Professional Documents
Culture Documents
Abstract
There is a lot of stigma in the community regarding the quality of homeschooling learning
that is not as good as formal schools. This study aims to determine learning planning, the
process of learning civic education, the development of nationalism values of students in
Palembang Primagama Homeschooling High School. This research applies qualitative
methods with triangulation techniques. The results of the study show that the learning of civic
education is not much different in terms of planning such as in formal schools, the teacher
prepares plans for implementing learning, prepares material, and conveys the competencies
to be achieved supported by internet technology used by students and teachers. The visible
differences can be seen from the homeschooling learning process in the flexibility of time and
place chosen based on the request of students and parents, more closely between teachers and
students in the learning process because there is only one student and one teacher. The
development of nationalism values is also carried out by schools and teachers through
community classes that are held every Saturday.
Abstrak
I. PENDAHULUAN
Kerangka Teori
Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
penyempurnaan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang semula dikenal
dalam Kurikulum 2006. Dalam kurikulum 2013, PKn berganti nama menjadi PPKn, namun
secara umum antara PPKn dengan PKn memiliki pengertian dan tujuan yang sama. Secara
internasional baik PPKn maupun PKn memiliki satu nama yang tidak pernah berubah yaitu
civic education. PKn secara umum dapat diartikan suatu disiplin ilmu pengetahuan yang
diajarkan tentang bagaimana menjadi warga negara yang baik.
Cogan mengartikan civic education sebagai “the foundational course work in school
designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult live”,
yaitu suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga
negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat (Ganeswara,
dkk, 2008, hlm. 1). Sedangkan menurut Nu’man Somantri (2001, hlm. 299) Pendidikan
Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang
diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari
pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih
siswa berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup
demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Selain Nu’man Somantri masih banyak ahli yang mengutarakan pengertian dari
Pendidikan Kewarganegaraan, diantaranya John Mahoney yang merumuskan:
Civic education includes and involves those teaching, that type of teaching method,
those student activities, those administrative supervisory-which the school may utilize
purposively to make for better living together in the democratic way for
(synonymously) to develop better civic behaviours (Mahoney dalam Nurmalina dan
Syaifullah, 2008: 2).
Menurut pengertian tersebut, ruang lingkup PKn meliputi seluruh kegiatan sekolah
termasuk ekstra kurikuler seperti kegiatan di dalam dan di luar kelas, diskusi, dan organisasi
kegiatan siswa.
Sementara itu ahli lain yang bernama Jack Allen dari buku yang ditulis oleh Komala
Nurmalina, merumuskan batasan atau pengertian civic education sebagai berikut:
Civic education properly defined, as the product of the entire program of the school,
certainly not simply of the social studies program, and assuredly not merely of a
course in civics. But civics has an important function to perform. It confronts the
young adolescent for the first time in his school experience with a complete view of
citizenship function, as right and responsibilities in a democratic context (Allen dalam
Nurmalina dan Syaifullah, 2008, hlm. 2).
Berdasarkan pengertian di atas, civic education atau PKn didalamnya termasuk
pengalaman, minat, kepentingan pribadi, masyarakat dan negara, yang dinyatakan dalam
kualitas pribadi seseorang. Hal ini ditegaskan dengan pendapat Stanley Dimond yang
mengemukakan “civic education in addition has also acquired a board meaning almost
synonymous with desirable personal qualities, which are displayed in human association”.
Berbeda dengan pengertian yang diutarakan oleh Allen tentang civic education, NCSS
(National Council for Social Studies) merumuskan pengertian PKn sebagai berikut:
Civic education is a process comprosing all the positive influences which are intended
to shape a citizen’s view to his role in society. It comes partly from formal schooling,
partly from parental influence, and partly from learning outside the classroom and the
home. Through civic education our youth are helped to gain an understanding of our
national ideals, the common good, and the process of self govermment (dalam
Nurmalina dan Syaifullah, 2008, hlm. 3).
Dari pengetian menurut NCSS di atas, batasan-batasan PKn lebih luas meliputi
pengaruh-pengaruh positif dari: (a) pendidikan di sekolah, (b) pendidikan di rumah, (c)
pendidikan di luar kelas dan sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam
memahami dan mengapresiasi cita-cita nasional, membuat keputusan yang cerdas dalam
berbagai masalah pribadi, masyarakat, dan negara. Serupa dengan pengertian yang diutarakan
oleh NCSS tentang pengertian Pendidikan Kewarganegaraan, Donald W. Robinson dalam
Budimansyah, 2012, hlm. 90). Secara khusus seperti dapat dicermati dalam penjelasan Pasal
37 ayat (1) bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Maka dari itu
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai suatu konsep keilmuan, instrumentasi, dan praktis
pendidikan yang utuh, dapat menumbuhkan civic intelligence, dan civic participation serta
civic responsibility sebagai anak bangsa dan warga negara Indonesia (Winataputra dan
Budimansyah, 2012, hlm. 90).
Selain sebagai pendidikan karakter bangsa, PKn pun memiliki pengertian sebagai
pendidikan pengembangan watak warga negara. Seperti yang diutarakan oleh Ganeswara
bahwa, PKn secara substantif dan pedagogis didesain untuk mengembangkan warga negara
yang cerdas dalam seluruh jalur dan jenjang pendidikan (Ganeswara, dkk. 2011, hlm. 1).
Oleh karena berdasarkan banyaknya pengertian dan batasan-batasan PKn yang telah
disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa PKn atau Pendidikan Kewarganegaraan atau
civic education adalah suatu disiplin ilmu yang memiliki cita-cita untuk menjadikan manusia
menjadi warga negara yang memiliki rasa kecintaan terhadap negaranya serta memiliki
kecerdasan dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.
Nasionalisme
Anderson (2008) melihat nasionalisme sebagai sebuah ide atau komunitas yang
dibayangkan, imagined communities. Dibayangkan karena setiap anggota dari suatu bangsa,
bahkan yang terkecil sekalipun, tidak mengenal seluruh anggota dari bangsa tersebut. Istilah
dibayangkan (imagined) ini penting, menurut Anderson, mengingat bahwa anggota-anggota
dari nation itu kebanyakan belum pernah bertemu satu sama lain, tetapi pada saat yang sama
di benak mereka hidup suatu bayangan bahwa mereka berada dalam suatu kesatuan komuniter
tertentu. Disebabkan terutama hidup dalam bayangan (dalam arti positif) manusia yang juga
hidup dan berdinamika, nasionalisme di sini dimengerti sebagai sesuatu yang hidup, yang
terus secara dinamis mengalami proses pasang surut, naik turun. Pandangan yang demikian
ini mengandaikan bahwa nasionalisme merupakan sesuatu yang hidup, yang secara dinamis
berkembang serta bentuk-bentuk baru sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Nilai
lama dari nasionalisme adalah perjuangan kemerdekaan sedangkan generasi baru akan
suatu kelompok untuk mencapai tujuan politik, yaitu negara nasional (kartodirdjo dalam
Yuliati, 2009: 2). Sebagai doktrin politik, nasionalisme merupakan basis serta pembenaran
ideologis bagi setiap bangsa di dunia untuk mengorganisasi diri dalam entitas-entitas yang
bebas atau otonom, dan entitas itu mengambil bentuk negara nasional yang merdeka (Riff
dalam Yulianti, 2009: 2).
Kendati ada beragam definisi tentang nasionalisme, Hans Kohn sebagaimana dikutip
Adisusilo (2011: 6) menggarisbawahi bahwa esensi “the individual is felt to be due the nation
state” (sikap mental, dimana kesetiaan tertinggi dirasakan sudah selayaknya diserahkan
kepada negara bangsa). Dari beberapa makna nasionalisme di atas dapat ditarik suatu
indikator dari nasionalisme, yaitu: (Kesetiaan terhadap bangsa, Kepeduliaan, Perhatian, Rasa
Tanggung Jawab, Pengabdian/Komitmen, Pengorbanan, Kejujuran, Kesetiaan, Kebebasan,
Kesatuan, Keadilan, dan Kepribadian).
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan
sebuah negara (nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan
nasional, dan nasionalisme juga rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal
maupun eksternal.
Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau gerakan
(bukan negara) yang populer berdasarkan pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan
dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme
mencampuradukkan sebahagian atau semua elemen tersebut. Semangat nasionalisme yang
bisa didapat siswa adalah sebagai berikut: (Belajar dan Berprestasi, Bangga akan Bahasa
Indonesia, Cinta Tanah Air, Patriotisme (menghargai perjuangan para pahlawan, Bangga dan
Melestarikan Kekayaan Budaya Indonesia).
Lembar observasi yang dibuat oleh peneliti untuk dilaksanakan dalam proses penelitian
adalah untuk melihat, mengamati, dan mencatat bagaimana proses pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan yang dilakukan guru dan siswa di Homeschooling Primagama Palembang,
bagaimana pengembangan nilai-nilai nasionalismenya baik dalam pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan maupun pada kegiatan khusus yang diadakan oleh homeschooling
Primagama Palembang.
Semua kegiatan yang dilakukan peneliti, berupa foto-foto serta berbagai dokumen dan
file penunjang saat penelitian dilangsungkan di Homeschooling Primagama Palembang.
Peneliti melihat dan mengambil data dokumentasi terkait dengan pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan dan pengembangan nilai-nilai nasionalisme yang dilaksanakan di SMA
Homeschooling Primagama Palembang. Dokumentasi didapatkan baik secara langsung
melalui foto-foto kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa, dokumentasi
(foto) saat wawancara, dan dokumentasi berupa data-data perencanaan pembelajaran dan
nilai-nilai siswa SMA di homeschooling Primagama Palembang.
Data dan informasi yang terkumpul didapatkan melalui observasi secara langsung
yang telah dilakukan, wawancara terhadap guru Pendidikan Kewarganegaraan, siswa, dan
pihak-pihak yang terkait dalam penelitian. Selain itu dilakukan kegiatan studi dokumentasi
guna mendukung data dan informasi yang diperoleh pada saat melakuan penelitian. Studi
dokumentasi dilakukan dengan menganalisis bagaimana perencanaan pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan di Homeschooling Primagama Palembang, proses pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan, dan pengembangan nilai-nilai nasionalisme. Setelah
mendeskripsikan data dan informasi yang diperoleh pada saat melakukan penelitian,
kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis terhadap data dan informasi tersebut
berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan teori-
teori yang sesuai dengan penelitian ini.
HASIL PENELITIAN
Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMA Homeschooling Primagama
Palembang, peneliti ingin mengetahui bagaimana perencanaan, proses, dan hasil belajar
pendidikan kewarganegaraan yang dilaksanakan oleh guru dan siswa. Guru menyiapkan hal
apa saja yang akan dilakukan ketika proses belajar dan pembelajaran berlangsung, misalnya
guru atau tutor bisa mengadaptasikannya dengan kebutuhan siswa dengan mudah dan
dimanapun, termasuk di rumah. Jadi pembelajaran lebih bersifat individual dimana guru
lebih mudah mengamati penyerapan materi pelajaran oleh siswa.
Jadi, dalam proses pembelajaran bisa lebih intensif dan fokus sebab guru hanya
menjadikan satu objek siswa saja dalam proses pembelajaran. Siswa bisa lebih mudah
bertanya, berdiskusi dan meminta mengulang kembali penjelasan yang disampaikan oleh
guru terkait materi yang dipelajari jika kurang paham atau kurang dimengerti. Proses
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kualitasnya cukup baik. Proses pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan (PKn) sebagian besar dilaksanakan di rumah siswa. Guru fokus
memberikan pembelajaran kepada satu siswa saja dengan waktu yang cukup fleksibel.
Metode yang digunakan guru tidak terlalu variatif, guru lebih dominan menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab.
Guru juga sering menggunakan media pendukung dalam proses pembelajaran
misalnya penggunaan internet untuk melihat video atau gambar yang mendukung materi
yang disampaikan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran tidak terlalu formal
tetapi lebih santai oleh sebab itu guru harus selalu memberikan motivasi kepada siswa untuk
semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Mengenai hasil pembelajaran kualitasnya
juga cukup baik. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru pendidikan
kewarganegaraan pada saat akhir proses pembelajaran. Nilai-nilai siswa pun pada saat
ulangan maupun ujian akhir semester cukup baik. Rata-rata nilai siswa khususnya untuk
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) cukup baik dan mencapai kriteria
ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan oleh Homeschooling Primagama Palembang.
tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar untuk belajar dengan baik demi kemajuan bangsa,
memiliki semangat yang tinggi seperti para pahlawan yang telah memperjuangan negara
Indonesia, dan mengingat selalu hari-hari besar nasional bangsa Indonesia sebagai wujud rasa
cinta kepada tanah air.
Siswa mengatakan bahwa mereka memahami nilai-nilai nasionalisme yakni rasa cinta
mereka terhadap tanah air. Walaupun mereka belajar secara individual tetapi mereka tetap
semangat untuk belajar. Mereka juga mendapatkan nilai-nilai nasionalisme dari guru yang
mengajar pendidikan Kewarganegaraan, dengan mempelajari tentang negara Indonesia mulai
dari dasar negara pancasila, sistem pemerintahan yang ada pada negara Indonesia sehingga
timbul rasa cinta siswa kepada bangsa Indonesia. Selain itu guru selalu menanamkan rasa
kecintaan kepada siswa terhadap bangsa Indonesia dalam setiap kegiatan proses pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan. nilai-nilai nasionalisme penting dimiliki oleh setiap warga
Negara Idonesia tidak terkecuali siswa. Di Homeschooling Primagama Palembang
ditanamkan bagaimana pengamalan nilai-nilai nasionalisme dalam pembelajaran oleh guru
yang mengajar pendidikan kewarganegaraan. Bagaimana siswa mencintai tanah air dengan
semangat belajar, jujur, dan bertanggung jawab. Penanaman nilai-nilai nasionalisme dimulai
dari hal yang sederhana yakni bersungguh-sungguh untuk belajar, semangat mengikuti proses
pembelajaran yang dilaksanakan dan memiliki sikap kejujuran.
Pengembangan nilai-nilai nasionalisme pada mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung siswa bersungguh-sungguh
belajar dengan baik, memperhatikan guru ketika sedang menyampaikan materi pembelajaran,
dan memiliki komitmen terhadap kegiatan pembelajaran yang telah disepakati di rumah atau
di lingkungan Homeschooling Primagama Palembang. Dari beberapa nilai nasionalisme yang
ada, peneliti melihat rasa nasionalisme yang sederhana ada pada diri siswa misalnya; rasa
tanggung jawab, komitmen, kejujuran dan perhatian siswa.
dikumpulkan untuk saling mengenal satu sama lain dengan berbagai perbedaan latar
belakang, kebiasaan budaya, agama, dan etnis.
Dalam kelas komunitas siswa diajarkan untuk saling menghargai satu sama lain
walaupun berbeda-beda budaya, agama, dan kebiasaan karena itu adalah bagian dari
keragamana negara Indonesia. Di kelas komunitas juga siswa diajak untuk bersama-sama
melaksanakan perayaan hari-hari besar nasional bangsa Indonesia, misalnya sekolah
mengadakan lomba peringatan kemerdekaan bangsa Indonesia setiap tanggal 17 Agustus dan
peringatan-peringatan hari besar lainnya. Siswa juga diajak untuk berkunjung ke museum
untuk melihat sejarah bangsa Indonesia pada masa lampau. Berbagai kegiatan sering
dilakukan pada kelas komunitas untuk memupuk rasa nasionalisme sehingga walaupun siswa
tidak melaksanakan pembelajaran di sekolah formal tapi tetap memiliki nilai-nilai
nasionalisme yang tinggi.
Hasil dari kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan didukung dengan
adanya program kegiatan alternatif yakni kelas komunitas telah terlaksana dengan cukup baik.
Walaupun tetap harus terus diadakan evaluasi agar mengalami peningkatan lebih baik.
Terutama bagi guru pendidikan kewarganegaraan untuk lebih bisa menggali potensi diri
dalam menyampaikan pembelajaran PKn dan menanamkan nilai-nilai nasionalisme supaya
mudah diterima oleh siwa.
III. KESIMPULAN
Dalam penelitian ini didapatkan hasil yaitu bagaimana pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan, mulai dari perencanaan, proses pembelajaran, dan hasil pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan. Bagaimana pengembangan nilai-nilai nasionalisme siswa pada
mata pelajaran pendidian kewarganegaraan, bagaimana pengembangan nilai-nilai
nasionalisme melalui kegiatan program khusus yang dilaksanakan, dan hasil nilai-nilai
nasionalisme yang diapatkan siswa. Hasil yang didapatkan berdasarkan rumusan masalah
tersebut bahwa guru pendidikan kewarganegaraan Homeschooling Primagama Palembang
telah membuat perencanaan pembelajaran sebelum kegiatan dilaksanakan dengan cukup baik,
dalam perencanaan pembelajaran tersebut terdapat materi, metode, media, sumber dan
evaluasi belajar.
Proses pembelajaran yang dilakukan juga cukup baik, walaupun sebagian besar
proses pembelajaran dilaksanakan di rumah siswa secara individu namun guru tetap fokus
memberikan materi pembelajaran kepada siswa secara intensif dan metode yang sering
digunakan guru adalah metode ceramah dan tanya jawab. Hasil belajar tergolong baik, standar
penilaian yang diberikan kepada siswa juga sesuai dengan kebijakan pihak homeschooling.
Tidak ada peraturan khusus dari pemerintah maupun pihak Dinas Pendidikan di daerah.
Namun dalam penilaian hasil ujian akhir nasional atau kelulusan siswa harus sesuai dengan
ketentuan pemerintah untuk ujian kesetaraan, sebab standar kelulusan diatur dan ditetapkan
oleh pemerintah.
Pengembangan nilai-nilai nasionalisme dilakukan oleh guru dalam proses
pembelajaran dengan memotivasi dan mengingatkan bagaimana semangat nasionalisme pada
siswa selain itu untuk mendukung pengembangan nilai-nilai nasionalisme diadakan kelas
komunitas setiap hari Sabtu dengan berbagai macam kegiatan misalnya; berkunjung ke
museum, memperingati hari-hari besar nasional dan berkumpulnya siswa bersama-sama
dengan berbagai perbedaan untuk belajar bersama. Hasil nilai-nilai nasionalisme juga
didapatkan siswa baik melalui proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang
disampaikan guru maupun melalui kelas komunitas. Siswa memiliki rasa tanggung jawab
untuk belajar dengan baik, memiliki rasa kepedulian, perhatian, komitmen/pengabdian,
kejujuran, kesetiaan, kesatuan dan keadilan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan di sekolah menengah atas (SMA) homeschooling primagama
Palembang, pengembangan nilai-nilai nasionalismenya terlaksana dengan baik.
REFERENSI
Poerwadarminta, WJS. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen P dan K, PN. Balai Pustaka, Jakarta.
Ranjabar, Jacobus. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia, Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Santosa, Ayi Budi & Encep Supriatna. (2008). Sejarah Pergerakan Nasional (Dari Budi
Utomo 1908 Hingga Proklamasi Kemerdekaan 1945). Bandung: Jurusan Pendidikan
Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan
Indonesia.
Sarwono, J. (2013) Mixed Methods, Cara Menggabungkan Riset Kuantitatif dan Riset
Kualitatif Secara Benar. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sternberg, dkk (2011). Applied Intelligence. [Diterjemahankan]: Kecerdasan Terapan. Ahi
Bahasa: Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. (Cetakan ke 23). Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Sinar Grafika Offiset.
Somantri, Nu’man. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Tim Puspendik. (2012). Analisis Hasil Belajar Peserta Didik dalam Literasi Membaca Melalui
Studi Internasional PIRLS 2011. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan, Badan
Penelitian dan Pengembangan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
The ASEAN Secretariat. (2014). ASEAN State Of Education Report 2013. Jakarta: The
ASEAN Secretariat Public Outreach and Civil Society Division.
UNESCO Institute for Statistics. (2008). International Literacy Statistics: A Review of
Concepts, Methodology and Current Data. Canada: Succursale Centre-Ville Montreal,
Quebec.
Usman, & Akbar. (2009). Metodologi Penelitian Sosial. (Cetakan ke-2). Jakarta: Bumi
Aksara.
Winatapurta, U. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Pendidikan Untuk
Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Winataputra, U. & Budimansyah, D. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif
Internasional. Bandung: Widya Aksara Press.
Wuryan, Sri., dan Syaifullah. (2006). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung:
Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.