Professional Documents
Culture Documents
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
Abdul Basyit
Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Tangerang
abdulbasyit@umt.ac.id
Abstract
Abstrak:
Lembaga pendidikan bentuk organisasi tersusun relatif tetap terdiri atas pola-pola tingkah laku,
peranan-peranan dan relasi-relasi terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas
formal dan sangsi hukum, dalam mencapai tujuan pendidikan Islam. Terdapat empat lembaga
pendidikan yang digunakan Rasulullah SAW dalam mengajarkan al-Qur‟an dan As-sunah,
yaitu: Dar al-Arqam, kuttab, Suffah dan masjid. Pendidikan Islam di Indonesia pada mulanya
dilaksanakan secara informal, melalui kontak-kontak pribadi antara mubaligh dengan
masyarakat sekitar, dalam proses perdagangan. Lembaga pendidikan Islam formal di Indonesia
saat ini; (1) Pondok pesantren, (2) madrasah, (Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah), serta (3)
Perguruan Tinggi. Lembaga pendidikan Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat berbangasa dan bernegara. Kultur pendidian yang berkualitas akan
mengahasilkan SDM yang berkualitas sehingga memiliki daya saing yang tinggi.
12
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
13
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
badan yang mempunyai tujuan jelas Islam sebagai upaya internalisasi inti
terutama dalam bidang keilmuan. ajaran Islam, yaitu; (1) berserah diri
Lembaga Pendidikan adalah suatu sepenuh jiwa dan raga hanya kepada Allah
sistem peraturan yang bersifat mujarrad SWT yang didasari kemurnian tauhid
suatu konsepsi yang terdiri dari kode, kepada-Nya semata, (2) mewujudkan
norma-norma, ideologi dan sebagainya, ketaatan atas segala perintah Allah
baik tertulis atau tidak termasuk SWT dengan menjauhi semua larangan-
perlengkapan material dan organisasi Nya, dan (3) berlepas diri dari
simbolik serta kelompok manusia yang kesyirikan.
terdiri dari individu-individu yang Dengan demikian dapat disimpulkan
dibentuk dengan sengaja atau tidak, untuk bahwa lembaga pendidikan adalah suatu
mencapai tujuan tertentu dan tempat- bentuk organisasi yang tersusun relatif
tempat kelompok itu melaksanakan tetap terdiri atas pola-pola tingkah laku,
peraturan-peraturan tersebut adalah: peranan-peranan dan relasi-relasi yang
mesjid, sekolah, kuttab dan sebagainya.3 terarah dalam mengikat individu yang
Sebagai wadah pendidikan yang mempunyai otoritas formal dan sangsi
dikelola demi mencapai hasil pendidikan hukum, dalam mencapai tujuan pendidikan
yang diinginkan, lembaga pendidikan Islam.
berperan atas terlaksananya pendidikan,
agar proses pendidikan dapat berjalan a. Lembaga Pendidikan Masa
sesuai dengan yang diinginkan. Lembaga Rasulullah SAW.
pendidikan Islam adalah wadah atau Awal penyebaran dan perkembangan
tempat berlangsungnya proses pendidikan agama Islam, Rasulullah SAW, dalam
Islam dan proses pembudayaan. Proses ini mengajarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah
dimulai dari lingkungan keluarga. Allah kepada para masyarakat Mekkah,
Swt berfirman dalam QS. al-Tahrim [66]: menggunakan serta membangun apa yang
6: sekarang dikatakan lembaga pendidikan.
ِ ِ
َّاس
ُ ود َها النُ ُين َآمنُوا قُوا أَنْ ُف َس ُك ْم َوأ َْهلي ُك ْم نَ ًارا َوق َ يَا أَيُّ َها الَّذ
Sedikitnya terdapat empat lembaga
pendidikan yang digunakan Rasulullah
صو َن اهللَ َما ِ ِ ِ ِْ و
ُ اْل َج َارةُ َعلَْي َها َم ََلئ َكةٌ غ ََل ٌظ ش َد ٌاد الَ يَ ْع َ SAW dalam mengajarkan al-Qur‟an dan
أ ََمَرُه ْم َويَ ْف َعلُ ْو َن َما يُ ْؤَمُرْو َن As-sunah, yaitu:
1) Dar al-Arqam
“Wahai orang-orang yang beriman,
Lembaga pendidikan pertama dalam
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
Islam adalah rumah. Pada fase Makkah
neraka yang bahan bakarnya adalah
Rasulullah SAW dan para sahabatnya
manusia dan batu; penjaganya adalah
menjalankan aktivitas pendidikan dan
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,
pembelajaran di rumah Arqam Ibn Abi
yang tidak mendurhakai Allah terhadap
Arqam. Rumah yang terpencil berada di
apa yang diperintahkan-Nya kepada
atas bukit Safa, dipilih selain Arqam diusia
mereka serta selalu mengerjakan apa yang
16 tahun sudah masuk Islam, juga agar
diperintahkan.” 4
para sahabat tidak mudah tercium oleh
Bahwa lembaga pendidikan adalah
pembesar serta antek-antek Quraisy
Badan yang bergerak dan bertanggung
jahiliyah. Rasulullah SAW mengajarkan
jawab atas terselenggaranya pendidikan
wahyu kepada para sahabatnya dengan
3
sistem halaqoh. Rasulullah SAW dan para
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan
Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992, h. 31.
sahabatnya belajar dan mengajar di rumah
4
Terjemahan al-Qur‟an QS al-Tahrîm (66):6 tersebut selama 13 tahun.
ini diambil dari Departemen Agama, Al-Qur’an Ada satu metode pembelajaran yang
dan Terjemahnya, Saudi Arabia, Fahd Publisher, unik di rumah Arqom bin al Arqom, setiap
2003, h. 951.
14
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
sahabat yang datang ke Darul Arqom Lembaga ini, menjadi tonggak yang
menceritakan pada sahabatnya yang lain penting dalam mencerdaskan generasi
apa yang ia alami hari ini, kemudian muda Islam untuk memahami inti ajaran
Rasulullah memberikan arahan, apabila Islam yakni membaca dan menulis al-
salah dalam menyikapi masalah maka Qur‟an.6
Rasulullah meluruskan. Metode Ketika Umar Ibn Khattab menjadi
pembelajaran Rasulullah adalah aplikatif Khalifah, ia menambahkan materi
bukan hanya transformasi materi. Selain pelajaran Kuttab, yakni, pelajaran
itu juga Para sahabat selain menerima berenang, mengendarai onta, memanah,
materi al-Qur‟an dan As-sunah juga di dan membaca serta menghafal syair-syair
rumah Arqom inilah para sahabat yang mudah dan peribahasa. Kuttab di
menghafal al-Qur‟an. Dari lembaga Darul masa Umayyah berkembang pesat hingga
al Arqom ini nantinya lahir tokoh dan di desa-desa di semua wilayah Islam.
pemimpin Islam seperti; Abu bakar, Umar, Kurikulum pendidikan di kuttab ini
Ustman dan Ali RA, dan tokoh-tokoh berorientasi pada Al-Qur‟an
Islam lainnya. sebagai textbook. Dalam kuttab
berlangsung pengajaran membaca,
2) Kuttab menulis, kaligrafi, gramatika bahasa Arab,
Pada masa Pra-Islam sudah sejarah Nabi SAW, dan hadist. Pada masa
mengenal lembaga pendidikan yang awal dinasti Abbasiyah metode pendidikan
bernama kuttab. Secara dan pengajaran yang digunakan dapat
bahasa, Kuttab/Maktab berasal dari akar dikelompokkan menjadi tiga macam cara
kata كِتَابًا-ب
َُ ُيَكْت-ب
ََ َ َكتyang artinya menulis. yaitu, sebagai berikut:
Secara Istilah, kuttab /maktab berarti 1) Metode lisan, berupa dikte (imla’),
tempat menulis, atau tempat di mana ceramah (al-sama), qiraat dan diskusi.
dilangsungkan kegiatan untuk baca-tulis 2) Metode menghapal, merupakan ciri
dan syair-syair Arab. Mayoritas para umum pendidikan di masa ini. Para
sejarawan pendidikan Islam sepakat bahwa murid diminta membaca secara
pendidikan Islam tingkat dasar yang berulang setiap pelajaran yang
mengajarkan membaca dan menulis bahasa diberikan kepadanya hingga mereka
Arab kemudian meningkat pada jenjang hapal akan pelajaran tersebut. Dalam
pengajaran al-Qur‟an dan pengetahuan proses pembelajaran berikutnya
dasar agama Islam. Namun Abdullah Fajar murid diminta untuk mengeluarkan
dalam bukunya Peradaban dan Pendidikan atau menyatakan kembali dan
Islam berpendapat bahwa maktab adalah mengkontekstualisasikan pelajaran
istilah untuk zaman klasik, yang dihapalnya dalam kegiatan
sedangkan kuttab adalah istilah untuk diskusi dan perdebatan, dimana
zaman modern.5 murid yang lain dapat merespons,
Di masa Islam, lembaga pendidikan mematahkan lawan, atau
kuttab ini digunakan sebagai alternatif memunculkan sesuatu yang baru.
tempat belajar al-Qur‟an di samping 3) Metode menulis, dianggap metode
Mesjid karena perkembangan umat Islam yang paling penting pada masa ini.
yang membutuhkan ilmu pengetahuan Metode ini adalah menyalin kembali
Islam selain itu di khawatirkan anak-anak karya atau tulisan para ulama,
yang ingin belajar Islam mengotori Masjid. sehingga pada murid terjadi proses
6
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam
5
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
dan Pembaruan Pendidikan Islam di Rasululloh sampai Indonesia, Jakarta: Kencana,
Indonesia, Jakarta: Kencana, 2009, h. 21. 2008, h. 112 – 113.
15
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
16
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
17
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
18
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
19
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
20
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
21
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
22
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
23
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
24
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
juga tidak diterapkan untuk membangun diterapkan selalu mengacu kepada sistem
peradaban. yang dikeluarkan oleh lembaga yang
dianggap memiliki akintabilitas dan
(3) Mutu Pendidikan Islam di Indonesia reputasi sangat baik dalam
Sekarang mengembangkan mutu.
Ada berbagai perspektif menganai Pada akhirnya pengakuan
hakekat mutu pendidikan Islam, misalkan peningkatan mutu pendidikan Islam
(1)mutu diidentifikasi-kan sebagain merupakan kebutuhan abadi bagi setiap
adanya kecocokan kurikulum yang stakeholder pendidikan. Kunci dari semua
disusun oleh sebuah lembaga pendidikan adalah apapun perspektif yang digunakan,
Islam dengan kebutuhan masyarakat sepatutnya harus dikawal dengan sikap
(fitness for use). Dalam perspektif tersebut istiqomah (konsisten) yang dijiwai
dapat dipahami bahwa mutu yang baik continous improvement.
diartikan sebagai apapun sistem
pendidikan yang dilaksanakan dilembaga (4)Daya tampung Lembaga Pendidikan
pendidikan Islam asalkan alumni (output) Islam
terserap diberbagai lapangan. Daya tampung yang terbatas pada
Dalam perspektif lain, mutu juga lembaga-lembaga pendidikan Islam juga
dikaitkan dengan kepuasan total (full menjadi suatu masalah problematika
custamer satisfaction) para pengguna tersendiri selain juga tidak tepenuhi cita-
layanan pendididkan Islam. Dalam cita bangsa untuk meratakan pendidikan
konteks tersebut mutu didefinisikan bagi seluruh masyarakat. Masih ada
bentuk pelayanan maksimal sehingga daerah-daerah yang kekurangan sarana
pelangganan merasa puas. Orientasi prasaran belajar sehingga menjadi kendala
kepuasan tersebut dapat didefinisikan bagi peserta didik untuk belajar. Misalkan
pelanggan merasa senang, nyaman, ditingkat perguruan tinggi daya tampung di
terikat, bahkan loyal atau fanatik dengan universitas negeri juga terbatas. Dipandang
lembaga pendidikan Islam yang dikelola, dari sudut-sudut penyebaran guru juga
menciptakan nilai tersendiri (diferensiasi) tidak merata, baik ditinjau dari segi
dalam pengelola lembaga pendidikan kuantitas maupun kualitas yang terpusat
Islam menjadi kunci dalam memenangkan dikota-kota. Banyak desa-desa terpencil
persaingan dalam mengelola madrasah. sangat kekurangan guru terutama guru
Belakangan perbincangan mengenai pendidikan agama Islam sehingga
mutu pendidikan Islam juga didukung berpengaruh pada perkembangan social
oleh konsep conformance to requirement, dalam masyarakat tersebut.
yakni sebuah konsep mutu yang
menekankan bahwa sebuah barang atau (5)Daya Saing
prodak dikatakan bermutu apabila mampu Perhatian pemerintah dan masyarakat
menyamai atau bahkan melampawai dari terhadap pendidikan agama Islam masih
standar yang telah ditetapkan. Dalam tetap sama, diskriminasif, sikap inilah yang
konsep yang demikian itu mutu layanan menyebabkan pendidikan agama Islam
pendidikan Islam dianggap baik manakala sampai detik ini terpinggirkan.
sesuai dengan standar Badan Akriditasi Terpinggirkannya pendidikan agama Islam
Nasonal Madrasah (BAN-SM), badan dari persaingan sesungguhnya dikarenakan
Akriditasi Nasional Perguruan Tianggi dua faktor, yaitu faktor internal dan
(BAN-PT) ataukah ISO 9001:2008. Bila eksternal, faktor internal ialah:
konsep mutu yang seperti ini diterapkan (a) Meliputi manajemen pendidikan Islam
maka prosedur, nilai kelembagaan, hingga yang pada umumnya belum mampu
konsep pengembangan mutu yang menyelenggarakan pembelajaan dan
25
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
26
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
dapat mendayagunakan potensi benar dunia ini sudah tidak bersekat lagi,
masyarakat dan daerah (otonomi apa yang terjadi di suatu wilayah, dengan
daerah) dalam rangka cepat dan mudah orang wilayah lain
menyelenggarakan pendidikan yang mengetahuinya, ketiga persaingan yang
berkualitas. semakin terbuka dan kompetitif. Inilah
3) Meningkatkan demokrasi lembaga yang tidak dapat dihindari oleh manusia
pendidikan Islam secara berkelanjutan sekarang. Eksistensi akan selalu terjaga
dalam upaya memenuhi kebutuhan apabila seseorang mampu memenangkan
masyarakat agar dapat mendaya persaingan di era global saat ini.21
gunakan potensi masyarakat. Dinamika dunia yang semakin pesat
Lembaga pendidikan Islam harus memaksa manusia untuk berkometisi agar
mulai berbenah diri dengan menyusun tidak terguras oleh derasnya arus. Untuk
strategi untuk dapat bersaing dan dapat memenangkan kompetisi maka diperlukan
menjawab tantangan perubahan tersebut. sumber daya manusia yang berkualitas.
Apabila tidak maka lembaga pendidikan Penimgkatan mutu SDM dapat ditempuh
Islam akan tertinggal dalam persaingan melalui pendidikan. Kultur pendidian yang
global. Maka dalam menyusun strategi berkualitas akan mengahasilkan SDM
untuk menjawab tantangan perubahan yang berkualitas sehingga memiliki
tesebut yang harus diperhatikan adalah: dayasaing yang tinggi.
(a) Lembaga pendidikan Islam diupayakan
lebih diorientasikan atau lebih D. Simpulan
menekankan pada upaya proses Lembaga pendidikan adalah Bentuk
pembelajaran (learning) dari pada organisasi yang tersusun relatif tetap terdiri
mengajar (teacing) atas pola-pola tingkah laku, peranan-
(b) Lembaga pendidikan Islam dapat peranan dan relasi-relasi yang terarah
“diorganisir dalam suatu struktur yang dalam mengikat individu yang mempunyai
lebih bersifat fleksibel” otoritas formal dan sangsi hukum, dalam
(c) Lembaga pendidikan Islam dapat mencapai tujuan pendidikan Islam. Awal
”memperlakukan peserta didik sebagai penyebaran dan perkembangan agama
individu yang memiliki karakteristik Islam, Rasulullah SAW, dalam
khusus mandiri” mengajarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah
(d) Lembaga pendidikan Islam kepada para masyarakat Mekkah,
“merupakan proses yang menggunakan serta membangun apa yang
berkesinambungan dan senantiasa sekarang dikatakan lembaga pendidikan.
berorientasi dengan lingkungan.20 Sedikitnya terdapat empat lembaga
pendidikan yang digunakan Rasulullah
f. Prospek Lembaga Pendidikan Islam SAW dalam mengajarkan al-Qur‟an dan
Di Era Globalisasi As-sunah, yaitu: Dar al-Arqam, kuttab,
Manusia di era global memiliki ciri Suffah dan masjid.
dan karakteristik tersendiri. Ada tiga ciri Pendidikan Islam di Indonesia yang
yang mendasari perbedaan manusia di era pada mulanya dilaksanakan secara
globalisasi. Karateristik tersebut antara informal, melalui kontak-kontak pribadi
lain, pertama manusia di era globalisasi antara mubaligh dengan masyarakat
cenderung mengedepankan ilmu sekitar, dalam proses perdagangan,
pengetahuan sebagai alternatif pemecahan ternyata pada saat yang bersamaan terjadi
masalah, kedua adanya anggapan dunia proses pendidikan. Dengan semakin
tidak luas lagi, anggapan tesebut memang
21
Daulay, Haidar Putra and Nurgaya Pasa.
20
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, Jakarta:
Depan, Bigraf Publishing, Yogyakarta, h. 2000 Kencana, 2003. h. 27.
27
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 14, No. 1 Januari-Juni 2002
E-ISSN: 2686-5653
28