Professional Documents
Culture Documents
Abstract
1
Abstrak
ٰ ۡضہُمۡ َعلَی ۡال َم ٰلٓئِ َک ِۃ ۙ فَقَا َل اَ ۡۢنبِٔـُـ ُۡٔونِ ۡی بِا َ ۡس َمٓا ِء ٰۤہؤُٓاَل ِء اِ ۡن ُک ۡنتُم
َص ِدقِ ۡین َ َو َعلَّ َم ٰا َد َم ااۡل َ ۡس َمٓا َء ُکلَّہَا ثُ َّم َع َر
“ Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia
perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman,“Sebutkan kepada-Ku nama semua
(benda) ini, jika kamu yang benar!”1
1
Alquran dan Terjemahnya (Khadim al Haramain asy Syarifain, 1971),
Memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan ajaran Islam, bersikap inklusif, rasional dan filosofis dalam rangka
menghormati orang lain dalam hubungan kerukunan dan kerjasama antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional
B. Pembahasan
3
yang terkandung di dalam ajaran Islam secara keseluruhan, menghayati makna,
maksud dan tujuannya serta dapat mengamalkan atau menjadikan ajaran Islam yang
telah dianutnya sebagai pandangan hidup sehingga dapat menyelamatkan dirinya
baik di dunia maupun di akhirat.2
Pendidikan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,
memberikan makna perlunya pengembangan seluruh dimensi aspek kepribadian
seluruh makna perlunya pengembangan seluruh dimensi aspek kepribadian
seluruhnya secara seimbang dan selaras. Konsep manusia seutuhnya harus
dipandang memiliki unsur jasad, akal, dan kalbu serta aspek kehidupan sebagai
makhluk indiviudu, sosial, susila, dan agama.Kesemuanya harus berada dalam
kesatuan integralistik yang bulat. Sehingga antara guru dan orang tua sebagai
pendidik harus saling mengadakan pertukaran pemikiran dan pendapat tentang anak
didiknya dan itu merupakan kegiatan pedagogis yang sangat penting artinya bagi
usaha menyukseskan pendidikan agama. Itulah upaya aktualisasi pendidikan agama
yang terkadang masih mengalami problematika.3
2
Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara,1992: 88)
3
Suyuthi Pulungan, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2019:329-330)
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai
dengan ajaran Islam.4
4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke-4, Jakarta: Kalam Mulia, 2005:21-22)
5
Kemendiknas. Pedoman Pendidikan Karakter pada Pendidikan Anak Usia Dini. Direktorat
Pembinaan PAUD Direktorat Jenderal PAUD, Nonformal, dan Informal Kemendiknas, 2011:3)
5
dalam menempuh ujian, tugas, atau kegiatan lain untuk tidak berbohong dan berhati
lurus.
c. Nilai Tanggung Jawab, diartikan dengan mengerjakan tugas-tugas dengan
semestinya. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya ia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Menghindarkan diri
dari sikap menyalahkan orang lain. Tidak melemparkan persoalan kepada orang lain.
Memahami dan menerima resiko atau akibat dari suatu tindakan baik bagi diri
maupun orang lain.
Nilai-nilai karakter akhlak mulia tersebut diterapkan dengan kegiatan pembiasaan dalam
kehidupan sehari-hari
Tabel
Nilai-nilai Karakter Akhlak Mulia
NO
. DIMENSI NILAI INDIKATOR
a.Melaksanakan Rukun Islam dan Rukun Iman
1. Ketaatan Beribadah semampunya
b. Sholat tepat waktu
c. Berdoa sebelum/sesudah bekerja
d. Rajin membaca Al-Qur’an
e. Sholat dhuha berjamaah
f. Menghormati orang lain
g. Bersyukur karena dapat bersekolah
h. Mengucap hamdalah atas nikmat Allah
i. Berdoa jika ketakutan
j. Mengucap istigfar bila telah berbuat salah
k. Gemar menolong orang lain
2. Tanggung jawab a. Menyerahkan tugas sesuai jadwal yang diberikan
b. Tidak mengerjakan PR di kelas
c. Melaksanakan tugas dengan penuh kesadaran
d. Mengerjakan tugas dengan teliti
e. Mengerjakan tugas dengan usaha sendiri
NO
. DIMENSI NILAI INDIKATOR
f. Tidak berpura-pura sakit saat tidak membuat tugas
g. Mengembalikan barang yang dipinjam
h. Menjaga ketertiban di kelas
i. Tidak menyalahkan orang lain
j. Mau menerima resiko akibat kesalahan sendiri
k. Tidak lari dari kesalahan sendiri
l. Menepati janji bila berjanji
m.Tidak malu bertanya jika tidak mengerti sesuatu
n. Tidak meninggalkan pelajaran tanpa izin guru
o. berusaha mendapatkan alat/bahan yang ditugaskan
a. Tidak menambah/mengurangi informasi/kejadian
3. Kejujuran sebenarnya
b. Berbicara sesuai fakta
c. Mengakui kelebihan orang lain
d. Mengakui kesalahan sendiri
e. Tidak mencontek jawaban teman saat ujian
f. Tidak mencontek jawaban di buku saat ulangan
g. Tidak curang dalam permainan
h. Tidak memakai barang orang tanpa izin
i. Berterus terang pada guru bila melalaikan tugas
j. Membayar barang yang dibeli
k. Mengambalikan kelebihan uang kembalian
l. Mengumumkan barang hilang yang ditemukan
m. Menyerahkan kepada guru bila menemukan barang
orang lain.
n. Menyampaikan salam orang tua pada guru
o. Tidak berbohong untuk menghindari sanksi
7
• Terbiasa sholat berjamaah di sekolah.
• Cenderung hormat pada guru di sekolah ketimbang orang tua atau orang lain.
• Belum ada inisiatif sendiri menolong orang lain.
• Belum berdoa jika ketakutan dan istigfar bila melakukan kesalahan.
Yang sudah dilakukan siswa:
• Baru sholat tiga waktu yaitu: Dzuhur, Magrib dan Isya saja itupun kadang
terlambat dan disuruh orang lain.
• Sudah berdoa sebelum belajar, namun belum terbiasa berdoa sebelum
melakukan sesuatu.
b) Kejujuran
Yang belum dilakukan siswa:
• Takut untuk menceritakan suatu kejadian apalagi yang tragis.
• Mengakui kesalahan sendiri, apalagi mengakui kelebihan teman.
• Mengumumkan barang hilang yang ditemukan dan menyerahkan barang yang
ditemukan kepada guru.
• Belum ada siswa yang berterus terang pada guru, karena melalaikan tugas.
Yang sudah dilakukan siswa:
• Terhadap suatu kejadian kadang siswa menceritakannya berlebih-lebihan.
• Masih ada yang mencontek jawaban teman saat ujian berlangsung.
• Dalam permainan atau pembelajaran masih ada siswa yang ingin menang
sendiri.
• Masih ada yang berbohong untuk menghindari sanksi guru.
c) Tanggung Jawab
Yang belum dilakukan siswa:
• Mengumpulkan tugas/PR tepat waktu.
• Belum banyak siswa yang berusaha untuk mendapatkan alat dan bahan yang
disuruh oleh guru justru banyak siswa yang tidak masuk sekolah karena tidak
membuat/membawa tugas dengan berpura-pura sakit.
• Masih banyak siswa yang: ribut saat belajar, menyalahkan orang lain, tidak mau
menerima resiko bila berbuat salah dengan jalan menangis, malu dan tidak mau
bertanya karena tidak paham pelajaran.
• Hal yang tampak mencuat pada tahap ini adalah siswa sangat ingat janji, bila
guru berjanji padanya.
9
pendidikan tentunya ditentukan oleh budaya yang dikembangkan masyarakat. Dan
karena masyarakat itu berkembang maka dapat dipastikan bahwa pendidikan juga akan
mengalami perkembangan. Ya, sesuai dengan pola pikir atau nilai yang berkembang
tentunya. Sebagai pewarisan budaya tentunya pendidikan dipengaruhi oleh budaya, dan
budaya yang dikembangkan dipengaruhi oleh filsafat budaya yang ada. Dalam hal ini
yang menjadi permasalah adalah sudahkah pendidikan, terutama Pendidikan Agama
menjadi transfer of value dalam kehidupan. Kedua: Pendidikan juga dapat dilihat
sebagai sebuah alat untuk memecahkan permasalahan manusia. Sebagai pemecah
masalah pendidikan tentunya perlu mengetahui dan pasti tahu permasalahan manusia
itu. Permasalahan manusia itu biasanya negatif-negatif, antara lain kebodohan,
kemiskinan, keterbelakangan, kejahatan, kekerasan dan banyak lagi lainnya. Dalam hal
ini yang menjadi permasalahan adalah, bahwa masih merebaknya permasalahan
kemiskinan, keterbelakangan, kejahatan, kekerasan dan lainnya. Ketiga: Pendidikan
juga berbicara tentang manusia. Manusia dan pendidikan tidak dapat dilepaskan sebab
yang mendidik adalah manusia, yang menerima pendidikan juga manusia. Pendidikan
berharap mengembangkan manusia. Manusia mengembangkan manusia lewat
pendidikan. Jadi sangat erat hubungannya. Yang dikembangkan manusia lewat
pendidikan adalah kepribadian dan cara manusia menghadapi hidup ini. Pendidikan
membekali manusia keterampilan untuk hidup. Dan memang isi pendidikan itu ada tiga
yaitu pengajaran, bimbingan dan pelatihan.8
Problematika yang muncul ketika diterapkan Pendidikan Agama di sekolah adalah:
1. Problem anak didik. Problem yang berkaitan dengan anak didik perlu
diperhatikan, dipikirkan, dan dipecahkan, karena anak didik merupakan pihak
yang dibina untuk dijadikan manusia yang seutuhnya, baik dalam kehidupan
keluarga, sekolah maupun dalam masyarakat.9 problem anak didik antara lain
kemampuan ekonomi keluarga, intelenginssia, bakat dan minat, perkembangan
dan pertumbuhan, kepribadian, sikap, pergaulan, dan kesehatan.10
8
Ibid, 13
9
Hujair, Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani Indonesia (Yogyakarta: Safiria
Insani Press, 2003)
10
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke-4 (Jakarta: Kalam Mulia, 2004)
11
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah (Bandung, Remaja
Rosda Karya, 2004)
12
Ramayulis, ibid
11
harkat dan martabat manusia. Ketiga hal tersebut merupakan pokok penyelesaian
problematika pendididikan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia asy, 1997)
Mahdi, Adnan, Jurnal: JIE Vol. II Nomor 1 April 2013, Sejarah Peran Pesantren,
Ramayulis, 2004, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke-4, Jakarta: Kalam Mulia
13