Professional Documents
Culture Documents
Prodi Pendidikan Agama Hindu, Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa
Denpasar
E- mail : swariastuti1999@gmail.com
I.Pendahuluan
Sistem pendidikan yang terlalu berorientasi pada nilai yang diperoleh oleh
siswa ternyata menghasilkan dua produk yaitu pembunuhan kreatifitas berpikir
dan berkarya serta hanya menciptakan pekerja. Kurikulum dalam sistem
pendidikan Indonesia memang membuat peserta didik menjadi pintar namun tidak
menjadi cerdas karena sistem pendidikan yang telah berlangsung hingga saat ini
masih cenderung mengeksploitasi pemikiran peserta didik. Selain itu, sistem
pendidikan yang terlalu berorientasi pada nilai adalah mengesampingkan aspek
afektif (merasa) sehingga peserta didik hanya tercetak sebagai generasi- generasi
yang pintar tapi tidak memiliki karakter- karakter yang dibutuhkan oleh bangsa
ini. Sudah 74 tahun semenjak kemerdekaan Indonesia dan setiap tahunnya keluar
ribuan hingga jutaan kaum intelektual namun hal tersebut juga tak kuasa
mengubah nasib bangsa ini.
II.Pembahasan
Di Pasraman Gurukula Bangli, juga ada latihan LCC agama Hindu setiap
mendekati lomba- lomba LCC baik di kampus UNUD maupun UNDIKSHA.
Sehingga selain belajar secara praktek keagamaan, anak- anak pasraman juga
dididik secara formal mengenai ilmu keagamaan Hindu. Dari sekian lomba cerdas
cermat yang sudah diikuti oleh siswa khusunya SMA Gurukula Bangli, telah
banyak menghasilkan piala yang membanggakan. Pasraman Gurukula Bangli
sebagai SMA Gurukula tentu tidak mau kalah dalam hal lomba cerdas cermat
keagamaan ini melihat bahwa pasraman ini yang sudah dikenal dari tahun ke
tahun atas prestasinya di bidang lomba cerdas cermat itu sendiri.
Sebagai lembaga pendidikan Hindu, Pasraman Gurukula Bangli sangat
dikenal oleh masyarakat bukan karena prestasi akademik yang dapat
diperolehnya, namun karena kebersihan lingkungannya dan juga anak- anak
Pasraman Gurukula Bangli sering Ngayah di pura pura terdekat seperti pura
Maniktirta, pura Kehen dan pura yang lainnya. Biasanya anak- anak Pasraman
Gurukula Bangli ngayah megambel, menari, bahkan sampai pada mejejahitan. Hal
inilah yang tentu dapat membantu mengenalkan kepada masyarakat tentang
bagaimana citra dari Pasraman Gurukula Bangli.
Pada buku yang ditulis oleh Subagiasta (2007:6) juga menjelaskan bahwa
penekanan kata “etika” adalah bagaimana hal yang buruk dapat menuju pada
kebaikan, kemuliaan, kebenaran, keutamaan dan yang sejenisnya dalam kaitannya
dengan pengelolaan kependidikan Agama Hindu di Indonesia. Pendapat ini
memberikan gambaran betapa pentingnya ajaran Tata Susila bagi setiap orang
karena berisikan ajaran kepada seorang manusia mengenai acuan bertingkah laku
yang benar. Mengingat hanya manusialah yang memiliki idep, maka manusia juga
yang sangat penting untuk memahami ajaran Tata Susila.
Ajaran tata susila apabila diterapkan pada setiap orang, tentu dapat
mengubah pola perilaku mereka. Bagi mereka yang yang memahami ajaran tata
susila, tentunya akan lebih menghargai orang lain dan melakukan perbuatan yang
berlandaskan pada dharma. Selain itu, dengan mempelajari tata susila akan
mampu membuat seseorang lebih bisa mengendalikan dirinya baik secara rohani
maupun jasmani.
Mengingat pentingnya ajaran Tata Susila, maka ajaran ini banyak dibahas
dalam kitab- kitab suci keagamaan. Naskah- naskah suci Hindu yang memuat
tentang ajaran Tata Susila biasanya membahas mengenai bagaimana ajaran Tata
Susila dalam kehidupan sehari- hari baik pada masyarakat maupun dalam
beragama. Naskah suci Hindu yang memuat tentang ajaran Tata Susila adalah
seperti Veda, Sarasamuscaya, Slokantara, Bhagavadgita dan yang lainnya. Kitab
Sarasamuscaya adalah salah satu kitab yang paling terkenal mengandung banyak
ajaran Tata Susila. Kitab ini berisikan tentang penerapan etika bertingkah laku
dalam kehidupan masyarakat yang berlandaskan ajaran dharma.
Perilaku seseorang dapat menjadi baik maupun buruk dapat dilihat dari
sebuah sloka dalam kitab Sarasamuscaya berikut.
(Sarasamuscaya, sloka 2)
Artinya :
Diantara semua makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah,
yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk, leburlah ke dalam
perbuatan baik, segala perbuatan yang buruk itu, demikian gunanya (pahalanya)
menjadi manusia.
Referensi
http://arjana-stahn.blogspot.com/2009/11/menggagas-eksisitensi-pasraman-
sebagai.html