You are on page 1of 13

Aktualisasi Akhlak dalam PAI

AKTUALISASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA


SEKOLAH UMUM

Dwi Banawi, Surabaya, Indonesia


UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA, SIDOARJO, INDONESIA
banawi.dewi@gmail.com

Abstract

Based on QS. Al Baqarah [2]: 31


‫ال اَ ۡۢننبِـ ُ ۡٔونِ ۡی بِا َ ۡس َمآ ِء بُآَل ِءنِ ٰندقِ َمآ ِء ۡقنِ ٰندق‬ ٓ
َ َ‫ضہُمۡ َعلَی ۡال َم ٰلئِ َک ِۃ ۙ فَق‬
َ ‫َو عَلَّ َم ٰا َد َم ااۡل َ ۡس َمآ َء ُکلَّہَا ثُ َّم َع َر‬
"And He taught Adam the names (objects) all of them, then He showed them to the
angels, saying," Call me the names of all these (objects), if you are right! "

In essence, education is a human effort to humanize man himself


The role of religious education, especially Islamic religious education, is very
strategic in realizing the character formation of students. Religious education is a
means of transforming knowledge in the religious aspect (cognitive aspects), as a
means of transforming norms and moral values that shape attitudes (affective aspects),
which play a role in controlling behavior (psychomotor aspects) so that a whole human
personality is created through the process of guidance and care.
The problems that arise when the application of Religious Education in schools
are problems related to students because they are the parties that are fostered to be fully
human, both in family life, school and in society The formation of noble character or
morals is needed in building an orderly, safe society and prosperous, therefore
character values (noble charakter) become an important foundation for the formation
of a civilized and prosperous society.

Key words: Actualization, character, noble character, problematics, education

1
Abstrak

Berdasarkan QS. Al Baqarah [2]: 31

ٰ ۡ‫ضہُمۡ َعلَی ۡال َم ٰلٓئِ َک ِۃ ۙ فَقَا َل اَ ۡۢنبِٔـُـ ُۡٔونِ ۡی بِا َ ۡس َمٓا ِء ٰۤہؤُٓاَل ِء اِ ۡن ُک ۡنتُم‬
َ‫ص ِدقِ ۡین‬ َ ‫َو َعلَّ َم ٰا َد َم ااۡل َ ۡس َمٓا َء ُکلَّہَا ثُ َّم َع َر‬

“ Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia
perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman,“Sebutkan kepada-Ku nama semua
(benda) ini, jika kamu yang benar!”1

Pada hakikatnya pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusia-kan


manusia itu sendiri

Peran pendidikan agama khususnya pendidikan agama Islam sangatlah strategis


dalam mewujudkan pembentukan karakter peserta didik. Pendidikan agama merupakan
sarana transformasi pengetahuan dalam aspek keagamaan (aspek kognitif), sebagai
sarana transformasi norma serta nilai moral yang membentuk sikap (aspek afektif), yang
berperan dalam pengendalian prilaku (aspek psikomotorik) sehingga tercipta
kepribadian manusia seutuhnya melalui proses bimbingan dan pengasuhan.

Problematika yang muncul ketika diterapkan Pendidikan Agama di sekolah


adalah Problem yang berkaitan dengan peserta didik karena merupakan pihak yang
dibina untuk dijadikan manusia yang seutuhnya, baik dalam kehidupan keluarga,
sekolah maupun dalam masyarakat Pembentukan karakter atau akhlak mulia diperlukan
dalam membangun sebuah masyarakat yang tertib, aman dan sejahtera, oleh karena itu
nilai-nilai karakter (akhlak mulia) menjadi pondasi penting bagi terbentuknya sebuah
tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera.

1
Alquran dan Terjemahnya (Khadim al Haramain asy Syarifain, 1971),

Dwi Banawi, NIM. 19.6.8.1596 2


Aktualisasi Akhlak dalam PAI

Kata kunci : Aktualisasi, Karakter, akhlak mulia, problematika, pendidikan


A. Pendahuluan

Pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum diselenggarakan


dilandasi dengan ketentuan hukum sebagai berikut:
 Landasan filosofis berupa butir-butir yang terdapat dalam Pancasila dan
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
 Landasan yuridis adalah Undang-undang Dasar 1945 terutama pasal 29 dan
 ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk mencapai kompetensi yang


diharapkan dapat membuahkan sikap mental cerdas, penuh tanggung jawab dengan
perilaku:
1. Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
2. Berbudi luhur, berpikir logis
3. Bersikap rasional, dinamis
4. Berpandangan luas, partisipasi antar umat beragama
5. Aktif memanfaatkan iptek dan seni untuk kepentingan nasional

Memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan ajaran Islam, bersikap inklusif, rasional dan filosofis dalam rangka
menghormati orang lain dalam hubungan kerukunan dan kerjasama antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional

B. Pembahasan

Menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum


Negeri (Ditbinpaisun) adalah suatu usaha bimbingan dan pengasuhan terhadap
peserta didik agar kelak setelah selesai dari pendidikan dapat memahami hal-hal

3
yang terkandung di dalam ajaran Islam secara keseluruhan, menghayati makna,
maksud dan tujuannya serta dapat mengamalkan atau menjadikan ajaran Islam yang
telah dianutnya sebagai pandangan hidup sehingga dapat menyelamatkan dirinya
baik di dunia maupun di akhirat.2
Pendidikan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,
memberikan makna perlunya pengembangan seluruh dimensi aspek kepribadian
seluruh makna perlunya pengembangan seluruh dimensi aspek kepribadian
seluruhnya secara seimbang dan selaras. Konsep manusia seutuhnya harus
dipandang memiliki unsur jasad, akal, dan kalbu serta aspek kehidupan sebagai
makhluk indiviudu, sosial, susila, dan agama.Kesemuanya harus berada dalam
kesatuan integralistik yang bulat. Sehingga antara guru dan orang tua sebagai
pendidik harus saling mengadakan pertukaran pemikiran dan pendapat tentang anak
didiknya dan itu merupakan kegiatan pedagogis yang sangat penting artinya bagi
usaha menyukseskan pendidikan agama. Itulah upaya aktualisasi pendidikan agama
yang terkadang masih mengalami problematika.3

1. Fungsi Pendidikan Agama di sekolah


fungsi Pendidikan Agama di sekolah Umum yaitu; (1) Pengembangan, yakni
meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah
ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Upaya ini dapat dilakukan melalui bimbingan,
pengajaran dan pelatihan; (2) Penyaluran, yakni menyalurkan peserta didik yang
memiliki bakat khusus di bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara
optimal; (3) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangankekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam hal keyakinan,
pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari; (4) Pencegahan,
yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau dari budaya lain yang dapat
membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia
seutuhnya; (5) Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik

2
Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara,1992: 88)
3
Suyuthi Pulungan, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2019:329-330)

Dwi Banawi, NIM. 19.6.8.1596 4


Aktualisasi Akhlak dalam PAI

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai
dengan ajaran Islam.4

2. Hasil analisis Sesuai karakteristik penelitian tindakan.


Pembentukan karakter atau akhlak mulia diperlukan dalam membangun sebuah
masyarakat yang tertib, aman dan sejahtera, oleh karena itu nilai-nilai karakter
(akhlakmulia) menjadi pondasi penting bagi terbentuknya sebuah tatanan masyarakat
yang beradab dan sejahtera. Kesadaranakan pembentukan karakter harus dimulai
sejakanak usia dini.5 Keberhasilan penelitian ditandai dengan adanya perubahan yang
lebih baik secara proses pembiadaan maupun peningkatan hasil. Sebagai indikator
keberhasilan yang dicapai siswa dalam (secara kognitif, afektif dan psikomotorik) yang
ditandai dengan berkembangnya nilai-nilai Akhlakul Karimah, ini dibatasi sebagai
berikut :
a. Nilai Ketaatan Beribadah, merupakan nilai-nilai kepatuhan seseorang yang
tertuang sebagai pilihan sikap seseorang tersebut terhadap aturan dari Tuhan, dalam
sebuah konteks tertentu yang tertuang dalam kehidupannya. Taat dalam
menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan. Dalam hal ini peserta didik
menjalankan tugasnya sebagai siswa, yakni disiplin menjalankan sholat wajib lima
waktu, berdoa sebelum bekerja dan melakukan sesuatu, belajar dengan baik, hormat
pada guru, orangtua, orang yang lebih tua, dan teman-teman. Mampu berterima
kasih dan bersyukur, menghormati dan mencintai Tuhan Yang Maha Esa yang
diwujudkan dengan ibadah dan doa.
b. Nilai Kejujuran, Sikap dan perilaku untuk bentindak dengan sesungguhnya dan apa
adanya, tidak berbohong, tidak dibuat-buat, tidak ditambah dan tidak dikurangi, dan
tidak menyembunyikan kejujuran, mengakui kelebihan orang lain. Mengakui
kekurangan, kesalahan, atau keterbatasan diri sendiri. Memilih cara-cara terpuji

4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke-4, Jakarta: Kalam Mulia, 2005:21-22)
5
Kemendiknas. Pedoman Pendidikan Karakter pada Pendidikan Anak Usia Dini. Direktorat
Pembinaan PAUD Direktorat Jenderal PAUD, Nonformal, dan Informal Kemendiknas, 2011:3)

5
dalam menempuh ujian, tugas, atau kegiatan lain untuk tidak berbohong dan berhati
lurus.
c. Nilai Tanggung Jawab, diartikan dengan mengerjakan tugas-tugas dengan
semestinya. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya ia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Menghindarkan diri
dari sikap menyalahkan orang lain. Tidak melemparkan persoalan kepada orang lain.
Memahami dan menerima resiko atau akibat dari suatu tindakan baik bagi diri
maupun orang lain.

Nilai-nilai karakter akhlak mulia tersebut diterapkan dengan kegiatan pembiasaan dalam
kehidupan sehari-hari
Tabel
Nilai-nilai Karakter Akhlak Mulia
NO
. DIMENSI NILAI INDIKATOR
a.Melaksanakan Rukun Islam dan Rukun Iman
1. Ketaatan Beribadah semampunya
    b. Sholat tepat waktu
    c. Berdoa sebelum/sesudah bekerja
    d. Rajin membaca Al-Qur’an
    e. Sholat dhuha berjamaah
    f. Menghormati orang lain
    g. Bersyukur karena dapat bersekolah
    h. Mengucap hamdalah atas nikmat Allah
    i. Berdoa jika ketakutan
    j. Mengucap istigfar bila telah berbuat salah
    k. Gemar menolong orang lain
     
2. Tanggung jawab a. Menyerahkan tugas sesuai jadwal yang diberikan
    b. Tidak mengerjakan PR di kelas
    c. Melaksanakan tugas dengan penuh kesadaran
    d. Mengerjakan tugas dengan teliti
    e. Mengerjakan tugas dengan usaha sendiri

Dwi Banawi, NIM. 19.6.8.1596 6


Aktualisasi Akhlak dalam PAI

NO
. DIMENSI NILAI INDIKATOR
    f. Tidak berpura-pura sakit saat tidak membuat tugas
    g. Mengembalikan barang yang dipinjam
    h. Menjaga ketertiban di kelas
    i. Tidak menyalahkan orang lain
    j. Mau menerima resiko akibat kesalahan sendiri
    k. Tidak lari dari kesalahan sendiri
    l. Menepati janji bila berjanji
    m.Tidak malu bertanya jika tidak mengerti sesuatu
    n. Tidak meninggalkan pelajaran tanpa izin guru
    o. berusaha mendapatkan alat/bahan yang ditugaskan
     
a. Tidak menambah/mengurangi informasi/kejadian
3. Kejujuran sebenarnya
    b. Berbicara sesuai fakta
    c. Mengakui kelebihan orang lain
    d. Mengakui kesalahan sendiri
    e. Tidak mencontek jawaban teman saat ujian
    f. Tidak mencontek jawaban di buku saat ulangan
    g. Tidak curang dalam permainan
    h. Tidak memakai barang orang tanpa izin
    i. Berterus terang pada guru bila melalaikan tugas
    j. Membayar barang yang dibeli
    k. Mengambalikan kelebihan uang kembalian
    l. Mengumumkan barang hilang yang ditemukan
m. Menyerahkan kepada guru bila menemukan barang
    orang lain.
    n. Menyampaikan salam orang tua pada guru
    o. Tidak berbohong untuk menghindari sanksi

Terkait dengan karakter siswa (Ketaatan Beribadah, Kejujuran, dan Tanggung


Jawab), dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Ketaatan Beribadah
Yang belum dilakukan siswa:
• Terbiasa melaksanakan sholat lima waktu, tepat waktu.
• Terbiasa membaca Al-Qur-an.

7
• Terbiasa sholat berjamaah di sekolah.
• Cenderung hormat pada guru di sekolah ketimbang orang tua atau orang lain.
• Belum ada inisiatif sendiri menolong orang lain.
• Belum berdoa jika ketakutan dan istigfar bila melakukan kesalahan.
Yang sudah dilakukan siswa:
• Baru sholat tiga waktu yaitu: Dzuhur, Magrib dan Isya saja itupun kadang
terlambat dan disuruh orang lain.
• Sudah berdoa sebelum belajar, namun belum terbiasa berdoa sebelum
melakukan sesuatu.
b) Kejujuran
Yang belum dilakukan siswa:
• Takut untuk menceritakan suatu kejadian apalagi yang tragis.
• Mengakui kesalahan sendiri, apalagi mengakui kelebihan teman.
• Mengumumkan barang hilang yang ditemukan dan menyerahkan barang yang
ditemukan kepada guru.
• Belum ada siswa yang berterus terang pada guru, karena melalaikan tugas.
Yang sudah dilakukan siswa:
• Terhadap suatu kejadian kadang siswa menceritakannya berlebih-lebihan.
• Masih ada yang mencontek jawaban teman saat ujian berlangsung.
• Dalam permainan atau pembelajaran masih ada siswa yang ingin menang
sendiri.
• Masih ada yang berbohong untuk menghindari sanksi guru.
c) Tanggung Jawab
Yang belum dilakukan siswa:
• Mengumpulkan tugas/PR tepat waktu.
• Belum banyak siswa yang berusaha untuk mendapatkan alat dan bahan yang
disuruh oleh guru justru banyak siswa yang tidak masuk sekolah karena tidak
membuat/membawa tugas dengan berpura-pura sakit.

Yang sudah dilakukan siswa:

Dwi Banawi, NIM. 19.6.8.1596 8


Aktualisasi Akhlak dalam PAI

• Masih banyak siswa yang: ribut saat belajar, menyalahkan orang lain, tidak mau
menerima resiko bila berbuat salah dengan jalan menangis, malu dan tidak mau
bertanya karena tidak paham pelajaran.
• Hal yang tampak mencuat pada tahap ini adalah siswa sangat ingat janji, bila
guru berjanji padanya.

C. Problematika Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum


Sebagaimana kita ketahui, bahwa Indonesia sebagai salah satu negara yang
penduduknya mayoritas beragama Islam dan tentu memiliki keunikan dalam
tranformasi nilai-nilai keislaman kepada pemeluknya. Sehingga terjadi dinamika
pemikiran sebagaimana pada aktualisasi Pendidikan Agama di atas. Menurut Adnan
Mahdi, “Indonesia ternyata memiliki sebuah sistem pendidikan yang khas dan unik
bernama pesantren. Dikatakan khas karena pendidikan model pesantren hanya
berkembang pesat di Indonesia. Sementara di negara lain akan sulit ditemukan model
pendidikan pesantren ini. Sedangkan yang dimaksud unik, karena pesantren memiliki
karakteristik khusus yang tidak dimiliki secara lengkap oleh sekolah-sekolah umum,
seperti kyai, santri, pondok, kitab kuning, dan masjid.Selain kekhasan serta keunikan
tersebut, ternyata pesantren jugamerupakan pendidikan Islam asli produk Indonesia.
Bahkan ada yang mengatakan bahwa pesantren itu adalah “bapak” pendidikan Islam di
Indonesia.6
Pendidikan paling tidak mengembangkan tiga dimensi individu manusia yaitu
dimensi pikir (akliyah), dimensi dzikir (hati) dan dimensi body (jasadiah). Ketiga aspek
inilah yang akan diolah oleh pendidikan. Dengan kata lain pendidikan akan
mengembangkan tiga H yaitu head, hand, and heart. Dengan demikian pula pendidikan
merupakan alat atau media dalam mengembangkan seluruh dimensi manusia.7
Problematika dalam pendidikan Agama antara lain, sebagai berikut;
Pertama: Pendidikan dapat pula dilihat dari aspek sosial, yakni pendidikan sebagai
pewarisan budaya atau pewarisan nilai (transfer of value). Sebagai pewarisan budaya,
6
Adnan Mahdi, Sejarah Peran Pesantren, Jurnal: JIE Vol. II Nomor 1 April 2013
7
A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam Kementerian
Agama, 2012), 12

9
pendidikan tentunya ditentukan oleh budaya yang dikembangkan masyarakat. Dan
karena masyarakat itu berkembang maka dapat dipastikan bahwa pendidikan juga akan
mengalami perkembangan. Ya, sesuai dengan pola pikir atau nilai yang berkembang
tentunya. Sebagai pewarisan budaya tentunya pendidikan dipengaruhi oleh budaya, dan
budaya yang dikembangkan dipengaruhi oleh filsafat budaya yang ada. Dalam hal ini
yang menjadi permasalah adalah sudahkah pendidikan, terutama Pendidikan Agama
menjadi transfer of value dalam kehidupan. Kedua: Pendidikan juga dapat dilihat
sebagai sebuah alat untuk memecahkan permasalahan manusia. Sebagai pemecah
masalah pendidikan tentunya perlu mengetahui dan pasti tahu permasalahan manusia
itu. Permasalahan manusia itu biasanya negatif-negatif, antara lain kebodohan,
kemiskinan, keterbelakangan, kejahatan, kekerasan dan banyak lagi lainnya. Dalam hal
ini yang menjadi permasalahan adalah, bahwa masih merebaknya permasalahan
kemiskinan, keterbelakangan, kejahatan, kekerasan dan lainnya. Ketiga: Pendidikan
juga berbicara tentang manusia. Manusia dan pendidikan tidak dapat dilepaskan sebab
yang mendidik adalah manusia, yang menerima pendidikan juga manusia. Pendidikan
berharap mengembangkan manusia. Manusia mengembangkan manusia lewat
pendidikan. Jadi sangat erat hubungannya. Yang dikembangkan manusia lewat
pendidikan adalah kepribadian dan cara manusia menghadapi hidup ini. Pendidikan
membekali manusia keterampilan untuk hidup. Dan memang isi pendidikan itu ada tiga
yaitu pengajaran, bimbingan dan pelatihan.8
Problematika yang muncul ketika diterapkan Pendidikan Agama di sekolah adalah:
1. Problem anak didik. Problem yang berkaitan dengan anak didik perlu
diperhatikan, dipikirkan, dan dipecahkan, karena anak didik merupakan pihak
yang dibina untuk dijadikan manusia yang seutuhnya, baik dalam kehidupan
keluarga, sekolah maupun dalam masyarakat.9 problem anak didik antara lain
kemampuan ekonomi keluarga, intelenginssia, bakat dan minat, perkembangan
dan pertumbuhan, kepribadian, sikap, pergaulan, dan kesehatan.10

8
Ibid, 13
9
Hujair, Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani Indonesia (Yogyakarta: Safiria
Insani Press, 2003)
10
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke-4 (Jakarta: Kalam Mulia, 2004)

Dwi Banawi, NIM. 19.6.8.1596 10


Aktualisasi Akhlak dalam PAI

2. Problem Pendidik. Pendidik dalam Pendidikan Agama Islam dituntut untuk


komitmen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya. Seseorang
dikatakan professional, bilamana pada dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi
terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta
sikap continous improvement, yakni selalu berusaha memperbaiki dan
memperbaharui model model yang sesuai dengan tuntutan zamanya, yang
dilandasi oleh kesadaran tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan
generasi penerus yang akan hidup pada masa zamanya.11
3. Problem Kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena kurikulum merupakan alat
untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. 12 Di samping
probematika di atas ada problem evaluasi, managemen, sarana prasarana, dan
lingkungan, yang bisa dibahas dalam pembahas lainnya untuk membatasi makalah
yang singkat ini.
PENUTUP

Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk memperkuat iman dan ketakwaan


terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan ajaran Islam, bersikap inklusif, rasional
dan filosofis dalam rangka menghormati orang lain dalam hubungan kerukunan dan
kerjasama antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan
nasional
Pendekatan ini mengandung pelajaran pelatihan yang efektif untuk membentuk
kepribadian, sikap dan perilaku manusia berdasarkan pengalaman dan pembiasaan.
Atasi problematika peserta didik secara instrinsik maupun ekstrinsik, untuk
pendidik lakukan peningkatan etos kinerja pendidik secara seimbang, dan untuk
kurikulum tingkatkan dengan memberikan kurikulum yang baik dan sesuai dengan

11
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah (Bandung, Remaja
Rosda Karya, 2004)
12
Ramayulis, ibid

11
harkat dan martabat manusia. Ketiga hal tersebut merupakan pokok penyelesaian
problematika pendididikan

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia asy, 1997)

Alquran dan Terjemahnya (Khadim al Haramain asy Syarifain, 1971)

Dauly, Haidar Putra, 2009, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta:


Rineka Cipta

Dwi Banawi, NIM. 19.6.8.1596 12


Aktualisasi Akhlak dalam PAI

Hermawan, A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat


Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.Hermawan, 2012)

Hujair, Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani Indonesia,


(Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2003)

Kemendiknas. Pedoman Pendidikan Karakter pada Pendidikan Anak Usia Dini.


Direktorat Pembinaan PAUD Direktorat Jenderal PAUD, Nonformal, dan Informal
Kemendiknas, 2011.

Mahdi, Adnan, Jurnal: JIE Vol. II Nomor 1 April 2013, Sejarah Peran Pesantren,

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,


(Bandung, Remaja Rosda Karya, 2004)

Pulungan, Suyuthi, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2019)

Ramayulis, 2004, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke-4, Jakarta: Kalam Mulia

Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara,1992)

13

You might also like