You are on page 1of 19

Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

ILMU PENDIDIKAN ISLAM


DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

Durrotul Faizatun Nafisah,Nur Achadiyah Hidayati, Nikmatul Karimah


Zainal Muhtarom
Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara
pasca@unisnu.ac.id

Abstract
Islamic education is a student learning process that emphasizes the values of morality
contained in the Al-Qur'an and Hadith. The study of the philosophy of Islamic education
is divided into 3, namely ontology, epistemology and axiology. Ontology discusses 1). the
essence of the purpose of Islamic education is the development and formation of humans
who are always based on the Al-Qur‟an and Hadith, 2). the essence of man as a subject
of education because humans have reason, heart and manners, humans are given
freedom of thought and are obliged to be responsible for the output of the thought
process. Meanwhile, 3) the nature of the Islamic education curriculum which has an
important role in the effort to achieve educational goals, namely to make students have
affective, cognitive, psychomotor and moral skills based on tauhid.
Epistemological studies include 1). The dimension of knowledge is divided into 3 types,
namely knowledge about nature, history and humans, 2). The source of knowledge is
Allah SWT which is listed in the Al-qur'an and Hadith, and 3) The test of truth is carried
out by correspondence, coherence and pragmatics by using the 3 forces used to
understand the truth, namely thought, reason and conscience. While, the axiological
study discusses about values which includes benefits in the world and the hereafter to
form a humanist and religious Muslim personality.
Keywords: Islamic education, philosophy

Abstrak:
Pendidikan Islam merupakan proses pembelajaran peserta didik yang menekankan
pada nilai-nilai moralitas yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadis. Kajian
filsafat ilmu pendidikan Islam terbagi menjadi 3 yaitu ontologi, epistemologi dan
aksiologi. Ontologi membahas tentang 1). hakikat tujuan pendidikan Islam yaitu
pengembangan dan pembentukan manusia yang selalu berlandaskan Al-qur‟an
dan Hadist, 2). hakikat manusia sebagai subjek pendidikan karena manusia
mempunyai akal, hati dan santun, manusia diberi kebebasan berfikir serta
berkewajiban mempertanggungjawabkan output dari proses berfikir. Sedangkan
3) hakikat kurikulum pendidikan Islam yang mempunyai peranan penting dalam
upaya mencapai tujuan pendidikan yaitu menjadikan peserta didik memiliki
kemampuan afektif, kognitif, psikomotorik dan berakhlakul karimah yang
berlandaskan pada tauhid.
Kajian Epistemologi mencakup 1). Dimensi pengetahuan yang terbagi menjadi 3
jenis yaitu pengetahuan tentang alam, sejarah dan manusia, 2). Sumber
pengetahuan adalah Allah SWT yang tercantum dalam Al-qur‟an dan Hadist,
serta 3) Pengujian kebenaran dilakukan dengan korespondensi, koherensi dan
pragmatis dengan menggunakan 3 daya yang dipakai untuk memahami kebenaran
yakni pikiran, akal dan nurani.Sedangkan kajian aksiologi membahas tentang nilai
yang mencakup kemanfaatan di dunia dan akhirat sehingga terbentuk kepribadian
muslim yang humanis dan religious.
Kata Kunci: Ilmu Pendidikan Islam, Filosofis

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 48


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

A. Latar belakang sedalam-dalamnya, berfikir holistik,


Di antara problema besar radikal dalam pemecahan problem
yang dihadapi umat Islam di era fiosofi pendidikan Islam,
modern adalah redupnya etos pembentukan teori–teori baru
keilmuan di kalangan umat Islam dan ataupun pembaharuan dalam
munculnya dunia Barat sebagai pelaksanaan pendidikan Islam yang
penguasa ilmu pengetahuan dan sesuai dengan tuntutan
teknologi. Problema pertama, perkembangan zaman. Berdasarkan
rendahnya etos keilmuan, sumber-sumber yang shohih yaitu
menjadikan umat Islam “terisolir” Al-Qur‟an dan Hadist.
dari dunia keilmuan global. Kondisi Pada konsepnya, ada tiga
ini sangat ironis karena di era klasik, kajian filsafat ilmu dalam pendidikan
selama kurang lebih enam abad, islam, yaitu ontologi, epistemologi
umat Islam berada pada garda depan dan aksiologi. Secara sederhana
dan menjadi kiblat dunia dalam ontology membahas tentang “objek
pengembangan ilmu. Sementara itu, apa yang ditelaah oleh ilmu?”.
problema kedua, munculnya dunia Epistemologi membahas tentang
Barat sebagai penguasa ilmu “bagaimana cara memperoleh
pengetahuan dan teknologi, ilmu?”. Aksiologi membahas tentang
membawa persoalan serius karena “untuk apa ilmu itu digunakan?”.
pengembangan ilmu dan teknologi di Senada dengan Mustakim (2012:2)
Barat bercorak sekuler sehingga bahwa Ontologi membahas tentang
memunculkan ekses negatif seperti; hakekat pendidikan Islam,
sekularisme, materialisme, Epistemologi membahas sumber-
hedonisme, individualisme, sumber pendidikan Islam, serta
konsumerisme, rusaknya tatanan aksiologi mengupas nilai-nilai
keluarga, pergaulan bebas, dan pendidikan Islam.
penyalahgunaan obat terlarang. Melihat realitas pendidikan
Memperhatikan dua fenomena di yang ada, ternyata output pendidikan
atas, maka sudah selayaknya umat kita sekarang menghasilkan orang-
Islam berupaya menata diri untuk orang yang korupsi, suka bertengkar,
menghidupkan kembali etos tawuran, pembunuhan, pemerkosaan,
keilmuan (pendidikan Islam) penipuan, mata duitan dan masih
sebagaimana pernah dialami di era banyak sikap negative yang tidak
klasik dengan harapan mampu sesuai dengan norma-norma agama
menyaingi dominasi Barat dalam Islam. Dengan melihat kondisi
pengembangan ilmu pengetahuan tersebut, dapat diketahui bahwa
dan teknologi. pendidikan Islam mempunyai
Salah satu landasan peranan yang sangat besar dalam
pendidikan Islam adalah landasan membentuk kepribadian peserta
fiosofis. Filsafat pendidikan Islam didik. Sehingga dalam makalah ini
berupaya mencari kebenaran penulis ingin mencoba mengkaji dan

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 49


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

memaparkan tentang ilmu “Allah mengajarkan pada Adam


pendidikan Islam perspektif filosofis nama-nama semuanya”
yang mencakup tiga kajian utama
filsafat ilmu (epistemologi, ontologi, ‫ق الطّي ِْر‬
َ ‫وقال ياايها الناس ُعلِّ ْونا ُه ْن ِط‬
dan aksiologis). “Berkata (Sulaiman) : Wahai
manusia telah diajarkan kepada
kami pengertian bunyi burung”
B. PEMBAHASAN
Kata pendidikan dalam Dari ayat tersebut dapat
bahasa arab adalah “Tarbiyah” , disimpulkan bahwa kata ”„allama”
dengan kata kerja “rabba”. Kata mengandung pengertian sekedar
pengajaran dalam bahasa arab adalah memberi pengetahuan, tidak
“ta‟lim” dengan kata kerjanya mengandung arti pembinaan
“‟allama”. Pendidikan dan kepribadian, karena sedikit sekali
pengajaran dalam bahasa arab memberi pembinaan kepribadian
“tarbiyah wa ta‟lim”. Sedangkan Sulaiman melalui burung atau
pendidikan Islam adalah “Tarbiyah kperibadian Adam melalui nama
Islamiyah” (Daradjat, 2014: 25). benda-benda. Berbeda dengan kata
Kata kerja “rabba” “rabba” dan “addaba” yang
(mendidik) sudah digunakan pada mengandung arti pembinaan,
zaman Nabi Muhammad SAW. pimpinan dan pemeliharaan
Seperti dalam Al-qur‟an surah Al- (Daradjat, 2014 : 27). Nata (2010:11)
isra‟(7): 24 menambahkan bahwa ta‟lim
‫ربّ ارْ ح ْوهُوا كوا ربّيا نى صغيرً ا‬ mempunyai arti information
“Ya Tuhan, sayangilah (pemberitahuan tentang sesuatu),
keduanya (ibu bapakku) advice (nasihat), instruction
sebagaimana mereka telah (perintah), direction (pengarahan),
mengasuhku (mendidikku) sejak teaching (pengajaran), training
kecil” (pelatihan), schooling
Kata lain yang mengandung (pembelajaran), education
arti pendidikan yaitu “Addaba” . (pendidikan), dan epprenticeship
Seperti sabda rosul : (pekerjaan sebagai magang, masa
)‫اَدبّنى ربى فاَحسنَ تأديبى ( الحديث‬ belajar suatu keahlian).
“Tuhan telah mendidikku, maka Senada dengan Abuddin Nata
ia sempurnakan pendidikanku” (2010: 2) yaitu minimal ada tiga kata
Sedangkan kata “ta‟lim” kunci yang berhubungan dengan
dengan kata kerja “„allama” juga pendidikan Islam, yaitu: al-tarbiyah,
sudah ada dalam zaman Rosulullah. al-ta‟lim, dan al-ta‟dib. Arifin
Sebagaimana dalam firman Allah (2014:4) menambahkan kata al-
surah Al-Baqarah : 3 dan surah An- tarbiyah diartikan sebagai education
Naml : 16 (pendidikan), upbringing
‫وعلّن ادم األسواءكلّها‬ (pengembangan), teaching
(pengajaran), instruction (perintah),

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 50


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

pedagogy (pembinaan kepribadian), Karena ajaran Islam berisi tentang


breeding (member makan), raising sikap dan tingkah laku pribadi
(menumbuhkan). Untuk Al-Ta‟lim masyarakat, menuju kesejahteraan
berarti information (pemberitahuan hidup perorangan dan bersama, maka
tentang sesuatu), advice (nasehat), pendidikan Islam juga bisa disebut
instruction (perintah), direction dengan pendidikan individu dan
(pengarahan), teaching (pengajaran), pendidikan masyarakat. Selain itu
training (pelatihan), schooling pendidikan Islam adalah
(pembelajaran), education pembentukan kepribadian muslim.
(pendidikan) dan epprenticenship Kesimpulan Daradjat ini dalam
(pekerjaan sebagai magang, masa bukunya didasarkan pada usaha nabi
belajar suatu keahlian). Sedangkan Muhammad dalam menyampaikan
At-Ta‟dib berarti education seruan agama dengan berdakwah,
(pendidikan), displine (displin, patuh, menyampaikan ajaran, memberi
dan tunduk pada aturan), punishment contoh, melatih keterampilan
(peringatan atau hukuman), dan berbuat, member motivasi dan
chastisement (hukuman penyucian). menciptakan lingkungan social yang
Makna ta‟dib ini lebih dekat dengan mendukung pelaksanaan ide
pendidikan akhlak yang menyentuh pembentukan kepribadian muslim
pada ranah afeksi peserta didik kepada orang Arab Mekah saat itu
(Arifin, 2014:5-6). (Daradjat, 2014 : 27-28).
Menurut Ahmad Tafsir Ahmad tafsir (2013 : 12)
(2013:12), Pendidikan dalam arti menambahkan bahwa ilmu
sempit adalah sekolah atau pendidikan islam dapat diartikan
pengajaran yang diselenggarakan sebagai studi tentang proses
disekolah sebagai lembaga kependidikan yang didasarkan pada
pendidikan formal. Pendidikan nilai-nilai filosofis ajaran Islam
adalah segala pengaruh yang berdasarkan Alqur‟an dan Sunnah
diupayakan sekolah terhadap anak Nabi Muhammad SAW. Dari redaksi
dan remaja yang diserahkan yang agak singkat, Ilmu Pendidikan
kepadanya agar mempunyai Islam adalah Ilmu Pendidikan yang
kemampuan yang sempurna dan berdasarkan Islam.
kesadaran penuh terhadap hubungan- Pendidikan menurut definisi
hubungan serta tugas sosial mereka. alternatif atau luas terbatas adalah
Pendidikan Islam merupakan usaha dasar yang dilakukan oleh
pendidikan yang mencakup keluarga, masyarakat dan
pendidikan iman dan pendidikan pemerintahan, melalui kegiatan
amal yang membentuk kepribadian bimbingan, pengajaran yang
muslim. Karena pendidikan islam berlangsung disekolah dan luar
lebih banyak ditujukan kepada sekolah sepanjang hayat untuk
perbaikan sikap mental yang akan mempersiapkan peserta didik agar
terwujud dari amal dan perbuatan. dapat memainkan peranan hidup

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 51


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

sekarang atau yang akan diantaranya adalah tujuan


datang.Pendidikan atau pengalaman pendidikan yang bersumber dari
belajar yang terprogram dalam tujuan hidup manusia dan nilai
bentuk pendidikan formal dan non sebagai pandangan hidup. Nilai
formal serta informasi disekolah dan tujuan hidup memang
maupun luar sekolah yang merupakan fakta, namun
berlangsung seumur hidup bertujuan pembahasannya tidak bisa dengan
optimalisasi pertimbangan menggunakan cara-cara yang
kemampuan individu agar kemudian dilakukan oleh sains, melainkan
hari dapat memainkan peranan hidup diperlukan suatu perenungan yang
secara tepat. lebih mendalam.
Pendidikan Islam juga dapat Titik tolak dari teori ini
dikatakan sebagai proses ialah anak yang akan dibesarkan
pembelajaran peserta didik yang menjadi manusiadewasa.
menekankan pada nilai-nilai Pendekatan filosofis terhadap
moralitas yang terkandung dalam Al- pendidikan adalah suatu
Qur‟an dan Hadis. Bukan berarti di pendekatan untuk menelaah dan
sini, dalam proses pembelajaran, memecahkan masalah-masalah
pendidikan Islam kurang pendidikan dengan menggunakan
mengapresiasikan aspek lain, seperti metode filsafat. Pengetahuan atau
fisik, psikis, sains, dan lain teori pendidikan yang dihasilkan
sebagainya (Arifin, 2014 :7). dengan pendekatan filosofi
1. Ilmu Pendidikan Islam disebut filsafat pendidikan.
perspektif filosofis Filsafat pendidikan adalah filsafat
Pendekatan filosofi yaitu yang diterapkan/diaplikasikan
suatu pendekatan untuk menelaah untuk menelaah dan memecahkan
dan memecahkan masalah- masalah-masalah pendidikan.
masalah pendidikan dengan Pendekatan filosofis untuk
menggunakan metode filsafat. menjelaskan suatu masalah dapat
Pendidikan membutuhkan filsafat diterapkan dalam aspek-aspek
karena masalah pendidikan tidak kehidupan manusia, termasuk
hanya menyangkut pelaksanaan dalarn pendidikan. Filsafat tidak
pendidikan semata, yang hanya hanya melahirkan pengetahuan
terbatas pada pengalaman. Dalam baru, melainkan juga melahirkan
pendidikan akan muncul masalah- filsafat pendidikan. Filsafat
masalah yang lebih luas, pendidikan adalah filsafat terapan
kompleks dan lebih mendalam, untuk memecahkan masalah-
yang tidak terbatas oleh masalah pendidikan yang
pengalaman indrawi maupun dihadapi. Filsafat merupakan teori
fakta-fakta faktual, yang tidak umum tentang pendidikan.
mungkin dapat dijangkau oleh Filsafat sebagai suatu sistem
sains. Masalah-masalah tersebut berpikir akan menjawab

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 52


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

persoalan-persoalan pendidikan a. Hakikat Tujuan Pendidikan


yang bersifat filosofis dan Islam (Mustakim, 2012 :9-11)
memerlukan jawaban filosofis Secara normatif, tujuan
pula. yang ingin dicapai dalam
Kajian filsafat ilmu proses aktualisasi nilai-nilai
pendidikan Islam tidak jauh Alqur‟an dalam pendidikan
berbeda dengan ilmu lainnya yaitu mencakup 3 dimensi yaitu
mencakup 3 hal, yakni dimensi spiritual, dimensi
epistemologi, ontologi dan budaya dan dimensi kecerdasan
aksiologi. yang membawa kepada
kemajuan. Pertama, dimensi
2. Kajian Ontologi Ilmu spiritual yaitu iman, taqwa dan
Pendidikan Islam akhlak mulia. Akhlak adalah
Kajian filsafat ilmu yang control psikis dan social bagi
pertama adalah persoalan individu dan masyarakat.
ontologi. Ontologi sering Tanpa akhlak manusia akan
diidentikan dengan metafisika, berada dalam kumpulan hewan
yang juga disebut dengan proto- dan binatang yang tidak
filsafat atau filsafat pertama, atau memiliki tata nilai dalam
filsafat ketuhanan yang kehidupannya. Pendidikan
bahasannya adalah hakikat spiritual ini terangkum dalam
sesuatu, keesaan, persekutuan, prinsip berpegang teguh pada
sebab dan akibat, realita, prima kebaikan dan kebajikan serta
atau Tuhan dengan segala menjauhi dari keburukan dan
sifatnya, malaikat, relasi atau kemungkaran (Mustakim,
segala sesuatu yang ada di bumi 2012:10). Kedua, Dimensi
dengan tenaga-tenaga yang di budaya yaitu kepribadian yang
langit, wahyu, akhirat, dosa, mantap dan mandiri serta
neraka, pahala dan surga. Senada tanggung jawab dalam
dengan pendapat Mustakim masyarakat. Secara universal
(2012:2) bahwa ontology dimensi ini menitikberatkan
pendidikan Islam merupakan pada pembentukan kepribadian
kajian filsafat yang membahas muslim sebagai individu yang
tentang hakikat pendidikan Islam, diarahkan kepada peningkatan
hakikat tujuan pendidikan Islam, faktor dasar (bawaaan) dan
hakikat manusia sebagai subjek faktor ajar (lingkungan). Faktor
pendidikan yang ditekankan dasar dikembangkan dan
kepada pendidik dan peserta ditingkatkan kemampuan
didik, dan hakikat kurikulum melalui bimbingan dan
pendidikan Islam. pembiasaan berfiir, bersikap
dan bertingkah laku menurut
norma-norma Islam.

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 53


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Sedangkan faktor ajar supaya mereka


dilakukan dengan cara mengabdi kepadaku”
mempengaruhi individu Tujuan Pendidikan
melalui proses dan usaha islam Menurut Ramayulis
membentuk kondisi yang (2010:22) adalah
mencerminkan pola kehidupan meningkatkan keimanan,
yang sejalan dengan norma- pemahaman, penghayatan dan
norma Islam seperti, teladan, pengamalan peserta didik
nasehat, anjuran, pembiasaan, tentang agama Islam sehingga
hukuman dan pembentukan menjadi manusia muslim yang
lingkungan serasi. Ketiga, beriman dan bertaqwa kepada
dimensi kecerdasan yang Allah SWT serta berakhlak
membawa kepada kemajuan mulia dalam kehidupan
yaitu cerdas, kreatif, terampil, pribadi, bermasyarakat,
disiplin, etos kerja, profesional, berbangsa dan bernegara.
inovatif, dan kreatif. Isyarat Dalam bukunya Ahmad Tafsir
Al-Qur‟an tentang ilmu (2013:39) mengungkapkan
pengetahuan dan kebenarannya bahwa tujuan umum
sesuai dengan ilmu pendidikan Islam adalah
pengetahuan hanyalah salah menghendaki manusia yang
satu bukti kemukjizatannya. baik, yaitu dengan
Ajarannya Al-Qur‟an tentang terbentuknya kepribadian
ilmu pengetahuan tidak hanya muslim, menjadi manusia yang
sebatas ilmu pengetahuan mulia dan sempurna.
(science) yang bersifat fiik dan Sedangkan tujuan khusus dari
empirik sebagai fenomena, pendidikan Islam adalah untuk
tetapi lebih dari itu ada hal-hal semua manusia, artinya
nomena yang yang tidak pendidikan harus menjadikan
terjangkau oleh rasio manusia. seluruh manusia
Sehingga bias disimpulkan menghambakan diri kepada
bahwa tujuan pendidikan Islam Allah, yaitu dengan beribadah
adalah mempersiapkan kepada Allah. Artinya, Islam
manusia yang „abid, yang menghendaki agar manusia
selalu menghambakan diri dididik agar mampu
kepada Allah. Sebagaimana merealisasikan tujuan hidupnya
Firman Allah dalam surah yaitu beribadah kepada Allah
Adz-dzariyat : 56 SWT.
b. Hakikat manusia Sebagai
Subjek Pendidikan (Mustakim,
2012:13-16)
“Dan aku (Allah) tidak Hakikat pendidikan
menciptakan jin dan
tidak akan terlepas dari hakikat
manusia melainkan

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 54


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

manusia, sebab urusan utama  Manusia mempunyai


pendidikan adalah manusia. potensi dan sumber daya
Wawasan yang dianut oleh manusia. Allah telah
pendidik dalam hal ini guru, memberikan akal, lubb
tentang manusia akan (qalb dan fuad), hilm
mempengaruhi strategi atau (santun),pendengaran,
metode yang digunakan dalam penglihatan, alat gerak dan
melaksanakan tugas-tugasnya. perasa. Sebagaimana dalam
Disamping itu konsep firman Allah Surah Ar-
pendidikan yang dianut saling Rahman : 1-4
berkaitan erat dengan hakikat
pendidikan.
Manusia dalam
“Tuhan Yang Maha
pandangan Al-Qur‟an adalah Pemurah, Yang telah
makhluk unik (luar biasa) mengajarkan
lantaran kedudukannya sebagai Alquran. Dia
khalifah, sebagaimana menciptakan
penyusun sebutkan pada manusia.
pembahasan sebelumnya. Mengajarkannya
pandai berbicara”
Manusia mempunyai fitrah
 Manusia diberi kebebasan
yang baik, kemampuan
berfikir, sehingga mereka
berkehendak (free will), badan
dapat mencari sendiri,
raga, ruh dan akal. Dengan
menggali, mendalami dan
demikian, pendidikan harus
menganalisis fikirannya
mengembangkan atribut-atribut
terutama dalam kejadian
manusia tersebut. Demikian
yang berhubungan dengan
pula pendidikan Islam
dirinya.Sebagaimana dalam
bertujuan membentuk manusia
surah Asy-Syams: 7-9
yang beriman yang menyadari
dan memperhatikan
komponen-komponen
fitrahnya, tanpa mengorbankan
salah satu demi pengembangan “ Dan jiwa serta
yang lain (Mustakim, 2012:16). penyempurnaannya
Al-Qur‟an banyak (ciptaannya), maka
menyebutkan manusia yang Allah mengilhamkan
mempunyai dampak edukatif kepada jiwa itu
(pedagogik). Menurut Nasir (jalan) kefasikan dan
ketaqwaannya,
Budiman yang dikutip oleh
sesungguhnya
Mustakim (2012:13), ada beruntunglah orang
empat dampak edukatifnya yang mensucikan
yaitu sebagai berikut: jiwa itu, dan

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 55


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

sesungguhnya Kurikulum merupakan


merugilah orang salah satu komponen yang
yang mengotorinya” sangat menentukan dalam
 Manusia berkewajiban
suatu sistem pendidikan,
mempertanggungjawabkan
karena kurikulum merupakan
atas segala usaha dan hasil
alat untuk mencapai tujuan
dari proses berfikir. Rasa
pendidikan dan sekaligus
tanggung jawab ini
sebagai pedoman dalam
mendidik jiwa manusia
pelaksanaan pengajaran pada
supaya sadar, selalu
semua jenis dan tingkat
tanggap, terhindar dari
pendidikan (Mustakim,
kegelinciran, tidak tunduk
2012:17).
pada hawa nafsu, berlaku
Kurikulum dalam
adil, tidak zalim serta
pendidikan Islam, yaitu kata
beristiqamah dalam segala
manhaj, yang bermakna jalan
tingkah laku dan urusan
yang terang, atau jalan terang
kemanusiaan. Allah selalu
yang dilalui oleh manusia pada
mengingatkan kita dalam
bidang kehidupannya.Jadi,
firmanNya surah Al-
kurikulum yang dimaksud
Zalzalah : 7-8
adalah jalan terang yang dilalui
oleh pendidik atau guru latih
dengan orang yang
“Barangsiapa yang dididik atau dilatihnya untuk
mengerjakan mengembangkan pengetahuan,
kebaikan seberat ketrampilan dan sikap mereka.
dzarrahpun, niscaya
Keberadaan kurikulum
dia akan melihat
(balasannya). Dan dalam pendidikan Islam
barangsiapa yang sebagai alat untuk mendidik
mengerjakan generasi muda dengan baik dan
kejahatan sebesar menolong mereka untuk
dzarrahpun, niscaya membuka dan
dia akan melihat
mengembangkan kesediaan-
(balasannya) pula”
 Pendidikan dalam Islam kesediaan, bakat-bakat,
menggunakan pendekatan kekuatan-kekuatan, dan
rasional, imani, emosional ketrampilan mereka yang
dan fungsional untuk bermacam-macam dan
mengenali jati dirinya menyiapkan mereka dengan
sampai mengenal pada baik untuk menjalankan hak-
Tuhannya. hak dankewajiban, memikul
c. Hakikat Kurikulum pendidikan tanggungjawab terhadap diri,
Islam (Mustakim, 2012 : 17- keluarga, masyarakat,
19) bangsanya dan turut serta

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 56


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

secara aktif untuk kemajuan sejarah. Dengan


masyarakat dan bangsanya. mengemukakan berbagai
Alat pendidikan yang di cerita dan dengan membuka
maksudkan penulis adalah lembaran-lembaran di masa
media untuk terlaksananya lampau, Allah mengajak
proses pendidikan, maka alat manusia supaya bercermin
disini mencakup apa saja yang kepada fakta dan data di
dapat digunakan termasuk masa dahulu itu untuk
didalamnya metode pendidikan melihat dirinya.Berbagai
menurut Al-Qur‟an. cerita dan kisah dalam Al-
Dalam hal ini ada 3 Qur‟an menghidupkan
landasan yang dipakai sejarah-sejarah lama untuk
Alqur‟an dalam melaksanakan memberanikan hati manusia
kurikulum yaitu : untuk zaman yang akan
 Muhkamah Aqliyah, dihadapinya dan mengambil
mengetuk akal pikiran untuk ibrah „pelajaran/hikmah‟
memecahkan segala sesuatu. kejadian masa lalu demi
Di dalam tingkatan ini Al- menyambut masa depan
Qur‟an menyadarkan setiap yang gemilang.
akal manusia untuk  Al-Isarah al-Wijdaniyah,
memikirkan asal-usul memberikan perangsang
dirinya, mulai dari asal mula kepada perasaan-perasaan.
jadinya, kemudian Membangkitkan
perkembangannya baik fisik rangsangan-rangsangan
maupun akal dan ilmunya adalah jalan yang terpendek
ataupun mental spiritual. untuk menanamkan suatu
Allah menyebutkan Al- karakter kepada setiap
Qur‟an akal sebanyak 29 individu. Perasaan tersebut
kali, pikiran 18 kali, zikr terbagi atas tiga macam
„ingatan‟ sampai 267 kali, yaitu perasaan pendorong
fih „pemikiran yang (rasa gembira, harapan),
mendalam‟ dan ilmu sampai perasaan penahan (rasa
800 kali (termasuk khusus takut, rasa sedih berbuat
kata-kata ilmu 105 kali), dzalim) dan perasaan
sehingga berjumlah 1.154 kekaguman (rasa hormat,
kali Allah menyuruh kagum, cinta).
manusia supaya berhukum Kurikulum mempunyai
memanfaatkan akal dan peran penting dalam upaya
ilmunya. untuk mencapai tujuan
 AlQishas wat Tarikh, pendidikan. Apalagi ini
menggunakan cerita-cerita tujuan pendidikan Islam
dan pengetahuan yang begitu kompleks,

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 57


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

seorang anak didik tidak keyakinan, dan sejenisnya.


hanya memiliki kemampuan Contoh obyek ilmu non-
secara afektif, kognitif materi misalnya obyek yang
maupun psikomotor, tetapi membicarakan tentang ruh
dalam dirinya harus (alam jabarut), sifat-sifat
tertanam sikap dan pribadi ketuhanan (alam lahut), dan
yang berakhlakul karimah wujud Tuhan (alam hahut).
yang selalu berlandaskan Pembagian ilmu dalam
tauhid / mengesakan Allah, dataran ontologis ini
beribadah kepada-Nya menurut pandangan Islam,
(Mustakim, 2012 :19). nampak bahwa Islam juga
Arifin (2014:9) mengakui adanya ilmu
menambahkan kajian ontologis materi dan non-materi.
juga dikaitkan dengan objek Keduanya memiliki
ilmu dalam pandangan Islam, pengakuan dan basis
maka ilmu dapat dibagi teologis di dalam Islam
menjadi dua, yaitu ilmu yang yang bersumber al-Qur‟an
bersifat materi dan ilmu yang dan Hadis.
bersifat non-materi. 3. Kajian Epistemologi Ilmu
1. Obyek ilmu yang bersifat Pendidikan Islam
materi adalah obyek ilmu Epistemologi adalah kata
yang dapat didengar, dilihat, lain dari filsafat ilmu berasal dari
atau dirasakan. Contohnya bahasa latin episteme, berarti
adalah ilmu-ilmu dalam knowledge, yaitu pengetahuan dan
kategori alam nasut (alam logos berarti teori atau ilmu. Jadi,
materi) dan alam malakut epistemologi, berarti “teori
(alam kejiwaan), seperti pengetahuan” atau teori tentang
sains yang ada sekarang, metode, cara, dan dasar ilmu
mencakup ilmu eksak (ilmu pengetahuan, atau studi tentang
pasti) dan non eksak (seperti hakikat tertinggi, kebenaran, dan
politik, ekonomi, social, batasan ilmu manusia. Syaifuddin
budaya, dan lain-lain). (2013:2) menambahkan bahwa
2. Obyek ilmu yang bersifat epistemology merupakan kajian
non materi adalah obyek filsafat yang membahas tentang
ilmu yang tidak dapat bagaimana cara mendapatkan
didengar, dilihat ataupun ilmu pengetahuan dari objek yang
dirasakan. Hasil akhir dari dipikirkan. P. Hardono Hadi
obyek ilmu non-materi menyatakan bahwa epistemologi
biasanya lebih dirasakan adalah cabang fisafat yang
sebagai kepuasaan spiritual mempelajari dan mencoba
berupa ketenangan jiwa, menentukan sekup pengetahuan,
perasaan nyaman, motivasi, pengandaian-pengandaian dan

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 58


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

dasarnya, serta adalah berpikir rasional,


pertanggungjawaban atas sedangkan membuktikan adalah
pernyataan mengenai pengetahuan berpikir empiris. Dan gabungan
yang dimiliki. dua model berpikir di atas adalah
Epistemologi merupakan metode ilmiah (Syaifuddin,
cabang dari fisafat yang berusaha 2013:9).
memberikan definisi ilmu Menurut Tobroni (2008:
pengetahuan. Luasnya jangkauan 22) yang dikutip dalam Arifin
epistemologi menyebabkan (2014:10) dan senada dengan
pembahasannya sangat detail dan penelitian yang dilakukan
sulit. Menurut Jujun S. Syaifuddin (2013:17) menyatakan
Suriasumantri bahwa persoalan bahwa pembahasan tentang
utama yang dihadapi tiap epistemologi dalam pendidikan
epistemologi pengetahuan pada meliputi dimensi pengetahuan,
dasarnya adalah bagaimana sumber pengetahuan, dan
mendapatkan pengetahuan yang pengujian kebenaran.
benar dengan memperhitungkan 1. Dimensi Pengetahuan
aspek ontologi dan aksiologi Beberapa pertanyaan
masing-masing. Epistemologi yang sering muncul dalam
juga bisa menentukan cara dan kaitan dengan dimensi
arah berpikir manusia. Dari sini pengetahuan ini adalah: apakah
dapat dilihat apakah seseorang itu realitas dapat diketahui secara
menggunakan cara berpikir sesungguhnya? Bagaimana
deduktif atau induktif. Pada cara mengetahuinya itu?
bagian lain dikatakan bahwa Tidakkah kebenaran itu relatif?
epistemologi keilmuwan pada Bagaimanakah relasi manusia
hakikatnya merupakan gabungan dengan pengetahuan? Apakah
antara berpikir secara rasional dan manusia berperan sebagai
berpikir secara empiris. Kedua penerima, partisipan, penguasa
cara berpikir tersebut dan penghasil pengetahuan?
digabungkan dalam mempelajari Apakah ada pengetahuan yang
gejala alam untuk menemukan murni obyektif? Adakah
kebenaran sebab epistemologi kebenaran yang bergantung
ilmu memanfaatkan kedua kepada pengalaman manusia?.
kemampuan manusia dalam Dalam perspektif Islam,
mempelajari alam, yakni pikiran pendidikan Islam harus
dan indra. Oleh sebab itu, berupaya untuk membimbing
epistemologi adalah usaha untuk orang memiliki pemahaman
menafsir dan membuktikan bahwa Allah adalah sumber
keyakinan bahwa kita mengetahui kebenaran obyektif, absolute,
kenyataan yang lain dari diri dan manusia atas dasar fitrah
sendiri. Aplikasi dari menafsirkan dan hanifnya sangat cinta dan

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 59


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

berupaya mencari kebenaran untuk manusia, seperti


itu. Dalam batas-batas tertentu pengetahuan fisik. Kedua, jenis
manusia bisa menjadikan yang krusial, yaitu
dirinya sebagai sumber pengetahuan tentang sejarah
pengetahuan, akan tetapi dan geografi. Al-Qur‟an
terlepas dari hubungannya mendorong manusia untuk
dengan Allah, kebenaran yang mengadakan perjalanan di
dipahaminya cenderung muka bumi dan menelaah apa
bersifat semu belaka. yang telah terjadi pada
Kebenaran yang dinyatakan peradaban masa lalu dan
Allah bagi manusia bersifat mengapa mereka bangkit
tekstual (AlQur‟an, wahyu), kemudian jatuh. Ketiga, adalah
tetapi juga fenomenal pengetahuan tentang manusia
(kejadian-kejadian alam) dan sendiri. Al-Qur‟an
faktual (pribadi rasulullah). menyebutkan, ”kami akan
Kebenaran tekstual juga memperlihatkan kepada
berdasarkan ayat qauliyyah mereka tanda-tanda
yang terdapat dalam Al-Qur‟an (kekuasaan) kami disegenap
dan Hadis, kebenaran ufuk dan pada diri mereka
fenomenal didasarkan pada sendiri sehingga jelaslah bagi
ayat kauniyah mereka al-Qur‟an itu adalah
(sunatullah/sebabakibat/causali benar. Dan apakah Tuhanmu
ty), sedangkan kebenaran tidak cukup bagimu bahwa
factual didasarkan ayat sesungguhnya Dia
insaniyah yang terdapat dalam menyaksikan segala sesuatu?”.
diri manusia, khususnya nabi 2. Sumber Pengetahuan
Muhammad sebagai makhluk Dalam perspektif Islam,
yang paling utama. Allah adalah sumber-sumber
Pendapat Fazlur kebenaran dan pengetahuan.
Rahman yang tercantum dalam Maka, pendidikan Islam juga
penelitian Syaifuddin harus mendorong orang untuk
(2013:17) bahwa dia cenderung belajar dari berbagai sumber
mengklasifikasikan kebenaran, dan menguji
pengetahuan manusia yang kebenaran itu dari prinsip-
berlandaskan Al-qur‟an kepada prinsip Al-Qur'an dan Al-Hadis
tiga jenis, yaitu pengetahuan (Arifin, 2014: 11). “ilmu”
tentang alam, pengetahuan adalah segala sesuatu yang
tentang sejarah, dan diketahui oleh manusia, yang
pengetahuan tentang manusia. hakikatnya berasal dari Allah
Pertama, pengetahuan tentang dan diperoleh manusia melalui
alam yang dimaksud adalah usahanya sendiri berdasarkan
semua yang telah diciptakan kekuatan rekayasanya

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 60


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

(basyariyah), ataupun anugerah Tuhan, sedangkan ilmu ladunni


yang langsung diberikan oleh didapatkan karena kedekatan
Allah (mukasyafah). manusia kepada Allah,
(Arifin, 2014: 11) sehingga tertuntun hidayah-
mengutip pendapat M. Quraish Nya.
Shihab, ilmu mukasyafah Sayyed Muhammad
disebut juga „ilm ladunni, yaitu Naquib al-Attas sebagaimana
ilmu yang diperoleh tanpa dikutip Arifin (2014:12) bahwa
upaya manusia. Sedangkan dalam memperoleh ilmu
ilmu basyariyah yang disebut pengetahuan ada sumber dan
juga dengan „ilm kasbi yaitu metode ilmu, yaitu: indera-
ilmu yang diperoleh karena indera-lahir dan batin, akal dan
usaha manusia yang melakukan intuisi, dan otoritas. Dan
pelacakan terhadap konstruksi menurut Ibn Taimiyyah, seperti
ilmu itu sendiri. Konstruksi yang dideskripsikan oleh
ilmu yang demikian merupakan Ahmad Dimyati Rasyid, cara
susunan fakta empiric yang memperoleh ilmu tidak hanya
merupakan postulat, beberapa melalui empiri dan rasio, tetapi
contohnya adalah dalam juga melalui kawasan lain,
penciptaan langit dan bumi, yaitu melalui nur Illahi
silih bergantinya malam dan (persepsi supranatural
siang, bahtera yang berlayar di Illahiyat) Sebagaimana
laut membawa apa yang pendapat Mulyadi Kertanegara
berguna bagi manusia, dan apa (2010: 261) yang dikutip Arifin
yang Allah turunkan dari langit (2014:13) bahwa sumber ilmu
berupa air, lalu dengan air dalam Islam tidak hanya
tersebut mampu menghidupkan indera, tapi juga akal, hati, dan
bumi sesudah matinya dan wahyu, pengalaman juga
tersebarnya di bumi itu segala begitu tidak hanya pengalaman
jenis hewan dan pengisaran indera yang diakui, tetapi juga
angin dan awan yang pengalaman intelektual, dan
dikendalikan antara langit dan juga pengalaman intiusi atau
bumi (Arifin, 2014:12). pengalaman yang disebut
Jadi, dalam pandangan religious experience.
Islam, ditinjau dari cara Fazlur Rahman
memperoleh ilmu (dataran mengungkapkan dalam
epistemologis) dibagi menjadi penelitian Syaifuddin
dua, yaitu ilmu kasbi atau (2013:17) bahwa semua
mubasyarah dan ilmu ladunni pengetahuan didasarkan pada
atau mukasyafah. Ilmu kasbi tiga sumber yaitu pertama,
didapat karena ketekunan physical univers, artinya
dalam mempelajari ayat-ayat fenomena-fenomena alam

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 61


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

harus dipelajari secara terus menekankan persesuaian


menerus untuk menciptakan antara si pengamat dengan
gambaran alam semesta secara apa yang diamati sehingga
total. Kedua, constitution of kebenaran yang ditemukan
the human mind,artinya setiap adalah kebenaran empiris.
pengetahuan harus diteliti Kelompok ini dinamakan
dengan intensitas yang empirisme.
memadai untuk menciptakan b. Koherensi dan Konsistensi,
kepribadian manusia yang artinya jika suatu ide,
seimbang, sehat, percaya diri gagasan, yang kita miliki
dan kreatif. Dalam hal ini al- dikaji ulang dengan kriteria
qur‟an menekankan pada studi penilaian sebelumnya, serta
inner word seperti jiwa ditelusuri dari berbagai segi,
manusia dan data yang dan hasilnya ternyata tetap
diperoleh berkaitan dengan bersesuaian, maka hal itu
kerja manusia dan motivasinya. mengandung kebenaran.
Ketiga, Historical study of Teori koherensi
societies (Sejarah menekankan pada
menghasilkan sosiologi), peneguhan terhadap ide-ide
artinya al-qur‟an memberikan apriori atau kebenaran logis,
penekanan yang sama pada yakni jika proposisi-
sejarah. Apresiasi secara benar proposisi yang diajukan
pada budaya, masyarakat dan koheren satu sama lain.
agama lain. Seperti Kelompok ini dinamakan
mengurangi kefanatikan dan rasionalisme.
pikiran yang sempit. c. Pragmatis, yakni
3. Pengujian Kebenaran berdasarkan nilai dari
Menurut Tobroni manfaat dari pengetahuan
(2008: 24) yang dikutip oleh atau kebenaran itu sendiri
Arifin (2014:14), dalam dalam kehidupan sehari-
epistemologi, orang dapat hari. Ujian kebenaran dalam
menguji kebenaran filsafat pragmatisme adalah
berdasarkan tiga cara, yaitu: memberikan manfaat
Korespondensi, Koherensi, dan (utility), kemungkinan
Pragmatis. dikerjakan (workability)
a. Korespondensi. Teori ini atau akibat yang
berpendapat bahwa yang memuaskan keinginan, dan
dimaksud kebenaran adalah yang benar adalah yang
adanya hubungan antara dapat dibuktikan dengan
subyek dengan obyek dan eksperimen. Islam
tidak ada pertentangan. mengakui ketiga cara
Teori korespondensi pengujian kebenaran di atas.

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 62


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Kebenaran empirik dalam dengan hal-hal gaib dan


bahasa Islam adalah spiritual saja (Arifin, 2014:13).
kebenaran ayat-ayat Syaifuddin (2013:19)
kauniyah (sunnatullah), menambahkan bahwa
kebenaran rasional dalam pembahasan kebenaran dalam
Islam diakuinya nalar epistemology pemikiran Islam
epistemologi aqliyyah yang terkait dengan kebenaran
(burhani) dan naqliyyah wahyu dan kebenaran akal
(bayani-irfani), sedangkan (rasio). Menurut al-Farabi,
pengujian pragmatis dalam dalam mencari kebenaran ia
Islam diakuinya bahwa berangkat dari pembahasan
kebenaran dapat dibuktikan mengenai hubungan antara
secara eksperimen, bahwa wahyu, intelek dan akal. Salah
ayat-ayat qauliyyah tidak satu pilar dasar keimanan Islam
bertentangan dengan adalah percaya kepada wahyu
perkembangan sains dan Illahi. Manusia penerima
teknologi. wahyu dikenal sebagai nabi
Al-Qur‟an sendiri atau rasul Allah. Kaum Muslim
mensinyalir bahwa ada tiga percaya bahwa para nabi dan
daya yang dapat dipakai rasul adalah makhluk Allah
sebagai sarana untuk yang terbaik dan termulia.
memahami kebenaran. Tiga Orang awam cukup puas
daya itu adalah pikiran (al- menerima kebenaran ajaran
fikr), akal (al-„aql) dan nurani agamanya pada dataran iman,
(al-qalb, al-af‟idah). Daya sedangkan para fiosof mencoba
pikiran (al-fikr) terdapat memahami realitas wahyu
kurang lebih 16 ayat al-Qur‟an Illahi sebagai suatu kebenaran
yang kesemuannya dipakai fiosofi. Ada tiga macam intelek
dalam konteks alam dan dalam hubungannya dengan
manusia dalam dimensi wahyu: pertama, intelek aktif:
fisiknya. Sedangkan yang entitas kosmik yang bertindak
memakai kata „aql terdapat sebagai perantara transenden
kurang lebih 49 ayat, yang antara Tuhan dan manusia.
digunakan dalam konteks yang Kedua adalah intelek
lebih luas, dan berkaitan perolehan: intelek yang
dengan hal-hal yang bersifat diperoleh nabi hanya jika
konkret, material, spiritual, jiwanya bersatu dengan intelek
maupun yang bersifat gaib. aktif. Dalam persenyawaan ini
Adapun yang memakai kata intelek perolehan menerima
al‟qalb terdapat kurang lebih pengetahuan transenden dari
101 ayat yang pada umumnya intelek aktif. Ketiga, adalah
dipakai dalam kaitannya intelek pasif: merujuk pada

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 63


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

intelek penerimaan aktual nabi bersangkutan dengan masalah


secara umum. Intelek kebenaran. Etika bersangkutan
perolehan adalah kekuatan dengan masalah kebaikan
memahami (intelektif) khusus (dalam arti kesusilaan), dan
yang merasuk ke dalam alam estetika bersangkutan dengan
pikiran nabi sebagai hasil masalah keindahan. Nilai dan
persenyawaannya dengan implikasi aksiologi di dalam
intelek aktif. pendidikan ialah pendidikan
Dapat disimpulkan menguji dan mengintegrasikan
bahwa jika semua menyakini semua nilai tersebut di dalam
bahwa Allah adalah sumber kehidupan manusia dan
kebenaran dan pengetahuan, membinanya di dalam
maka seharusnya problem kepribadian anak (Arifin, 2014
epistemologis pendidikan :15).
Islam, yaitu adanya dikotomi Dilihat dari kajian
ilmu tidak perlu terjadi., karena aksiologis, ilmu dalam
semua ilmu itu berasal dari pendidikan Islam (Islam)
Allah, baik ilmu itu bersumber memiliki manfaat bagi
dari indera, akal, hati, dan kehidupan di dunia dan
wahyu. Prinsipnya, jika ilmu Akhirat. Islam tidak
itu tidak bertentangan dengan mengajarkan manusia untuk
wahyu, dari mana pun atau lebih mementingkan kehidupan
siapa pun yang duniawi atau akhirat saja, tapi
mengajarkannya, maka bisa keduanya berjalan seimbang.
dijadikan pegangan bagi setiap Tujuan utama dari pendidikan
orang. Sebagaimana pepatah, Islam adalah membentuk
ambillah hikmah dari mana kepribadian muslim yang
pun keluar. humanis dan religious. Sikap
4. Kajian Aksiologis Ilmu humanis diwujudkan dalam
Pendidikan Islam bentuk sikap penghargaan
Aksiologi (filsafat nilai) kepada orang lain (horizontal)
ialah ilmu pengetahuan yang maupun pada alam (diagonal),
menyelidiki hakekat nilai, yang sedangkan sikap religius
umumnya ditinjau dari sudut diwujudkan dalam bentuk
pandangan kefilsafatan. Di sikap ketundukan terhadap
dunia ini terdapat banyak perintah dan larangan Allah
cabang pengetahuan yang (vertical) (Arifin, 2014:16).
bersangkutan dengan masalah-
masalah nilai yang khusus, C. PENUTUP
seperti ekonomi, estetika, etika, 1. Kesimpulan
filsafat agama dan Kesimpulan yang
epistemologi. Epistemology diperoleh dari penulisan makalah

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 64


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

yang berjudul “Ilmu Pendidikan Sumber pengetahuan adalah


Islam Perspektif Filosofis” adalah Allah SWT yang tercantum
sebagai berikut: dalam Al-qur‟an dan Hadist,
 Pendidikan Islam merupakan serta 3) Pengujian kebenaran
proses pembelajaran peserta dilakukan dengan
didik yang menekankan pada korespondensi, koherensi dan
nilai-nilai moralitas yang pragmatis dengan
terkandung dalam Al-Qur‟an menggunakan 3 daya yang
dan Hadis. dipakai untuk memahami
 Kajian filsafat ilmu pendidikan kebenaran yakni pikiran, akal
Islam terbagi menjadi 3 yaitu dan nurani..
ontologi, epistemologi dan  Sedangkan kajian aksiologi
aksiologi. membahas tentang nilai yang
 Ontologi membahas tentang 1). mencakup kemanfaatan di
hakikat tujuan pendidikan dunia dan akhirat sehingga
Islam yaitu pengembangan dan terbentuk kepribadian muslim
pembentukan manusia yang yang humanis dan religious.
selalu berlandaskan Al-qur‟an
dan Hadist, 2). hakikat
manusia sebagai subjek DAFTAR PUSTAKA
pendidikan karena manusia
mempunyai akal, hati dan Arifin, Z. 2014. Pendidikan Islam
santun, manusia diberi dalam Perspektif Filsafat Ilmu.
kebebasan berfikir serta Ta‟dib, Vol.XIX, No. 01, Edisi
berkewajiban Juni 2014.
mempertanggungjawabkan Daradjat, Z . 2014. Ilmu Pendidikan
output dari proses berfikir. Islam. Bumi Aksara : Jakarta
Sedangkan 3) hakikat (Cetakan ke-11).
kurikulum pendidikan Islam Kosim, M. 2008. Ilmu Pengetahuan
yang mempunyai peranan dalam Islam (Perspektif
penting dalam upaya mencapai Filosofis dan Historis). Tadris.
tujuan pendidikan yaitu Vol. 3, No. 2. 2008.
menjadikan peserta didik Mustakim, M. 2012. Ontologi
memiliki kemampuan afektif, Pendidikan Islam (Hakikat
kognitif, psikomotorik dan Pendidikan dalam Perspektif
berakhlakul karimah yang Islam). Jurnal Ilmu Tarbiyah
berlandaskan pada tauhid. “At-Tajdid”, Vol.1, No.2, Juli
 Kajian Epistemologi mencakup 2012.
1). Dimensi pengetahuan yang Nata, A. 2010. Ilmu Pendidikan Islam
terbagi menjadi 3 jenis yaitu dengan Pendekatan
pengetahuan tentang alam, Multidisipliner. PT raja Grafindo
sejarah dan manusia, 2). Persada: Jakarta.

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 65


Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Filosofis (Nafisah, DF et al)

Rahman, A. 2012. Pendidikan Agama


Islam dan Pendidikan Islam-
Tinjauan Epistemologi dan Isi-
Materi. ISSN : 0216-6437.
Jurnal Eksis, vol 8 No.1, Maret
2012 : 2001-2181.
Ramayulis. 2010. Metode Pendidikan
Agama Islam. Kalam Mulia :
Jakarta.
Suriasumantri, J.S. 2007. Filsafat Ilmu.
PT. Pancaranintan Indahgraha:
Jakarta.
Syaifuddin, R. 2013. Epistemologi
Pendidikan Islam dalam
Kacamata Al-Ghazali dan
Fazlur Rahman. Episteme, Vol.
8, No.2, Desember 2013.
Tafsir, A.2013. Ilmu Pendidikan Islami.
PT Remaja Rosdakarya :
Bandung (Cetakan II)
Zamrony. Arah Baru Pendidikan Islam
: Membangun Epistemologi
Pendidikan Islam Mokhotomik.
Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang : Malang.

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 2 Juli-Desember 2015 | 66

You might also like