You are on page 1of 12

Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 91-102

Konsep Pengelolaan Koperasi Pesantren untuk Kesejahteraan Ekonomi


Masyarakat: Telaah Surah Al-Hasyr Ayat 7
1
Ahmad Lutfi Rijalul Fikri, 2Muaidy Yasin, 3Akhmad Jupri
1,2,3
Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Universitas Mataram, Indonesia
1
Email korenpondensi: luthfi2311@gmail.com

Recieved 09-06-2018 | Revised 05-07-2018 | Accepted 16-07-2018

Abstract
The Qur'an becomes the basis of the whole teachings of Islam is not just about the collection of rules
and prohibitions, but provide assurance for the realization of economic prosperity of the community.
In this article, the author intends to reveal the clarity of the concept of pesantren co-operative
management for the economic welfare of the community in the perspective of the letter al-Hashr verse
7. This study uses qualitative-deductive research methods. The result of this study concluded that the
economic welfare is not solely mere problem of mere economic distribution but also concerning non-
material elements and other areas. Therefore, to achieve growth and development materially and
spiritually, Islamic Economics has characteristics in its growth, which is all-round, balanced, realistic,
fair, responsible, sufficient and focused on human beings in accordance with their right as khalifah on
earth. These characteristics indicate that the goal of growth and economic development in Islam is the
opportunity of all members of any community of race, religion and character - to gain prosperity, so
that everyone can experience the blessings and grace of Allah.
Keywords: Cooperative Management, Economic growth, Economic development, Economic Welfare
Abstrak
Al-Quran menjadi landasan dari keseluruhan ajaran Islam tidak sekedar berisi tentang kumpulan
peraturan dan larangan, tetapi memberikan jaminan untuk terwujudnya kesejahteraan ekonomi
masyarakat. Pada artikel ini, penulis bermaksud mengungkap kejelasan konsep pengelolaan koperasi
pesantren untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat dalam perpektif surat al-Hasyr ayat 7. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif-deduktif. Hasil kajian menyimpulkan bahwa
kesejahteraan ekonomi bukan semata-mata hanya permasalahan distribusi ekonomi secara materi
semata-mata tetapi juga menyangkut unsur non materi dan bidang-bidang yang lainnya. Oleh karena
itu, untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara material dan spiritual tersebut, Ekonomi
Islam mempunyai karakteristik dalam pertumbuhannya, yaitu serba meliputi, berimbang, realistis,
berkeadilan, tanggungjawab, mencukupi dan berfokus pada manusia sesuai dengan haknya sebagai
khalifah di muka bumi. Karakteristik tersebut menunjukkan bahwa tujuan pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi dalam Islam adalah adanya kesempatan semua anggota masyarakat apapun
ras, agama dan karakternya – untuk mendapatkan kesejahteraan, sehingga semua orang dapat
merasakan nikmat dan karunia Allah SWT.
Kata kunci: Pengelolaan Koperasi, Pertumbuhan Ekonomi, Perkembangan Ekonomi, Kesejahteraan
Ekonomi.
Saran sitasi: Fikri, A., Yasin, M., & Jupri, A. (2018). Konsep Pengelolaan Koperasi Pesantren untuk
Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat: Telaah Surah Al-Hasyr Ayat 7. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(2), 91-102.
doi:http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v4i2.249

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v4i2.249

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 92
1. Pendahuluan unsur dan mekanisme kerja sama, dan tanpa
Koperasi sebagai wadah ekonomi kerak- adanya kemauan bekerja sama (willingnes to
yatan memiliki nilai instrumental yang paling cooperate), teori pertumbuhan ekonomi akan
penting yaitu nilai instrumental kerja sama cacat pada tataran empirik”. Kalau kita menilik
ekonomi. Hal ini terlihat jelas dalam pasal 33 kembali prinsip koperasi sebagai wadah untuk
UUD 1945 yang mengatakan bahwa “pereko- membantu kesejahteraan para anggota dalam
nomian disusun sebagai usaha bersama atas asas bentuk gotong royong/kerjasama, yang mana hal
kekeluargaan”. Ini menunjukkan bahwa pereko- ini sesuai dengan prinsip syariah yaitu ta’awanu
nomian indonesia harus disusun sebagai usaha ala al-birri dan bersifat kolektif dalam
bersama (ta’awwun) berdasarkan atas asas membangun kemandirian hidup.
kekeluargaan dan atau kerja sama. Mengenai Koperasi Pondok Pesantren memiliki potensi
betapa pentingnya masalah kerjasama ini Ibnu yang besar sebagai sebuah lembaga untuk
Khaldun mengatakan bahwa: “kebutuhan manu- mengembangkan dan meningkatkan kesejahte-
sia sangat banyak, untuk itu diperlukan usaha raan ekonomi masyarakat. Dewasa ini, keistime-
yang banyak juga... adalah di luar kemampuan waan dan keunikan yang dimiliki pesantren,
manusia untuk melakukan semua itu ataupun dianggap belum mampu menjawab kebutuhan
sebagiannya, kalau hanya sendirian saja. Jelas- masyarakat yang semakin kompleks seiring
lah bahwa ia tidak dapat berbuat banyak tanpa dengan kemajuan zaman dalam era yang modern.
bergabung dengan beberapa tenaga lain dari Hal tersebut dikarenakan sejak berdirinya, pesan-
sesama manusia, jika ia hendak memperoleh tren memiliki potensi yang strategis di tengah
makanan bagi dirinya dan sesamanya. Dengan masyarakat. Walaupun kebanyakan pesantren
bergotong royong (ta’awun) maka kebutuhan lebih memposisikan dirinya sebagai lembaga
manusia kendati beberapa kali lebih banyak dari pendidikan dan keagamaan (tafaqquh fi al-din),
jumlah mereka dapat dipenuhi (Ibnu Khaldun, namun beberapa pesantren mencoba melakukan
2011). reposisi sebagai bagian dari upaya merespon
Kerja sama ini merupakan pengejawantahan dinamika sosial. Paradigma ini tumbuh karena
dari larangan Allah swt, untuk tidak beredarnya pesantren memandang bahwa kehidupan dunia
harta diantara orang kaya saja, (QS. Al-Hasyr akhirat harus berjalan seimbang dan menyatu.
[59]:7) karena beredarnya harta dikalangan Meninggalkan salah satu diantara keduanya sama
orang-orang tertentu akan mendatangkan keti- dengan melanggar sunnatullah. Dari paradigma
dak-adilan dan kedzaliman bagi masyarakat luas. inilah kemudian lahir program sebagai upaya
Larangan ini dipertegas oleh Ali Syariati untuk menggapai kesejahteraan dunia dan akhirat.
mengatakan bahwa dalam Al-Quran, dua pertiga Salah satunya dengan mendirikan lembaga
ayat-ayatnya berisi tentang keharusan ekonomi yang berada di pesantren, semisal
menegakkan keadilan/pemberdayaan ekonomi, koperasi dan yang lainnya. Mengingat aktivitas
dan membenci kezhaliman dengan ungkapan ekonomi merupakan salah satu sarana untuk
kata zhulm, Itsm, dhalal, dll (Madjid, 1984). hidup sejahtera di dunia, diharapkan akan
Dari penjelasan di atas, terlihat betapa mampu menjadi pendorong atau sebagai fasilitas
pentingnya dan strategisnya peran kerja sama untuk mencapai kesejahteraan di akhirat maka
dalam kehidupan ekonomi bagi terpenuhinya aktivitas ekonomi ini adalah anjuran agama bagi
kebutuhan dan terciptanya kesejahteraan bagi setiap manusia, hal inilah yang mendapatkan
seluruh umat manusia. Bahkan mengingat respon positif oleh pesantren. Tulisan ini men-
pentingnya peran kerja sama tersebut dalam coba menjelaskan bagaimana konsep surah Al-
kehidupan ekonomi, terutama kehidupan ekono- Hasyr dalam pengelolaan koperasi pesantren
mi suatu negara, menurut Swasono, (2007) untuk kesejahteraan untuk kesejahteraan eko-
“tanpa adanya kemauan untuk memperhitungkan nomi masyarakat.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 93
2. Metode Penelitian kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
Penelitian ini menggunakan metode peneli- miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,
tian kualitatif-deduktif, Penelitian kualitatif supaya harta itu jangan beredar di antara
merupakan penelitian yang lebih mengutamakan orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa
pada masalah proses dan makna/persepsi, di yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah.
mana penelitian ini diharapkan dapat mengung- dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
kap berbagai informasi kualitatif dengan des- tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
kripsi-analisis yang teliti dan penuh makna, yang Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya”.
juga tidak menolak informasi kuantitatif dalam Ayat ini menjelaskan tentang hukum fai’
bentuk angka maupun jumlah. Pada tiap-tiap secara terperinci. Ia memberikan penjelasan
obyek akan dilihat kecenderungan, pola pikir, tentang sebab pembagian itu, dan meletakkan
ketidakteraturan, serta tampilan perilaku dan kaidah dalam sistem ekonomi dan sosial dalam
integrasinya sebagaimana dalam studi kasus masyarakat muslim.
genetik (Muhadjir, 1996). Pada masa Rasul SAW harta fai’ dibagi
Sementara cara berpikir deduktif dikenal menjadi dua puluh lima bagian. Dua puluh
sebagai cara berpikir dimana ditarik suatu bagian menjadi milik Rasul SAW. Beliau
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai salurkan sesuai kebijaksanaan beliau, baik untuk
kasus yang bersifat individual. Berpikir secara diri dan keluarga yang beliau tanggung maupun
induktif dimulai dengan mengemukakan pernya- selain mereka. Sedang lima bagian sisanya
taan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup dibagikan sebagaimana pembagian ghanimah
yang khas dan terbatas dalam menyusun argu- yang disebut dalam QS. al-Anfaal/8:41. Setelah
mentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang Rasul SAW wafat, maka apa yang menjadi hak
bersifat umum (Izhar, 2006). Rasul-menurut pandangan Imam Syafi’i-
Penelitian kualitatif-deduktif berusaha untuk dibagikan kepada mujahidin yang bertugas
mengangkat secara ideografis berbagai fenomena membela negara, dan menurut pendapat yang
dan realitas sosial. Pembangunan dan pengem- lain, disalurkan untuk masyarakat umum
bangan teori sosial dapat dibentuk dari empirki berdasarkan prioritas kepentingan dan kebutu-
melalui berbagai fenomena atau kasus yang hannya. Adapun bagian Rasul dari ghanimah
diteliti. Dengan demikian teori yang dihasilkan maka ulama sepakat bahwa ia dibagikan untuk
mendapatkan pijakan yang kuat pada realitas, kepentingan kaum muslimin (Shihab, 2002).
bersifat kontekstual dan historis (Gumilar, 2005). Imam Ahmad mengatakan, telah mencerita-
kan kepada kami Sufyan, dari Amr dan Ma’mar,
3. Hasil dan Pembahasan
dari az-Zuhri, dari Malik Ibnu Aus Ibnu al-Hasan,
3.1 Distribusi Ekonomi dalam Surat Al-Hasyr
dari Umar ra yang mengatakan bahwa dahulu
Ayat 7
harta Bani Nadhir termasuk harta fai’ yang
Dalam mushhaf al-Hasyr adalah surat ke-59.
diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya, yaitu
Sedangkan berdasarkan kronologis nuzuul-nya ia
harta yang dihasilkan oleh kaum muslim tanpa
turun setelah surat al-Bayyinah (98) sebelum
menyerahkan seekor kuda pun dan juga tanpa
surat an-Nuur (24).
menyerahkan seekor unta pun untuk mengha-
‫سو ِل َو ِلذِى‬ ُ ‫لر‬ َّ ‫سو ِلِۦه ِم ْن أ َ ْه ِل ْالقُ َرى فَ ِللَّـ ِه َو ِل‬ُ ‫َّمآ أَفَآ َء اللَّـهُ َعلَى َر‬
silkannya. Maka harta fai’ itu secara bulat untuk
َ‫س ِبي ِل َك ْى َل يَ ُكونَ دُولَة بَيْن‬ َّ ‫ين َواب ِْن ال‬ ِ ‫ْالقُ ْربَى َو ْاليَت َمى َو ْال َمس ِك‬
ۚ ‫سو ُل فَ ُخذُوهُ َو َما نَ َهى ُك ْم َع ْنهُ فَانتَ ُهوا‬ ُ ‫الر‬َّ ‫آء ِمن ُك ْم ۚ َو َمآ َءاتَى ُك ُم‬ ِ َ‫ْاْل َ ْغنِي‬ Rasulullah SAW, dan tersebutlah bahwa beliau
ْ
ِ ‫شدِيد ُ ال ِعقَا‬
‫ب‬ َّ َّ
َ َ‫َواتَّقُوا اللـهَ ۖ إِ َّن اللـه‬ SAW membelanjakan sebagian darinya untuk
Artinya: “Apa saja harta rampasan (fai’) nafkah pertahun keluarganya. Kemudian pada
yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari kesempatan yang lain Umar ra mengatakan untuk
harta benda) yang berasal dari penduduk kota- keperluas hidup pertahun keluarganya. Sedang-
kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kan sisanya beliau belanjakan untuk keperluan
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 94
peralatan dan senjata di jalan Allah SWT (Ibnu dan ketimpangan distribusi yang mengakibatkan
Katsir, 1874). harta-harta tersebut tidak akan sampai kepada
Sistem ekonomi islam merupakan sistem tangan orang-orang miskin (Ibnu Katsir, 1874).
ekonomi yang terlahir dari sistem sosial islami Menurut M. Quraish Shihab, ayat tersebut
yang diharapkan dapat memberikan solusi terha- bermaksud untuk mnegaskan bahwa harta benda
dap berbagai permasalahan yang ada (Manan, hendaknya jangan hanya menjadi milik dan
1997), dengan kebijakan-kebijakan yang berpi- kekuasaan sekelompok manusia. Akan tetapi
hak kepada kemashlahatan dan menciptkan harta benda harus beredar di masyarakat
keadilan dalam ekonomi umat. Begitu pula kebi- sehingga dapat dinikmati oleh semua anggota
jakan distribusi dalam Sistem Ekonomi Islam masyarakat dengan tetap mengakui hak
menjunjung tinggi nilai keadilan, sehingga pada kepemilikan dan melarang monopoli, karena
konsep distribusi landasan penting yang dija- sejak awal Islam menetapkan bahwa harta
dikan pegangan yakni agar kekayaan tidak memiliki fungsi sosial (Shihab, 2002).
tertupuk hanya pada satu kelompok saja, Bedasarkan ayat di atas, Ekonomi Islam
sebagaimana tertuang dalam Q.S. al-Hasyr (59) tidak membenarkan penumpukan kekayaan
ayat 7, yang mengatakan: hanya pada orang-orang tertentu. Bahkan,
ِ َ‫َك ْى َل يَ ُكونَ د ُولَة بَيْنَ ْاْل َ ْغنِي‬
… ‫آء ِمن ُك ْم‬ menggariskan prinsip keadilan dan persaudaraan
Artinya: “Supaya harta itu jangan hanya (kasih saying) pada konsep distribusinya. Tidak
beredar diantara golongan kaya diantara kamu”. membenarkan pengelolaan kekayaan hanya pada
Secara etimologi, kata al-dulah dan al- golongan atau kelompok orang tertentu namun
daulah adalah lafazh sinonim, berakar kata tersebar ke seluruh masyarakat. Sebaliknya Islam
dengan huruf-huruf dal-waw-lam. Al-daulah pun tidak memaksa semua individu diletakkan
merupakan suatu ism (kata benda) yang zatnya pada tingkat ekonomi yang sama. Kebijakan
terus berputar, sedangkan al-dulah adalah distribusi yang diajarkan Islam sangat berkaitan
mashdar. Kata ad-daulah dalam surah al-Hasyr dengan harta agar tidak menumpuk pada
ayat 7 menunjukkan makna distribusi harta dan golongan terentu di masyarakat. Serta
terkait dengan petunjuk Allah swt. bagaimana mendorong terciptanya keadilan distribusi,
seharusnya harta kekayaan itu dikelola agar sehingga pemerintah dituntut untuk tidak berpi-
pemerataan terwujud di masyarakat. Kekayaan hak pada satu kelompok atau golongan tertentu,
itu harus dibagi-bagikan kepada seluruh kelom- agar proses distribusi dapat berjalan dengan adil.
pok masyarakat dan bahwa harta kekayaan itu Hal ini dapat dipastikan dengan adanya kepastian
tidak boleh menjadi suatu komoditas yang sistem (ekonomi, hukum dan sosial) yang
peredarannya terbatas di antara orang-orang kaya menjamin agar harta dapat tersebar luas di
saja. Kalimat dulatan baina agniya dimaksudkan masyarakat (Rahman, 1995).
sebagai milkan mutadawalan bainahum khassah 3.2 Prinsip Distribusi Dalam Ekonomi Islam
(harta yang tersirkulasi khusus dikalangan Kapitalisme tumbuh dan berkembang dari
mereka, maksudnya orang-orang kaya). Al- Inggris pada abad ke18, kemudian menyebar ke
daulah adalah harta yang berputar di kalangan Eropa Barat dan Amerika Utara sebagai akibat
manusia dan beredar dari tangan ke tangan dari perlawanan terhadap ajaran gereja yang pada
(Machluf, 1956). akhirnya aliran ini merambah ke segala bidang
Menurut Ibnu Katsir ayat ini bermakna termasuk bidang ekonomi. Dasar filosofis
bahwa pembagian harta fa’i yang sudah pemikiran ekonomi Kapitalis bersumber dari
ditentukan memberikan gambaran kepada kita tulisan Adam Smith pada tahun 1776 dalam
supaya distribusi harta tidak terletak pada tangan bukunya yang berjudul An Inquiry into the
orang-orang kaya saja. Keberadaan harta pada Nature and Causes of the Wealth of Nations.
tangan segelintir orang membuat ketidak-adilan Pada dasarnya isi buku tersebut sarat dengan
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 95
pemikiran-pemikiran tingkah laku ekonomi mutlak apabila mereka meninggal dunia. Asas
masyarakat. Dari dasar filosofi tersebut kemu- distribusi yang diterapkan oleh sistem kapitalis
dian menjadi sistem ekonomi dan pada akhirnya ini pada akhirnya berdampak pada realita bahwa
mengakar menjadi ideologi yang mencerminkan yang menjadi penguasa sebenarnya adalah para
suatu gaya hidup (way of life). kapitalis (pemilik modal dan konglomerat), oleh
Landasan atau sistem nilai (value based) karena itu hal yang wajar kalau kebijakan-
yang membentuk kapitalisme adalah sekulerisme kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
dan materialisme, yang mana sekulerisme selalu berpihak kepada para pemilik modal atau
berusaha untuk memisakan ilmu pengetahuan konglomerat dan selalu mengorbankan kepen-
dari agama dan bahkan mengabaikan dimensi tingan rakyat sehingga terjadilah ketimpangan
normatif atau moral yang berdampak kepada (ketidakadilan) pendistribusian pendapatan dan
hilangnya kesakralan kolektif (yang diperankan kakayaan.
oleh agama) yang dapat digunakan untuk Berbeda dengan ilmu ekonomi kapitalis,
menjamin penerimaan keputusan ekonomi sosial. ilmu ekonomi Islam merupakan ilmu penge-
Sedangkan paham materialisme cendrung men- tahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah
dorong orang untuk memiliki pemahaman yang ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai
parsial tentang kehidupan dengan menganggap Islam. Dr. Muhammad bin Abdullah al-Arabi
materi adalah segalahnya baginya (Anto, 2003). mendefinisikan ekonomi islam sebagai kumpulan
Berkaitan dengan masalah distribusi, sistem prinsip-prinsip umum tentang ekonomi yang kita
kapitalisme menggunakan asas bahwa penyele- ambil dari al-qur’an, sunnah dan pondasi
saian kemiskinan dan kekurangan dalam suatu ekonomi yang kita bangun atas dasar pokok-
negara dengan cara meningkatkan produksi pokok itu dengan mempertimbangkan kondisi
dalam negeri dan memberikan kebebasan bagi lingkungan dan waktu (At-Tariqi, 2004).
penduduk untuk mengambil hasil produksi Ilmu ekonomi islam berkembang secara
(kekayaan) sebanyak yang mereka produksi bertahap sebagai suatu bidang ilmu interdi-
untuk negara. Dengan terpecahkannya kemis- sipliner yang menjadi bahan kajian para fuqaha,
kinan dalam negeri, maka terpecah pula masalah mufassir, sosiolog dan politikus, diantaranya
kemiskinan individu sebab perhatian mereka Abu Yusuf, Yahya bin Umar, Ibnu Khaldun dan
pada produksi yang dapat memecah masalah lainnya. Konsep ekonomi para cendikiawan
kemiskinan pada mereka. Maka solusi yang muslim tersebut berakar pada hukum islam yang
terbaik untuk menyelesaikan permasalahan bersumber dari al-qur’an dan hadits sehingga ia
masyarakat adalah dengan meningkatkan pro- sebagai hasil interpretasi dari berbagai ajaran
duksi (Al-Maliki, 2001). Dengan demikian islam yang bersifat abadi dan universal,
ekonomi hanya difokuskan pada penyediaan alat mengandung sejumlah perintah serta mendorong
yang memuaskan kebutuhan masyarakat secara umatnya untuk mempergunakan kekuatan akal
makro dengan cara menaikkan tingkat produksi pikirannya (Karim, 2004).
dan meningkatkan pendapatan nasional (national Islam memandang pemahaman bahwa
income), sebab dengan banyaknya pendapatan materi adalah segalanya bagi kehidupan sebagai-
nasional maka seketika itu terjadilah pendis- mana menurut kaum kapitalisme adalah
tribusian pendapatan dengan cara membertikan merupakan pemahaman yang salah, sebab
kebebasan memiliki dan kebebasan berusaha manusia selain memiliki dimensi material juga
bagi semua individu masyarakat sehingga setiap memiliki dimensi non material (spiritual). Dalam
individu dibiarkan bebas memperoleh kekayaan realitanya tampak sekali bahwa paham materi-
sejumlah yang dia mampu sesuai dengan faktor- alisme membawa kehidupan manusia kepada
faktor produksi yang dimilikinya dan memberi- kekayaan, kesenangan dan kenikmatan fisik
kan kekayaannya kepada para ahli waris secara belaka dengan mengabaikan dimensi non materi.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 96
Dalam ekonomi yang berbasis islam kedua diharapkan dapat memberi kontribusi kepada
dimensi tersebut (material dan non material) ter- kesejahteraan masyarakat sebagai suatu keselu-
cover didalamnya sebagaimana tercermin dari ruhan (59:7) (Ahmad, 1998).
nilai dasar (value based) yang dimilikinya, yaitu 3.3 Konsep Kesejahteraan Ekonomi Masya-
ketuhidan, keseimbangan, kebebasan kehendak rakat
dan betanggung jawab (menurut syed Nawab Kegiatan ekonomi telah menjadi sarana
Heidar Naqvy). Ketauhidan berfungsi untuk pencapaian kesejahteraan atau kemakmuran.
membedakan sang khaliq dan makhluknya yang Pada dasarnya semua lembaga keuangan memi-
diikuti dengan penyerahan tanpa syarat oleh liki tujuan yang sama yaitu meningkatkan
setiap makhluk terhadap kehendak-Nya serta kesejahteraan baik kesejahteraan untuk anggota
memberikan suatu perspektif yang pasti yang atau kepada masyarakat luas. Namun ada pula
menjamin proses pencarian kebenaran oleh yang tujuannya corebussines tanpa mempertim-
manusia yang pasti tercapai sepanjang menggu- bangkan kesejahteraan masyarakat umum.
nakan petunjuk Allah. Keseimbangan merupakan Koperasi dalam perjalanannya sudah banyak
dimensi horisontal dari islam yang dalam memberikan andil dan kontribusi kepada
perspektif yang lebih praktis meliputi keseim- masyarakat secara umum, terlebih kepada
bangan jasmani-ruhani, material-non material, lembaga dan anggota dari sebuah koperasi. Peran
individu dan social. Sedangkan yang dimaksud koperasi itu sendiri tidak lepas dari manajemen
dengan kebebasan kehendak disini adalah dan pengelolaan yang baik.
kebebasan yang dibingkai dengan tauhid, artinya Sebagaimana tujuan dari lembaga keuangan
manusia bebas tidak sebebas-bebasnya tetapi pada umumnya demi mewujudkan kesejahteraan
terikat dengan batasan-batasan yang diberikan bersama, maka sebenarnya kita berhadapan
oleh Allah. Dan tanggung jawab merupakan dengan konsep kesejahteraan. Konsep kesejahte-
konsekuensi logis dari adanya kebebasan yang raan dalam Islam dikenal dengan al-Falah,
tidak hanya mencakup seluruh perbuatan di Hayatun al-Tayyibah, dan mashlahah al-‘ibad.
dunia dan akhirat saja tetapi juga terhadap Konsep tersebut merupakan cita-cita luhur dari
lingkungan di sekitarnya (Anto, 2003). ekonomi dan konsep Islam secara umum. Ketika
Sistem ekonomi yang berbasis Islam berbicara tentang al-Falah dan Hayatun al-
menghandaki bahwa dalam hal pendistribusian Tayyibah, maka kita berhadapan dengan rumusan
harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebeba- M. Umer Chapra dan Al-Ghazali. Dalam
san dan keadilan kepemilikan (Qardhawi, 2001). bukunya Islamand The Islamic Challenge M.
Kebebasan disini adalah kebebasan dalam Umer Chapra menjelaskan bahwa setiap individu
bertindak yang di bingkai oleh nilai-nilai agama pelaku ekonomi sudah pasti didominasi dengan
dan keadilan tidak seperti pemahaman kaum pandangan maupun asumsinya mengenai alam,
kapitalis yang menyatakannya sebagai tindakan dan hakikat kehidupan manusia di dunia. Chapra
membebaskan manusia untuk berbuat dan bertin- mengibaratkan pandangan dunia sebagai pondasi
dak tanpa campur tangan pihak mana pun, tetapi bagi sebuah bangunan yang memainkan peranan
sebagai keseimbangan antara individu dengan yang sangat penting dan sangat menentukan.
unsur materi dan spiritual yang dimilikinya, Sehingga strategi dari suatu sistem yang
keseimbangan antara individu dan masyarakat merupakan hasil logis dari pandangan hidup,
serta antara suatu masyarakat dengan masyarakat selayaknya selaras dengan sasaran yang dipilih
lainnya. Keberadilan dalam pendistribusian ini agar tujuan dapat dicapai dengan efektif (Chapra,
tercermin dari larangan dalam al-Qur’an agar 2000).
supaya harta kekayaan tidak diperbolehkan Chapra juga menjelaskan dalam buku ini
menjadi barang dagangan yang hanya beredar mengenai aktualisasi konsep falah dan hayatan
diantara orang-orang kaya saja, akan tetapi thoyyibatan yang merupakan inti dari tantangan
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 97
ekonomi bagi negara-negara muslim. Sebab mencapai kesejahteraan umat. Kesejahteraan
kedua konsep ini berasal dari Islam, diajarkan material dan spiritual merupakan tujuan yang
Islam dan hendaknya pula diterapkan dalam ingin dicapai dalam proses pembangunan. Hal ini
kehidupan muslim untuk mewujudkan kebaha- menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan
giaan dunia-akhirat. Hal ini menuntut pening- haruslah dicapai tidak saja dalam aspek material,
katan moral, persaudaraan dan keadilan sosio- tetapi juga dalam aspek spiritual. Ketika sebuah
ekonomi, dengan pemanfaatan sumber-sumber proses pembangunan hanya diarahkan untuk
daya yang langka untuk mengentaskan kemis- mencapai keberhasilan material maka bisa
kinan, memenuhi kebutuhan dan meminimalkan dipastikan kesejahteraan masyarakat yang
kesenjangan pendapatan dan kekayaan. diinginkan tidak akan bisa tercapai. Masyarakat
Dalam perspektif ide atau gagasan, ternyata akan merasakan kehidupan yang hampa dan
konsep kesejahteraan banyak mengadopsi pada tanpa makna meskipun semua fasilitas tersedia.
paham kapitalisme dan sosialisme. Paham ini Kesejahteraan oleh sebagian masyarakat
telah terbukti membawa banyak kegagalan dalam selalu dikaitkan dengan konsep kualitas hidup.
mengantarkan pembangunan untuk mencapai Konsep kualitas hidup merupakan gambaran
kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karena itu, tentang keadaan kehidupan yang baik. World
muncullah sebuah alternatif konsep kesejah- Health Organization mengartikan kualitas hidup
teraan yang mengacu pada nilai-nilai ajaran sebagai sebuah persepsi individu terhadap
syariah Islam. Pada saat krisis ekonomi moneter kehidupannya di masyarakat dalam konteks
melanda dunia, lembaga-lembaga ekonomi di budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait
negara-negara berkembang yang menerapkan dengan tujuan, harapan, standar, dan juga
mekanisme syariah terbukti dapat bertahan dan perhatian terhadap kehidupan. Konsep ini
bahkan disebagiannya mampu untuk dapat memberikan makna yang lebih luas karena
tumbuh dan berkembang. Sehingga berawal dari dipengaruhi oleh kondisi fisik individu, psiko-
keberhasilannya ini mulailah banyak dikaji logis, tingkat kemandirian, dan hubungan sosial
tentang konsep kesejahteraan yang berlandaskan individu dengan lingkungannya (Fahrudin, 2012).
pada ekonomi syariah Islam (Hamidi, 2003). 3.4 Konsep Pengelolaan Koperasi Pesantren
Sementara itu, kesejahteraan menurut al- Untuk Kesejahteraan Ekonomi Masya-
Ghazali adalah tercapainya kemaslahatan. rakat
Kemaslahatan sendiri merupakan terpeliharanya Koperasi bertujuan meningkatkan kesejah-
tujuan syara’ (Maqasidal-Syari’ah). Manusia teraan Anggota pada khususnya dan masyarakat
tidak dapat merasakan kebahagiaan dan keda- pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang
maian batin melainkan setelah tercapainya tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian
kesejahteraan yang sebenarnya dari seluruh umat nasional yang demokratis dan berkeadilan (Pasal
manusia di dunia melalui pemenuhan kebutuhan- 4 UU No. 17 Tahun 2012).
kebutuhan ruhani dan materi. Untuk mencapai Dari tujuan di atas, kalau kita melihat dari
tujuan syara’ agar dapat terealisasinya kemas- segi syariah dapat disimpulkan bahwa konsep
lahatan, Al-Ghazali menjabarkan tentang pengelolaan kopersi pesantren untuk kesejah-
sumber-sumber kesejahteraan, yakni: terpeli- teraan ekonomi masyarakat harus memenuhi
haranya agama, jiwa, akal, keturunan dan harta empat poin penting.
(Rohman, 2010) Pertama, mensejahterakan ekonomi Ang-
Aktualisasi konsep kesejahteraan tidak lepas gota/Masyarakat. Koperasi secara etimologi
dari peran dari para pelaku ekonomi. Di samping berasal dari kata “cooperation” dari bahasa
itu pula, peran masyarakat juga berkewajiban inggris yang berarti kerjasama. Secra umum
untuk merealisasikan kesejahteraan. Pemerintah yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu
dan masyarakat harus bergerak bersama untuk badan usaha bersama yang bergerak dalam
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 98
bidang perekonomian, beranggotakan mereka mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka
yang berekonomi lemah yang bergabung secara itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya
sukarela dan atas dasar persamaan hak, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
berkewajiban melakukan sesuatu usaha yang Islam juga mendorong penganutnya
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para berjuang untuk mendapatkan materi/harta dengan
anggotanya (Kertasaputra, 2001). berbagai cara, asalkan mengikuti rambu-rambu
Pemenuhan kebutuhan para anggota/masya- yang telah ditetapkan.
rakat tercermin dalam pembagian harta fa’i yang Kedua, Keadilan Distribusi Pendapatan.
telah digariskan peruntukannya oleh Allah SWT, Menurut Muhammad Hatta sebagai peletak dasar
dalam surat al-Hasyr ayat 7 yang mengatakan: koperasi, keadilan distribusi pendapatan ber-
‫سو ِل َو ِلذِى‬ ُ ‫لر‬ َّ ‫سو ِلِۦه ِم ْن أ َ ْه ِل ْالقُ َرى فَ ِللَّـ ِه َو ِل‬ُ ‫َّمآ أَفَآ َء اللَّـهُ َعلَى َر‬ makna supaya tiap-tiap orang dalam masyarakat
....‫سبِي ِل‬َّ ‫ين َواب ِْن ال‬ ِ ‫ْالقُ ْربَى َو ْاليَت َمى َو ْال َمس ِك‬ diperlakukan secara sama oleh Negara dalam
Artinya:“Apa saja harta rampasan (fai’) segala rupa dan bebas dari tindakan kezaliman
yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari (Swasono & Ridjal, 1992). Jadi konsep keadilan
harta benda) yang berasal dari penduduk kota- yang dimaksud Hatta menuntut kesamaan di
kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, depan hukum. Negara tidak boleh membeda-
kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang bedakan antara orang-seorang dengan lainnya.
miskin dan orang-orang yang dalam Negara harus memperlakukan mereka secara
perjalanan…”. sama, termasuk dlaam bidang ekonomi, baik
Peruntukan yang hanya tidak diberikan produksi, distribusi maupun konsumsi.
kepada Rasulullah memberikan gambaran bahwa Bagaimana konsep keadilan yang hendak
harta yang dikelola tidak boleh hanya digunakan diperjuangkan Hatta tersebut? Keadilan yang
untuk kesenangan diri sendiri saja tetapi harus ditegakkan itu kata Hatta bukanlah
penggunaannya harus lebih luas yaitu harta bisa sembarang keadilan, tetapi adalah keadilan ilahi.
mensejahterakan anggota/masyarakat. Sebagai- Keadilan ilahi ini menurut Hatta baru dapat
mana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dilaksanakan apabila tercapai perdamaian dalam
saw, dalam penggunaan harta fa’i ini, beliau masyarakat, damai dalam perasaan manusia,
membelanjakan untuk keperluan anggota keluar- antara dia dengan sekitarnya, damai antara
ganya, dibagikan kepada masyarakat yang manusia dan manusia, damai antara bangsa
berhak, dan sisanya digunakan untuk berbelanja dengan bangsa. Inilah gambaran masyarakat
perlengkapan perang (Ibnu Katsir, 1874). Islam yang harus dilaksanakan dan inilah tugas
Dalam Islam konsep mensejahterakan kita (Hatta, 1985). Dari pernyataan ini tampak
anggota/masyarakat juga sama dengan tolong bahwa untuk tegaknya keadilan diperlukan syarat,
menolong (ta’awun) dalam pemenuhan kebu- berupa kedamaian. Ini artinya keadilan tidak
tuhan. Dalam surat At-Taubah Ayat 71 Allah akan bisa tegak kalau didalamnya masih ada
berfirman: praktik-praktik penjajahan dan atau eksploitatif
َ‫ض يَ ۡأ ُم ُرون‬ ۚ ۡ‫ض ُه ۡم أ َ ۡو ِليَا ٓ ُء بَع‬ُ ۡ‫ؤمنُونَ َو ۡٱل ُم ۡؤ ِمنَتُ بَع‬
ِ ‫َو ۡٱل ُم‬ serta hal-hal yang membawa kepada pelanggaran
َ‫صلَوةَ َوي ُۡؤتُون‬ َّ ‫وف َو َي ۡن َه ۡونَ َع ِن ۡٱل ُمنك َِر َويُ ِقي ُمونَ ٱل‬ ِ ‫بِ ۡٱل َمعۡ ُر‬
ُۗ ٓ ُ ۚ hak-hak orang lain.
َّ ‫ٱَّللُ ِإ َّن‬
َ‫ٱَّلل‬ َّ ‫سيَ ۡر َح ُم ُه ُم‬َ َ‫سولَ ٓۥهُ أ ْولَئِك‬ َّ َ‫ٱلزكَوة َ َوي ُِطيعُون‬
ُ ‫ٱَّللَ َو َر‬ َّ
ٌ
٧١ ‫يم‬ٞ ‫َع ِزيز َح ِك‬ Menurut Quraish Shihab, prinsip dalam
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, keadilan distribusi pendapatan adalah keseim-
lelaki dan perempuan, sebahagian mereka bangan. Prinsip keseimbangan mengantar kepada
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian pencegahan segala bentuk monopoli dan
yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) pemusatan kekuatan ekonomi pada satu tangan
yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, atau satu kelompok. Atas dasar ini pula AL-
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan Quran menolak dengan amat tegas daur sempit

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 99
yang menjadikan kekayaan hanya berkisar pada mana yang mampu menanggung dan
orang-orang atau kelompok tertentu. membantu yang tidak mampu (Antonio,
ِ ‫َك ْى َل َي ُكونَ د ُولَة َبيْنَ ْاْل َ ْغنِ َي‬
… ‫آء ِمن ُك ْم‬ 2001).
Artinya: “supaya harta itu jangan beredar di Dengan cara-cara ini, standar kehidupan
antara orang-orang Kaya saja di antara kamu.” setiap individu akan lebih terjamin, karena dalam
Dari sini juga datang larangan penimbunan konsep keadilan Islam dalam distribusi penda-
dan pemborosan. Hal ini tercermin ada ayat 34 patan dan kekayaan serta konsep keadilan
surat Al-Taubah yang memberikan ancaman ekonomi menghendaki setiap individu menda-
sedemikian keras kepada para penimbun. patkan imbalan sesuai dengan amal dan karyanya.
َ‫ان لَيَ ۡأ ُكلُون‬
ِ َ‫ٱلر ۡهب‬
ُّ ‫ار َو‬ ِ َ‫۞ ٓيَأ َ ُّي َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ إِ َّن َكثِ ٗيرا ِمنَ ۡٱْل َ ۡحب‬ Ketidaksamaan pendapatan dimungkinkan dalam
ۡ َّ
َ‫ٱَّللِ َوٱلذِينَ يَكنِ ُزون‬ ُۗ َّ ‫سبِي ِل‬َ ‫صدُّونَ َعن‬ ُ َ‫اس بِ ۡٱلبَ ِط ِل َوي‬ ِ َّ‫أَمۡ َو َل ٱلن‬ Islam karena kontribusi masing-masing orang
٣٤ ‫ب أَ ِليم‬ ٍ ‫ٱَّللِ فَ َبش ِۡرهُم ِب َعذَا‬ َ ‫ضةَ َو َل يُن ِفقُو َن َها ِفي‬
َّ ‫س ِبي ِل‬ َّ ‫َب َو ۡٱل ِف‬ َ ‫ٱلذَّه‬ kepada masyarakat berbeda-beda.
ۡ
‫َار َج َهنَّ َم فَتُك َوى بِ َها ِجبَا ُه ُه ۡم َو ُجنُوبُ ُه ۡم‬ َ
ِ ‫يَ ۡو َم ي ُۡح َمى َعل ۡي َها فِي ن‬ Ketiga, Keadilan dan Persaudaraan Menye-
٣٥ َ‫وره ۡ ُۖم َهذَا َما َكن َۡزت ُ ۡم ِْلَنفُ ِس ُك ۡم فَذُوقُواْ َما ُكنت ُ ۡم ت َۡكنِ ُزون‬ ُ ‫ظ ُه‬ ُ ‫َو‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, luruh. Dalam pasal 33 UUD 1945 menyatakan
sesungguhnya sebahagian besar dari orang- bahwa “perekonomian disusun sebagai usaha
orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani bersama berdasar asas kekeluargaan. Cabang-
benar-benar memakan harta orang dengan jalan cabang produksi yang penting bagi Negara dan
batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) yang menguasai hajat hidup orang banyak
dari jalan Allah. Dan orang-orang yang dikuasai oleh Negara. Bumi dan air dan
menyimpan emas dan perak dan tidak kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
menafkahkannya pada jalan Allah, maka dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
akan mendapat) siksa yang pedih. pada hari Asas kekeluargaan dalam islam bermakna
dipanaskan emas perak itu dalam neraka ukhuwah. Konsep ukhuwah pertama kali
jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, diperkenalkan oleh Nabi Muhammad saw. ketika
lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) beliau menginjakkan kaki di Madinah. Mulailah
kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang Nabi mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar.
kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka Ini penting, bahkan teramat penting untuk
rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang menata dan mengelola suatu masyarakat.
kamu simpan itu" (Shihab, 2007). Persaudaraan yang dijalin atas dasar hubungan
Kesenjangan pendapatan dan kekayaan alam perjuangan dan harta lebih kuat efeknya
yang ada dalam masyarakat berlawanan dengan dibandingkan hubungan nasab. Dengan jalan ini
semangat serta komitmen Islam terhadap persau- Nabi berhasil mengatasi krisis keuangan kaum
daraan dan keadilan sosial-ekonomi. Kesenja- Muhajirin yang datang ke Madinah tanpa
ngan harus diatasi dengan menggunakan cara- membawa apapun selain pakaian yang mereka
cara yang ditekankan Islam. Diantaranya adalah kenakan (Abazhah, 2014). Sejak itu, kaum
dengan cara-cara berikut ini: Anshar belomba-lomba membantu saudara-
1. Menghapuskan monopoli kecuali oleh saudara mereka kaum Muhajirin. Ditunjuk-
pemerintah untuk bidang-bidang tertentu; kannya kepada kaum imigran ini perhatian dan
2. Menjamin hak dan kesempatan semua pihak sikap mendahulukan mereka.
untuk aktif dalam proses ekonomi, baik Konsep ukhuwah islamiyah seperti di atas,
produksi, distribusi, sirkulasi, maupun dijelaskan dalam surat al-Hasyr ayat 9, ketika
konsumsi; Allah memuji sifat kekeluargaan kaum Anshar
3. Menjamin basic needs fulfillment (pemenuhan
terhadap kaum Muhajirin.
kebutuhan dasar) setiap anggota masyarakat;
4. Melaksanakan amanah at-takaful al-ijtima’i
atau social economic security insurance di

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 100
‫ٱۡلي َمنَ ِمن قَ ۡب ِل ِه ۡم ي ُِحبُّونَ َم ۡن هَا َج َر ِإلَ ۡي ِه ۡم َو َل‬ ِ ۡ ‫َّار َو‬ َ ‫َوٱلَّذِينَ ت َ َب َّو ُءو ٱلد‬ ketulusan hati, kemampuan dan pelayanannya
َ‫ُوره ِۡم َحا َج ٗة ِم َّما ٓ أُوتُواْ َوي ُۡؤثِ ُرونَ َعلَ ٓى أَنفُ ِس ِه ۡم َول ۡو‬ ِ ‫صد‬ ُ ‫يَ ِجد ُونَ فِي‬ pada manusia.
ٓ ُ َ‫ۚة َو َمن يُوق‬ٞ ‫ص‬
٩ َ‫ش َّح ن َۡف ِسِۦه فَأ ُ ْولَئِكَ ُه ُم ۡٱل ُم ۡف ِلحُون‬ َ َ ‫ا‬ ‫ص‬ ‫خ‬َ ‫م‬ ۡ ‫ه‬
ِِ ‫ب‬ َ‫ان‬ َ
‫ك‬ 2. Keadilan Ekonomi, Konsep persaudaraan dan
Artinya: “Dan orang-orang yang telah perlakuan yang sama bagi setiap individu
menempati kota Madinah dan telah beriman dalam masyarakat dan dihadapan hukum
(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka harus diimbangi oleh keadilan ekonomi.
Tanpa pengimbangan tersebut, keadilan sosial
(Muhajirin), mereka (Anshor) ´mencintai´ orang
akan kehilangan makna.
yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan Keempat, Kebebasan individu dalam
mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam Konteks Kesejahteraan Sosial. Pilar yang paling
hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan penting dalam keyakinan seorang muslim adalah
kepada mereka (Muhajirin); dan mereka kepercayaan bahwa manusia diciptakan oleh
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas Allah SWT. ia tidak tunduk kepada siapa pun
diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kecuali kepada Allah (ar-Ra’d: 36 dan Luqman:
kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari 32). Ini merupakan dasar bagi Piagam
kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang Kemerdekaan Islam dari segala bentuk perbu-
yang beruntun”. dakan. Menyangkut hal ini, Al-Quran dengan
Islam bertujuan untuk membentuk masya- tegas menyatakan bahwa tujuan utama dari misi
rakat dengan tatanan sosial yang solid dan kenabian Muhammad saw, adalah melepaskan
dilindungi oleh rasa keadilan.. Dalam tatanan itu, manusia dari beban dan rantai yang membe-
setiap individu diikat oleh tali persaudaraan dan lenggunya (al-A’raaf: 157).
kasih sayang bagai satu keluarga. Sebuah Konsep islam amat jelas yaitu Manusia
persaudaraan yang universal dan tak diikat batas dilahirkan merdeka. Karenanya, tidak ada
geografis. Dalam hal ini Allah berfirman dalam seorang pun yang berhak mencabut kemerdekaan
Surat Al-Maidah ayat 8: tersebut dan membuat kehidupan manusia
‫ْط ۖ َو َل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم‬ ِ ‫ش َهدَآ َء ِب ْال ِقس‬
ُ ‫ٓيأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمنُوا ُكونُوا قَ ّٰو ِمينَ ِللَّـ ِه‬
menjadi terikat. Dalam konsep ini, setiap
ۚ َ‫شنَـَٔانُ قَ ْو ٍم َعلَ ٓى أ َ َّل ت َ ْع ِدلُوا ۚ ا ْع ِدلُوا ه َُو أَ ْق َربُ ِللتَّ ْق َوى ۖ َواتَّقُوا اللَّـه‬ َ
individu berhak menggunakan kemerdekaannya
َ‫ير بِ َما ت َ ْع َملُون‬ٌ ِ‫إِ َّن اللَّـهَ َخب‬
Artinya; “Hai orang-orang yang beriman sepanjang kemerdekaannya tetap berada dalam
hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu kerangka aturan islami. Dengan kata lain,
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi sepanjang kebebasan tersebut dapat dipertang-
saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali gungjawabkan secara sosial maupun di hadapan
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, Allah.
mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Islam mengakui pandangan universal bahwa
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kebebasan individu bersinggungan atau bahkan
kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, dibatasi oleh kebebasan individu orang lain.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang Menyangkut masalah hak individu dalam
kamu kerjakan.” kaitannya dengan masyarakat, para sarjana
Keadilan dalam Islam memiliki dua imply- muslim sepakat pada prinsip-prinsip berikut ini:
kasi, yaitu sebagai berikut: 1. Kepentingan masyarakat yang lebih luas harus
didahulukan dari kepentingan individu.
1. Keadilan Sosial, Islam menganggap umat
2. Melepaskan kesulitan harus diprioritaskan
manusia sebagai satu keluarga. Karenanya
dibanding memberi manfaat meskipun kedu-
semua anggota keluarga ini mempunyai
anya sama-sama merupakan tujuan syariah.
derajat yang sama di hadapan Allah. Hukum
3. Kerugian yang lebih besar tidak dapat
Allah tidak membedakan yang kaya dan yang
diterima untuk menghilangkan yang lebih
miskin, demikian juga tidak membedakan ras.
kecil. Manfaat yang lebih besar tidak dapat
Secara sosial nilai yang membedakan satu
dikorbankan untuk manfaat yang lebih kecil.
dengan yang lainnya adalah ketakwaan,
Sebaliknya, bahaya yang lebih kecil harus

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 101
dapat diterima/diambil untuk menghindarkan Ahmad, Z. (1998). Al-Qur’an: Kemiskinan dan
bahaya yang lebih besar, sedangkan manfaat Pemerataan Pendapatan. Yogyakarta: Dana
yang lebih kecil dapat dikorbankan untuk Bhakti Prima Yasa.
mendapatkan manfaat yang lebih besar Al-Maliki, A. (2001). Politik Ekonomi Islam,
(Antonio, 2001). Terj. Ibnu Sholah, Bangil:Al-Izzah
4. Kesimpulan Anto, H. (2003). Pengantar Ekonomika Mikro
Distribusi pendapatan yang adil merupakan Islami. Yogyakarta: Ekonisia.
salah satu kunci meningkatnya kesejahteraan
Antonio, S. (2001). Bank Syariah: Dari Teori ke
ekonomi masyarakat. Monopoli Sumber Daya Praktik. Jakarta: Gema Insani.
dan keberadaan harta pada tangan segelintir
At-Tariqi, A. A. H. (2004). Ekonomi Islam
orang membuat ketidak-adilan dan ketimpangan
(Prinsif, Dasar dan Tujuan), Terj. M. Irfan
distribusi yang mengakibatkan harta-harta Syofwani. Yogyakarta: Magistra Insania
tersebut tidak akan sampai kepada tangan orang- Press.
orang miskin. Surat al-Hasyr ayat 7 mengajarkan
Chapra, M. U. (2000). Islam dan Tantangan
bagaimana seharusnya proses distribusi ini Ekonomi. Jakarta : Gema Insani Press.
berjalan dengan baik, dengan menerapkan
Fahrudin, A. (2012). Pengantar Kesejahteraan
prinsip-prinsip pokok, yang antara lain adalah,
Sosial. Bandung: Refika Aditama.
mensejahterakan ekonomi Anggota/Masyarakat,
Keadilan Distribusi Pendapatan, Keadilan dan Gumilar Rusliwa Somantri. (2005). Memahami
Metode Kualitatif. Jurnal Makara, Sosial
Persaudaraan Menyeluruh, Kebebasan individu
Humaniora. 9(2), 57-65.
dalam Konteks Kesejahteraan Sosial. Aktualisasi
konsep kesejahteraan ini tidak hanya merupakan Hamidi, M. L. (2003). Jejak-Jejak Ekonomi
Syariah. Jakarta: Senayan Abadi Publising.
tugas para pelaku ekonomi saja. Di samping itu
pula, masyarakat juga berkewajiban untuk Hatta, H. (1985). Kumpulan Pidato III. Jakarta:
merealisasikan kesejahteraan ekonomi mereka. Inti Idayu Press.
Institusi koperasi pesantren yang bersentuhan Ibnu Katsir, I. (1874). Tafsir Al-Quran Al-Adzim.
langsung dengan masyarakat sudah seharusnya Lebanon, Dar el-Fikr.
bisa menjadi ujung tombak dalam upaya Ibnu Khaldun. (2011). Mukaddimah, terj. Abdul
peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. al-Rahman. Jakarta: Pustaka al-Kausar.
5. Ucapan Terimakasih Izhar. (2016). Mengidentifikasi Cara Berpikir
Penulis enulis mengucapkan terima kasih Deduktif Dan Induktif Dalam Teks Bacaan
Melalui Pengetahuan Koteks Dan Referensi
sebesarbesarnya kepada Kedua orang tua kami, Pragmatik. Jurnal Pesona. 2,(1), 63-73.
Dr. Prayitno Basuki, MA., Diswandi, Ph.D,
Seluruh dosen dan staf pengajar Magister Ilmu Karim, A. A. (2004). Sejarah Pemikiran
Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Ekonomi, Universitas Mataram yang telah
membantu dan memberikan ilmunya kepada Kertasaputra, G. (2001). Koperasi Indonesia
yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
penulis. Serata Sahabat seperjuangan, terima
Cet ke-5. Jakarta: Rineka Cipta.
kasih atas sharing ilmu yang bermanfaat kepada
penulis. Machluf, H. M. (1956). Kalimat Al-Qur‟an.
Tafsir wa bayan. Cairo: Dar al-Fikr.
6. Daftar Pustaka
Madjid, N. (Ed.). (1984). Khazanah Intelektual
Abazhah, N. (2014). Fi Madinah al-Rasul, Terj. Islam. Bandung: Bulan Bintang.
K.H. Asy’ari Khatib. Jakarta: Penerbit
Zaman. Manan, M.A. (1997). Teori dan Praktik Ekonomi
Islam, ter. M. Nastangin. Yogyakarta: Dana
Bhakti Wakaf.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 102
Muhadjir, N. (1996). Metodologi Penelitian Shihab, M. Q. (2007). Wawasan Al-Quran:
Kualitatif. Edisi Ke-3. Rake Sarasin. Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan
Yogyakarta. Umat. Bandung: Mizan Pustaka.
Qardhawi, Y. (2001). Norma dan Etika Ekonomi Swasono, S. E. (2007). Indonesia is not for sale:
Islam, Terj. Zainal Arifin, Lc dan Dra. sistem ekonomi nasional untuk sebesar-
Dahlia Husin. Jakarta: Gema Insani Press. besar kemakmuran rakyat: demokrasi
ekonomi-ekonomi kelembagaan, economic
Rahman, A. (1995). Doktrin Ekonomi Islam, jilid
democracy-institutional economics: catatan
1, Ter. Soeroyo, Nastangin. Yogyakarta:
akhir tahun. Badan Perencanaan
Dana Bakti Wakaf.
Pembangunan Nasional.
Rohman, A. (2010). Ekonomi Al-Ghazali,
Swasono, S. E., & Ridjal, F. (1992). Mohammad
Menelusuri Konsep Ekonomi Islam dalam
Hatta, Demokrasi Kita, Bebas Aktif,
Ihya’ Ulum al-Din. Surabaya: Bina Ilmu.
Ekonomi Masa Depan. Jakarta: UI Press.
Shihab, M. Q. (2002). Tafsir al-Mishbah: Pesan,
UU No. 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian
Kesan dan Keserasian Al-Quran,Vol. 14.
Jakarta: Lentera Hati.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534

You might also like