) Membina dan mengembangkan
(1) Perpustakaan yang menyediakan ajaran Islam dalam rangka
beragai buku bacaan dengan berbagai membentuk masyarakat yang
disiplin keilmuan bertaqwa kepada Allah SWT.
(2) Ruang diskusi yang digunakan untuk 2) Sebagai taman rekreasi rohaniah
segala persoalan yang berkaitan karena penyelenggarannya
dengan kehidupan dimasyarakat atau bersifat santai
berkaitan dengan pendidikan. 3) Sebagai ajang berlangsungnya
berdiskudi sebelum dan sesudah silaturrahim masa yang dapat
sholat, program inilah yang menghidup suburkan da‟wah dan
dinamakan dengan istilah i‟tikaf ukhuwah Islamiah.
ilmiah 4) Sebagai sarana dialog
(3) Ruang kuliah baik digunakan untuk berkesinambungan antar ulama
training (tadrib) remaja mesjid atau dan umara dengan umat
juga untuk madrasah diniyah, 5) Sebagai media penyampaian
memberikan istilah ruang kuliah gagasan yang bermanfaat bagi
tersebut dengan sekolah masjid, pembagunan umat dan bangsa
kurikulum yang disampaikan khusus pada umumnya.
mengenai materi-materi keagamaan
untuk membantu pendidikan formal d. Orientasi Tujuan Lembaga
yang proporsi materi keagamaannya Pendidikan Islam
lebih minim dibandingkan dengan Diera globalisasi menuntut
proporsi materi umum. seseorang untuk memiliki etos belajar
sepanjang hayat. Memahami sosial,
b) Majlis Taklim ekonomi, politik, budaya dan
Ta’lim adalah pengajaran, teknologi.14 Pendidikan Islam
maka secara istilah Majlis Ta‟lim bertujuan menyiapkan para siswa
adalah lembaga pendidikan memiliki keterampilan, kemandirian,
nonformal Islam yang memiliki menghayati tugasnya dan perannya
menurut ajaran Islam dalam
13
Muhammad Daud Ali dan Habibah Daud,
14
Lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta , Muhaemin, Pengembangan Kurikulum,
PT Grasindo, 1995,h. 231. Rosda Karya, 2005.h. 12-13.

22
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

masyarakat.15 Mengenai orientasi dan pengalaman peserta didik tentang


tujuan pendidikan Islam adalah: agama Islam, sehingga menjadi
1) Membentuk siswa-siswi yang manusia muslim yang beriman dan
berakhlak mulia, cakap, percaya bertaqwa kepada Allah SWT serta
diri, berguna bagi bangsa dan berakhlak mulia dalam kehidupan
agamanya, cerdas dan tangguh. pribadi, bermasyarakat berbangas dan
2) Terbinanya siswa-siswi yang cakap bernegara.
dan sadar menjalankan tugas dan Lembaga pendidikan Islam
pengabdian, mempunyai tujuan untuk
3) Terbinanya siswa-siswi yang mengembangkan potensi yang dimiliki
harmonis dan kondusif bagi menusia itu, mulai dari tahapan
pengembangan nilai pendidikan kognitif, yakni pengetahuan,
Islam. pemahaman peserta didik terhadap
4) Terbinanya generasi Islam yang ajaran Islam. Untuk selanjutnya
sanggup melanjutkan amal usaha dengan tahapan afektif, yakni
Islam sebagai kader ummat dan terjadinya profesionalisasi ajaran dan
kader bangsa. Sedangkan terkait nilai-nilai agama ke dalam diri peserta
dengan fungsi pendidikan Islam, didik, dalam arti menghayati dan
paling tidak ada empat fungsi meyakini. Melalui tahapan afektif
pendidikan Islam yaitu: tersebut diharapkan tumbuh motivasi
a) Fungsi edukatif artinya dalam diri siswa dan bergerak untuk
mendidik dengan tujuan mengamalkan mentaati ajaran Islam,
memberikan ilmu pengetahuan tahapan psikomotorik yang telah di
kepada anak didik agar terbebas internalisaskan dalam dirinya. Dengan
dari kebodohan, demikian akan terbentuknya manusia
b) Fungsi pengembangan muslim yang bertaqwa dan berakhlak
kedewasaan berfikir melalui mulia.
tranmisi ilmu pengetahuan,
c) Fungsi penguatan keyakinan 2) Peran Lembaga Pendidikan
terhadap kebenaran yang Islam
diyakini dengan pemahaman Lembaga-lembaga pendidikan
ilmiah. memiliki peran sentral terutama dalam
d) Fungsi ibadah sebagai bagian hal:
dari pengabdian hamba kepasda a. Merealisasikan pendidikan Islam
sang pencipta.16 yang didasarkan atas prinsip pikir,
aqidah dan tasyri (sejarah) yang
e. Konsep Lembaga Pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan
Islam pendidikan Islam. Bentuk dan
1) Tujuan Lembaga Pendidikan relisasi itu adalah agar peserta didik
Islam beribadah, mentauhidkan Allah
Menurut Muhaimin. Lembaga SWT, tunduk dan patuh kepada
pendidikan Islam secara umum perintah dan Syariat-Nya
bertujuan untuk meningkatkan b. Memelihara fitrah anak didik
keimanan, pemahaman, penghayatan sebagai insan yang mulia, agar
tidak menyimpang dari tujuan
15
Malik Fajar, Fungsi Kurikulum, Jakarta:
Allah menciptakan-Nya.
PT Grasindo, 1995, h. 5. c. Memberikan kepada peserta didik
16
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang sejarah peradaban dan
Tentang Pendidikan Islam, Bandung: al-Ma'arif, kebudayaan Islam dengan cara
1980, h. 15.

23
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

mengintegrasikan antara ilmu-ilmu dan teknologi


alam, ilmu sosial, imu eksak (4) Ekonomi
dengan landasan ilmu agama, (5) Kemasyarakatan
sehingga peserta didik mampu (6) Sistim Nilai dan Norma-Norma17
melibatkan dirinya terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan b) Tantangan dari Dalam
dan teknologi. (1) Kualitas Sumber Daya Manusia
d. Membersihkan pikiran dan jiwa Permasalahan pada lembaga
peserta didik dari pengaruh pendidikan agama Islam di Indonesia
subyektivitas (emosi) kerana pada umumnya terutama dalam
pengaruh zaman yang terjadi pada meningkatkan sumber daya manusia
dewasa ini, lebih mengarahkan yaitu jika kualitas pendidikan menurun
pada penyimpangan fitrah manusia maka kualitas sumber daya manusia
e. Memberikan wawasan nilai moral juga menurun dan lemah pula dalam
dan peradaban manusia yang hal keimanan dan ketakwaan, terdapat
membawa khazanah pemikiran kesenjangan antara kualitas pendidikan
peserta didik menjadi berkembanga dengan kenyataan empiris
f. Menciptakan suasana kesatuan dan perkemangan masyarakat serta
kesamaan antara peserta didik pendidikan Islam tertinggal dalam hal
g. Tugas mengkoordinasi dan metodologis.
membebani kegiatan pendidikan
h. Menyempurnakan tugas-tugas (2)Rendahnya Motivasi untuk Maju dan
lembaga pendidikan keluarga, Berkembang
mesjid dan pesatren. Menurut A Mukti Ali, menyatakan
Peran lembaga pendidikan bahwa kelemahan-kelemahan pendidikan
Islam pada intinya adalah sebagai Islam sekarang ini lebih disebabkan oleh
wadah untuk memberikan faktor-faktor penguasaan sistem dan
pengarahan, bimbingan dan metode, bahasa sebagai alat, ketajaman
pelatihan agar manusia dengan interprestasi (instinght), kelembagaan
segala potensi yang dimilikinya dan (organisasi), manajemen, serta penguasaan
dapat dikembangkan dengan sebaik- ilmu dan teknologi. Pendidikan harus di
baiknya. Peran lembaga pendidikan desak untuk melakukan inovasi yang tidak
Islam yang terpenting adalah dapat hanya berkaitan dengan perangkat
mengantarkan manusia kepada misi kurikulum dan manajemen saja tetapi juga
penciptaannya sebagai hamba Allah berkaitan dengan strategi dan cara
sebagai kholifah fil al-ardhi. oprasionalnya. Strategi dan taktik itu
menuntut perombakan medel-model
3) Tantangan Lembaga Pendidikan pendidikan Islam sampai dengan institusi-
Islam intitusnya, sehingga lebih efektif dan
Tantangan yang dihadapi oleh efesiendalam arti pedagogis, sosiologis dan
lembaga-lembaga Islam saat ini dapat kultural dalam menunjukan peranya.
dikelompokkan menjadi dua, yaitu, (a) Pendidikan Islam sampai pada awal abad
tentangan dari luar atau eksternal, dan (2) ini tidak banyak berbeda dengan
tantangan dari dalam lembaga pendidikan pehitungan kasar menurut sistem madrasah
itu sendiri. dan pesantren yang berkembang di
a) Tantangan dari Luar nusantara ini dengan segala kelebihannya,
(1) Politik
(2) Perubahan Budaya 17
Slamet. Belajar dan Faktor-faktor Yang
(3) Perkembangan Ilmu pengetahuan Mempengaruhinya, Jakarta: PT Bina Aksara 1997,
h. 71

24
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

juga tidak diterapkan untuk membangun diterapkan selalu mengacu kepada sistem
peradaban. yang dikeluarkan oleh lembaga yang
dianggap memiliki akintabilitas dan
(3) Mutu Pendidikan Islam di Indonesia reputasi sangat baik dalam
Sekarang mengembangkan mutu.
Ada berbagai perspektif menganai Pada akhirnya pengakuan
hakekat mutu pendidikan Islam, misalkan peningkatan mutu pendidikan Islam
(1)mutu diidentifikasi-kan sebagain merupakan kebutuhan abadi bagi setiap
adanya kecocokan kurikulum yang stakeholder pendidikan. Kunci dari semua
disusun oleh sebuah lembaga pendidikan adalah apapun perspektif yang digunakan,
Islam dengan kebutuhan masyarakat sepatutnya harus dikawal dengan sikap
(fitness for use). Dalam perspektif tersebut istiqomah (konsisten) yang dijiwai
dapat dipahami bahwa mutu yang baik continous improvement.
diartikan sebagai apapun sistem
pendidikan yang dilaksanakan dilembaga (4)Daya tampung Lembaga Pendidikan
pendidikan Islam asalkan alumni (output) Islam
terserap diberbagai lapangan. Daya tampung yang terbatas pada
Dalam perspektif lain, mutu juga lembaga-lembaga pendidikan Islam juga
dikaitkan dengan kepuasan total (full menjadi suatu masalah problematika
custamer satisfaction) para pengguna tersendiri selain juga tidak tepenuhi cita-
layanan pendididkan Islam. Dalam cita bangsa untuk meratakan pendidikan
konteks tersebut mutu didefinisikan bagi seluruh masyarakat. Masih ada
bentuk pelayanan maksimal sehingga daerah-daerah yang kekurangan sarana
pelangganan merasa puas. Orientasi prasaran belajar sehingga menjadi kendala
kepuasan tersebut dapat didefinisikan bagi peserta didik untuk belajar. Misalkan
pelanggan merasa senang, nyaman, ditingkat perguruan tinggi daya tampung di
terikat, bahkan loyal atau fanatik dengan universitas negeri juga terbatas. Dipandang
lembaga pendidikan Islam yang dikelola, dari sudut-sudut penyebaran guru juga
menciptakan nilai tersendiri (diferensiasi) tidak merata, baik ditinjau dari segi
dalam pengelola lembaga pendidikan kuantitas maupun kualitas yang terpusat
Islam menjadi kunci dalam memenangkan dikota-kota. Banyak desa-desa terpencil
persaingan dalam mengelola madrasah. sangat kekurangan guru terutama guru
Belakangan perbincangan mengenai pendidikan agama Islam sehingga
mutu pendidikan Islam juga didukung berpengaruh pada perkembangan social
oleh konsep conformance to requirement, dalam masyarakat tersebut.
yakni sebuah konsep mutu yang
menekankan bahwa sebuah barang atau (5)Daya Saing
prodak dikatakan bermutu apabila mampu Perhatian pemerintah dan masyarakat
menyamai atau bahkan melampawai dari terhadap pendidikan agama Islam masih
standar yang telah ditetapkan. Dalam tetap sama, diskriminasif, sikap inilah yang
konsep yang demikian itu mutu layanan menyebabkan pendidikan agama Islam
pendidikan Islam dianggap baik manakala sampai detik ini terpinggirkan.
sesuai dengan standar Badan Akriditasi Terpinggirkannya pendidikan agama Islam
Nasonal Madrasah (BAN-SM), badan dari persaingan sesungguhnya dikarenakan
Akriditasi Nasional Perguruan Tianggi dua faktor, yaitu faktor internal dan
(BAN-PT) ataukah ISO 9001:2008. Bila eksternal, faktor internal ialah:
konsep mutu yang seperti ini diterapkan (a) Meliputi manajemen pendidikan Islam
maka prosedur, nilai kelembagaan, hingga yang pada umumnya belum mampu
konsep pengembangan mutu yang menyelenggarakan pembelajaan dan

25
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

pengelolaan pendidikan Islam yang pendidikan Islam yang tidak sesuai


efektif dan berkualitas, hal ini dengan gagasan yang dibawa al-quran
tercermin dari kalah bersaing dengan berupa persoalan dikotomik pendidikan
sekolah-sekolah yang berada dibawah Islam yang merupakan persoalan
pembinaan Departemen Pendidikan mendasar dari perkembangan
Nasional (Diknas) yang umumnya pendidikan selama ini. Pendidikan
dikelola secara moderen Islam harus di jauhkan dari dikotomik,
(b) Faktor kompensasi professional guru menuju pada integrasi antara ilmu
masih sangat rendah, para guru yang agama dan ilmu umum, sehingga tidak
merupakan unsure terpenting dalam melahirkan jurang pemisah antar ilmu
kegiatan belajar mengajar, umumnya agama dan bukan ilmu agama.
lemah dalam menguasai materi bidang Integrasi tersebut melahirkan perangkat
studi terutama menyangkut bidang lunak yaitu kerangka filosofi yang jelas
studi umum, ketarampilan mengajar, dan baku.18
manajemen kelas dan motivasi 2) Perlu pemikiran kembali tujuan dan
mengajar. Hal ini terjadi karena sistem fungsi lembaga-lembaga pendidikan
pendidikan Islam kurang kondusif bagi Islam artinya lembaga-lembaga
pengembangan kompetensi pendidikan tidak hanya berorientasi
professional guru. atau memenuhi keinginan kepentingan
(c) Faktor kepemimpinan artinya tidak akhirat saja dengan mengajarkan
sedikit kepala-kepala madrasah yang keterampilan dalam beriabadah. Hal
tidak memiliki visi dan misi untuk mau itupun masih dirasakan apabila
kemana pendidikan ini diarahkan pendidikan Islam “dipandang dari
dikembangkan. Kepala madrasah dimensi ritual masih jauh dalam
seharusnya merupakan simbol memberikan pengayaan spiritual, etika
keunggulan dalam kepemimpinan. dan moral”.19
Moral, intelektual dan professional
dalam lingkungan lembaga pendidikan (6)Perubahan yang Perlu Dilakukan
yang dipimpinnya, ternyata sulit Lembaga Pendidikan Islam
ditemukan dilapangan pendidikan Perubahan yang perlu dilakukan
Islam. Pemimpin lembaga pendidikan lembaga pendidikan Islam adalah:
Islam bukan hanya sering kurang 1) Membangun sistem lembaga
memiliki kemampuan dalam pendidikan Islam yang mampu
membangun komunikasi internal mengembangkan sumber daya manusia
dengan para guru dan staf tata usaha yang berkualitas agar mampu
dan orang tua. Untuk kepentingan mengantisipasi kemajuan iptek untuk
penyelenggaraan pendidikan yang mengahadapi tantangan dunia global
berkualitas. Biasanya pendekatan yang menuju masyarakat Indonesia baru,
digunakan adalah pendekatan birokratis yang ditandai dengan nilai-nilai
dari pada pendekatan kologial illahiyah, kemanusiaan (insyaniah) dan
professional, melainkan pendekatan masyarakat budaya.
like end dislike dengan tidak memiliki 2) Menata manajemen lembaga
visi dan misi yang jelas. pendidikan Islam dengan berorientasi
Dalam menghadapi perubahan dan pada manajemen berbasis sekolah agar
tantangan masyarakat global ada beberapa bisa menyerap aspirasi masyarakat
persoalan mendasar internal pendidikan
Islam yang harus diselesaikan terlebih 18
Ahmad Syarif Maarif, Lembaga
dahulu secara tuntas yaitu: Pendidikan Islam dan Persoalannya. 1997, h. 67
19
1) Harus mengikis habis wawasan sejarah Fajar A. Malik, Roeformasi Pendidikan
Islam. Jakarta: Fajar Dunia. h. 1999

26
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

dapat mendayagunakan potensi benar dunia ini sudah tidak bersekat lagi,
masyarakat dan daerah (otonomi apa yang terjadi di suatu wilayah, dengan
daerah) dalam rangka cepat dan mudah orang wilayah lain
menyelenggarakan pendidikan yang mengetahuinya, ketiga persaingan yang
berkualitas. semakin terbuka dan kompetitif. Inilah
3) Meningkatkan demokrasi lembaga yang tidak dapat dihindari oleh manusia
pendidikan Islam secara berkelanjutan sekarang. Eksistensi akan selalu terjaga
dalam upaya memenuhi kebutuhan apabila seseorang mampu memenangkan
masyarakat agar dapat mendaya persaingan di era global saat ini.21
gunakan potensi masyarakat. Dinamika dunia yang semakin pesat
Lembaga pendidikan Islam harus memaksa manusia untuk berkometisi agar
mulai berbenah diri dengan menyusun tidak terguras oleh derasnya arus. Untuk
strategi untuk dapat bersaing dan dapat memenangkan kompetisi maka diperlukan
menjawab tantangan perubahan tersebut. sumber daya manusia yang berkualitas.
Apabila tidak maka lembaga pendidikan Penimgkatan mutu SDM dapat ditempuh
Islam akan tertinggal dalam persaingan melalui pendidikan. Kultur pendidian yang
global. Maka dalam menyusun strategi berkualitas akan mengahasilkan SDM
untuk menjawab tantangan perubahan yang berkualitas sehingga memiliki
tesebut yang harus diperhatikan adalah: dayasaing yang tinggi.
(a) Lembaga pendidikan Islam diupayakan
lebih diorientasikan atau lebih D. Simpulan
menekankan pada upaya proses Lembaga pendidikan adalah Bentuk
pembelajaran (learning) dari pada organisasi yang tersusun relatif tetap terdiri
mengajar (teacing) atas pola-pola tingkah laku, peranan-
(b) Lembaga pendidikan Islam dapat peranan dan relasi-relasi yang terarah
“diorganisir dalam suatu struktur yang dalam mengikat individu yang mempunyai
lebih bersifat fleksibel” otoritas formal dan sangsi hukum, dalam
(c) Lembaga pendidikan Islam dapat mencapai tujuan pendidikan Islam. Awal
”memperlakukan peserta didik sebagai penyebaran dan perkembangan agama
individu yang memiliki karakteristik Islam, Rasulullah SAW, dalam
khusus mandiri” mengajarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah
(d) Lembaga pendidikan Islam kepada para masyarakat Mekkah,
“merupakan proses yang menggunakan serta membangun apa yang
berkesinambungan dan senantiasa sekarang dikatakan lembaga pendidikan.
berorientasi dengan lingkungan.20 Sedikitnya terdapat empat lembaga
pendidikan yang digunakan Rasulullah
f. Prospek Lembaga Pendidikan Islam SAW dalam mengajarkan al-Qur‟an dan
Di Era Globalisasi As-sunah, yaitu: Dar al-Arqam, kuttab,
Manusia di era global memiliki ciri Suffah dan masjid.
dan karakteristik tersendiri. Ada tiga ciri Pendidikan Islam di Indonesia yang
yang mendasari perbedaan manusia di era pada mulanya dilaksanakan secara
globalisasi. Karateristik tersebut antara informal, melalui kontak-kontak pribadi
lain, pertama manusia di era globalisasi antara mubaligh dengan masyarakat
cenderung mengedepankan ilmu sekitar, dalam proses perdagangan,
pengetahuan sebagai alternatif pemecahan ternyata pada saat yang bersamaan terjadi
masalah, kedua adanya anggapan dunia proses pendidikan. Dengan semakin
tidak luas lagi, anggapan tesebut memang
21
Daulay, Haidar Putra and Nurgaya Pasa.
20
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, Jakarta:
Depan, Bigraf Publishing, Yogyakarta, h. 2000 Kencana, 2003. h. 27.

27
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653

banyaknya masyarakat yang beragama Pendidikan Islam di


Islam, maka pendidikan Islam, meskipun Indonesia, Jakarta: Kencana, 2009.
masih bersifat non formal, ternyata Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran
semakin intensif dilaksanakan, terutama di Tentang Pendidikan Islam, Bandung:
masjid-masjid atau langgar. Lembaga al-Ma'arif, 1980.
pendidikan Islam formal di Indonesia saat Muhammad Daud Ali dan Habibah Daud,
ini antara lain; (1) Pondok pesantren, (2) Lembaga pendidikan Islam di
madrasah, (Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Indonesia. Jakarta, PT Grasindo,
Aliyah), serta (3) Perguruan Tinggi. 1995.
Lembaga pendidikan Islam secara umum Muhaemin, Pengembangan Kurikulum,
bertujuan untuk meningkatkan keimanan, Rosda Karya, 2005.
pemahaman, penghayatan dan pengalaman Masrurah,Ninik dan Umiarso, Modernisasi
peserta didik tentang agama Islam, Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-
sehingga menjadi manusia muslim yang Ruzz Media. 2004
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT Malik Fajar, Fungsi Kurikulum, Jakarta:
serta berakhlak mulia dalam kehidupan PT Grasindo, 1995.
pribadi, bermasyarakat berbangas dan Nur Uhbiyah, Ilmu Pendidikan Islam,
bernegara. Bandung: CV. Pustaka, 1997.
Dinamika dunia yang semakin pesat Nizar. Samsul, Sejarah Pendidikan Islam:
memaksa manusia untuk berkometisi agar Menelusuri Jejak Sejarah
tidak terguras oleh derasnya arus. Untuk Pendidikan Era Rasulullah Sampai
memenangkan kompetisi maka diperlukan Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada
sumber daya manusia yang berkualitas. Media Group, 2007.
Penimgkatan mutu SDM dapat ditempuh Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam
melalui pendidikan. Kultur pendidian yang Menelusuri Jejak Sejarah
berkualitas akan mengahasilkan SDM yang Pendidikan Era Rasululloh sampai
berkualitas sehingga memiliki daya saing Indonesia, Jakarta: Kencana, 2008.
yang tinggi. Slamet. Belajar dan Faktor-faktor Yang
Mempengaruhinya, Jakarta: PT Bina
Daftar Pustaka Aksara 1997.
Ahmad Syarif Maarif, Lembaga Izz al-Din al Tamimy, dalam al-Gazira
Pendidikan Islam dan Persoalannya. terjemahan. Seni Mendidik Anak
1997. Jakarta: Arroyah, 2001
Azrumardi Azra, Pendidikan Islam, Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa
Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Depan, Bigraf Publishing,
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Yogyakarta. 2000
Terjemahnya, Saudi Arabia, Fahd
Publisher, 2003.
Daulay, Haidar Putra and Nurgaya Pasa.
Pendidikan Islam dalam Lintasan
Sejarah, Jakarta: Kencana, 2003.
Fajar A. Malik, Roeformasi Pendidikan
Islam. Jakarta: Fajar Dunia.1999
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan
Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1992
Haidar Putra Daulay, Sejarah
Pertumbuhan dan Pembaruan

28

You might also like