You are on page 1of 14

ATTHULAB:

Islamic Religion Teaching & Learning Journal

Konsep Dasar Filsafat Pendidikan Islam, Dan Aliran-Aliran


Filsafat Pendidikan Dan Pendidikan Islam

Muhammad Mufty Ali Hamzah1), Muhammad Ilham Bintang2), Naufal


Maulana3) dan Neng Dini Siti Juariah 4)

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan,


Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Jl. Soekarno Hatta, Bandung,
Jawa Barat, 40629.
1)muftyaliradja910@gmail.com
2)ilhambintang057@gmail.com
3)nofalmaulana24@gmail.com
4)dijey278@gmail.com

Abstract: This study aims to identify and examine the meaning of the basic concepts of Islamic education
philosophy, and the schools of Islamic philosophy and education. This type of research includes descriptive
qualitative research on the latest literatures and sources on tarbawi interpretation. This research uses the
library research method. Technically, this method deals directly with text data, images, numbers, events
and other objects. The research subjects we use are in the form of documents that we find in libraries and
the internet, namely in the form of written sources such as books, articles, papers and websites. The data
collection technique that we use in this research is a documentation study. We collect various information
related to the discussions studied in this article regarding the position of teaching and learning. The results
of this study indicate that the three subjects, namely the basic concepts of Islamic educational philosophy,
schools of educational philosophy and Islamic education, are related, namely all three discuss educational
problems that can be overcome by way of philosophizing through Islamic foundations.

Keywords:
The basic concepts of Islamic educational philosophy, and the schools of Islamic education and education
philosophy

Abstrak: Penelitian ini bertujuan guna mengetahui dan mengkaji makna konsep dasar filsafat
pendidikan islam, dan aliran-aliran filsafat dan pendidikan Islam. Jenis penelitian ini termasuk
penelitian kualitataif deskriptif pada literatur-literatur dan sumber-sumber terbaru mengenai
tafsir tarbawi. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library research). Dalam
teknisnya, metode ini berhadapan langsung dengan data teks, gambar, angka, kejadian dan
benda lain. Subjek penelitian yang kami gunakan berupa dokumen-dokumen yang kami
temukan di perpustakaan dan internet, yaitu berupa sumber tertulis seperti buku, artikel,
makalah dan website. Teknik pengumpulan data yang kami gunakan pada penelitian ini adalah
studi dokumentasi. Kami mengumpulkan berbagai informasi terkait pembahasan-pembahasan
yang dikaji didalam artikel ini mengenai kedudukan belajar-mengajar. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ketiga pokok bahasan tadi yakni konsep dasar filsafat pendidikan Islam,
aliran-aliran filsafat pendidikan dan pendidikan Islam terdapat keterkaitan, yaitu ketiganya
membahas mengenai problematika-problematika kependidikan yang dapat diatasi dengan jalan
berfilsafat melalui landasan ajaran-ajaran agama Islam.

Kata Kunci:
Konsep dasar filsafat pendidikan islam, dan aliran-aliran filsafat pendidikan dan pendidikan
islam

1
Konsep dasar filsafat pendidikan islam, dan aliran-aliran filsafat pendidikan dan pendidikan islam

PENDAHULUAN
Pendidikan atau tarbiyah dalam agama Islam merupakan suatu bagian dari tugas
kekhalifahan manusia, karena manusia adalah khalifah Allah yang berarti bahwa manusia
memperoleh kuasa dan limpahan wewenang dari Allah Swt. guna melaksanakan
pendidikan terhadap alam dan manusia, maka manusialah yang bertanggung jawab
untuk melaksanakan pendidikan tersebut.
Pendidikan Islam mutlak bertujuan untuk penghambaan dan aktualisasi terhadap
peran dan posisi kekhalifahan manusia di muka bumi (khalifatullah fi al-ardh). Sesuai dalam
firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 30 yang artinya: “Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30).
Dunia pendidikan Islam di Indonesia khususnya, dan dunia Islam pada umumnya
masih dihadapkan pada berbagai persoalan, mulai dari soal rumusan tujuan pendidikan
yang kurang sejalan dengan tuntutan masyarakat, sampai kepada persoalan guru,
metode, kurikulum dan lainnya. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut masih terus
dilakukan dengan berbagai macam cara. Pendaftaran guru, pelatihan tenaga pengelola
kependidikan dan lain sebagainya itu masih terus dilakukan, namun masalah
pendidikan terus bermunculan. Upaya demi memperbaiki kondisi kependidikan yang
demikian itu kiranya perlu dilacak pada akar permasalahannya yang bertumpu pada
pemikiran filosofis. Diketahui bahwa secara umum filsafat berupaya menjelaskan inti
atau hakikat dari segala yang ada, dan karenanya ia menjadi induk segala ilmu. Dalam
bahasa agama, filsafat itu dikenal dengan istilah hikmah, dan barangsiapa yang
diberikan hikmah maka ia akan diberikan kebaikan yang banyak.
Pembelajaran/perkuliahan filsafat pendidikan islam adalah sebuah keharusan
bagi mahasiswa calon guru (PAI, PBA, Matematika, fisika, kimia, biologi PBI, PGMI dan
PGRA), dan calon pengelola pendidikan Islam di UIN, IAIN, STAIN atau di perguruan
tinggi agama Islam swasta lainnya. Mata kuliah ini membekali mahasiswa dengan
seperangkat konsep maupun teori filsafat dan filsafat islam tentang pendidikan,
sehingga mereka akan mampu menganalisis dan mengkritisi pendidikan baik teoritik
maupun praktik, dan selanjutnya akan mampu menjadikan pendidikan islam menjadi
lebih baik. Pembelajaran filsafat islam juga akan menghantarkan mahasiswa untuk
berkenalan dengan pemikiran pendidikan Islam oleh para filsuf dan pemikir-pemikir
muslim kontemporer, sehingga akan memperkaya khazanah dan wawasan mahasiswa
dalam bidang filsafat dan pendidikan.
Filsafat pendidikan Islam itu secara umum akan mengkaji berbagai masalah yang
terdapat di dalam bidang pendidikan, mulai dari konsep manusia yang akan dididik,
tujuan pendidikan, guru, anak didik, kurikulum dan metode sampai dengan evaluasi
dalam pendidikan secara filosofis. Dengan kata lain ilmu ini akan mencoba
mempergunakan jasa pemikiran filosofis, yakni pemikiran yang sistematik, logik,
radikal, universal dan objektif terhadap masalah yang terdapat dalam bidang
pendidikan.
Mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang
mendasar, sistematis, logis dan menyeluruh (universal) mengenai pendidikan, yang
tidak hanya dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan agama Islam, namun juga

2 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Mufty, Ilham, Naufal.m, Dini.

menuntut kita guna mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Melakukan pemikiran
filosofis pada hakekatnya ialah usaha menggerakkan segala potensi psikologis manusia
seperti pikiran, kecerdasan, kemauan, perasaan, ingatan dan pengamatan panca indra
tentang gejala kehidupan, terutama manusia dan alam sekitarnya sebagai ciptaan
Tuhan. Keseluruhan proses pemikiran tersebut didasari oleh teori-teori dari berbagai
disiplin ilmu dan dengan berbagai pengalaman yang mendalam dan juga luas tentang
masalah kehidupan, kenyataan dalam alam raya, dan dalam dirinya sendiri.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Dahli dan Mufli dari
STAI Darul Dakwah wa Irsyad, Makassar, yang dituangkan dalam bentuk artikel
berjudul konsep dasar dan etika filsafat pendidikan Islam; dikatakan bahwa pengertian
filsafat pendidikan Islam menurut beberapa pakar ialah sebuah studi mengenai
pandangan filosofis dan sistem dari aliran filsafat terhadap masalah kependidikan yang
harus didasarkan pada ajaran Islam. Lalu ruang lingkup filsafat pendidikan Islam
menurut berbagai pakar yakni segala aspek yang menjangkau permasalahan kehidupan
manusia dan alam semesta. Kemudian fungsi filsafat Islam pertama membantu para
pakar pendidikan guna membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan
kemudian menjadi asas untuk penilaian Pendidikan.
Dalam penelitian yang lainnya yang dilakukan oleh Mutafa yang dituangkan
dalam sebuah artikel berjudul Filsafat Pendidikan Islam: telaah epistemologi ilmu, dikatakan
bahwa Filsafat pendidikan Islam adalah konsep berfikir tentang kependidikan yang
bersumber atau berlandaskan pada ajaran Islam tentang kemampuan manusia untuk
dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh
pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam. Kajian filosofis yang digunakan filsafat pendidikan
Islam mengandung arti bahwa filsafat pendidikan Islam itu merupakan pemikiran yang
mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti
hakikat pendidikan Islam.
Kebaharuan isi penelitian yang menjadi ciri khas penelitian kami daripada
penelitian-penelitian yang lainnya adalah bahwa di dalam penelitian yang kami lakukan
tak hanya mengkaji/mencari tahu mengenai konsep dasar filsafat pendidikan Islam
saja, akan tetapi kami juga mengkaji aliran-aliran filsafat pendidikan dan pendidikan
Islam juga, kami mencari tahu konsep dasar dari hal tersebut sehingga membuat
penelitian yang kami lakukan sedikit terdapat perberbedaan dari penelitian-penelitian
yang lainnya.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitataif deskriptif pada literatur-literatur dan
sumber-sumber terbaru mengenai filsafat pendidikan Islam.
Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library research). Dalam
teknisnya, metode ini berhadapan langsung dengan data teks, gambar, angka, kejadian
dan benda lain. Oleh karena itu, peneliti tak payah pergi kemana-mana karena cukup
menggunakan data yang tersedia di perpustakaan (Mestika Zed 2004).
Subjek penelitian yang kami gunakan berupa dokumen-dokumen yang kami
temukan dalam perpustakaan dan internet, yaitu berupa sumber tertulis seperti buku,
artikel, makalah, blog dan website.
Teknik pengumpulan data yang kami gunakan pada penelitian ini ialah studi
dokumentasi. Kami mengumpulkan berbagai informasi terkait pembahasan-
pembahasan yang dikaji didalam artikel ini mengenai konsep dasar filsafat pendidikan

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 3
Konsep dasar filsafat pendidikan islam, dan aliran-aliran filsafat pendidikan dan pendidikan islam

Islam, dan aliran-aliran filsafat pendidikan dan pendidikan Islam, baik itu informasi
berbentuk buku, arsip, artikel, makalah, blog maupun website.
Dalam penelitian ini, alat bantu atau instrumen pengumpulan datanya adalah
manusia atau peneliti itu sendiri dengan cara mengamati, bertanya, meminta dan
mengambil data penelitian. Peneliti harus mendapatkan data yang valid. Selain itu,
terdapat juga instrumen bantuan guna memudahkan kami dalam melakukan penelitian
yaitu berupa sumber tertulis dan alat elektronik seperti hp, laptop, komputer, buku,
makalah, journal, dan website.
Teknik analisis data (kualitatif) pada penelitian ini memiliki empat tahap yaitu
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan langkah terakhir adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. KONSEP DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A1. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat Pendidikan Islam mengandung 3 komponen kata, yaitu filsafat,
pendidikan dan Islam. Untuk memahami pengertian Filsafat Pendidikan Islam akan
lebih baik jika dimulai dari memahami makna masing-masing komponen kata untuk
selanjutnya secara menyeluruh dari keterpaduan ketiga kata tadi dengan kerangka pikir
sebagai berikut:
Secara etimologis filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu kata philein
(mencintai) atau philia (cinta) atau philos (sahabat, kekasih) dan sophia (kebijaksanaan,
kearifan). Filsafat dimulai dari rasa ingin tahu. Keingintahuan manusia ini kemudian
melahirkan pemikiran. Manusia memikirkan apa yang ingin diketahuinya. Pemikiran
inilah yang kemudian disebut sebagai filsafat. Dengan berfilsafat manusia kemudian
jadi pandai. Pandai artinya juga tahu atau mengetahui. Dengan kepandaiannya manusia
harusnya menjadi bijaksana. Bijaksana adalah tujuan dari mempelajari filsafat itu
sendiri. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher, yang dalam bahasa
Arab disebut failasuf. Pencinta kepada pengetahuan adalah orang yang menjadikan
pengetahuan sebagai tujuan hidupnya. Dengan kata lain, ia mengabdikan diri dan
hidupnya kepada pengetahuan. Filsafat secara sederhana berarti “alam pikiran” atau
“alam berpikir”. Berfilsafat artinya berfikir. Namun tidak semua berfikir berarti
berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam (radikal) dan sungguh-sungguh.
Ada sebuah semboyan yang mengatakan bahwa “setiap manusia adalah filosof”.
Semboyan ini benar adanya, sebab semua manusia berpikir, akan tetapi secara filosofis,
semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filosof.
Filosof hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-
sungguh dan mendalam. Filsafat adalah hasil akal budi manusia yang mencari dan
memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain, filsafat
adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala
sesuatu.
Secara terminologi/istilah, menurut beberapa ahli, mengatakan bahwa filsafat
ialah sebagai berikut:
1) Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates
dan guru Aristoteles, mengatakan: filsafat adalah pengetahuan tentang segala
yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
2) Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika,

4 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Mufty, Ilham, Naufal.m, Dini.

retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas
segala benda).
3) Al-Farabi (meninggal 950 M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina,
mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan
bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
4) Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan filsafat adalah
suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala,
dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan
yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan
yang universal.
Dengan demikian filsafat ialah suatu daya dan upaya manusia dengan akal budinya
untuk memahami secara radikal dan integral serta sistematik mengenai ketuhanan,
alam semesta dan manusia serta mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala
sesuatu yang ada.
Selanjutnya secara etimologis kata pendidikan bersal dari bahasa Yunani yaitu
“pedagogi”. Kata “Pedagogi”, berasal dari kata “paid” yang artinya anak dan “agogos”
yang artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai
“ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children). Pada Bahasa
Romawi, pendidikan berasal dari kata “educare”, yaitu mengeluarkan dan menuntun,
tindakan, merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Dalam
bahasa Indonesia sendiri, kata pendidikan berakar dari kata didik yang mendapat
awalan pen dan akhiran an. Kata tersebut dijelaskan dalam kamus umum bahasa
Indonesia adalah perbuatan (hal, cara dan sebagainya) mendidik. Pengertian ini
memberi kesan bahwa kata pendidikan lebih mengacu pada cara melakukan suatu
perbuatan dalam hal ini mendidik.
Sedangkan secara terminiologis kata pendidikan dalam KBBI berarti proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan dan
cara mendidik. Selain itu, terdapat pula beberapa pendapat dari para ahli :
1) Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan
kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan
alam dan masyarakatnya.
2) Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, bab I, pasal I, tentang “Sistem
pendidikan Nasional”, bahwa pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
3) Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan sebagai
upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untk lebih maju
dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia,
sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan
akal, perasaan, maupun perbuatan.
4) Dilain pihak Ahmad Tafsir mendefinisikan Pendidikan sebagai bimbingan yang
diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan
ajaran islam.
Dari berbagai defenisi di atas maka dapat kita simpulkan bahwa pendidikan Islam
adalah usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk menumbuh kembangkan potensi

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 5
Konsep dasar filsafat pendidikan islam, dan aliran-aliran filsafat pendidikan dan pendidikan islam

dasar manusia agar dapat mencapai kesempurnaan penciptaannya sehingga manusia


tersebut dapat memainkan perannya sebagai makhluk tuhan yang beriman, berilmu dan
berakhlakul karimah.
Selanjutnya kata Islam secara etimologi berasal dari bahasa Arab "aslama-yuslimu-
islaman" yang secara kebahasaan berarti "menyelamatkan", misal teks "assalamu alaikum"
yang berarti "semoga keselamatan menyertai kalian semuanya". Islam atau Islaman
adalah masdar (kata benda) sebagai bahasa penunjuk dari fi'il, yaitu "aslama" bermakna
telah selamat (kala lampau) dan "yuslimu" bermakna "menyelamatkan" (past continous
tense). Secara terminiologi Islam berarti agama yang didasarkan pada lima pilar utama,
yaitu mengucapkan dua kalimah syahadat, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang sudah mampu.
10 Disisi lain Haru Nasution menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang ajaran-
ajarannyanya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammas saw.
sebagai rasul.
Setelah memaparkan begitu luas mengenai makna dibalik kata filsafat,
pendidikan dan Islam, namun belum ditemukan secara khusus pengertian filsafat
pendidikan Islam tersebut. Secara teoritis apa yang dilakukan di atas perlu dilakukan
untuk mengungkap lebih dalam makna yang terkandung di dalam filsafat pendidikan
Islam. Untuk selanjutnya akan diungkap bagaimana pandangan para ahli mengenai
pengertian filsafat pendidikan Islam.
Omar Mohamad al-Toumy al-Syaibany menyatakan bahwa filsafat pendidikan
Islam tidak lain ialah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang
pendidikan yang didasarkan pada ajaran Islam. Disisi lain, Zuhairini menjelaskan
bahwa Filsafat Pendidikan Islam adalah studi tentang pandangan filosofis dan sistem
dan aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia muslim dan umat
Islam. Selain itu Filsafat Pendidikan Islam mereka artikan pula sebagai penggunaan dan
penerapan metode dan sistem filsafat Islam dalam memecahkan problematika
pendidikan umat Islam yang selanjutnya memberikan arah dan tujuan yang jelas
terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam.
Sedangkan Abuddin Nata mendefinisikan Filsafat Pendidikan Islam sebagai
suatu kajian filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan
pendidikan yang didasarkan pada Alquran dan al-Hadis sebagai sumber primer, dan
pendapat para ahli khususnya filosof muslim sebagai sumbersekunder. Selain itu,
Filsafat Pendidikan Islam dikatakan Abuddin Nata suatu upaya menggunakan jasa
filosofis, yakni berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal tentang
masalah-masalah pendidikan, seperti masalah manusia (anak didik), guru, kurikulum,
metode dan lingkungan dengan menggunakan Alquran dan al-Hadis sebagai dasar
acuannya.

B1. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam


Dalam hubungan dengan ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam ini, Muzayyin Arifin
dalam Abudin Nata mengatakan bahwa ruang lingkup pemikirannya bukanlah
mengenai hal-hal yang bersifat teknis operasional pendidikan, melainkan segala hal
yang mendasari serta mewarnai corak sistem pemikiran yang disebut filsafat itu.
Dengan demikian, secara umum ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan Islam
ini adalah pemikiran yang serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis,
menyeluruh dan universal mengenai konsep-konsep tersebut mulai dari perumusan
tujuan pendidikan, kurikulum, guru, metode, lingkungan, dan seterusnya.

6 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Mufty, Ilham, Naufal.m, Dini.

Selanjutnya Jalaludin dan Usman Said menjelaskan bahwa secara makro, apa
yang menjadi objek filsafat yaitu ruang lingkup yang menjangkau permasalahan
kehidupan manusia, alam semesta dan manusia merupakan objek pemikiran filsafat
pendidikan. Secara mikro yang menjadi objek pemikiran atau ruang lingkup filsafat
pendidikan sebagai berikut :
• Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan;
• Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan;
• Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama
dan kebudayaaan;
• Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori
pendidikan;
• Merumuskan hubungan antara filsafat Negara, filsafat pendidikan, dan politik
pendidikan;
• Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral Pendidikan yang merupakan
tujuan pendidikan.

Dengan demikian ruang lingkup filsafat pendidikan Islam adalah masalah-masalah


yang terdapat dalam kegiatan Pendidikan Islam, seperti msalah tujuan pendidikan
Islam, masalah guru, kurikulum, metode dan lingkungan. Secara umum ruang lingkup
pembahasan filsafat pendidikan Islam ini adalah pemikiran yang serba mendalam,
mendasar, sistematis, terpadu, menyeluruh, dan universal mengenai konsep-konsep
yang berkaitan dengan pendidikan atas dasar ajaran Islam.

C1. Fungsi Filsafat Pendidikan Islam


Sudah tak dipungkiri lagi bahwasanya segala sesuatu itu pastinya memiliki
kegunaan/fungsinya masing-masing, begitu pula dengan filsafat pendidikan islam,
tentu saja mempunyai fungsi tersendiri. Bila menilik dari fungsinya, maka filsafat
pendidikan Islam merupakan pemikiran mendasar yang melandasi dan mengarahkan
proses pelaksanaan pendidikan Islam. Oleh karana itu filsafat ini juga memberikan
gambaran tentang sampai mana proses tersebut direncanakan dan dalam ruang lingkup
serta dimensi bagaimana proses tersebut dilaksanakan.
Masih dalam fungsinya, filsafat pendidikan Islam juga bertugas melakukan
kitik-kritik tentang metode-metode yang digunakan dalam proses pendidikan Islam itu
serta sekaligus memberikan pengarahan mendasar tentang bagaimana metode tersebut
harus didayagunakan atau diciptakan agar efektif untuk mencapai tujuan. M. Arifin
menjelaskan bahwa filsafat pendidikan Islam bertugas dalam 3 (tiga) dimensi, yakni:
1. Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan
pendidikan yang berdasarkan Islam;
2. Melakukan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan pendidikan tersebut;
3. Melakukan evaluasi terhadap metode yang digunakan dalam proses pendidikan
tersebut.
Menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani misalnya mengemukakan tiga
manfaat dari mempelajari filsafat pendidikan Islam, antara lain:
• Filsafat pendidikan itu dapat menolong para perancang pendidikan dan yang
melaksanakannya dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran sehat
terhadap proses pendidikan;
• Filsafat pendidikan dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan
dalam arti menyeluruh; dan,

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 7
Konsep dasar filsafat pendidikan islam, dan aliran-aliran filsafat pendidikan dan pendidikan islam

• Filsafat pendidikan Islam akan menolong dalam memberikan pendalaman


pikiran bagi factor-faktor spiritual, kebudayaan, social, ekonomi dan politik di
negara kita.
Sanusi Uwes berpendapat bahwasanya fungsi filsafat pendidikan Islam adalah sebagi
berikut :
• Pertama, berfungsi sebagai infra struktur bagi perilaku guru pada saat
melaksanakan tugas pendidikan. Guru yang memahami filsafat akan
memperlakukan unsur-unsur yang terlibat kegiatan pendidikan khususnya
murid, waktu, bahan ajar, dan proses pendidikan dengan perilaku yang lebih
manusiawi, bertujuan dan jelas argumennya karena di dukung oleh suasana
batin yang memiliki karakter filsafat, seperti analitik, sistematik, rasional, dan
universal.
• Kedua, mendisiplin perilaku pendidik dan terdidik. Disiplin dalam pengertian
memiliki kesadaran berperilaku yang konsisten dengan nilai yang dihasilkan
dari berpikir radikal dan sistematis mengenai hakikat mengajar dan mendidik.
Filsafat pendidikan akan menuntun guru mendisiplinkan dirinya berdasarkan
kesadaran makna hakiki pendidikan dan pengajaran tersebut.
• Ketiga, kritis terhadap lingkungan pendidikan. Berdasarkan pemahamannya
terhadap hakikat pendidikan, hakikat ilmu, dan hakikat anak didik, guru akan
selalu berpihak kepada kepentingan anak didik, dan karena itu segala hal yang
mengakibatkan kerugian bagi anak didik, akan dikritisi secara proporsional
sesuai dengan tingkat pemahaman yang dimilikinya.
• Keempat, selektif atas alternatif yang tersedia. Guru yang menjiwai filsafat akan
selalu terdorong untuk senantiasa membaca dan membaca berbagai informasi
yang berkaitan dengan teori, konsep, dan praksis pendidikan dari berbagai
sudut pandang, baik ideologi, politik, ekonomi, dan sebagainya.
• Dan kelima, kritis terhadap istilah-istilah. Dengan memahami filsafat sebagai
hasil dari bacaannya, maka akan sangat kritis terhadap penggunaan istlah-istilah
yang digunakan oleh ilmuwan lain.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam berfungsi guna
mengarahkan dan memberikan landasan pemikiran yang sistematik, mendalam, logis,
universal, dan radikal terhadap berbagai masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan,
dengan menggunakan sumber dari Al-quran dan al-Hadis sebagai rujukan dan
landasan berpijak.

2. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Konsep aliran pendidikan islam yang diklasifikasikan oleh Muhammad Jawwad Ridla
menjelaskan tipologi pemikiran islam ditinjau dari posisi dan fungsi ilmu. Aliran utama
filsafat pendidikan islam yaitu: 1) Aliran Konservatif-Tradisionalis (al-muhafidz), 2)
Aliran Religious-Rasional (al-diniyah al-aqlaniy), 3) Aliran Pragmagtis (al-dzara’iy).

A2. Aliran Al-Muhafidz (Konservatif-Tradisionalis)


Dalam persoalan pendidikan aliran ini cenderung bersikap murni keagamaan.
Aliran ini memaknai ilmu dengan artian sempit yakni hanya menvangkup ilmu yang
dibutuhkan saat hidup yang dapa memberikan manfaat di akhirat kelak. Aliran ini
mewajibkan seseorang yang menuntut ilmu pertamanya harus dimulai dengan
mempelajari al-Qur’an serta mengupayakan untuk menghafalnya, kemudian
dilanjutkan dengan mempelajari Ulumul Qur’an yang mana dengan ilmu ini seseorang
dapat memahami maksud dari setiap ayat yang terdapat dalam al-Qur’an. Setelah itu

8 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Mufty, Ilham, Naufal.m, Dini.

dilanjutkan dengan mempelajari Hadits dan Ulumul Hadits, karena Hadits merupakan
sumber pengetahuan kedua bagi umat muslim setelah al-Qur’an yang pertama.
Selanjutnya yaitu mempelajari ilmu Ushul dan Nahwu atau tata bahasa, dengan
demikian seseorang dapat memahami dan menafsirkan maksud dan tujuan dari al-
Qur’an.
Tokoh-tokoh dalam aliran ini diantaranya adalah: Imam Al-Ghazali,
Nasuruddin Al-Tusi, Ibnu Jama’ah, Sahnun, Ibnu Hajar Al-Haitami, dan Al-Qobisi.
Tokoh aliran ini mengklasifikasikan ilmu menjadi dua. Pertama, ilmu yang wajib
dipelajari secara individu (fardu ‘ain) yaitu ilmu tentang tatacara melakukan kewajiban
yang sudah tiba saatnya, dan ilmu-ilmu tentang kewajiban agama (Ulum al-Fara’idl al-
Diniyyah). Kedua, ilmu yang wajib dipelajari secara keterwakilan (fardu kifayah) yaitu
ilmu yang dibutuhkan demi tegaknya urusan kehidupan dunia seperti ilmu kedokteran
dan ilmu hiung. Nasuruddin Al-Tusi dalam kitabnya menganalogikan ilmu yang
pertama sebagai makanan pokok dimana setiap orang sangat memerlukannya,
sedangkan ilmu yang kedua sebagai obat yang hanya dikonsumsi dalam hal tertenu dan
terpaksa.
Imam Al-Ghazali membagi jenis-jenis ilmu yaitu ilmu yang terpuji yaitu ilmu-
ilmu agama serta kebutuhan beribadah seseorang, dan ilmu yang tercela. yaiu:
1. Ilmu Ukur dan Hitung, ilmu ini dapat dipelajari apabila ilmu tersebut memang
dibutuhkan dan tidak mengakibatkan pada perbuatan tercela serta memungkiri
Tuhan seperi halnya menghitung bintang dan rotasi bulan untuk meramalkan
suatu kejadian.
2. Ilmu Mantiq dan Theologi, yaitu ilmu yang berkenaan dengan tatacara
menyusun argumentasi, definisi, dan berdebat, maka ilmu ini dikhawatirkan
akan menjurus pada suatu hal yang tercela, disaat sudah mendalami ilmu
tersebut menyusun argumentasi bahwa tuhan itu tidak ada.
3. Ilmu Kealaman, adalah ilmu yang mempelajari tentang anatomi tubuh manusia,
dan dinilai bertentangan dengan syara’, kecuali jika memang benar-benar
dibutuhkan untuk pengobatan maka diperbolehkan untuk dipelajari.
Pandangan aliran ini cenderung vertikal dan sesuai dengan pemaknaan mereka
tentang ilmu yang tidak lain hanyalah agar dapat mendekatkan diri kepada Allah. Al-
Ghazali menegaskan bahwa ilmu-ilmu keagamaan yakni ilmu yang dapat memberikan
pengetahuan tentang jalan menuju akhirat hanya dapat diperoleh dengan
kesempurnaan rasio dan kejernihan akal budi, yang mana dengan rasio manusia
mampu menerima amanat Allah, dan dengan akal budi manusia dapat mendekatkan
diri kepada-Nya.
Ibnu Jama’ah mengulas hal ini lebih jauh, menurutnya apabila program studi
sangat banyak dan beragam, maka yang diprioritasan untuk dipelajari adalah yang
paling penting dan utama seperti studi tafsir al-Qur’an, Hadits, Ushul Fiqih, Pemikiran
Madzhab, dan Ilmu Nahwu atau Ilmu debat (jadal).

B2. Aliran Al-Diniyah Al-Aqlaniy (Religius-Rasional)


Aliran ini memiliki corak berpikir yang Religius-Rasional dan tidak jauh berbeda
dengan aliran al-Muhafidz dalam hal relasi pendidikan dan tujuan agamawi hanya saja
aliran ini cenderung Rasional Filosofis. Adapun tokoh-tokoh dari aliran ini diantaranya:
kelopok Ikhwan Al-Shafa, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Maskawaih. Ikhwan al-Shafa
diakui banyak bicara atas nama aliran ini dan secara “ensiklopedis” telah mengelaborasi
gagasan-gagasan penting aliran Religius-Rasional.

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 9
Konsep dasar filsafat pendidikan islam, dan aliran-aliran filsafat pendidikan dan pendidikan islam

Aliran ini menempatkan filsafat diatas agama, dimana filsafat digunakan


sebagai landasan untuk memahami agama dan ilmu. Aliran ini berupaya
mengolaborasikan fisafat dan agama sehingga aliran ini merubah ilmu pengetahuan
dari puncak spekulasi murni yang tidak dapat dijangkau layaknya metafisika, kearah
ilmu yang bisa jangkau secara aktif-praktis. Kecenderungan Rasional-Filosofis itu
terungkap secara eksplisit dalam rumusan mereka tentang ilmu dan belajar yang jauh
berbeda dengan kalangan konservatif-tradisionalis.
Ikhwan al-Shafa merumuskan ilmu sebagai berikut: Ketahuilah bahwa ilmu
adalah gambaran tentang sesuatu yang diketahui pada benak (jiwa) orang yang
mengetahui. Lawan dari ilmu adalah kebodohan yaitu tiadanya gambaran yang
diketahui pada jiwanya. Ketahuilah bahwa jiwa para ilmuan secara real aktial berilmu,
sedangkan jiwa para pelajar itu berilmu secara potensial. Belajar dan mengajar tiada lain
adalah mengaktualisasikan hal-hal potensial, melahirkan hal-hal yang “terpendam”
dalam jiwa. Aktivitas seperti itu bagi guru dinamakan dengan mengajar, dan bagi
pelajar dinamakan dengan belajar.
Menurut Ikhwan jiwa berada pada posisi tengah antara dunia fisik-materil dan
dunia akal. Hal inilah yang menjadikan pengetahuan manusia menempuh laju “linier-
progresif” melalui tiga cara yaitu:
1) Dengan jalan indera, jiwa dapat mengetahui sesuatu yang lebih rendah dari
substansi dirinya
2) Dengan jalan burhan (penalaran pembuktian logis), jiwa bisa mengetahui
sesuatu yang lebih tinggi darinya
3) Dengan perenungan rasional, jiwa dapat mengetahui substansial dirinya.
Ikhwan menganggap bahwa pengetahuan berpangkal pada cerapan indrawiah,
berbeda dengan pendapat Plato yang menganggap bahwa belajar ialah tiada lain
hanyalah proses mengingat ulang. Ikhwan berpendapat bahwa segala sesuatu yang
tidak terjangkau oleh indera tidak dapat diimajinasikan, dan sesuatu yang tidak dapat
diimajinasikan tidak dapat dirasiokan. Kalangan Ikhwan sangat memberi tempat
terhadap ragam disiplin ilmu yang berkembang dan bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Ikhwan membagi ragam disiplin ilmu sebagai berikut: 1) ilmu-imu syar’iyah
(keagamaan), 2) ilmu-ilmu filsafat, dan 3) ilmu-ilmu riyadiyyat (maematika).

C2. Aliran Al-Dzara'iy (Pragmatis)


Pemikiran Aliran ini cenderung Pragmatis-Progresif, dan satu-satunya tokoh
yang paling representatif dalam corak pemikiran ini ialah Ibnu Khaldun. Aliran ini
sebenarnya tidak kurang komprehensifnya dengan aliran Religious-Rasionalis, yakni
dalam pemaknaan tujuan penidikan Islam lebih mengarah pada sebuah hal yang
bersifat aplikatif-praksis. Selain pemaknaan ulang tentang ontologi pendidikan Islam,
aliran ini juga memetakan ilmu pengetahuan berdasarkan tujuan-fungsionalnya, bukan
hanya bedasarkan hakikat dan nilai subtansinya belaka
Ibnu Khaldun mengklasifikasikan ilmu pengetahuan berdasarkan tujuan
fungsionalnya dan berdaskan sumbernya. Berdasarkan tujuan fungsionalnya yaitu: 1)
imu-ilmu yang bernilai instrinsik, misal: ilmu-ilmu keagamaan, ontologi dan teologi; 2)
ilmu-ilmu yang bernilai ekstrinsik-instrumental bagi ilmu instrinsik. Misal: kebahasa-
Araban bagi ilmu syar’i, dan logika bagi ilmu filsafat. Sedangkan berdasarkan
sumbernya, yaitu: 1) ilmu ‘aqliyah (intelektual) yaitu ilmu yang diperoleh manusia dari
olah pikir rasio, yakni ilmu mantiq (logika), ilmu alam, teologi dan ilmu matematik; 2)
lmu naqliyah yaitu ilmu yang diperoleh manusia dari hasil transmisi dari orang
terdahulu, yakni ilmu Hadits, ilmu Fiqh, ilmu kebahasa-Araban, dan lain-lain.

10 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Mufty, Ilham, Naufal.m, Dini.

Aliran Pragmatis yang digulirkan Ibnu Khaldun memberikan warna baru dalam
pemikiran pendidikan Islam. Apabila kalangan Konservatif mempersempit ruang
lingkup sekuler di hadapan rasionalitas Islam dan mengaitkannya secara kaku dengan
pemikiran atau warisan salaf, sedangkan kalangan Rasionalis dalam sistem pendidikan
(program kurikuler) berpikiran idealistik sehingga memasukkan semua disiplin
keilmuan yang dianggap substantif bernilai, maka Ibnu Khaldun mengakomodir ragam
jenis keilmuan yang nyata terkait dengan kebutuhan langsung manusia, baik berupa
kebutuhan spiritual-ruhaniah maupun kebutuhan material-jasmaniah.
Menurut Ibnu Khaldun, ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-
mata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di
dalam kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan merupakan gejala konklusif yang
lahir dari terbentuknya masyarakat dan perkembangannya dalam tahapan kebudayaan.
Menurutnya bahwa ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang
menjadi ciri khas jenis insani.

3. PENDIDIKAN ISLAM
Telah dibahas sebelumnya bahwa pendidikan merupakan proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan dan cara mendidik.
Selain itu, terdapat pula beberapa pendapat dari pakarnya, seperti Ki Hajar Dewantara
mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran
serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, bab I, pasal I, tentang “Sistem
pendidikan Nasional”, bahwa pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Bilamana definisi-definisi di atas dikaitkan dengan pengertian pendidikan Islam,
maka akan kita ketahui bahwa pendidikan Islam lebih menekankan pada keseimbangan
dan keserasian perkembangan hidup manusia, sebagaimana pendapat-pendapat di
bawah ini :
1) Pendidikan Islam, menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Touny Al-Syaebani,
diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan
pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam
sekitarnya melalui proses kependidikan, perubahan itu dilandasi dengan nilai-
nilai Islami.
Jelaslah bahwa proses kependidikan merupakan rangkaian usaha
membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-
kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan
dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial serta dalam
hubungannya dengan alam sekitar dimana ia hidup. Proses tersebut senantiasa
berada dalam nilai-nilai islami, yakni nilai-nilai yang melahirkan norma-norma
syari’ah dan akhlakul karimah.
2) Hasil rumusan seminar pendidikan se-Indonesia tahun 1960, memberikan
pengertian pendidikan Islam sebagai “bimbingan terhadap pertumbuhan
jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 11
Konsep dasar filsafat pendidikan islam, dan aliran-aliran filsafat pendidikan dan pendidikan islam

mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran


Islam”.
Istilah membimbing mengarahkan, mengasuh, mengajarkan, atau
melatih mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui
proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu
"menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga
terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam".
Menurut pandangan Islam manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Yang
di dalam dirinya diberi kelengkapan-kelengkapan psikologis dan fisik yang
memiliki kecenderungan ke arah yang baik dan yang buruk.
Tanpa melalui proses kependidikan, manusia dapat menjadi makhluk
yang serba diliputi oleh dorongan-dorongan nafsu jahat, ingkar dan kafir
terhadap tuhannya. Hanya dengan melalui proses kependidikanlah manusia
akan dapat dimanusiakan sebagai hamba Tuhan yang mampu menaati ajaran
agama-Nya dengan penyerahan diri secara total sesuai ucapan dalam syahadat.
3) Hasil rumusan kongres se Dunia II tentang pendidikan Islam, melalui seminar
tentang konsepsi dan kurikulum pendidikan Islam, tahun 1980, dinyatakan
bahwa: pendidikan Islam ditujukan guna mencapai keseimbangan
pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan
kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan dan pancaindra. Oleh karena itu,
pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia
baik spiritual intelektual, imajinasi, jasmaniah, keilmiahannya, bahasanya, baik
secara individual maupun kelompok, serta mendorong aspek aspek yaitu ke
arah kebaikan dan ke arah pencapaian kesempurnaan hidup.
Jadi, melatih dan mengembangkan memiliki arti tentang usaha
meningkatkan taraf kehidupan melalui seluruh aspek-aspeknya yang tidak
mungkin dapat sampai ke tujuan yang telah ditetapkan, tanpa melalui proses
tahap demi tahap. Mengingat manusia dengan kelengkapan-kelengkapan dasar
dalam dirinya baru mencapai kematangan hidup, setelah berkembang melalui
tingkat hidup kejiwaan dan kejasmanian dengan pengarahan atau bimbingan
dari generasi yang diperoleh.
Dari berbagai pemaparan di atas mengenai pendidikan Islam, maka bisa
disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah segenap usaha sadar dan terencana guna
mendidik, melatih, mengajar dan membimbing manusia agar bisa mengembangkan
setiap potensi yang dimilikinya dengan dilandasi ajaran-ajaran agama Islam supaya ia
bisa menjalankan tugasnya di dunia.

SIMPULAN
Setelah melalui berbagai pemaparan yang telah dituangkan dalam poin-poin pada bab
sebelumnya, maka tibalah saatnya untuk Simpulan, yakni sebagai berikut:
Definisi filsafat pendidikan Islam, ialah: Zuhairini menjelaskan bahwa Filsafat
Pendidikan Islam adalah studi tentang pandangan filosofis dan sistem dan aliran filsafat
dalam Islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia muslim dan umat Islam. Selain itu
Filsafat Pendidikan Islam mereka artikan pula sebagai penggunaan dan penerapan
metode dan sistem filsafat Islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat
Islam yang selanjutnya memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan
pendidikan umat Islam.

12 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Mufty, Ilham, Naufal.m, Dini.

Terdapat setidaknya tiga aliran yang kami rangkum yakni:


1) Aliran Al-Muhafidz, Aliran ini memaknai ilmu dengan artian sempit yakni hanya
menvangkup ilmu yang dibutuhkan saat hidup yang dapat memberikan
manfaat di akhirat kelak. Aliran ini mewajibkan seseorang yang menuntut ilmu
pertamanya harus dimulai dengan mempelajari al-Qur’an dan al-hadits serta
mengupayakan untuk menghafalnya.
2) Aliran Al-Diniyah Al-Aqlaniy; Aliran ini memiliki corak berpikir yang Religius-
Rasional dan tidak jauh berbeda dengan aliran al-Muhafidz dalam hal relasi
pendidikan dan tujuan agamawi hanya saja aliran ini cenderung Rasional
Filosofis. Aliran ini menempatkan filsafat diatas agama, dimana filsafat
digunakan sebagai landasan untuk memahami agama dan ilmu.
3) Aliran Adz-Dzara’iy; Aliran ini sebenarnya tidak kurang komprehensifnya
dengan aliran Religious-Rasionalis, yakni dalam pemaknaan tujuan penidikan
Islam lebih mengarah pada sebuah hal yang bersifat aplikatif-praksis. Selain
pemaknaan ulang tentang ontologi pendidikan Islam, aliran ini juga memetakan
ilmu pengetahuan berdasarkan tujuan-fungsionalnya, bukan hanya bedasarkan
hakikat dan nilai subtansinya belaka.
Kemudian pendidikan Islam adalah segenap usaha sadar dan terencana guna
mendidik, melatih, mengajar dan membimbing manusia agar bisa mengembangkan
setiap potensi yang dimilikinya dengan dilandasi ajaran-ajaran agama Islam supaya ia
bisa menjalankan tugasnya di dunia.

REFERENSI
Bakar, M. S. (2022). Studi Aliran Filsafat Pendidikan Islam Serta Implikasinya Terhadap
Pengembangan Pendidikan Islam. DIRASAH, 2615-0212.
Bakar, M. S. (Februari 2022). Studi Aliran Filsafat Pendidikan Islam Serta Implikasinya
Terhadap Pengembangan Pendidikan Islam. Dirasah, _.
Dr. Abdillah, S. A. (2016). FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM, membangun konsep dasar
pendidikan Islam. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia
(LPPPI).
Dr. Mahfud Junaedi, M. A. (August 2017). Paradigma Baru FILSAFAT PENDIDIKAN
ISLAM. Rawamangun, Jakarta.: PRENADAMEDIA Group.
Drs. H. Abuddin Nata, M. (1997). FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu.
Hidayat, R. &. (2016). FIlsafat Pendidikan Islam, Membangun konsep dasar pendidikan Islam.
Medan: LPPPI Hal. 4.
Kamilah, M. (2020, _ _). Konsep dasar filsafat pendidikan islam. Retrieved from
www.academia.edu:
https://www.academia.edu/42501132/Konsep_Dasar_Filsafat_Pendidikan_Isl
am
Mufli, M. D. (2016). Konsep Dasar Dan Etika Filsafat Pendidikan Islam. STAI Darul
Dakwah wa Irsyad, _.
Mustafa. (Januari 2009). Filsafat Pendidikan Islam: telaah epistemologi ilmu. Jurnal Iqra,
Vol.3, No. 1.
Nasional, D. P. (2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Prof. H. Muzayyin Arifin, M. E. (2003). FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM edisi revisi.
jakarta: Sinar Grafika Offset.

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 13
Konsep dasar filsafat pendidikan islam, dan aliran-aliran filsafat pendidikan dan pendidikan islam

Rosadi, M. F. (December 2019). Aliran filsafat dalam pendidikan Islam ditinjau dari
perspektif Muhammad Jawwad Ridha. Pendidikan Islam, _.
Salim, A. (June 2019). Implikasi Aliran Filsafat Pendidikan Islam Pada Manajemen
Pendidikan Islam. literasi/ilmu pendidikan, _.
Shihab, M. Q. (2002). Tafsir Al-Misbah; pesan, kesan dan keserasian al-qur'an. In L. Hati,
Tafsir Al-Misbah (p. 142). Jakarta: Lentera Hati.
Tafsir, A. (1992). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Ramaja
Rosdakarya,Hal. 32.

14 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...

You might also like