Professional Documents
Culture Documents
1
Demikian juga pendidikan Islam, yang tidak terlepas dari pengaruh
perkembangan dan kemajuan zaman serta tuntutan masyarakat yang
semakin proaktif. Untuk menjawab tantangan tersebut, perlu kiranya
pendidikan Islam
merekonstruksi (menata ulang dan menyusun kembali strategi
pengembangannya) supaya aktualisasinya dapat dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat.
Jenis penelitian ini adalah studi pustaka (library research), yaitu
penelitian yang dilakukan diperpustakaan dengan mengumpulkan
data-data yang di butuhkan di perpustakaan, data yang dipakai adalah
buku-buku. Sifat penelitiannya adalah deskriptif-analitis atau
menggambarkan secermat mungkin penelitian yang di bahas,
kemudian dilakukan analisis data/isi (content analisys), yang dalam
penelitian ini adalah menggambarkan secara cermat pemikiran
Muhaimin mengenai rekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia.
Sumber data penelitian ini diperoleh dari dua sumber, yaitu: sumber
data primer, adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber
aslinya yakni buku
karya Muhaimin dan sumber data sekunder, adalah data yang
diperoleh secara tidak langsung dengan yang aslinya yakni dari buku-
buku lain yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian
ini.
Dengan menggunakan metode tersebut, dapat disimpulkan bahwa
rekonstruksi pendidikan Islam yang di tawarkan oleh Muhaimin
adalah agar pendidikan Islam di Indonesia (baik yang sifatnya
lembaga maupun materi pendidikan) mau
mengembangkan, menata ulang dan menyusun kembali seluruh aspek
komponennya secara riil di dalam praktiknya. Supaya pendidikan
Islam dapat menjawab tantangan
perkembangan dan kemajuan zaman serta tuntutan masyarakat.
Tujuan utamanya adalah supaya pendidikan Islam semakin maju dan
berkembang serta memberikan
yang terbaik untuk masyarakat, bangsa dan negara.
Latar Belakang
Pendidikan dalam pengertian yang lebih luas dapat diartikan sebagai suatu
proses pembelajaran kepada peserta didik (manusia) dalam upaya
2
mencerdaskan dan mendewasakan peserta didiknya. Sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, pendidikan memiliki arti sebagai berikut:
“Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata didik, dan diberi awalan men,
menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi
latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan.
Pendidikan sebagai
kata benda berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan”.
Adapun pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS) adalah sebagai berikut:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.
Berdasarkan pada beberapa pengertian dan makna pendidikan di atas, dapat
dipahami bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang menuntut manusia
untuk senantiasa berusaha semaksimal mungkin dalam mengembangkan
potensi dirinya, baik dari segi materi maupun non materi. Artinya dengan
adanya pendidikan, kehidupan manusia bisa berubah dari keadaan yang
kurang baik menjadi lebih baik.
Karena telah diketahui bersama bahwasa pendidikan itu adalah usaha sadar
dan terencana untuk melatih, mendidik, serta mengembangkan potensi
manusia (peserta didik) agar manusia tersebut menjadi manusia yang berguna
dan bermanfaat baik bagi dirinya, keluarganya, masyarakatnya, bangsa dan
negaranya juga bermanfaat bagi agamanya.
Untuk mencapai itu semua, tentunya banyak hal yang harus dilalui oleh dunia
pendidikan itu sendiri, yakni banyak tantangan yang harus dihadapi supaya
tujuan pendidikan bisa tercapai sesuai harapan. Masalah pendidikan memang
tidak akan pernah selesai dibicarakan. Hal ini berdasarkan pada beberapa
alasan antara lain:
Pertama: Sudah merupakan fitrah setiap orang bahwa mereka menginginkan
pendidikan yang lebih baik sekalipun mereka kadang-kadang belum
mengetahui mana sebenarnya pendidikan yang lebih baik. Kedua; teori
pendidikan akan selalu
ketinggalan zaman, karena ia dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat yang
selalu berubah pada setiap tempat dan waktu. Karena adanya perubahan itu,
maka masyarakat tidak pernah puas dengan teori pendidikan yang ada. Ketiga;
perubahan pandangan hidup juga ikut berpengaruh terhadap ketidakpuasan
seseorang dengan keadaan pendidikan, sehingga pada suatu saat seseorang
telah puas dengan sistem pendidikan yang ada (karena sesuai dengan
pandangan hidupnya) dan pada saat yang lain seseorang terpengaruh kembali
oleh pandangan hidup lainnya yang semula dianggap memuaskan menjadi
kurang memuaskan.6
Ajaran Islam membenarkan akan adanya sifat tidak puas yang terdapat dalam
diri manusia, sebagaimana terkandung di dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr
[59]: 18,
berikut ini :
3
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اَّتُقوا َهّٰللا َو ْلَتْنُظْر َنْفٌس َّم ا َقَّد َم ْت ِلَغ ٍۚد َو اَّتُقوا َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َخ ِبْيٌرۢ ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن
KERANGKA TEORI
4
1. Pendidikan menurut Islam atau pendidikan Islami, yakni pendidikan yang
dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang
terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-Qur‟an dan As-sunnah. Dalam
pengertian ini, pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori
pendidikan yang dibangun dan dikembangkan dari kedua sumber dasar
tersebut.
2. Pendidikan ke-Islam-an atau pendidikan agama Islam, yakni upaya
mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi
way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang.
3. Pendidikan dalam Islam, atau proses dan praktik penyelenggaraan
pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat Islam.
Artinya, bahwa pendidikan Islam adalah sebagai proses pembudayaan dan
pewarisan ajaran agama, budaya dan peradaban umat Islam dari generasi ke
generasi sepanjang sejarahnya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hakikat pendidikan Islam konsep
dasarnya dapat dipahami dan dianalisis serta dikembangkan dari Al-Qur‟an
dan As-sunnah. Konsep operasionalnya dapat dipahami, dianalisis dan
dikembangkan dari proses pembudayaan, pewarisan dan pengembangan ajaran
agama, budaya dan peradaban Islam dari generasi ke generasi. Sedangkan
secara praktis dapat dipahami, dianalisis dan dikembangkan dari proses
pembinaan dan pengembangan (pendidikan) pribadi muslim pada setiap
generasi dalam sejarah umat Islam.
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pendidikan Islam,
tetapi menurut Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A inti dari pendidikan Islam itu ada
dua, yaitu: pertama, pendidikan Islam merupakan aktivitas pendidikan yang
diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat nilai-nilai Islam.
Sehingga
dalam praktiknya, pendidikan Islam di Indonesia dapat dikelompokkan
kedalam lima jenis, yaitu:
1. Pondok Pesantren atau Madrasah Diniyah, yang menurut UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebut sebagai pendidikan
keagamaan (Islam) formal seperti Pondok Pesantren/Madrasah Diniyah (Ula,
Wustha‟, „Ulya, dan Ma‟had „Ali);
2. Madrasah dan pendidikan lanjutannya seperti IAIN/STAIN atau Universitas
Islam Negeri yang bernaung di bawah Departemen Agama;
3. Pendidikan usia dini/TK, sekolah/perguruan tinggi yang diselenggarakan
oleh dan/atau berada dibawah naungan yayasan dan organisasi Islam;
4. Pelajaran agama Islam di sekolah/madrasah/perguruan tinggi sebagai suatu
mata pelajaran/mata kuliah, dan/atau sebagai program studi; dan
5. Pendidikan Islam dalam keluarga atau tempat-tempat ibadah, dan/atau
forum-forum kajian keislaman, seperti: majelis ta‟lim, dan institusi-institusi
lainnya yang sekarang sedang digalakan oleh masyarakat, atau pendidikan
(Islam) melalui jalur pendidikan non formal dan informal.
5
dunia pendidikan baik yang berskala lokal, nasional maupun global, yang pada
gilirannya
eksistensi pendidikan Islam menjadi semakin solid dan mampu memberikan
kontribusi yang signifikan bagi kemajuan pendidikan bangsa”. Apabila ingin
merekonstruksi pendidikan Islam di era modern, persoalan pertama yang harus
di tuntaskan adalah persoalan “dikotomi”. Artinya harus berusaha
mengintegrasikan kedua ilmu tersebut baik secara filosofis, kurikulum,
metodologi,
pengelolaan, bahkan sampai pada departementalnya. Perubahan orientasi
pendidikan Islam harus dilakukan yaitu “bukan hanya bagaimana membuat
manusia sibuk mengurusi dan memuliakan Tuhan dengan melupakan
eksistensinya, tetapi bagaimana memuliakan Tuhan dengan sibuk memuliakan
manusia dengan eksistensinya di dunia ini. Artinya, bagaimana pendidikan
Islam harus mampu mengembangkan potensi manusia seoptimal mungkin
sehingga menghasilkan manusia yang memahami eksistensinya dan dapat
mengelola serta memanfaatkan
dunia sesuai dengan kemampuannya. Dengan dasar ini, maka materi
pendidikan Islam harus di desain untuk dapat mengakomodasi persoalan-
persoalan yang
menyangkut dengan kebutuhan manusia, yaitu mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan, teknologi, seni serta budaya, sehingga mampu melahirkan
manusia yang berkualitas, handal dalam penguasaan ilmu pengetahuan,
keterampilan, unggul dalam moral yang di dasarkan pada nilai-nilai ilahiah
sebagai produk pendidikan Islam. Dengan kata lain pendidikan dalam hal ini
pendidikan Islam, akan menghasilkan ilmuan yang tidak hanya unggul dalam
ilmu sains akan tetapi juga ilmuan yang tahu posisinya sebagai khalifah di
muka bumi, yang bertakwa kepada
Allah SWT, serta menjalankan apa yang diperintah dan menjauhkan apa yang
dilarang oleh-Nya.
6
lulusannya memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum,
misalnya masalah kesamaan kesempatan kerja dan perolehan ijazah.
c. Adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam, khususnya
santri yang terpukau pada Barat sebagai sistem pendidikan modern dari hasil
akulturasi.
METODE PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimanakah konsep rekonstruksi pendidikan Islam perspektif Muhaimin
yang telah beliau tawarkan untuk dunia pendidikan di Indonesia melalui buku
hasil karyanya yakni: Rekonstruksi Pendidikan Islam; Paradigma
Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi
Pembelajaran.
2. Kegunaan Penelitian
7
didik (manusia), karena itu penulisan ini diharapkan dapat dijadikan acuan
dalam pengembangan pendidikan Islam.
c. Untuk mengembangkan kreativitas potensi diri penulis dalam mencurahkan
pemikiran ilmiah lebih lanjut.
KESIMPULAN
8
Dari beberapa aspek rekonstruksi pendidikan Islam diatas, apabila dilakukan
pengembangan dengan baik dan cermat serta menyeluruh maka hasilnya Insya
Allah pendidikan Islam di indonesia ini akan menghasilkan lulusan-lusan
terbaik. Demikian pula dengan keberadaan pendidikan Islam itu sendiri,
keberadaannya akan semakin dirasakan oleh seluruh komponen bangsa yang
semakin kedepan pendidikan Islam semakin berdiri dengan kokoh dan solid
dalam menjalankan tugasnya untuk memberikan kontribusinya yang terbaik.
Tujuan dari merekonstruksi komponen-komponen yang terdapat dalam
pendidikan Islam secara umum adalah untuk mengembangkan dan memajukan
pendidikan Islam itu sendiri secara totalitas atau menyeluruh. Selain tujuan
rekonstruksi pendidikan Islam ini agar dapat benar-benar dirasakan mulai dari
pemerintah pusat hingga pada kalangan masayarakat luas. Sehingga pada hasil
akhir dari pendidikan Islam itu adalah mampu menjawab tuntutan-tuntutan
yang sudah ada dan mampu menjawab tantangan perkembangan zaman yang
akan dihadapi.
Jadi, inti dari rekonstruksi pendidikan Islam mulai dari aspek reaktualisasi dan
reposisi hingga peninjauan kembali strategi pembelajaran pendidikan Islam
adalah untuk mengembangkan dan memajukan pendidikan Islam itu sendiri
serta mampu menjawab berbagai tuntutan dan tantangan perkembangan zaman
guna mendapatkan hasil terbaik dan ikut serta dalam meningkatkan kemajuan
bangsa dan kemajuan Islam. Maka jelaslah, apabila kita merekonstruksi
seluruh komponen pendidikan Islam dengan baik, berarti kita berusaha untuk
selalu memperbaiki keadaan pendidikan Islam itu sendiri.
9
DAFTAR PUSTAKA
10