You are on page 1of 20

Faktor : Jurnal Ilmiah Kependidikan (XXXX), X(X), XX-XX

ISSN 2355-5475 (Electronic) │ISSN 2355-5467 (Print)


https://doi.org/10.30998/xxxxx

Type of Article

Peran Pondok Pesantren Dalam Pembinaan Akhlak


Santri

Achmad Fikri Al Hafidzi1, Yufi M Nasrullah2, Iman Saifullah3


Universitas Garut1, Universitas Garut2, Universitas Garut3

Article Info ABSTRACT (10 PT)


Article History: Along with the current developments, the erosion of the morals of students has
become a phenomenon that we often encounter. This is certainly contrary to the
Received: mm dd, yyyy ideology of Pancasila as a national and state guideline in which there are precepts
Revised: mm dd, yyyy which indicate the existence of noble moral orders. Therefore this study intends
Accepted: mm dd, yyyy to find out how the role of the Al-Hikmah Samarang Garut Islamic boarding
school in fostering the morals of students, what are the supporting and inhibiting
Keywords: factors in this development. The method used in this research is qualitative
method . from the results of this study it was found that the Al-Hikmah Garut
Islamic boarding Islamic boarding school in the process of moral development had gone well. This
school; was expressed by Rais pondok as well as Asatidz who stated that Islamic
character development; boarding schools had succeeded in producing individuals who had religious
insight and noble character, this could be proven by the presence of several
graduates of the Al-Hikmah Islamic boarding school who became Ustadz in the
area where they lived.
Informasi Artikel ABSTRAK (10 PT)

Kata Kunci: Seiring dengan perkembangan zaman yang terjadi saat ini, terkikisnya akhlak
para siswa sudah menjadi fenomena yang sering kita temui. Hal tersebut tentu
Pondok Pesantren; bertentangan dengan ideologi Pancasila sebagai pedoman kebangsaan dan
Pembinaan Akhlak kenegaraan yang di dalamnya terdapat sila yang menunjukan adanya perintah
berakhlak mulia. Oleh karena itu penelitian ini bermaksud untuk mengetahui
bagaimana peran pondok pesantren Al-Hikmah samarang Garut dalam membina
akhlak santri, apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan
tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif .
dari hasil penelitian ini ditemukan bahwasanya pondok pesantren Al-Hikmah
Garut dalam proses pembinaan akhlak sudah berjalan dengan baik. Hal tersebut
sebagaimana diungkapkan oleh Rais pondok sekaligus Asatidz yang menyatakan
bahwa pondok pesantren sudah berhasil mencetak insan-insan yang berwawasan
keagamaan dan berakhlak mulia, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya
beberapa lulusan pondok pesantren Al-Hikmah yang menjadi Ustadz di daerah
tempat tinggalnya.

Publishing Info Copyright © 2021 The Author(s). Published by Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta,
Indonesia. This is an open access article licensed under a Creative Commons
Attribution 4.0 International License.

 Corresponding Author: (1) Name of Corresponding Author, (2) Department of Corresponding Author, (3) Institution of
Corresponding Author, (4) Address, City, Postal Code, Country, (5) Email: corresp-author@mail.com

1
2│ Author(s)

Pendahuluan

Dalam berkehidupan secara umum, suatu kehidupan akan banyak ditentukan oleh
aktivitas pendidikan yang telah ada di dalamnya. Oleh karena itu, pendidikan secara alami
telah menjadi bagian penting dalam kebutuhan hidup seorang manusia (Ramayulis, 2018).
Pendidikan dalam Bahasa Arab dapat disebut dengan At-tarbiyah, makna at-
tarbiyah menurut Al-Jauhari adalah memberi makan, sedangkan robban bermakna
memelihara dan robba bermakna mengasuh. Sedangkan menurut Fahrur Razi at-tarbiyah
merupakan istilah yang seakar dengan ar-robb memiliki makna at-tanniyah yang artinya
pertumbuhan dan perkembangan. (Ijudin, 2018: 17)
Pendidikan merupakan suatu langkah dalam mempersiapkan generasi muda untuk
menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.
(Ijudin, 2018: 13). Sebagaimana pendapat Al-Qardhawi yang dikutip oleh Ijudin (2018:14)
Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia yang seutuhnya, meliputi akal dan hatinya,
rohani dan jasmaninya dan juga akhlak dan keterampilannya. Oleh karena itulah
pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk dapat hidup dalam keadaan susah maupun
senang dan juga untuk menyiapkan peserta didik agar dapat melalui segala hal yang
bersifat kebaikan dan kejahatan dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 Bab I pasal 2 menyebutkan
Pendidikan agama ialah pendidikan yang menyampaikan pengetahuan, membentuk
perilaku, kepribadian, serta keterampilan siswa dalam mengamalkan ajaran agamanya,
yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah di seluruh jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan.
Sedangkan dalam pendapat lain menyebutkan bahwa pendidikan agama Islam
merupakan suatu usaha untuk membina dan mengasuh siswa supaya senantiasa dapat
mengetahui ajaran Islam secara menyeluruh kemudian menghayati tujuan ajarannya yang
akhirnya dapat mengamalkan dan menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (Zakiyah
Daradjat, 2012).
Pengertian pesantren secara istilah yakni, pesantren merupakan sebuah lembaga
pendidikan Islam yang menampung sejumlah santri maupun santriwati dalam rangka
mempelajari ilmu-ilmu agama di bawah bimbingan seorang kyai (Herman D.M, 2013:
148). Di dalam pesantren, terdapat segala aspek kehidupan dan perjuangannya yang
bernilai strategis dalam membina insan yang berkualitas dalam ilmu, iman, dan amal, di
samping sebagai tempat pengembangan agama Islam. Dilitik dari sisi kelembagaan
pesantren menjadi sebuah institusi atau kampus yang memiliki berbagai kelengkapan
fasilitas untuk membangun potensi-potensi santri, tidak hanya dari segi akhlak, nilai dan
intelek, dan spiritualis, tapi juga atribut-atribut fisik dan material.
Pesantren menjadi keniscayaan untuk dilibatkan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat, sebab sejak kemunculannya, pesantren tidak dapat dilepaskan dari peran
masyarakat, lembaga yang sejak lama di kenal ini sebagai lembaga pendidikan dan sosial
keagamaan tumbuh dan berkembang untuk masyarakat. Dalam realitas pesantren itu adalah
milik masyarakat, maka disini ada kaitan yang erat bahwa kiai ikut menjadi masyarakat
pula. Pesantren yang berfungsi sebagai segala usaha dan perjuangan memajukan dan
mengembangkan Islam bermarkas di pesantren.
Pembinaan merupakan proses, perbuatan, pembaharuan, penyempurnaan, kegiatan
yang dilakukan agar bermanfaat dan berhasil untuk memperoleh hasil yang lebih baik
(Fahmi Idrus, 2010: 103). Kata bina atau membina sama artinya dengan membangun,

Faktor : Jurnal Ilmiah Kependidikan (XXXX), X(X), XX-XX


https://doi.org/10.30998/xxxxx
Enter the title of your article here │3

mendirikan, memelihara, mengembangkan dan menyempurnakan. Menurut Driyarkara


yang dikutip oleh Fuad Ihsan (2015:4) pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia
muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut pembinaan. Pembinaan
ialah pemanusiaan manusia muda. Kemudian Crow and Crow menyebutkan bahwa
pembinaan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi inividu
untuk kehidupan sosialnya dan membantunya meneruskan adat budaya serta kelembagaan
sosial dari generasi ke generasi (Ihsan, 2015:4).
Berdasarkan pengertian pembinaan menurut para ahli diatas, maka pembinaan
akhlak merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh usaha sendiri atau kelompok yang
bertujuan mengembangkan, menyempurnakan atau membentuk akhlak anak didik agar
mempunyai akhlak yang mulia dan berkepribadian muslim yang baik.
Setiap pesantren memiliki visi untuk membuat santrinya berakhlakul karimah,
karena akhlak memiliki peranan penting dalam tatanan kehidupan manusia di dunia. Jika
akhlak yang dimiliki oleh seluruh umat manusia itu cenderung ke arah yang buruk, tidak
menutup kemungkinan akan terjadinya suatu perbuatan manusia yang jauh dari norma
keagamaan seperti perzinahan, pelecehan seksual, LGBT, mengkonsumsi narkoba dan
minuman yang memabukkan. Hal tersebut sudah menjadi sebuah kasus yang sering kita
dengar, dari awal zaman manusia diciptakan sampai sekarang, perilaku menyimpang
seperti perzinahan, pelecehan seksual masal, perjudian dan lain-lain sering terjadi di setiap
daerah. Maka di sini Allah SWT. mengutus Rasul dan para nabi adalah untuk
menyempurnakan akhlak manusia, tujuan lainnya untuk lebih mendamaikan kehidupan di
dunia ini ke arah yang lebih baik. Tujuan akhlak adalah mencapai kebahagiaan hidup umat
manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Jika seseorang dapat menjaga kualitas
mu’amalah ma’allah dan mu’amalah mu’annas, maka In Syaa Allah akan memperoleh
ridhonya.
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mewujudkan akhlak peserta
didik menjadi siswa yang beriman dan bertakwa, sedangkan tujuan pendidikan Agama
Islam yaitu untuk menjadikan akhlak yang mereka miliki berubah menjadi akhlak seorang
muslim yang seutuhnya bersikap istiqomah, berakhlakul karimah, beramal sholeh dan
bermanfaat bagi kehidupan di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.
Dalam tujuan pendidikan di atas yaitu masalah akhlak, akhlak menempati peranan
penting dalam segala aspek kehidupan. Misalnya seseorang yang bekerja di suatu
perusahaan dan melakukan pekerjannya dengan baik tetapi memiliki akhlak yang buruk
sehingga membuat orang disekitarnya tidak nyaman karena akhlaknya yang buruk, maka
orang tersebut bisa saja dipecat dari pekerjaannya. Itulah pentingnya mempunyai akhlak
mulia atau akhlakul karimah agar kehidupan menjadi lebih terasa nyaman dan sehat.
Dalam Agama Islam, akhlak memiliki kedudukan yang sangat diistimewakan sesuai
dengan sabda Rasulullah SAW. Bahwasanya menyempurnakan akhlak manusia adalah
tujuan utama beliau diutus Allah ke muka bumi. Seperti dalam hadits Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

‫ِإنَّ َما ب ُِع ْث ُ ُأل‬


ِ ‫ار َم اَأل ْخ‬
‫الق‬ ِ ‫ت تَ ِّم َم َم َك‬
Artinya : “Sesugguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”
(HR. Baihaqi).
Pendidikan Agama Islam merupakan langkah yang terencana untuk menjadikan
peserta didik sebagai manusia yang dapat meyakini, memahami, menghayati dan

Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia


https://doi.org/10.30998/xxxxx
4│ Author(s)

mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan pembelajaran di sekolah. Pendidikan Agama


adalah pendidikan yang menuntut agar peserta didik dapat mengamalkan ajaran agamanya
dalam bentuk pengetahuan, sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik.
Ada beberapa macam bentuk pendidikan, salah satunya pendidikan non-formal,
contohnya pesantren. Pesantren memiliki peranan penting dalam mendukung tercapainya
tujuan pendidikan di Indonesia, karena pesantren-pesantren yang telah berdiri banyak
memiliki sejarah dalam membentuk para tokoh ulama dan pejuang Indonesia dimulai sejak
dari zaman awal perang dunia ke-2. Tentunya eksistensi pesantren ini sudah lama dan
sangat penting dalam sejarah pendidikan khususnya di Indonesia. Adapun tujuan
diciptakannya pesantren secara umum adalah adanya pembentukan tingkah laku ke arah
yang lebih baik dan terciptanya akhlakul karimah santri. Secara khusus tujuannya untuk
menyucikan hati (tazkiyatun nafsi), pendekatan diri kepada Allah melalui mujahadah.
Peranan pondok pesantren dalam mengembangkan santri dalam bidang ilmu
keagamaan telah terbukti dari zaman penjajahan sampai sekarang sudah banyak mencetak
para ulama yang peranannya sudah diakui sebagai lembaga pendidikan tradisional yang
berhasil. Contohnya seperti K.H Hasyim Asy’ari dan K.H Ahmad Dahlan, merupakan
pendiri NU dan Muhammadiyah, yang dulunya beliau berdua merupakan santri dan berasal
dari pondok pesantren yang sama, yaitu Pondok Pesantren Darat, Semarang. Dari hal
tersebut bahwasanya pesantren memang lembaga pendidikan yang sukses dalam mencetak
tokoh ulama dengan keilmuan yang tinggi, karena hal itulah banyak pesantren yang
sekarang banyak bermunculan di setiap desa bahkan kampung.
Di Pondok Pesantren Al-Hikmah yang berperan sebagai lembaga pendidikan Islam
non-formal dan menjalankan fungsinya dalam melaksanakan pembentukan akhlak
terhadap semua santri di Pondok Pesantren Al- Hikmah. Sama seperti dengan pesantren
pada umumnya yang bertujuan untuk menjadikan akhlakul karimah pada santri, Pondok
Pesantren Al-Hikmah juga memiliki visi yaitu membentuk santri sebagai manusia yang
beriman dan bertaqwa dan juga berkepribadian yang luhur, qur’ani, hadist, berilmu,
terampil, dan mampu mengaktualisasikan diri di kehidupan masyarakat. Selama ini pondok
pesantren cukup berperan dengan baik dan dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan apa
yang diharapkan yaitu membentuk akhlak santri yang mahmudah sebagimana akhlak yang
dimiliki Rasul. Pembentukan akhlak santri melalui kegiatan burdah dan mujahadah juga
sering dilakukan.
Tetapi fakta yang terjadi di lapangan pada kenyataannya perilaku yang diharapkan
dapat tertanam pada santri belum tercapai secara menyeluruh, di Pondok Pesantren Al-
Hikmah masih terdapat perilaku yang menyimpang dan tentunya tidak menerapkan pribadi
yang berakhlakul karimah. Hal tersebut dapat dipicu oleh lingkungan di sekitar pondok
atau karena latar belakang santri yang sebelumnya kurang baik, seperti yang dijelaskan
oleh Ustadz Hasan sebagai pengasuh pondok pesantren melalui wawancara pada saat
kegiatan observasi tanggal 25 November 2021 bahwasanya di pondok pesantren Al-
Hikmah untuk pembinaan akhlak santri agar berakhlakul karimah yaitu dengan
melaksanakan kegiatan seperti mujahadah dan bimbingan hikmah terhadap semua santri,
namun yang terjadi masih banyak santri yang melakukan pelanggaran, seperti
perundungan, bolos mengaji, berkata kasar, kurang sopan terhadap orang yang lebih tua
ataupun guru, mencuri dan juga terkadang ada santri yang meninggalkan sholat. Hal
tersebut terjadi dikarenakan perbuatan kurang baik yang dicontohkan para santri yang lebih
tua, sehingga perbuatan tersebut ditiru oleh santri-santri yang lebih muda. Sanksi yang
tegas kepada santri yang kedapatan melakukan pelanggaran berat juga telah diterapkan
walaupun terkadang ada beberapa sanksi yang tidak terlaksanakan secara baik, seperti

Faktor : Jurnal Ilmiah Kependidikan (XXXX), X(X), XX-XX


https://doi.org/10.30998/xxxxx
Enter the title of your article here │5

hukuman membersihkan toilet atau madrasah. Akan tetapi, menurut beliau hal tersebut
bukanlah sesuatu yang aneh, karena setiap pesantren pasti memiliki santri yang bermasalah
yang dipicu oleh lingkungan asal santri atau karena lingkungan sekitar pondok. Menurut
beliau pesantren itu diibaratkan sebagai bengkel tempat untuk memperbaiki motor agar
dapat berfungsi kembali dengan baik, begitu juga dengan pesantren, tempat dimana untuk
memperbaiki akhlak dan meningkatkan keilmuan santri agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa. Maka menurut beliau wajar saja jika terdapat banyak santri yang
bermasalah akhlak di pondoknya, tetapi bukan berarti pondok mengabaikan masalah
tersebut, pihak pondok pesantren selalu berupaya memberikan pengajaran akhlak yang
terbaik kepada semua santrinya.
Berdasarkan masalah yang terjadi di pesantren Al-Hikmah saat ini, yang melatar
belakangi dan mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “PERAN
PONDOK PESANTREN DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI” penelitian di
Pondok Pesantren Al-Hikmah Kampung Cimencek Desa Cintaasih Kecamatan Samarang
Garut.

Metode

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana
peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2021).
Penelitian kualitatif juga merupakan penelitian untuk mencari proses atau
pemahaman yang mendalam yang mengharuskan peneliti berada dalam latar penelitian
tersebut, membangun hubungan atau berkomunukasi dengan banyak orang,
mengumpulkan beragam informasi, dan mencari tahu lebih dalam ada apa di balik berbagai
aktivitas yang dilakukan oleh para subjek dalam latar penelitian.
Pada penelitian kali ini, objek penelitian dinakaman denga Social Situation atau
situasi social. Situasi sosial tersebut dapat dikatakan sebagai subjek atau objek penelitian
yang ingin dipahami lebih mendalam mengenai apa yang terjadi di dalamnya. Berdasarkan
pernyataan Spradley tersebut bahwa populasi dan sampel disebut dengan istilah subjek dan
objek penelitian. Maka yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian kualitatif adalah
responden dan informan yang dapat memberikan informasi tentang masalah yang diteliti,
misalnya kiai, ustadz dan santri. Sedangkan objek penelitian ini adalah masalah yang
diteliti yaitu Peranan Pondok Pesantren dalam Pembinaan Akhlak Santri Pondok Pesantren
Al-Hikmah yang beralamat di Kampung Cimencek Desa Cintaasih Kecamatan Samarang
Kabupaten Garut. Penelitian ini dimulai dari bulan November 2021 s/d selesai bertempat di
pondok pesantren Al-Hikmah Samarang.
Sumber data pada penelitian ini terbagi menjadi dua yakni data primer yang
diperoleh langsung dari sumber pertama yakni pihak Pondok Pesantren Al-Hikmah
Samarang yang diperoleh dari hasil wawancara dan angket. Data sekunder yang diperoleh
secara tidak langsung yakni melalui literatur kajian, Pustaka berupa buku, referensi,
artikel, jurnal dan dokumen-dokumen lainnya yang terkait dengan Teknik dokumentasi
yang berfungsi untuk melengkapi data primer.

Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia


https://doi.org/10.30998/xxxxx
6│ Author(s)

Teknik analisis data menggunakan analisis deksriptif kualitatif, Analisis deskriptif


ini dimaksudkan untuk menemukan dan mendeskriptifkan tentang Peran Pondok Pesantren
Dalam Pembinaan Akhlak Santri di kampung Cimencek Kecamatan Samarang Kabupaten
Garut. Penelitian ini mendeskripsikan dan menginterpretasikan secara faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta yang ada. Pada penelitian kali ini analisis data menggunakan reduksi
data, penyajian data, dan verifikiasi data.

Hasil dan Pembahasan

Peran Pondok Pesantren Al-Hikmah Samarang

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di Pondok Pesantren Al-Hikmah bahwa


peran Pondok Pesantren tentunya sangatlah penting terhadap terbinanya akhlak santri yang
mulia, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ustadz Epi sebagai pengajar santri di pondok
pesantren Al-Hikmah menyatakan bahwa dalam menjalankan tugas peran pondok
pesantren di dalam membina akhlak santri itu sangat harus diperhatikan dalam prosesnya,
diperlukan kehati-hatian dalam diri setiap pengurus dan pengajar pondok pesantren agar
amanah yang dititipkan oleh masyarakat dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Karena masalah akhlak bukan hanya tentang ibadah saja, tetapi meliputi
seluruh aspek kehidupan manusia baik bagi urusan akhirat maupun dunia. Beliau
menambahkan bahwasanya seseorang yang baik etikanya tetapi tidak melaksanakan ibadah
yang diwajibkan bagi muslim maka orang tersebut tidak bisa dikatakan sebagai seseorang
yang mulia akhlaknya.
Sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Juni 2022 di
asrama Pondok Pesantren Al-Hikmah bahwasanya telah terlihat akhlak santri yang berubah
ke arah yang lebih baik dalam berperilaku. Pada saat observasi awal terdapat beberapa
santri baru, yang pada awal mondok memang beberapa santri baru tersebut sering
membuat permasalahan dengan sesama santri maupun dengan pihak pengajar pondok
pesantren Al-Hikmah. Tetapi hal itu telah berubah semenjak peneliti kembali
mengobservasi santri tersebut, mereka telah berubah menjadi lebih baik dan berbaur
dengan santri lainnya. Suksesnya pondok pesantren dalam merubah akhlak santri menjadi
lebih baik tidak lepas dari semua cara dan proses yang telah dilakukan oleh beberapa
elemen pondok pesantren, dimulai dari mencontohkan sikap yang teladan oleh para asatidz
dan asatidzah, menerapkan sanksi, memerintahkan santri yang lebih tua untuk
membimbing santri muda, hingga metode ceramah yang selalu dilakukan oleh asatidz dan
asatidzah sehingga terjadi revolusi akhlak kea rah yang lebih baik, artinya ada perubahan
cepat dalam diri santri khususnya dalam segi akhlak menjadi pribadi yang mulia sebagai
muslim.
Oleh karena itu, bahwa peran pondok pesantren Al-Hikmah memiliki pengaruh yang
sangat besar sekali terhadap membina akhlak santri, yang mampu merubah sikap santri
yang cenderung tidak baik menjadi seorang muslim yang berakhlak mulia. Selain itu,
peran dari para pengajar santri dalam membina akhlak santri merupakan suatu yang sangat
penting dan sangat berperan besar dalam merevolusi akhlak santri menjadi lebih baik. Hal
ini juga disampaikan oleh Ustadz Epi sebagai pengajar santri di pondok pesantren Al-
Hikmah bahwasanya jika seorang pengajar santri tidak berikhtiar secara sungguh-sungguh

Faktor : Jurnal Ilmiah Kependidikan (XXXX), X(X), XX-XX


https://doi.org/10.30998/xxxxx
Enter the title of your article here │7

untuk membina santri maka sesuatu yang dicita-citakan tidak akan terwujud sesuai dengan
apa yang diharapkan. Maka dalam hal ini peran asatidz dan asatidzah sangatlah penting
dalam mengatur berbagai elemen yang berwenang dan memiliki tugas untuk membina
santri untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan agar dapat berjalan sesuai
dengan orbitnya.
Penelitian ini mencoba untuk menggali informasi mengenai teori tentang peranan
pondok pesantren menurut Hamdan Rasyid (2007:22) bahwasanya peranan pondok
pesantren yang dijalankan oleh kiai diantaranya adalah menjalankan dakwah,
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, memberikan contoh dan teladan yang baik,
memberikan penjelasan tentang agama, memberikan solusi bagi persoalan umat, dan
membentuk orientasi kehidupan yang berbudi luhur. Maka peneliti mencoba untuk
membuktikan teori tersebut dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi di Pondok
Pesantren Al-Hikmah Samarang Garut.
Wawancara ini ditujukan kepada Rais Santri, Santri, dan Orangtua Santri Al-
Hikmah tentang peranan pondok pesantren dalam pembinaan akhlak santri untuk menggali
informasi sesuai dengan teori dan kajian yang dibahas kepada beberapa informan yang
telah ditentukan. Adapun peran pondok pesantren dalam pembinaan akhlak santri di
Ponpes Al-Hikmah adalah sebagai berikut:

A. Melaksanakan Tugas Sebagai Lembaga Pendidikan Islam

Berdasarkan hasil wawancara pada hari Jumat, 10 Juni 2022 tentang bagaimana cara
pondok pesantren dalam melaksanakan dakwah untuk membimbing santri dalam
menjalankan tugasnya sebaai lembaga pendidikan Islam, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Ustadz Hasan sebagai Rais Santri, bahwasanya pihak pondok pesantren Al-Hikmah
baik itu Kiai maupun asatidz tentu saja selalu menerapkan prinsip dan substansi dakwah
keagamaan di setiap waktu atau pada jam-jam mengaji santri. Karena pada dasarnya, setiap
manusia itu membutuhkan peringatan di setiap saat jika mereka tak sengaja atau sengaja
melakukan perbuatan yang salah. Hal ini juga dilakukan sebagai pembelajaran di luar jam
mengaji dan juga sebagai ilmu tambahan jika melakukan suatu perbuatan salah yang tidak
diketahui ataupun belum dipelajari oleh mereka. Sedangkan kegiatan dakwah ataupun
tabligh mingguan pesantren sebagai sarana belajar santri dalam mengimplementasikan
hasil belajar mengenai ilmu dalam tatacara berdakwah selalu dilaksanakan setiap hari
sabtu, menurutnya hal tersebut dilakukan agar santri mampu menerangkan apa yang telah
dipahami, baik itu bagaimana cara memaparkannya ataupun bagaimana cara melatih
ketenangan dan mental pada saat berceramah di hadapan banyak orang, namun tetap saja
kegiatan tersebut tidak lepas dari pengawasan asatidz. Objek dakwah tentunya berasal dari
para santri Al-Hikmah itu sendiri, materi ceramah berbeda-beda sesuai dengan kondisi di
lingkungan sekitar terjadi, baik di sekitar kampung maupun secara universal, contohnya
seperti pada saat Hari Maulid Nabi Muhammad SAW maka tema ceramahnya adalah
tentang Nabi Muhammad SAW.
Wawancara terhadap santri mengenai bimbingan pondok pesantren dengan cara
dakwah. Wawancara ini ditujukan kepada santri Ponpes Al-Hikmah yang bernama Abdul,
pada hari Sabtu tanggal 11 Juni 2022, bahwasanya cara berdakwah para asatidz dan kiai di
ponpes Al-Hikmah seperti yang telah dikemukakan oleh Ustadz Hasan di atas menurutnya
dirasa telah efektif dan berpengaruh bagi terbinanya akhlak santri, dikarenakan cara
tersebut telah dilakukan pada ulama-ulama pada jaman dahulu atau ulama salaf yang telah

Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia


https://doi.org/10.30998/xxxxx
8│ Author(s)

terbukti dan berhasil dalam proses membimbing umat muslim khususnya santri yang
bermukim di lingkungan pesantren. Dengan cara saling mengingatkan dan langsung
mencegah dengan perbuatan, baik itu dengan tangan atau lisan, sehingga para santri di
setiap kegiatannya selalu terawasi secara langsung. Maka diharapkan hal ini menjadi
sebuah pembiasaan dan menjadi keterbiasaan yang akan senantiasa diterapkan di dalam
kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya wawancara kepada salah satu orangtua santri yaitu bernama Jajang,
pada tanggal 11 Juni 2022. Sama seperti yang telah diutarakan oleh santri yang bernama
Abdul, bahwasanya pihak pondok pesantren Al-Hikmah tentunya sering melaksanakan
dakwah dalam proses membimbing santri, cara yang telah dilakukan tersebut cukup efektif
dalam membina akhlak putranya sebagai santri Al-Hikmah. Terdapat progress dalam
sikapnya ke arah yang lebih baik, tentunya ini menjadi bukti bahwasanya proses
pembinaan ponpes Al-Hikmah dapat dikatakan cukup berhasil.
Peran pondok pesantren pertama adalah sebagai lembaga yang selalu melaksanakan
dakwah untuk membimbing umat artinya para pengurus pondok pesantren harus senantiasa
melaksanakan dakwah agar dapat membina umat di sekitar pondok pesantren menjadi
umat yang berilmu agama, beradab dan berakhlak. Pelaksanaan dakwah di ponpes Al-
Hikmah pada dasarnya dilaksanakan setiap saat, baik di dalam proses kegiatan mengaji
maupun di luar kegiatan mengaji, yaitu dengan cara menasehati ataupun memberi
pemahaman secara singkat kepada santri. Hal ini dilakukan agar santri senantiasa
terbimbing dan terawasi di dalam setiap kegiatannya. Maka hasil yang didapat diharapkan
sesuai dengan visi, misi dan tujuan yang telah dicantumkan ponpes Al-Hikmah.
Pelaksanaan dakwah juga tidak hanya dilakukan oleh kiai ataupun asatidz/asatidzah, tetapi
kepada semua elemen pondok pesantren Al-Hikmah yang mempunyai tanggung jawab
seperti santri senior, rais, ketua asrama dan lain sebagainya. Mereka harus senantiasa
membina santri menjadi manusia yang ber-akhlakul karimah. Dikarenakan Pondok
pesantren mempunyai peran sebagai lembaga pendidikan dan dakwah, maka hal ini
menjadi harapan masyarakat agar dapat mendidik para santri menjadi manusia yang
berakhlak mulia, hal itulah yang membuat masyarakat selalu membantu kegiatan ponpes
dan selalu mendukung dalam proses pembangunan fasilitas pondok pesantren.
Selain itu, dengan pelaksanaan suatu peranan pondok pesantren secara rutin juga
dapat dikatakan bahwa peranan sebagai pondok pesantren itu dapat terpenuhi. Yang
artinya pondok pesantren menjalankan suatu perangkat peran (role-set) sebagai lembaga
pendidikan yang tugas dan peranannya.

B. Mencetak Kader dakwah

Dalam mencetak kader dakwah, tentunya para santri harus memiliki hati yang
bersih. Maka, berdasarkan hasil wawancara kepada Ustadz Hasan sebagai Rais Santri
tentang bagaimana pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar untuk melahirkan kader dakwah
yang berhati bersih dari segala penyakit hati, maka yang dilakukan oleh pondok pesantren
Al-Hikmah pada tanggal 10 Juni 2022, bahwasanya pondok pesantren Al-Hikmah tentunya
selalu menerapkan prinsip amar ma’ruf nahi munkar, karena pondok pesantren Al-Hikmah
sebagai sebuah lembaga yang selalu menjadi perhatian masyarakat di sekitarnya sehingga
harus dapat memberikan sebuah contoh yang baik agar selalu diteladani kebaikannya oleh
santri dan masyarakat. Hal tersebut telah ditetapkan dengan cara memerintahkan kepada
setiap pengurus ponpes untuk dapat menjalankan peraturan yang berpegang teguh kepada

Faktor : Jurnal Ilmiah Kependidikan (XXXX), X(X), XX-XX


https://doi.org/10.30998/xxxxx
Enter the title of your article here │9

prinsip tersebut. Yaitu dengan berupa tata tertib yang dipajang di mading asrama dan
dengan peraturan yang terdapat sanksi di dalamnya, hal itu juga diikuti dengan
memberikan contoh yang baik kepada para santri.
Melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar berarti menjalankan sesuatu yang bersifat
baik sesuai dengan ajaran Islam dan menjauhi segala perbuatan yang dilarang di dalam
ajaran Islam. Hal ini sejalan dengan apa yang menjadi tugas pondok pesantren dalam
membina santrinya yaitu untuk membentuk santri yang senantiasa berperilaku mulia dan
menjauhi segala perbuatan munkar. Santri selalu dituntut untuk dapat menjalankan ibadah
sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah, maka santri setiap hari selalu belajar
ilmu fiqh di samping mempelajari ilmu tauhid dan akhlak/adab. Sehingga santri yang telah
memahami ilmu fiqh ibadah dengan baik dan mengamalkannya secara baik maka akhlak
yang akan tertanam dalam diri adalah akhlak yang mulia.
Sesuai dengan QS. Al-Ankabut ayat 45:

‫اِ َّن الص َّٰلوةَ تَ ْن ٰهى ع َِن ْالفَحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر‬


Artinya: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar”.
Sebagai lembaga pendidikan yang selalu menjadi harapan masyarakat dalam proses
menuju peradaban dan sebagai suatu lembaga yang dapat merevolusi akhlak santri kea rah
yang baik. Maka pondok pesantren tentunya harus senantiasa menerapkan prinsip amar
ma’ruf nahi munkar sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Dikarenakan pondok
pesantren adalah sebuah lembaga yang akan selalu menjadi sorotan di mata masyarakat
sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh pondok pesantren akan senantiasa diawasi
dan dicontoh oleh masyarakat. Maka dari itu, pondok pesantren diwajibkan untuk
senantiasa bertindak sesuai dengan prinsip amar ma’ruf nahi munkar agar tidak menjadi
sebuah permasalahan jika pondok pesantren bertindak di luar ajaran syariat Islam atau
menyebarkan pemahaman yang dapat menyesatkan.
Sejauh ini pondok pesantren Al-Hikmah telah menerapkan amar ma’ruf nahi
munkar di dalam dan di sekitar lingkungan pondok pesantren dan telah menjadi sebuah
kebiasaan untuk dicontoh dan dipelajari kepada santri maupun kepada warga di sekitar
area pondok pesantren Al-Hikmah.

C. Memberikan Contoh dan Teladan Yang Baik

Berdasarkan hasil wawancara kepada Ustadz Hasan sebagai Rais Santri tentang
bagaimana memberikan contoh dan teladan kepada santri, pada tanggal 11 Juni 2022,
bahwasanya pondok pesantren Al-Hikmah dalam memberikan contoh yang baik itu
tentunya dengan cara menunjukkan sikap yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW .
Maka di setiap saat para asatidz selalu memperlihatkan kepada santrinya dengan sikap
yang baik dan diwajibkan untuk mengaplikasikan pada kehidupannya masing-masing.
Contohnya seperti bagaimana cara berbicara yang sopan, bagaimana adab terhadap guru
atau kepada orang yang lebih tua dan lain sebagainya, sehingga cara ini diharapkan
menjadi sebuah pembelajaran bagi santri sehingga santri tersadar oleh dirinya sendiri.
Sedangkan hasil wawancara kepada santri yang bernama Abdul mengenai meniru
sesuatu baik yang telah dicontohkan oleh asatidz dan kiai bahwasanya dirinya selalu
tergerak untuk dapat meniru apa yang telah dicontohkan asatidz, dan juga selalu merasa

Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia


https://doi.org/10.30998/xxxxx
10│ Author(s)

tertampar dengan apa yang telah dicontohkan oleh asatidz karena hal tersebut selalu ia
abaikan untuk dilakukan di kehidupannya sehari-hari. Apa yang telah ditunjukkan oleh
asatidz sebagai contoh kehidupan yang baik bagi santri itu ia jadikan sebagai peringatan
untuk dapat diterapkan kembali dalam kehidupannya dan menjadi pembelajaran baginya
jika ia belum mengetahui sesuatu yang baik tersebut.
Sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran di bidang keagamaan bagi para setiap
kelompok peserta didik yang biasa disebut santri, maka hal yang harus dilakukan oleh para
pengurus ponpes adalah sebuah keteladanan yang dapat dicontoh dan diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari santri.
Maka hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan menurut Munawwaroh
(2019:144) bahwasanya ada proses peniruan dalam metode keteladanan menjadikan
keteladanan merupakan metode yang berfungsi konservatif, yakni fungsi melestarikan.
Orang tua yang memberikan keteladanan berupa perilaku terpuji kepada anaknya, maka
perilaku terpuji tersebut akan tetap ada dan hidup bersama anak itu dengan bentuk yang
sama persis. Begitu pula jika seseorang memberi keteladanan berupa perilaku terpuji
kepada cucunya, maka perilaku terpuji tersebut akan lestari dan hidup bersama cucunya
tersebut dengan bentuk yang sama persis. Maksud sama persis di sini adalah jika perilaku
terpuji tersebut berupa sikap menghormati orang lain, maka sikap itulah yang akan tetap
lestari bersama orang yang meniru. Begitulah keteladanan menjadikan segala sesuatu, baik
ucapan maupun perbuatan, terjaga kelestariannya.
Sikap teladan yang baik yang ditunjukkan oleh pondok pesantren kepada para
santrinya akan merubah pandangan santri dalam menempuh kegiatan pendidikan di
pondok pesantren. Seperti yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam menyebarkan
ajaran Islam, beliau senantiasa memberikan teladan yang baik berupa berperilaku mulia,
menyayangi para sahabat, bersikap tegas, bijaksana, ramah, dan selalu menjadi pemimpin
yang ditaati oleh para pasukannya. Selain itu, beliau tidak selalu membalas kejahatan yang
dilakukan oleh para musuh Islam, sehingga apa yang ditunjukkan oleh beliau menjadi
sebuah daya tarik bagi para musuh Islam waktu itu yang pada awalnya sangat membenci
gerakan Rasulullah dalam menyebarkan ajaran Islam sehingga pada akhirnya berpikiran
untuk menjadi muslim dan berbalik menjadi pejuang agama Islam. Maka keteladanan dan
sikap baiklah yang menjadi kunci kesuksesan Islam dalam berkembang menjadi agama
yang besar hingga pada saat ini.
Maka pondok pesantren Al-Hikmah senantiasa berusaha untuk menyebarkan sebuah
keteladanan yang mulia yang dapat dicontoh oleh para santri. Sikap teladan yang mulia ini
tidak hanya ditekankan kepada asatidz/asatidzah agar diterapkan, tetapi kepada seluruh
elemen yang ada di dalam pondok pesantren agar dapat memberikan teladan yang dapat
menjadi jalan santri dalam merubah hidupnya ke arah yang lebih baik.

D. Memberikan Penjelasan terhadap Persoalan Umat

Berdasarkan hasil wawancara kepada santri yang bernama Abdul mengenai


bagaimana cara pondok pesantren dalam memberikan penjelasan terhadap persoalan di
antara santri, menurutnya cara yang ditempuh oleh ponpes Al-Hikmah dalam memberikan
penjelasan jika terdapat permasalah yang terjadi pada umat muslim pada umumnya adalah
dengan cara membahas dan mengkaji kembali suatu permasalahan yang terjadi dan
dikaitkan dengan sumber hukum yaitu Al-qur’an dan hadits lalu disimpulkan secara
bersama-sama, apakah hal tersebut bertentangan dengan Al-qur’an dan Hadits atau tidak.
Sedangkan jika ada permasalahan pada santri secara individual maka ponpes akan

Faktor : Jurnal Ilmiah Kependidikan (XXXX), X(X), XX-XX


https://doi.org/10.30998/xxxxx
Enter the title of your article here │11

memanggil santri yang bermasalah lalu diberi nasihat dan surat peringatan jika melakukan
kesalahan agar tidak mengulanginya kembali. Kalaupun santri tersebut terus-menerus
melakukan pelanggaran maka akan dipanggil orangtuanya dan diancam akan dikeluarkan
dari pondok pesantren.
Dalam mendirikan sebuah pesantren tentunya harus memiliki kemampuan dan
pengetahuan yang sangat luas dalam bidang ilmu agama Islam. Maka seorang pendiri atau
biasa disebut dengan kiai haruslah orang yang memiliki pengetahuan agama Islam yang
sangat luas dan dapat mempertanggung jawabkan keilmuannya. Hal tersebut diperlukan
jika kedepannya pimpinan pondok pesantren yang dalam hal ini adalah kiai dapat
memberikan penjelasan jika ada yang bertanya atau meminta solusi tentang segala sesuatu
yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadits. Oleh karena itu, jika seorang pendiri pondok
pesantren itu adalah orang yang mempunyai wawasan ilmu keagamaan yang sangat baik
maka ia tidak akan kesulitan dalam memberikan penjelasan dan pemahaman yang
berkaitan dengan Al-Qur’an dan hadits sehingga dapat dimengerti oleh semua pihak.
Pondok pesantren Al-Hikmah didirikan oleh seseorang yang telah menempuh ilmu
agama Islam di pondok pesantren Al-Hidayah Tarogong Garut selama kurang lebih 15
tahun. Yaitu didirikan oleh KH. Mochammad Iyat Ruhiat, seorang ulama yang tersohor
dan terkenal akan keilmuannya yang luas. Maka tidak ada keraguan dalam diri setiap
warga di sekitar pondok dan para orang tua santri untuk mendaftarkan anaknya ke dalam
pondok pesantren Al-Hikmah untuk menempuh pendidikan keagamaan. Pondok pesantren
Al-Hikmah juga menjadi tumpuan bagi masyarakat sekitar dalam menopang segala
masalah keagamaan yang menjadi persoalan di sekitar kecamatan Samarang, baik dalam
hal pelaksanaan dakwah yang dimana pematerinya atau penceramahnya selalu berasal dari
ponpes Al-Hikmah, kegiatan pendidikan dan lain sebagainya. Sehingga dalam hal ini
pondok pesantren Al-Hikmah memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan
penjelasan tentang persoalan yang berkaitan dengan sumber hukum yang pertama yaitu Al-
Qur’an dan sumber hukum yang kedua yaitu As-sunnah, penjelasan yang berkaitan dengan
agama tersebut dilaksanakan dalam bentuk kegiatan dakwah atau dalam bentuk kegiatan
yang lain.

E. Memberikan Solusi Bagi Persoalan Umat

Berdasarkan hasil wawancara dengan santri yang bernama Abdul mengenai


bagaimana cara ponpes Al-Hikmah dalam memberikan solusi terhadap persoalan umat
khususnya santri. Menurutnya, jika terdapat permasalahan yang terjadi pada umat, salah
satu contohnya bahwa terdapat warga yang bermaksiat di sekitar lingkungan pesantren,
maka pondok pesantren akan bersikap tegas terhadap pelaku maksiat tersebut dengan
menghentikan segala perbuatan maksiat tersebut agar tidak diulangi kembali, jika itu
tempat karaoke atau apapun itu maka akan ditutup agar tidak dikunjungi kembali oleh
orang lain, dan bekerjasama dengan warga sekitar, pihak TNI dan polisi maka hal tersebut
dapat terlaksana dengan lancar. Selanjutnya, pelaku maksiat tadi akan dibina oleh pihak
ponpes dengan diasuh sebagai santri agar dapat memahami ilmu agama dan terbina
akhlaknya dan dapat menjadi pribadi yang berbudi luhur.
Sebagai lembaga keagamaan dan pendidikan yang diisi oleh ulama dan para asatidz,
maka tugas pondok pesantren salah satunya adalah dapat memberikan solusi di dalam
permasalahan yang terjadi di antara para umat, khususnya masalah yang berkaitan dengan
agama. Pondok pesantren Al-Hikmah harus dapat memberikan solusi yang terbaik, yaitu
adil dan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Dan sejauh ini berdasarkan hasil penelitian

Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia


https://doi.org/10.30998/xxxxx
12│ Author(s)

yaitu observasi dan wawancara bersama Ustadz Epi sebagai tenaga pengajar di ponpes Al-
Hikmah, bahwa pondok pesantren Al-Hikmah telah berkontribusi besar dalam mengurai
setiap permasalahan yang terjadi di daerah sekitar setiap tahunnya, baik tentang masalah
yang berkaitan dengan hukum mawaris, pernikahan, politik, ekonomi dan lain sebagainya.
Sehingga setelah beberapa dekade berdiri, ponpes Al-Hikmah dipercaya oleh masyarakat
sekitar sebagai suatu lembaga yang dapat memberikan solusi terbaik dan dapat menjadi
pembelajaran di setiap permasalahan yang terjadi dan juga sebagai hikmah (pembelajaran)
bagi kedepannya. Beberapa pemberian solusi tersebut dilakukan seperti dalam bentuk
dakwah yang diadakan rutin setiap pekannya, sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
Said (2013:14) bahwasanya dalam upaya mengubah Islam ke arah yang lebih baik,
diperlukan upaya dakwah Islamiyah yang menyeluruh hingga umat Islam itu sendiri
mengetahui fungsi dan tujuan hidupnya di muka bumi ini, maka dalam membina umat
muslim secara komprehensif (menyeluruh) diharapkan mereka dapat mengamalkannya
secara konkrit dan tidak hanya sekedar simbol semata.

Bentuk Pembinaan Akhlak Santri Di Pondok Pesantren Al-Hikmah


Samarang

Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai teori tentang langkah
dan indikator pembinaan akhlak menurut Abudin Nata (2019:141) yaitu terbiasanya
melakukan perbuatan yang baik, merasa diri memiliki banyak kekurangan, meneladani
hal yang mulia, dan selalu memaksakan diri untuk beramal shalih. Maka peneliti mencoba
untuk membuktikan teori tersebut dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi.
Wawancara ini ditujukan kepada Rois Santri, Santri, dan Orangtua Santri Al-
Hikmah tentang peranan pondok pesantren dalam pembinaan akhlak santri untuk menggali
informasi sesuai dengan teori dan kajian yang dibahas kepada beberapa informan yang
telah ditentukan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan santri yang bernama Abdul,
bahwa terdapat beberapa perubahan yang peneliti dan ia rasakan terkait akhlak santri
melalui peran pondok pesantren:

a. Berkurangnya permasalahan bahkan cenderung tidak ada permasalahan di setiap


gedung asrama santri pondok pesantren Al-Hikmah semenjak di bulan penerimaan
santri baru sampai pada saat peneliti melakukan kegiatan observasi.
b. Dapat menjalankan ibadah wajib dan bahkan para santri sering juga melaksanakan
ibadah Sunnah seperti puasa senin/kamis dan shalat dhuha/tahajud.
c. Dapat menjadi muslim yang selalu mengamalkan amalan-amalan yang
disunnahkan oleh Rasulullah.
d. Dapat menjadi pribadi muslim yang baik dan berwawasan ilmu agama.
e. Dapat menjadi seseorang yang bermanfaat bagi masyarakat di sekitar santri
tinggali.

Selain itu akhlak santri sangatlah berpengaruh bagi perkembangan diri santri
terutama pada karir santri itu sendiri. Akhlak santri yang mulia dapat berubah menjadi
seseorang yang sukses di akhirat dan tentunya juga di dunia. Karena akhlak itu sendiri
mencakup segala aspek kehidupan baik sikap, perilaku, watak dan lain sebagainya yang

Faktor : Jurnal Ilmiah Kependidikan (XXXX), X(X), XX-XX


https://doi.org/10.30998/xxxxx
Enter the title of your article here │13

berkaitan dengan fiqh, tauhid dan akidah. Seseorang yang dapat memegang akhirat dalam
artian yaitu dapat menjadikan akhirat sebgai prioritas maka dia tidak akan kehilangan
dunia yang artinya dia akan mendapatkan dunia. bahkan akan mendapatkan lebih dari apa
yang orang lain dapatkan.

A. Pembinaan Perilaku Baik

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan santri yang bernama Abdul
mengenai bagaimana kebiasaan perilaku santri selama mondok di ponpes Al-Hikmah
dalam kegiatan sehari-hari. Menurutnya, secara keseluruhan santri di ponpes Al-Hikmah
memiliki kebiasaan yang cukup baik, ia merasa kebiasaan baik tersebut jika ditinggalkan
akan sangat terasa mengganjal di hatinya, sehingga dirinya selalu melakukan ibadah
sunnah seperti shalat tahajud dan shalat dhuha. Hal tersebut juga telah terbukti dengan
hasil observasi peneliti di Pondok Pesantren Al-Hikmah pada tanggal 7 dan 10 Juni 2022
bahwa santri Al-Hikmah dituntut untuk selalu beraktifitas yang bermanfaat bagi diri
sendiri, pondok dan juga bagi warga sekitar.
Tidak hanya dituntut untuk selalu melakukan kegiatan yang bermanfaat, tetapi
pengurus pondok pesantren Al-Hikmah juga menyusun kegiatan santrinya di luar jam
mengaji dengan beberapa kegiatan yang dapat menjadikan santri terbiasa untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tersebut untuk diterapkan di lingkungan keluarga maupun di lingkungan
masyarakat sekitarnya. Kegiatan tersebut meliputi aspek ibadah, life skill dan gotong
royong. Yang pertama aspek ibadah yaitu seperti mewajibkan ibadah sunnah menjadi
wajib, contohnya diperintahkan untuk selalu melaksanakan puasa senin/kamis, shalat
tahajud dan shalat dhuha. Selanjutnya ada aspek life skill, seperti belajar berternak dan
belajar bercocok tanam untuk menambah keterampilan santri yang dilakukan pada saat
jam-jam kosong atau di luar jam mengaji (hari libur), lalu terdapat juga aspek gotong
royong yaitu seperti kerja bakti bersama warga di wilayah kampung Cimencek. Sejalan
dengan apa yang diungkapkan oleh Ustadz Hasan pada sesi wawancara tanggal 10 Juni
2022 bahwasanya setelah serangkaian proses yang telah ditempuh oleh pengurus pondok
untuk meningkatkan dan membina akhlak santri itu telah berhasil dan terdapat revolusi
akhlak pada santri, artinya dengan pembiasaan untuk melakukan sesuatu yang baik
tersebut memberikan dampak yang postif bagi santri secara keseluruhan meskipun masih
terdapat beberapa santri yang masih belum berubah ke arah yang lebih baik. Selain
memerintahkan santrinya agar selalu dibiasakan berbuat baik, di ponpes Al-Hikmah juga
terdapat beberapa peraturan atau hukuman yang mengatur jika terdapat santri yang
melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh pengurus pondok pesantren, sehingga
dapat memberikan efek jera bagi santri.
Seorang manusia yang telah bertaubat secara sungguh-sungguh, maka ia akan
senantiasa berbuat kebaikan secara terus-menerus sehingga ia akan dituntun oleh Allah
SWT untuk selalu berbuat kebaikan sehingga menjadi kebiasaan dan dijauhkan dari segala
perbuatan munkar. Santri ponpes Al-Hikmah dituntut oleh para pengurus ponpes Al-
Hikmah untuk senantiasa berbuat kebaikan di dalam setiap kegiatannya di lingkungan
pondok pesantren maupun di luar lingkungan pondok pesantren. Santri ponpes Al-Hikmah
senantiasa diawasi oleh para asatidz untuk selalu melaksanakan aktifitas yang bermanfaat
di setiap waktunya, baik menghafal Al-Qur’an, menghafal syair sholawat dan lain
sebagainya. Langkah pondok pesantren Al-Hikmah dalam membina para santrinya yaitu
dengan cara bimbingan setiap saat, yaitu dengan memberikan sebuah pengajaran pada
waktu-waktu tertentu, seperti pada saat santri berbuat kesalahan, pada saat terdapat isu

Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia


https://doi.org/10.30998/xxxxx
14│ Author(s)

agama yang sedang diperbincangkan di media nasional ataupun pada saat terdapat momen-
momen yang penting untuk dibahas dan dikaji hukumnya.
Berdasarkan hasil penelitian yaitu observasi bahwasanya santri dalam setiap
kegiatannya memang senantiasa diawasi oleh para asatidz, dan hal ini terbukti telah
membina akhlak santri menjadi terbiasa beramal kebajikan. Sejalan dengan pernyataan di
atas, bahwasanya seseorang yang telah diterima taubatnya ia akan dituntun oleh Allah
SWT untuk senantiasa berbuat kebaikan dan dijauhkan dari perbuatan keji. Maka hal ini
sama persis dengan apa yang telah dilakukan oleh ponpes Al-Hikmah dalam membina
akhlak santri, yaitu dengan menuntun atau membina santri di setiap saat santri beraktifitas,
sehingga santri menjadi terbiasa berbuat baik. Berkenaan dengan hal tersebut, Imam Al-
Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala
usaha pembinaan melalui pembiasaan (Nata, 2019:141). Langkah tersebut dilakukan secara
kontinyu dan diharapkan santri dapat terjaga dari perbuatan munkar dan selalu beramal
shalih jika nanti telah menjadi alumnus pondok pesantren Al-Hikmah.

B. Sifat Tawadhu

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan santri yang bernama Abdul
mengenai bagaimana perasaan santri setelah sekian lama belajar di ponpes Al-Hikmah
apakah masih merasa diri tidak sempurna dan memiliki banyak kekurangan dalam
bersikap, baik di kegiatan sehari-hari maupun di pesantren. Menurutnya, pembelajaran
untuk menerapkan sikap tawadhu dan rendah hati selalu diajarkan oleh kiai dan asatidz
pada saat di sela-sela pembelajaran atau jam mengaji, tentunya hal itu harus dilakukan
kepada para santri agar santri tidak bersikap sombong karena merasa diri selalu berbuat
baik dan memiliki ilmu pengetahuan keagamaan yang cukup, yang pada nyatanya tanda
seseorang yang berilmu tinggi itu akan selalu bersikap rendah hati dan tawadhu.
Menurut Abdul, ia pun sering merasa malu jika ia sering merasa mempunyai ilmu
agama yang cukup, karena ia juga sering tersadar bahwasanya bersikap takabbur itu
merupakan dosa yang besar dan sangat berat hukumannya. Seseorang yang bersifat
sombong tidak akan merasakan ketenangan di dalam hatinya sehingga pengurus pondok
pesantren Al-Hikmah selalu mengingatkan kepada para santrinya agar selalu bersikap
rendah hati dan tidak bersikap takabbur. Bersikap tawadhu dan rendah hati dicontohkan
oleh kiai dan asatidz dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan santri agar santri tidak
hanya menerima teori saja tetapi prakteknya pun diajarkan sehingga sikap yang diinginkan
itu dapat terlaksana dan terpenuhi. Sikap tersebut terbukti dengan hasil observasi yang
telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 7 dan 10 Juni 2022, pada saat di luar jam
mengaji santri ponpes Al-Hikmah terlihat bersikap rendah hati dan sangat sopan dalam
menerima tamu, terlihat murah senyum dan tidak takabur. Hal tersebut telah menunjukkan
bahwa santri bersikap rendah hati. Ada juga santri yang merasa diri mereka belum
sepenuhnya sempurna dan merasa diri memiliki banyak kekurangan. Pihak pondok
pesantren Al-Hikmah senantiasa mengingatkan kepada para santrinya agar mendahului
kekurangan dan cacat yang ada di dalam dirinya dan menjauhi segala perbuatan yang dapat
menjerumuskan pada perbuatan yang salah. Sehingga kecacatan yang ada pada dalam diri
seorang santri itu tidak terwujud secara nyata, namun hal ini bukan berarti ia mengartikan
dirinya sebagai manusia yang bodoh di hadapan orang-orang dengan bertujuan justru
merendahkan orang lain. Maka hal yang demikian dianggap suatu yang tercela.
Seorang santri yang senantiasa merasa masih memiliki banyak kekurangan dalam
hal ilmu agama ataupun dalam hal berbuat kebaikan tentunya ia akan merasa rendah hati

Faktor : Jurnal Ilmiah Kependidikan (XXXX), X(X), XX-XX


https://doi.org/10.30998/xxxxx
Enter the title of your article here │15

dan tidak akan bersikap sombong. Di ponpes Al-Hikmah santri senantiasa diingatkan
untuk tidak bersifat sombong meskipun telah banyak belajar ilmu agama dan selalu
beramal shalih, dikarenakan hal tersebut akan menjadi sebuah dosa besar dan boomerang
bagi santri di akhirat, sehingga amal shalih yang selalu dikerjakan selama di dunia takkan
lagi berarti di akhirat nanti. Tetapi bukan berarti dengan merasa masih banyak memiliki
kekurangan sehingga membuat santri menjadi meremehkan orang lain. Dalam hubungan
ini Ibn Sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlakul karimah secara
baik, hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya,
dan senantiasa menjauhi untuk tidak berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya itu tidak
berwujud dalam kenyataan (Nata, 2019:142).
Bersikap tawadhu senantiasa diperintahkan agar tetap ditanamkan oleh pengurus
ponpes Al-Hikmah kepada santrinya. Meskipun kedepannya akan menjadi seorang ulama
besar. Karena sikap sombong sekecil biji zarah pun termasuk dosa besar yang dapat
menjerumuskan seseorang ke dalam neraka walaupun orang tersebut merupakan seseorang
yang senantiasa beramal shalih.

C. Meneladani Hal Yang Mulia

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan santri yang bernama Abdul
mengenai bagaimana cara pengurus ponpes Al-Hikmah dalam memberikan sebuah contoh
teladan yang mulia agar ditiru oleh para santrinya. Menurutnya, para jajaran ponpes Al-
Hikmah senantiasa menerapkan perilaku yang harus menjadi teladan dan diterapkan pada
diri setiap santri. Kiai dan asatidz menunjukkan sikap keteladanan setiap saat, baik pada
saat mengaji maupun di luar jam mengaji santri, dan tentunya itu menjadi sebuah cara yang
dirasa cukup efektif mengingat kiai dan asatidz adalah sosok yang selalu diperhatikan oleh
santri. Maka dari itu, santri akan selalu ditampakkan sebuah sikap teladan oleh pihak
ponpes yang diharapkan dapat ditiru dan diamalkan dalam kehidupannya. Pengurus
pondok pesantren Al-Hikmah tidak hanya menunjukkan sikap keteladanan saja, akan tetapi
mereka juga senantiasa membimbing dan mengingatkan santri jika mereka bertindak
sesuatu yang salah, itu dilakukan agar santri menyadari dan ingat bahwa hal tersebut salah.
Kiai dan asatidz juga memerintahkan kepada para senior santri untuk dapat memberikan
contoh yang baik. Hal itu dilakukan karena santri tidak selamanya terawasi oleh pihak
pengurus pondok, maka beban pengawasan santri pada saat di dalam asrama maupun di
luar asrama menjadi tanggung jawab santri yang lebih tua.
Berdasarkan observasi peneliti pada tanggal 7 dan 10 Juni 2022, hal tersebut sejalan
dengan pernyataan di atas bahwa memang santri yang lebih tua selalu membimbing santri-
santri muda dalam berperilaku, contohnya seperti mengingatkan jika ada santri yang
berkata kasar ataupun ada santri yang bertengkar, maka merekalah yang menangani hal
tersebut. Di pondok pesantren Al-Hikmah juga diatur bahwasanya tidak ada santri yang
boleh membawa telepon genggam ke dalam area pondok pesantren, aturan ini diikuti oleh
semua santri, tidak ada santri satupun yang diperkenankan membawa telepon genggam,
walalupun santri itu sendiri sudah sangat senior dan sudah lama mondok di pesantren
tersebut. Hal itu memang dialami oleh Abdul, ia merupakan santri senior yang telah lama
“nyantri” di pondok pesantren Al-Hikmah, menurutnya ia tidak diperbolehkan untuk
membawa telepon genggam, itu dilakukan karena ia sebagai santri senior yang akan selalu
diperhatikan oleh santri muda yang tentunya jika ia melanggar peraturan akan
dikhawatirkan akan ditiru oleh para santri yang lebih muda.

Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia


https://doi.org/10.30998/xxxxx
16│ Author(s)

Rasulullah diutus oleh Allah SWT adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia
dan juga menjadi suri tauladan umat manusia akhir zaman. Disebutkan dalam QS. Al-
Ahzab ayat 21 :

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر‬
َ َ ‫َو َذ َك َر هّٰللا‬
ۗ‫كثِ ْيرًا‬

Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat
dan yang banyak mengingat Allah”.
Sebagai umat muslim yang mencintai Rasulullah SAW maka umat muslim
diwajibkan untuk dapat meneladani hal yang mulia yang telah dicontohkan langsung
olehnya. Meskipun Rasulullah SAW telah tiada selama beberapa abad, tetapi umat muslim
dapat memetik dan meniru hal yang telah dicontohkan oleh Rasul tersebut kepada ulama
yang telah mempelajari ilmu-ilmu akhlak dan perilaku nabi Muhammad SAW melalui
hadits-hadits. Oleh karena itu, langkah tersebut diadopsi oleh ponpes Al-Hikmah kepada
santri untuk dapat mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari tentang bagaimana
perilaku dan kebiasaan nabi semasa hidupnya. Maka para pengurus ponpes Al-Hikmah
dimulai dari kiai sampai kepada asatidz/asatidzah tentunya diwajibkan untuk senantiasa
berperilaku mulia sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW.
Sesuai dengan pembelajaran kitab-kitab yang menceritakan akhlak Rasul yaitu dari hadits-
hadits penjelasan tentang perilaku Rasulullah semasa hidupnya.
Pengimplementasian akhlak Rasulullah SAW oleh santri ponpes Al-Hikmah ke
dalam kehidupannya dapatlah dikatakan cukup baik, sesuai dengan hasil observasi peneliti
dalam pengamatan implementasi akhlak mulia Rasul dalam hal bertata krama, bahwasanya
santri ponpes Al-Hikmah telah memiliki sikap yang sopan, santun dan murah senyum
dalam setiap menyapa tamu ataupun menyapa kepada setiap para ustadz di lingkungan
pesantren. Selain itu, implementasi akhlak Rasul di lingkungan masyarakat oleh beberapa
santri yang telah memnjadi alumni pun dapat dikatakan baik, seperti yang telah diutarakan
oleh Ustadz Epi sebagai ustadz di ponpes Al-Hikmah bahwasanya alumni santri ponpes
Al-Hikmah banyak yang menjadi tokoh ulama saat kembali ke kampung halamannya. Di
antaranya menjadi ustadz, pengurus masjid, perangkat MUI desa atau kecamatan dan lain
sebagainya. Maka dalam hal ini, santri ponpes Al-Hikmah telah mencerminkan
pengaplikasian salah satu akhlak dan kebiasaan Rasulullah yaitu berdakwah, beradab,
ramah dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia di sekitarnya.

D. Memaksakan Diri Untuk Beralam Sholih

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan santri yang bernama Abdul
mengenai bagaimana cara pengurus ponpes Al-Hikmah dalam membuat santrinya agar
selalu memaksakan diri untuk beramal shalih. Menurutnya, pihak pondok pesantren Al-
Hikmah senantiasa memaksakan ibadah sunnah kepada seluruh santrinya agar selalu
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Itu dilakukan dengan cara menerapkan aturan
yang jikalau tidak dilaksanakan maka akan diberikan sanksi ringan. Ibadah Sunnah yang
diharapkan akan selalu diamalkan oleh santri yaitu seperti shalat tahajud, shalat dhuha dan
puasa senin/kamis. Dengan begitu, diharapkan santri menjadi terbiasa dalam mengamalkan

Faktor : Jurnal Ilmiah Kependidikan (XXXX), X(X), XX-XX


https://doi.org/10.30998/xxxxx
Enter the title of your article here │17

apa yang telah dipaksakan dalam beribadah sunnah dan tentunya ibadah yang bersifat
wajib.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Rais Santri yaitu Ustadz Hasan
mengungkapkan hal yang sejalan dengan apa yang diutarakan oleh Abdul santri Al-
Hikmah di atas. Bahwasanya pihak ponpes Al-Hikmah senantiasa membina akhlak santri
dengan menerapkan aturan yang diharapkan dapat menjadi sebuah kebiasaan dalam
mengamalkan ibadah sunnah maupun wajib. Menurutnya beliau berusaha keras agar
peraturan yang telah dibuat dapat dijalankan dengan baik oleh para santrinya. Hingga
akhirnya, apa yang telah dicita-citakan ponpes Al-Hikmah dapat terwujud sesuai dengan
tujuan dan visi misi ponpes yaitu menciptakan santri yang berpribadi luhur dan berakhlak
mulia.
Dalam membina akhlak santri sampai berubah menuju akhlak yang mulia, maka
santri harus senantiasa dipaksakan dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan ibadah
secara rutin. Seperti yang dikatan Abudin Nata (2019:141) bahwasanya akhlak lahiriah
dapat dibina dengan cara paksaan dan secara kontinyu sampai orang yang selalu dipaksa
tersebut tidak lagi merasa dipaksa dan berubah menjadi sebuah kebiasaan. Dalam
pembinaan akhlak santri ponpes Al-Hikmah, santri senantiasa dipaksa untuk melaksanakan
ibadah, menghafal dan belajar. Tentunya ibadah wajib dan Sunnah harus dilaksanakan
seperti sholat dhuha dan shalat tahajud, puasa senin/kamis dan sebagainya. Hal tersebut
dijadikan sebuah peraturan asrama yang wajib dilaksanakan dan menjadi jadwal sehari-
hari santri.
Berdasarkan hasil penelitian yaitu observasi dalam pengamatan kegiatan santri
bahwasanya santri memang telah terbiasa dalam melaksanakan ibadah sunnah seperti
shalat dhuha dan tahajud. Mereka melaksanakan hal tersebut seolah-olah seperti ibadah
yang berhukum wajib untuk dilaksanakan, dan jika mereka lupa karena tidak
melaksanakan ibadah tersebut maka mereka akan merasa sangat menyesal. Sesuai dengan
apa yang telah diutarakan oleh santri yang bernama Abdul dalam sesi wawancara, bahwa
setiap waktu dhuha dan tahajud, ia selalu terbangun dan tergerak hatinya untuk
melaksanakan shalat, karena memang sebelumnya ia sering dipaksa melaksanakan hal
tersebut sehingga lama-kelamaan menjadi sebuah kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan.
Maka dalam hal ini, santri pondok pesantren Al-Hikmah telah melaksanakan segala
sesuatu yang bersifat amalan shalih ke dalam kegiatan sehari-harinya sehingga menjadi
sebuah kebiasaan, dimana kebiasaan tersebut lahir dari pemaksaan, yang tercantum dalam
aturan yang dibuat oleh ponpes Al-Hikmah yaitu diperintahkan untuk selalu memaksakan
diri dalam beramal shalih

Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Akhlak Santri Di Pondok


Pesantren Al-Hikmah Samarang

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan selama di Pondok


Pesantren Al-Hikmah bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam
pembinaan akhlak santri yang menjadikan proses pembinaan akhlak santri menjadi
terbantu dalam pelaksanaannya. Begitu juga terdapat hal yang mengganggu dalam
pembinaan akhlak santri sehingga menyebabkan berbagai kegiatan di dalam pondok
menjadi terkendala. Berikut ini beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat
pembinaan akhlak santri yang terjadi di Ponpes Al-Hikmah, faktor pendukung dan
penghambat ini didapat dari hasil observasi dan wawancara bersama Ustadz Epi sebagai
ustadz di Ponpes Al-Hikmah:

Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia


https://doi.org/10.30998/xxxxx
18│ Author(s)

A. Faktor Pendukung

1. Pengalaman yang baik dari Astidz dalam Membina Akhlak Santri


2. Tegasnya Pihak Ponpes dalam Memerintahkan Santrinya untuk selalu
Mentaati Aturan
3. Fasilta yang memadai
4. Lingkungan di sekitar pesantren yang baik
5. Adanya Motivasi dan Apresiasi Bagi Santri Yang Teladan dan Berprestasi
6. Bimbingan yang terus menerus di setiap saat
7. Terbangunnya Kerjasama yang baik diantara para pengurus pondok
pesantren
8. Menjalankan peraturan dengan baik.

B. Faktor Penghambat

1. Lingkungan Asal Santri Tinggal yang Kurang Baik Sehingga Menyulitkan


Ponpes dalam Membina Akhlak Santri
2. Jenuhnya Santri dalam Melaksanakan Aktifitas Sehari-harinya

Faktor : Jurnal Ilmiah Kependidikan (XXXX), X(X), XX-XX


https://doi.org/10.30998/xxxxx
Enter the title of your article here │19

Kesimpulan

1. Pondok Pesantren Al-Hikmah berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang
dilakukan bahwasanya telah melaksanakan pembinaan akhlak kepada santri dengan baik. Hal
tersebut telah terbukti dengan adanya beberapa alumni santri yang telah berubah menjadi
sosok yang bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya yaitu dengan menjadi seorang tokoh
ulama atau ustadz, berubahnya santri menjadi seseorang yang berakhlakul karimah dan
berwawasan ilmu keagamaan yang lebih dari cukup, yang mana hal tersebut merupakan
sebuah revolusi akhlak dan adab ke arah yang lebih mulia.

2. Bentuk pembinaan akhlak santri di Pondok pesantren Al-Hikmah yaitu dengan cara
mewajibkan kepada santrinya untuk melaksanakan amalan shalih, senantiasa untuk selalu
bersikap rendah hati dan tawadhu, meneladani hal mulia yang telah dicontohkan oleh para
pengurus Pondok Pesantren Al-Hikmah, yaitu dimulai dari Kiai, asatidz/asatidzah, Rais Santri
dan Santri senior. Para jajaran pengurus pondok pesantren tersebut memiliki tugas untuk
senantiasa menebarkan sebuah keteladanan yang mulia sesuai dengan apa yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

3. Faktor pendukung dalam proses pembinaan akhlak santri di pondok pesantren Al-Hikmah
cukuplah memadai untuk mendukung proses pembinaan akhlak santri, dimulai dari para tenaga
pengajar ponpes Al-Hikmah yang telah berpengalaman dalam membina akhlak santri selama
kurang lebih 30 tahun, implementasi program pembinaan akhlak yang dilaksanakan dengan
baik, adanya motivasi dan apresiasi dari ponpes bagi santri yang teladan dan berprestasi,
adanya dukungan dari masyarakat sekitar bagi ponpes Al-Hikmah dalam menjalankan setiap
kegiatan yang dilakukannya, terbangunnya kerjasama yang baik di setiap para pengurus
ponpes dalam menjalankan program pesantren, fasilitas belajar santri yang memadai dan
bimbingan setiap saat kepada santri yang dilakukan ponpes telah mendukung dalam
tercapainya visi, misi dan tujuan Pondok Pesantren Al-Hikmah. Adapun faktor penghambat
pesantren dalam menjalankan programnya, pertama terdapat lingkungan awal santri yang tidak
baik, dan yang kedua adanya rasa jenuh oleh santri karena kegiatan ponpes yang monoton dan
tidak bervariasi di setiap harinya.

Daftar Pustaka

Al-Qur’anul Karim
Abudin Nata. (2019). Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Raja Grafindo Persada.
Bukhari Umar. (2002). Hadis Tarbawi. Amzah.
Daradjat, Zakiah. dkk. (2012). Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara.
Daradjat, Z. (2018). Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara.
Faiqoh. (2003). Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta.
Fuad Ihsan. (2015) Dasar-Dasar Kependidikan. PT. Rineka Cipta.
Haidar Putra Daulay. (2012). Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Di
Indonesia. Kencana Pranada Media Group.
Hamdan Rasyid. (2007). Bimbingan Ulama; Kepada Umara dan Umat. Pustaka Beta.
Ijudin. (2018). Ilmu Pendidikan Islam. Mangga Makmur.

Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia


https://doi.org/10.30998/xxxxx
20│ Author(s)

M. Bahri Gozali. (2001). Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan. Pedoman Ilmu


Jaya.
Mohammad Takdir Ilahi. (2018) Modernisasi Kurikulum Pesantren. IRCiSoD.
Raho Bernard. (2007). Teori Sosiologi Modern. Prestasi Pustaka.
Ramayulis. (2018). Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia.
Rosihan Anwar. (2010). Akhlak Tasawuf. Pustaka Setia.
Soerjono Soekanto. (2009), Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers.Jakarta.
Sugiyono. (2021). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. ALFABETA.
PP No. 55 Tahun 2007
Yatimin Abdullah. (2007). Studi Akhlak. Amzah.
Yasmadi. (2005). Modernisasi Pesantren. QUANTUM TEACHING.
Yunahar Ilyas. (2007). Kuliah Akhlak. LPPI.
Adjat Sudrajat dkk. (2008). Din Al-Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum. UNY Prss.
Herman, H. (2013). Sejarah Pesantren di Indonesia. Al-TA'DIB: Jurnal Kajian Ilmu
Kependidikan.
Ibn Miskawaih, Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq, (Mesir: al-Mathba’ah al-
Mishriyah, 1934)
Imam al-Ghazali, Ihya’Ulum al-Din, Jilid III, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t. 1970)
Munawwaroh, A. (2019). Keteladanan sebagai metode pendidikan karakter. Jurnal
Penelitian Pendidikan Islam, 7(2), 141.
Said, N. M. (2013). Dakwah dan Problematika Umat Islam. Jurnal Dakwah Tabligh, 14(1),
1-23.

Haselton, M. G., & Nettle, D. (2006). The paranoid optimist: An integrative evolutionary
model of cognitive biases. Personality and Social Psychology Review, 10(1), 47-66.
Luthar, S. S., Cicchetti, D., & Becker, B. (2000). The construct of resilience: A critical
evaluation and guidelines for future work. Child Development, 71(3), 543-562.
Schyns, B., & Schilling, J. (2013). How bad are the effects of bad leaders? A meta-analysis
of destructive leadership and its outcomes. The Leadership Quarterly, 24(1), 138-
158.

Faktor : Jurnal Ilmiah Kependidikan (XXXX), X(X), XX-XX


https://doi.org/10.30998/xxxxx

You might also like