You are on page 1of 16

Jurnal Paramurobi, Vol. 2, No.

1, Januari-Juni 2019

PANDANGAN ABDULLAH NASHIH ULWAN TENTANG AKTUALISASI


PENDIDIKAN ETIKA DAN KETELADANAN GURU SEBAGAI PENDIDIK
YANG BERKARAKTER DALAM TARBIYAH AL-AULĀD FI AL-ISLĀM

Faisal Kamal dan Umul Ma'rufah

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UNSIQ Jawa Tengah


Jl. KH. Hasyim Asy'ari Km. 03, Wonosobo, Jawa Tengah
faisalkamal789@gmail.com

Abstract
The education of ethics in Islamic education terminology is called moral education. The
objective of moral education is to form a Muslim personality that is plenary, the personality
of the human being Kamil. The process of moral education rests with the function and
role of the teacher as a role model, which is the teacher who can be in the example by
his student. Therefore, the study is said to be a teacher who is ethical, moral, morality,
and able to be an example for the children he is based on the foundation and principles
of Islamic education. The purpose of this research gives an overview of the points of
mind of Abdullah Nashih Ulwan about ethical education, education, and personality
of the teacher. Therefore, the expected outcome of this study was the discovery of the
aspects of the thought of Abdullah Nashih Ulwan in ethical matters, the transparency,
and characteristics of educators. This research is a type of descriptive exploratory
research, which is a type of research that uses a qualitative research approach (qualitative
research) by describing its thinking in narrative form. As for the collecting of research
data, researchers use primary and secondary data sources. The primary data source is
the book Tarbiyah Al-Aulād Fi Al-Islām which has been translated by Jamaludin Mirri as
subject matter or research subjects. The secondary data sources are the other references
used as supporting reference materials used to reinforce writers ' arguments. Based on
primary data sources and secondary data authors perform analysis to know the pattern,
patterns, categories of thought Abdullah Nashih Ulwan by Using content analysis.

Keywords : Teacher Ethics, Character Education, Abdullah Nashih Ulwan and Tarbiyah
Al-Aulad Fi Al-Islām
Faisal Kamal, Umul Ma'rufah

Abstrak
Pendidikan etika dalam terminologi pendidikan Islam disebut dengan pendidikan
akhlak. Tujuan daripada pendidikan akhlak adalah membentuk kepribadian muslim
yang paripurna, yaitu kepribadian insan kamil. Proses pendidikan akhlak bertumpu
kepada fungsi dan peran guru sebagai role model, yakni guru yang bisa di contoh oleh
anak didiknya. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini dikatakan guru yang berkepribadian
adalah guru yang beretika, bermoral, berakhlak dan mampu menjadi teladan bagi anak
didiknya dengan berlandaskan kepada dasar dan prinsip pendidikan islami. Adapun
tujuan penelitian ini memberikan gambaran tentang pokok-pokok pikiran Abdullah
Nashih Ulwan tentang pendidikan etika, pendidikan keteladanan, dan kepribadian
guru. Oleh sebab itu, hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah ditemukannya
aspek-aspek pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dalam masalah etika, keteladanan, dan
karakteristik pendidik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif eksploratori,
yaitu jenis penelitian yang menggunakan pendekatan penelitian kualitatif (qualitative
research) dengan mendeskripsikan pemikirannya dalam bentuk naratif. Sedangkan dalam
menghimpun data penelitian, peneliti menggunakan sumber data primer dan sekunder.
Sumber data primer yaitu buku Tarbiyah Al-Aulād Fi Al-Islām yang telah diterjemahkan
oleh Jamaludin Mirri sebagai pokok bahasan atau subjek penelitian. Adapun sumber
data sekunder adalah referensi-referensi lainnya yang digunakan sebagai bahan acuan
pendukung yang digunakan untuk memperkuat argumentasi penulis. Berdasarkan sumber
data primer dan data sekunder penulis melakukan analisis untuk mengetahui corak, pola,
kategori pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dengan menggunakan analisis isi (content
analysis).

Kata Kunci : Etika Guru, Pendidikan Karakter, Abdullah Nashih Ulwan dan Tarbiyah Al-
Aulād Fi Al-Islām

A. PENDAHULUAN mekanisme sebuah proses produksi semata


(pabrik). Oleh sebab itu, dalam proses kerja
1. Latar Belakang Masalah
itu manusia kemudian terbelenggu oleh hasil
Dewasa ini manusia menghadapi berbagai kerjanya sendiri, terpisah dari sesamanya.1
macam persoalan. Problem-problem di dunia
Masalah yang muncul belakangan dalam
modern justru disebabkan oleh pemikiran
konteks pendidikan Indonesia adalah dalam
manusia sendiri. Dibalik kemajuan ilmu
menciptakan masyarakat yang berbudi pekerti.
dan teknologi, dunia modern sesungguhnya
Derasnya arus informasi tentu berpengaruh
berhadapan dengan masalah-masalah yang
terhadap pola-pola budaya, etika, dan moral
mengancam martabat manusia. Keberhasilan
masyarakat. Budaya yang semula dianggap tabu,
dalam ekonomi, struktur politik dan peradaban
kemudian menjadi hal yang biasa saja. Krisis
yang maju, pada saat yang sama manusia menjadi
moral etika terjadi berakibat pada rendahnya
tawanan atas hasil ciptaannya sendiri. Masalah
tingkat social capital. Kita berada pada zona zero
yang melanda kehidupan manusia era modern
trust society.2 Efeknya negatif dari globalisasi
ini tidak terlepas dari Barat yang bercita-cita
melepaskan diri dari pengaruh agama. Manusia 1 Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi
untuk Aksi, cet. 3, (Bandung: Mizan, 1991), hlm. 159-161.
era modern sekarang ini diposisikan sebagai
2 Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari

2 Jurnal Paramurobi, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2019 ISSN : 2615-5680


Pandangan Abdullah Nashih Ulwan Tentang Aktualisasi Pendidikan....

seperti miskinnya nilai spiritual, manusia 2. Rumusan Masalah


semata menjadi makhluk material, sekularisasi, a. Bagaimanakah konsep etika dan keteladanan
kehampaan hidup, tak bermakna dan lain seorang pendidik perspektif Abdullah
sebagainya.3 Berdasarkan uraian tersebut, dalam Nashih Ulawan dalam Tarbiyah Al-Aulād Fi
upaya pengembangan model pendidikan Islam
Al-Islām?
sentuhan yang mencakup setidaknya tiga aspek,
b. Bagaimanakah karakteristik seorang guru
yaitu pertama adalah aspek knowing, yaitu
yang ideal sehingga disebut guru yang
pemahaman yang benar terhadap ajaran agama.
berkepribadian menurut Abdullah Nashih
Kedua adalah aspek doing praktik yang benar
dalam beragama, dan ketiga adalah aspek being Ulawan dalam Tarbiyah Al-Aulād Fi Al-
yaitu kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islām?
agama Islam.4 3. Metode Penelitian
Penanaman nilai-nilai pendidikan Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai
Islam tersebut bertujuan agar dalam proses jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendidikannya dapat tertanam ke dalam jiwa analisis dokumenter (studi kepustakaan) yaitu
anak didik. Apabila nilai telah tertanam dengan penelitian yang menyangkut informasi-informasi
kuat, maka nilai tersebut menjadi jiwa yang yang diperoleh berasal dari catatan dan dokumen.
selalu mengarahkan kepada hal yang positif. Dalam penelitian deskriptif yang menggunakan
Disisi lain, kecenderungan anak adalah suka analisis dokumenter biasanya sering disebut
meniru, meniru yang baik dan juga meniru yang analisis isi (content analysis).7 Yang dimaksud
buruk, keduanya ditiru.5 Oleh sebab itu, seorang dengan analisis isi adalah menganalisa suatu isi
pendidik bertugas mengendalikan perilaku pesan, pada suatu komunikasi yang berasal dari
anak-anak didiknya itu, karena dalam diri anak sebuah dokumen. Cara kerjanya adalah dengan
yang penting adalah mereka meniru orang yang menganalisis yang didisarkan kepada mental
dianggap sebagai panutan baginya.6 Oleh sebab content dari si penulis tentang bagaimana cara
itu, kaitannya dalam konsep karakteristik seorang berkomunikasi dengan menggunakan model
pendidik sebagai mana yang diungkap oleh naratif ekspositorik, yaitu model komunikasi
Abdullah Nashih Ulwan memberikan gambaran tunggal, memberikan interpretasi kejadian secara
tentang konsep keteladanan dan kepribadian monolog.8 Penulis juga menggunakan analisis
dari karakter Nabi Muhammad SAW. konsep yaitu kajian atau analisis terhadap
konsep-konsep penting yang diinterpretasikan
pelaksanaannya secara beragam.9 Berdasarkan
Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, analisis tersebut, ide atau gagasannya tersebut
Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PT dapat diungkap dan ditemukan.
RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 101-102.
3 Zubaedi, Isu-Isu Baru dalam Diskursus Filsafat
Pendidikan Islam dan Kepita Selekta Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 51-52.
4 Muhaimin, Op.Cit, hlm. 39. 7 Donal Ary, dkk, Pengantar Penelitian dalam
5 Lift Anis Ma'shumah dalam Ismail SM, (ed), Pendidikan, terj. Arief Furchan, (Yogyakarta: Pustaka
Paradigma Pendidikan Islam, cet. 1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 103.
Pelajar, 2001), hlm. 226. 8 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Edisi
6 A. Qodri A. Azizy, Pendidikan (Agama) Untuk VI 2011 (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2011), hlm. 114.
Membangun Etika Sosial, cet. 2, (Semarang: Aneka Ilmu, 9 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Pendidikan,
2003), hlm. 165. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 66.

ISSN : 2615-5680 Jurnal Paramurobi, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2019 3


Faisal Kamal, Umul Ma'rufah

B. PEMBAHASAN membantu dalam pembentukan kepribadian


yang baik. 13
1. Pengertian Etika, Moral Akhlak dan
Keteladanan Akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu
Menurut bahasa etika ialah ilmu yang (‫)أخْــا ٌَق‬, dengan bentuk jamaknya adalah
َ
membahas tentang perihal yang baik dan perihal khuluqun (‫ ) ُخلُـ ٌـق‬yang artinya tabiat, budi pekerti.
yang buruk, dan membahas tentang masalah Kata itu dalam kamus al-Munawir artinya adat
hak dan kewajiban moral atau akhlak (baik dan kebiasaan (al-adat), keprawiraan, kekesatriaan,
buruk).10 Etika dalam pandangan Amin Syukur kejantanan (al-muru’at), agama (ad-din),
disebut ilmu akhlak. Akhlak adalah suatu bidang kemarahan (al-ghadab). Selain itu pula memiliki
ilmu yang membahas permasalahan perilaku kesesuaian dengan khalqun (‫ْــق‬ ٌ ‫ ) َخل‬yang artinya
manusia tentang perihal baik dan buruknya. adalah kejadian. Kata lainnya adalah khaliq
Dalam pandangan Fazlur Rahman kerangka (‫ )خاَلِـ ٌـق‬yang artinya pencipta dan makhluk (‫) َم ْخلُـ ْو ٌق‬
akhlak meliputi Iman, Islam dan Taqwa. Ketiga yang artinya diciptakan. 14
tidak dapat dipisahkan. Iman terkait dengan Terminologi akhlak menurut Ibnu
kehidupan batin, Islam berkaitan dengan amalan Miskawaih (Wafat 421 H/1030 M) dalam
lahir, dan taqwa secara serempak terdiri dari kitabnya Tahdzibal-Akhlak15 sebagai berikut:
keimanan dan keislaman.11
ِ ْ ‫ـس َدا ِعيَ ـ ٌة لَ َهــا اِ َل اَفْ َعالِ َهــا ِم ـ ْن َغـ‬
َ‫ـر ِف ْك ـ ٍر َو ال‬ ِ ‫ـال لِل َّن ْفـ‬
ٌ ‫اَلْ ُخلُـ ُـق َحـ‬
Moral dalam kamus besar bahasa
Indonesia berarti; 1. Ajaran tentang baik buruk ‫َر ِويَّ ـ ٍة‬
yang diterima umum mengenai perbuatan, Artinya: “Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang
sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan
pekerti; 2. Kondisi mental yang membuat orang tanpa melalui pikiran dan pertimbangan”.
tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, Sedangkan menurut pendapat Imam al-
dan sebagainya; isi hati atau keadaan perasaan Ghazali (1015-1111 M) dalam kitabnya Ihya
sebagaimana terungkap dalam perbuatan; 3. ‘Ulum ad-Din,16 akhlak didefinisikan sebagai
Ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu berikut:
cerita. 12
Moral adalah segala yang berurusan ‫ـال‬ ِ ‫فَالْ ُخلُـ ُـق ِعبَــا َر ٌة َعـ ْن َهيْئَـ ٍة ِ ْف ال َّن ْفـ‬
ُ ‫ـس َر ِاسـ َخ ٌة َع ْن َهــا ت َْصـ ُد ُر اْالَفْ َعـ‬
dengan sopan santun, yang berhubungan dengan ‫ـر َحا َجـ ٍة اِ َل ِف ْكـ ٍر َو َر ِويَّـ ٍة‬
ِ ْ ‫ـر ِمـ ْن َغـ‬
ٍ ْ ‫ب ُِسـ ُه ْولَ ٍة َو يُـ‬
etiket. Sumber moral bisa berasal dari tradisi
Artinya: “Akhlak adalah sifat yang tertanam
masyarakat, agama, ideologi atau gabungan
dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-
dari beberapa sumber tersebut. Oleh sebab itu,
kepribadian seseorang bisa dipengaruhi oleh 13 Syarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), cet 1, hlm. 34.
cara berpikirnya yang berdasarkan pertimbangan
14 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-
moral tertentu. Pertimbangan berdasarkan moral Munawwir Arab - Indonesia, Cet. 14, (Surabaya: Pustaka
yang baik yang dimiliki seseorang akan dapat Progresif, 1997), hlm. 363-364.
15 Dalam Maktabah Samilah, Abu Ali Ahmad bin
10 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Muhammad bin Ya’kub Miskawaih, Tahdzibal-Akhlak wa
Indonesia Edisi III, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. Tathir al-A’araq, Juz 1, (Bairut: Maktabah al-Tsaqafah
309. ad-Diniyyah, 2001), hlm. 41.
11 Amin Syukur, Tasawuf Sosial, (Yogyakarta: 16 Dalam Maktabah Samilah, Abu Hamid bin
Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 163-165. Muhammad al-Ghazali, Ihya ‘Ulum ad-Din, Juz 3,
12 Tim Penyusun Kamus, Op.Cit, hlm. 754-755. (Bairut: Darul al-Ma’rifah, 2004), hlm. 53.

4 Jurnal Paramurobi, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2019 ISSN : 2615-5680


Pandangan Abdullah Nashih Ulwan Tentang Aktualisasi Pendidikan....

perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa Untuk memudahkan pemahaman tentang
memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. persamaan dan perbedaan etika, moral, dan
Berdasarkan pengertian di atas bahwa akhlak sebagaimana yang telah dijelaskan di atas,
akhlak atau khuluq merupakan suatu sifat yang penulis sajikan keterangannya sebagai berikut.
tertanam dalam jiwa manusia, sehingga akhlak Persamaan/ Etika Moral Akhlak
akan muncul dengan spontan tanpa memerlukan Perbedaan
pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta Objek Material Material Material
adalah adalah adalah
tidak lagi memerlukan dorongan dari luar jiwa manusia manusia manusia
manusia. dan formal dan formal dan formal
perbuatannya perbuatannya perbuatannya
Penjelasan Amin Syukur tentang akhlak Sumber Akal pikiran, Norma, nilai, Al-Qur’an,
merupakan bagian dari tasawuf. Salah satu rasio, filsafat adat, dan sunah Nabi,
karakteristik mistisisme termasuk tasawuf kebudayaan atsar, tabi’
tabiin, ulama
adalah peningkatan moralitas/etika. Oleh karena
Fungsi Penentu Penentu Penentu
itu, tasawuf mempunyai kaitan erat dengan ukuran ukuran ukuran
teori-teori moral yang lazim disebut etika. baik dan baik dan baik dan
Teori etika al-Ghazali umumnya ditulis setelah buruk suatu buruk suatu buruk suatu
perbuatan perbuatan perbuatan
menempuh jalan hidup sufi. Disebabkan kondisi manusia manusia manusia
kerohaniannya banyak berpengaruh terhadap Sifat Relatif, Relatif, Mutlak,
bangunan konsepsi etikanya. Di sisi lain, teori terbatas, dan terbatas, dan Abadi,
etikanya juga dilatarbelakangi oleh kondisi berubah-ubah berubah- Universal dan
(temporal) ubah tidak dapat
obyektif masyarakatnya yang mengalami (temporal) diubah
degradasi moralnya dan merugikan kehidupan
Adapun keteladanan berasal dari kata
akhirat. Perhatian utama hidup dan pemikirannya
teladan yang artinya adalah sesuatu hal yang
selama menempuh kehidupan sufi adalah
layak dan patut untuk ditiru, dengan kata lain
kehidupan akhirat yang baik, karena faktor inilah
merupakan contoh yang baik.18 Pandangan Said
yang menyebabkan etikanya bersifat religius dan
Muhammad Qabil, keteladanan merupakan
sufistik. 17
contoh yang diikuti oleh orang lain, lalu di ikuti
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas, oleh orang yang lainnya dan akan melakukan apa
pengertian etika ialah ilmu yang membicarakan yang dilakukan oleh yang mencontohkannya.
tentang sesuatu yang menurut ukuran dikatakan 19
Teladan adalah di antara metode yang paling
baik dan buruk tentang perihal yang terkait dengan penting dalam pendidikan, baik untuk pendidikan
moral (akhlak). Adapun moral membahas tentang yang sudah dewasa maupun untuk anak kecil
hal-hal yang berkaitan sopan santun. Adapun sama saja. Teladan melahirkan sikap menghargai
sumbernya dapat berasal dari kebudayaan, tradisi keutamaan akhlak melalui pengamalannya
atau adat istiadat, agama atau sebuah ideologi dalam kehidupan sehari-hari.
atau gabungan dari beberapa sumber. Sumber
Keteladanan seorang pendidik merupakan
moral dalam Islam paling utama adalah agama,
salah satu faktor kunci yang menentukan baik
sebagai cerminan keimanan seseorang dalam
berperilaku dalam kehidupannya. 18 Tim Reality, Kamus Kamus Terbaru Bahasa
Indonesia, (Surabaya: Reality Publisher, 2008), hlm. 625.
19 Mahmud Al-Khal’awi dan Muhamad Said Mursi,
17 Amin Syukur, Intelektualisme Tasawuf, cet. 2, Mendidik Anak dengan Cerdas, (Solo: Insan Kamil, 2007),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 183. hlm. 90.

ISSN : 2615-5680 Jurnal Paramurobi, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2019 5


Faisal Kamal, Umul Ma'rufah

buruknya sifat anak. Bila orang tua berakhlak sesuai dalam proses pendidikannya. 22

mulia dan menghindari perilaku tercela maka Dalam proses pendidikan anak akan
anak akan mencontohnya. Oleh sebab itu, berhasil jika ada keserasian antara kecerdasan dan
sebagai orang tua harus menjadi teladan dan minatnya, antara pembawaan dan pandangannya.
dapat memperlihatkan contoh yang baik kepada Siapa yang cenderung kepada sastra, syair tulis
anak-anaknya. 20 menulis, tidak menonjol di bidang ilmu ukur,
2. Konsep Pendidikan Etika dan Keteladanan ilmu eksak, kedokteran dan matematika. Siapa
yang berbakat dalam ilmu ukur, matematika,
Memahami pola dan corak pemikiran
kedokteran maka sulit menonjol dalam syair dan
Abdullah Nashih Ulwan, dapat dipetakan
sastra. 23
menjadi beberapa aspek yaitu aspek pedagogis,
aspek sosial kultural, dan aspek tauhid. Aspek- b. Aspek Sosiologi dan Kultural
aspek itu kemudian dikaitkan untuk dianalisis Pada prinsipnya manusia merupakan
dan diinterpretasikan dalam bentuk konsep makhluk homosocius, yaitu makhluk yang
pendidikan etika, pendidikan keteladanan dan berwatak dasar dengan insting untuk hidup secara
karakteristik kepribadian guru sebagaimana berkelompok (sosial). Aspek ini memberikan
yang menjadi masalah penelitian ini. Adapun pemahaman bahwa manusia mempunyai jiwa
aspek-aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut: sosial dalam mengembangkan hubungan timbal
a. Aspek Pedagogis balik (interaksi) dalam anggota masyarakat
dalam kesatuan hidupnya.
Seorang guru atau pendidik dapat
memandang manusia sebagai animal educandum Manusia pada dasarnya merupakan
yaitu makhluk yang memerlukan pendidikan. makhluk sosial, makhluk berkebudayaan,
Meskipun dalam perpektif dan pandangan ini makhluk yang membutuhkan dan memerlukan
bahwa proses pendidikan dan perlakuannya makhluk lainnya. Oleh karena itu maka manusia
bukan sebagai hewan yang dapat didik, namun perlu melakukan pemindahan dan penyaluran
sebagai manusia dengan segala potensi yang ada serta pengoperan kebudayaannya kepada generasi
dan dimilikinya dapat di didik dan dikembangkan. yang akan menggantikannya di kemudian hari.24
Pandangan ini, Islam mengarahkan kepada kita Abdullah Nashih Ulwan menyatakan
bahwa seorang anak sesungguhnya telah dibekali bahwa guru bertanggung jawab terhadap
berbagai macam potensi yang apabila potensi pendidikan sosial sejak dini agar di tengah-tengah
tersebut dikembangkan akan menjadi manusia masyarakat nanti mampu bergaul dan berperilaku
secara fisik dan mental akan memadai. 21 sosial yang baik. Pentingnya pendidikan dalam
Abdullah Nashih Ulwan menyatakan aspek sosial dan kultural karena merupakan
bahwa tingkat kecerdasan anak-anak berbeda manifestasi perilaku dan watak dalam pergaulan
satu sama lainnya, termasuk kemampuan dan dengan orang lain. 25
bakatnya. Guru atau pendidik yang bijak adalah Dalam pendidikan sosial, menurut Abdullah
yang mampu menempatkan anak sesuai dengan Nashih Ulwan pentingnya menanamkan prinsip
bakat dan minatnya serta dalam lingkungan yang dasar kejiwaan yang menjadi tanggung jawab

22 Abdullah Nashih Ulwan, Op.Cit, hlm. 603.


20 Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak
Usia Pra Sekolah, (Yogyakarta: Belukar, 2006), hlm. 34. 23 Ibid, hlm. 604.
21 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. 2, 24 Nur Uhbiyati, Op.Cit, hlm. 86-89.
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), hlm. 86-89. 25 Abdullah Nashih Ulwan, Op.Cit, hlm. 435.

6 Jurnal Paramurobi, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2019 ISSN : 2615-5680


Pandangan Abdullah Nashih Ulwan Tentang Aktualisasi Pendidikan....

guru yang meliputi takwa, persaudaraan, kasih mengembangkan kedua insting tersebut. 28

sayang, mengutamakan orang lain, pemaaf, dan Abdullah Nashih Ulwan menyatakan
memiliki sifat keberanian. 26 aspek Tauhid dalam tanggung jawab pendidikan
Tanggung jawab pendidik dalam etika iman adalah hal yang paling utama. Tanggung
pergaulan sosial, Abdullah Nashih Ulwan jawab pendidikan iman dalam perspektif
menyinggung pentingnya memelihara hak orang Abdullah Nashih Ulwan merupakan hal yang
lain, hak orang tua, tetangga, guru, teman dan utama dan prioritas, karena menjadi dasar dalam
sanak saudara. Serta masalah dalam etika sosial, akidah islam. Tanggung jawab pendidikan iman
seperti etika makan minum, memberi salam, yakni meliputi menanamkan kalimat tauhid,
berbicara, bergurau, ta’ziyah dan etika dalam mengenalkan tentang persoalan hukum halal
bersin dan menguap. 27 dan haram, menyuruh anak untuk menjalankan
Berdasarkan uraian di atas, dalam proses ibadah ketika memasuki usia 7 tahun, serta
pendidikan guru tidak hanya menyampaikan mendidik untuk mencintai Rasulullah,
kepada anak didik yang berorientasi transfer keluarganya, sahabatnya dan pentingnya dalam
of knowledge, akan tetapi berorientasi transfer pendidikan al-Qur’an. 29
of value. Guru wajib menjalankan dan d. Konsep Pendidikan Etika
melaksanakan prinsip dasar etika pergaulan
Etika dalam Islam disebut dengan akhlak.
sosial dalam kehidupannya sehari-hari dan
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa etika
menjaga hak orang lain serta dalam masalah
bersifat teoritis dalam menjelaskan perbuatan-
etika sosial. Dalam hal ini guru berperan penting
perbuatan yang berkaitan dengan hal-hal yang
dalam mengimplementasikannya agar seorang
baik dan buruk. Dalam pandangan Islam, etika
pendidik dapat menjadi teladan bagi anak didik
dapat disamakan dengan ilmu akhlak yaitu suatu
serta memiliki kepribadian yang baik.
ilmu yang membicarakan kaidah tentang tingkah
c. Aspek Tauhid laku manusia yang dapat dipandang berdasarkan
Aspek ini memberikan informasi bahwa nilai baik dan buruknya. 30
sesungguhnya manusia merupakan makhluk Akhlak mengandung beberapa pengertian
yang berketuhanan, makhluk yang percaya sebagai berikut:
adanya Tuhan, dapat disebut juga sebagai 1) Tabiat yaitu sifat dalam diri yang terbentuk
homo religius (makhluk yang percaya dengan oleh manusia tanpa dikehendaki dan tanpa
Tuhan dengan cara beragama). Kemampuan diupayakan.
mendasar inilah yang menyebabkan manusia
2) Adat yaitu sifat dalam diri yang diupayakan
menjadi makhluk yang berketuhanan karena di
manusia melalui latihan yakni berdasarkan
dalam jiwa manusia terdapat insting religius,
keinginan.
kecenderungan percaya pada agama. Karena
3) Watak yakni meliputi hal-hal yang menjadi
merupakan hal yang mendasar, bila tidak dididik
melalui sebuah proses pendidikan yang memadai tabiat dan hal-hal yang diupayakan hingga
akan berakibat tidak berkembang sebagaimana menjadi adat. 31
yang dikehendaki. Dengan demikian 28 Nur Uhbiyati, Op.Cit, hlm. 86-89.
pendidikan keagamaan mutlak diperlukan untuk 29 Abdullah Nashih Ulwan, Op.Cit, hlm. 165.
30 Amin Syukur, Tasawuf Sosial, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 163.
26 Ibid, hlm. 436. 31 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan
27 Ibid, hlm. 463. Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja

ISSN : 2615-5680 Jurnal Paramurobi, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2019 7


Faisal Kamal, Umul Ma'rufah

Akhlak atau khuluq itu adalah sifat yang dikatakan baik atau buruk.
tertanam dalam jiwa manusia yang akan muncul Pembagian skhlak secara definitif secara
secara spontan, tanpa memerlukan pemikiran umum di bedakan menjadi dua, yaitu akhlak
atau pertimbangan lebih dahulu dalam terpuji (mahmudah) dan akhlak yang tercela
melahirkan perbuatan-perbuatan, serta tidak (madzmumah). Jika suatu perbuatan manusia
memerlukan dorongan dari luar sebagaimana sesuai dengan perintah Allah dan rasul, kemudian
yang diutarakan oleh Imam al-Ghazali dan Ibnu melahirkan perbuatan yang baik, itulah yang
Miskawaih. disebut sebagai akhlak terpuji. Jika sesuai
Etika atau akhlak dapat dikatakan sebagai dengan apa yang dilarang, perbuatan-perbuatan
pendidikan moral dalam diskursus pendidikan yang buruk, perilaku tersebut dinamakan sebagai
islam. Telaah tentang konsep etika oleh Abdullah yang tercela.
Nashih Ulwan sejalan dengan teori etika al- Moral merupakan cermin dari keadaan
Ghazali yang bercorak teologis yang berakar jiwa dan sekaligus gerak-gerik, perilaku atau
pada pemikiran Aristoteles dan para filosof tindakan manusia. Karena memang tak seorang
muslim lainnya seperti ibnu Sina, al-Farabi, pun manusia yang dapat terlepas dari moral,
dan Ibnu Miskawaih yang menimbang bahwa sehingga manusia akan dinilai berakhlak mulia
nilai kebaikan dan keburukan suatu perbuatan sekiranya jiwa dan tindakannya menunjukkan
dikaitkan dengan akibatnya. 32 kepada hal-hal yang baik, yang dipandang mulia.
Dalam menempatkan suatu perbuatan- Demikian pula sebaliknya manusia akan dinilai
perbuatan yang lahir dengan kehendak dan bermoral rendah sekiranya jiwa dan tindakannya
disengaja hingga dapat dinilai baik atau buruk menunjukkan kepada perbuatan-perbuatan yang
ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan: dipandang tercela. 33
1) Situasi yang memungkinkan tindakan Berdasarkan uraian di atas, akhlak
memilih bukan karena paksaan, adanya ke- berhubungan dengan gejala jiwa sehingga dapat
mauan bebas, sehingga tindakan dilakukan menimbulkan perilaku. Bila perilaku yang
dengan sengaja. timbul baik maka dinyatakan akhlak yang baik.
2) Tahu apa yang dilakukan, yaitu mengenai Bila perilaku yang timbul buruk, maka dikatakan
nilai-nilai baik dan buruknya. akhlak yang buruk. Bedanya dengan moral, ukur
baik dan buruk mengikuti ketentuan agama,
Pokok permasalahan yang menjadi
sedangkan moral berdasarkan adat istiadat dan
bahasan ilmu akhlak adalah perbuatan dan
budaya manusia. Sebagai contoh, minuman
perilaku manusia, lalu ditentukan kriterianya
keras adalah gaya hidup orang Amerika
tersebut, apakah termasuk bagian dari kriteria
yang telah menjadi adat istiadat dan budaya
yang baik atau kriteria yang buruk. Oleh
masyarakat setempat. Tentu berbeda akhlak
sebab itu, ruang lingkup pembahasan ilmu
yang mendasarkan kepada ketentuan Allah
akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian
SWT. Minuman keras merupakan perbuatan
terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh
dan gaya hidup yang tidak sesuai menurut islam
seseorang. maka ukuran yang harus digunakan
dan tetap diperintahkan untuk ditinggalkan oleh
adalah ukuran normatif., jika perbuatan tersebut
manusia, meskipun budaya manusia dan pola
Rosdakarya, 2011), hlm. 10.
32 Amin Syukur dan Masyarudin, Intelektualisme
33 Muhammad Zain Yusuf, Akhlak Tasawuf,
Tasawuf, cet. 2, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm.
(Semarang: Al-Husna, 1993), hlm. 22.
186.

8 Jurnal Paramurobi, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2019 ISSN : 2615-5680


Pandangan Abdullah Nashih Ulwan Tentang Aktualisasi Pendidikan....

pikirnya mengalami perubahan. 34


dan ibadahnya, latihan secara kontinu, dan
Penjelasan Abdullah Nashih Ulwan tentang seyogyanya selalu muhasabah (introspeksi)
perilaku negatif terdapat dalam bab tanggung terhadap dirinya.37
jawab pendidikan fisik. Dijelaskan bahwa tujuan Kehidupan modern yang ditandai dengan
dalam tanggung jawab pendidikan fisik adalah adanya dekadensi moral, dzikir menjadi
agar generasi muda mempunyai kekuatan fisik, sumber energi akhlak. Dzikir tidak hanya dzikir
sehat, bergairah dan bersemangat. Sebagaimana substansial, namun dzikir fungsional, yakni
yang beliau ungkap bahwa Rasulullah SAW dzikir yang yang berfungsi pendidikan diri
menyukai orang islam yang kuat daripada orang menuju akhlak mulia. Pentingnya mengetahui
islam yang lemah. (ma’rifah) dan mengingat (dzikir) pada Allah.
Dalam bukunya tersebut Abdullah Karena sesungguhnya iman adalah keyakinan
Nashih Ulwan beberapa masalah yang harus dalam hati, diucapkan dengan lisan dan
menjadi perhatian di antaranya seperti merokok, direalisasikan dalam amal perbuatan.38
onani, minuman keras, narkotika, zina dan Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan
homoseksual. Dengan tegas dinyatakannya bahwa wujud dari akhlak perbuatan-perbuatan
bahwa agar para pendidik tentang wajibnya manusia yang menjadi karakteristiknya sebagai
menjauhkan anak-anak dari hal yang wujud atas kepribadiannya. Dikatakan sebagai
menghancurkan kepribadiannya.35 Di samping kepribadian karena hal tersebut berkaitan dengan
itu pula, tanggung jawab pendidik lainnya adalah sifat-sifat yang terdapat dan tertanam dalam jiwa
dalam memperhatikan masalah pendidikan manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan
kejiwaan. Seperti dapat terbuka, mandiri, suka dengan tanpa melalui pertimbangan pemikiran
menolong, pengendalian amarah. Menurutnya terlebih dulu. Sifat-sifat manusia yang tertanam
sebagai pendidik supaya merealisasikan tujuan itu dikategorisasikan menjadi dua yakni sifat
pendidikan kejiwaan itu dengan mendidik yang baik dan sifat yang buruk.
anak dalam mengatasi sifat-sifat negatif seperti
e. Konsep Pendidikan Keteladanan
minder, penakut, tidak percaya diri, dan lain
sebagainya. 36 Keteladanan merupakan sebuah metode
yang digunakan untuk merealisasikan tujuan
Akibat adanya modernisasi dan
pendidikan Islam dengan memberi contoh
industrialisasi justru manusia mengalami
keteladanan yang baik agar anak didik dapat
degradasi moral yang menjatuhkan harkat dan
berkembang secara fisik dan mental serta
martabatnya. Merebaknya sifat tidak terpuji
memiliki akhlak yang baik.39 Dalam hal
yaitu sifat al-hirsh, keinginan yang berlebih-
ini Abdullah Nashih Ulwan menyatakan
lebihan terhadap materi dan sifat al-hasud, yaitu
bahwa keteladanan merupakan metode yang
sifat yang menginginkan agar nikmat orang
berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam
lain sirna dan beralih kepada dirinya. Sifat-
mempersiapkan dan membentuk karakteristik
sifat negatif demikian hendaknya dihilangkan
anak. Pendidik merupakan figur terbaik dalam
melalui aktualisasi penghayatan atas iman
pandangan anak yang akan ditiru oleh mereka
34 Abdurrahman Assegaf, Filsafat Pendidikan
37 Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, cet. 3,
Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 114.
Integratif-Interkonektif, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011), hlm. 43-44. 38 Amin Syukur, Op.Cit, hlm. 51.
35 Abdullah Nashih Ulwan, Op.Cit, hlm. 259. 39 Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama
Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm.102.
36 Ibid, hlm. 363-423.

ISSN : 2615-5680 Jurnal Paramurobi, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2019 9


Faisal Kamal, Umul Ma'rufah

dalam berbagai bentuk perkataan dan perbuatan.40 Yang tidak kalah pentingnya dalam usaha
Meskipun manusia memiliki kepribadian pembentukan karakter anak melalui pembiasaan
yang unik dan membedakannya dengan yaitu dengan cara melatih dan membiasakan anak
kepribadian manusia lainnya, di dalam diri dengan segala jenis perilaku, etika dan akhlak
manusia terdapat potensi dasar (fitrah) yang Islami. Dengan membiasakan anak berakhlak
sama sebagai individu.41 Fitrah berarti potensi Islami pada akhirnya menjadi kebiasaan yang
yang dimiliki manusia untuk menerima agama, mengakar dalam diri anak dan karakter yang
iman dan tauhid serta perilaku suci. Dalam istimewa bagi anak, orang tua membiasakan
pertumbuhannya, manusia itu sendiri yang diri pada anaknya dengan tradisi-tradisi Islami
berupaya mengarahkan fitrah kepada iman yang merupakan metode yang menyeluruh dan
atau tauhid melalui pendidikan, pergaulan dan mencakup seluruh lini kehidupan dari bangun
lingkungan yang kondusif.42 Oleh sebab itu, tidur sampai tidur lagi. Pembentukan kebiasaan
diperlukannya pendidikan melalui keteladanan dapat dilakukan melalui teladan yang baik. 44
dan pembiasaan agar fitrah manusia senantiasa Dalam pendidikan keteladanan, contoh
terjaga. atau model yang sesungguhnya adalah Rasulullah
Akhlak manusia dapat dibina proses SAW, sebagaimana firman Allah SWT.
pendidikan dan pembiasaan, sehingga suatu ‫لَ َقـ ْد كَا َن لَ ُكـ ْم ِف َر ُســو ِل اللَّـ ِه أُ ْسـ َو ٌة َح َسـ َن ٌة لِ َمـ ْن كَا َن يَ ْر ُجــو اللَّـ َه‬
tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis
tanpa direncanakan terlebih dulu dan dilakukan ِ ‫) َوالْ َيـ ْو َم‬
٢١) ‫اآلخـ َر َو َذكَـ َر اللَّـ َه كَ ِثـ ًرا‬
dengan otomatis tanpa pelu dipikirkan lagi. Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Dengan proses pendidikan pembiasaan Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
memberikan kesempatan kepada anak didik (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
terbiasa mengamalkan ajaran-ajaran agamanya, Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia
baik secara individual maupun secara banyak menyebut Allah”. (QS. al-Ahzāb (33):
berkelompok dalam kehidupan sehari-hari. 21.) 45
Pembiasaan diri dan pengalaman ini penting Pernyataan yang menguatkan dari Dr.
untuk diterapkan karena pembentukan akhlak James E. Royster dari Cleveland State University
dan rohani, serta pembinaan sosial memerlukan bahwa Nabi Muhammad mengajarkan kebenaran
latihan yang terus menerus. Pendidikan dengan dengan ucapannya dan mengamalkan kebenaran
pembiasaan yaitu membiasakan anak dengan itu dalam kehidupannya. Royster menyatakan
hal-hal tertentu sehingga menjadi kebiasaan bahwa Nabi Muhammad sebagai seorang guru
dirinya, dan melakukannya dengan tanpa perlu tidak hanya pada masanya saja, namun bagi
pengarahan. 43 seluruh muslimin pada masa sekarang. Dengan
kata lain sang guru itu adalah Muhammad dan
40 Abdullah Nashih Ulwan, Op.Cit, hlm. 142. muridnya adalah seluruh kaum muslimin, dan
41 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: nabi Muhammad bagi kaum muslimin adalah
Kalam Mulia, 2012), hlm. 15.
seorang imaginary educator. 46
42 Abdurrahman Assegaf, Filsafat Pendidikan
Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis
Integratif-Interkonektif, (Jakarta: PT RajaGrafindo 44 Ibid, hlm. 66.
Persada, 2011), hlm. 46. 45 QS. al-Ahzāb (33): 21.
43 Muhammad Rasyid Dimas, 25 Cara 46 Abdurrahman Mas’ud, Intelektualisme
Mempengaruhi Jiwa dan Akal Anak, (Jakarta: Pustaka Al- Pesantren:Perhelatan Agama dan Tradisi, (Yogyakarta:
Kautsar, 2006), hlm. 62. LKiS, 2004), hlm. 37- 38.

10 Jurnal Paramurobi, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2019 ISSN : 2615-5680


Pandangan Abdullah Nashih Ulwan Tentang Aktualisasi Pendidikan....

Berdasarkan uraian di atas, hakikat ‫ـول اللَّـ ِه َصـ َّـى اللَّـ ُه َعلَيْـ ِه‬ ُ ‫ـال َر ُسـ‬ ُ ‫َعـ ْن أَ ِب ُه َريْـ َر َة أَنَّـ ُه كَا َن يَ ُقـ‬
َ ‫ـول قَـ‬
pendidikan keteladanan adalah dalam
‫ــى الْ ِفطْــ َر ِة فَأَبَــ َوا ُه يُ َه ِّو َدانِــ ِه‬
َ ‫َو َســلَّ َم َمــا ِمــ ْن َم ْولُــو ٍد إِالَّ يُولَــ ُد َع‬
bentuk modeling (uswatun hasanah). Model
sesungguhnya adalah Nabi Muhammad SAW. ْ ‫ــج الْ َبهِي َمــ ُة بَهِي َمــ ًة َج ْم َعــا َء َه‬
‫ــل‬ ُ َ‫َــا تُ ْنت‬ َ ‫صانِــ ِه َو ُ َي ِّج َســانِ ِه ك‬
َ ِّ ‫َويُ َن‬
Perlu diketahui, bahwa pada dasarnya manusia ‫ت ُِح ُّســو َن ِفي َهــا ِمــ ْن َج ْد َعــا َء ث ُــ َّم يَقُــوالُ أَبُــو ُه َريْــ َر َة َواقْــ َر ُءوا إِ ْن‬
memiliki kecenderungan sosok keteladanan
dan anutan yang mampu mengarahkan manusia
ِ‫يــل لِ َخلْــق‬ َ ‫ِشــئْتُ ْم { ِفطْــ َر َة اللَّــ ِه الَّ ِتــي فَطَــ َر ال َّن‬
َ ‫ــاس َعلَيْ َهــا الَ تَبْ ِد‬
pada jalan kebenaran dan sekaligus menjadi ‫اللَّ ـ ِه } ْاآليَ ـ َة‬
perumpamaan dinamis yang menjelaskan cara Artinya: Dari Abu Hurairah, dia berkata;
mengamalkan syariat Allah.47 Kecenderungan "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah
anak-anak meniru bersumber dari kondisi bersabda: 'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke
mental yang senantiasa merasa bahwa dirinya dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian
berada dalam perasaan yang sama sehingga (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang
anak-anak lebih meniru orang dewasa. Oleh akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani,
ataupun Majusi -sebagaimana hewan yang
sebab itu, pendidik memegang peranan penting
dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa
dalam membentuk peserta didik atau anak cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya
untuk berpegang teguh pada ajaran agama, cara cacat?Lalu Abu Hurairah berkata; 'Apabila
berpikir ataupun tingkah laku. Dengan metode kalian mau, maka bacalah firman Allah yang
keteladanan seorang pendidik memberikan berbunyi: '…tetaplah atas fitrah Allah yang
pengetahuan nilai agar anak-anak paham tentang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya
nilai-nilai sehingga anak-anak menganggap itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah.' (QS.
bahwa nilai itu dekat dan dapat menemukan Ar-Ruum (30): 30). 48
peneguhan dan afirmasi dalam perilaku. Dengan memperhatikan sabda Rasulullah
Berdasarkan uraian tersebut, dalam SAW tersebut, sudah jelas bahwa orang tua punya
konteks pendidikan keluarga salah satu tanggung kewajiban untuk membimbing, membina dan
jawab orang tua adalah mendidik anak-anaknya. mengarahkan anak agar menjadi sosok pribadi
Kita mengetahui kesalahan besar yang telah yang beriman, berakhlak dan berbudi luhur.49
dilakukan oleh sebagian besar orang tua pada Orang tua dibebani tanggung jawab yang besar
zaman sekarang ini. Mereka mengabaikan dan amanat yang lebih berat yaitu mengasah
pendidikan anak-anak mereka dan membiarkan fitrah anak dan mendidiknya dengan pendidikan
anak-anak mereka mempermainkan akhlak serta yang saleh, agar ia beribadah menyembah Allah
merusak nilai-nilai moral. Anak-anak tersebut Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-
bertingkah laku menurut adat istiadat barat dan Nya menyelamatkan diri dari api neraka serta
bersikap buta pada kebudayaannya. generasi terdahulunya yang saleh bermanfaat
bagi umatnya dan menjadi penyenang hati
Anak adalah amanat terbesar yang kedua orang tuanya di dunia sekaligus menjadi
dititipkan di pundak kedua orang tua dan deposito amal bagi mereka di akhirat.50
pada hari kiamat kelak mereka akan dimintai
48 Muslim, “Kitab: Takdir”, “Bab: Makna "Setiap
pertanggungjawaban atas titipan tersebut. anak terlahir dalam keadaan fitrah", (Kitab 9 Imam Hadist,
Dalam hal ini orang tua memegang peran sentral Lidwa Pustaka i-software www.lidwapustaka.com). Hadis
sebagaimana sabda Rasulullah SAW: No. 4804.
49 Aziz Mutofa, Untaian Mutiara Buat Keluarga,
47 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003), hlm. 46.
Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta:Gema Insani 50 Abdullah Ibnu Sa’ad Al-Falih, Langkah Praktis
Press, 2004), hlm. 260.

ISSN : 2615-5680 Jurnal Paramurobi, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2019 11


Faisal Kamal, Umul Ma'rufah

Pandangan Abdullah Nashih Ulwan oleh sebab itu kepribadian dan karakter guru
tentang konsep pendidikan etika dan keteladanan harus kuat agar seorang guru tidak terbawa oleh
meliputi keseluruhan aspek-aspek tanggung situasi yang membuat kepribadiannya kalah
jawab pendidikan anak yaitu pendidikan iman, dengan keadaan. Kepribadian yang kuat dan
pendidikan moral, pendidikan fisik, pendidikan kukuh dibutuhkan untuk menciptakan peran dan
rasio (akal), pendidikan kejiwaan, pendidikan fungsi dalam membentuk kepribadian murid-
sosial dan pendidikan seksual. Setiap aspek- muridnya. Kepribadian yang dimiliki guru
aspek pendidikan anak tersebut merupakan adalah kepribadian yang dapat diteladani oleh
bagian dari tanggung jawab pendidik yang mesti orang lain, utamanya murid dan masyarakat. 53
direalisasikan dan menjadi bagian kepribadian Dalam konteks kepribadian guru yang
pendidik, sehingga menjadikan seorang guru terpadu akan menghasilkan guru yang dapat
layak dan patut dijadikan contoh. memahami kelakuan anak didiknya sesuai dengan
3. Karakteristik Kepribadian Guru perkembangan jiwa yang sedang dilaluinya.
Pertanyaan siswa dipahaminya secara objektif
Karakteristik kepribadian dalam dimensi
tanpa dikaitkannya dengan persangkaan dan
esoterik51 kaum sufi melahirkan konsep insan
emosi yang tidak menyenangkan. Tidak jarang
kamil (the perfect man). Yang dimaksud insan
guru yang merasa diri rendah, menanggapi
kamil adalah suatu tema yang berhubungan
pertanyaan siswa sebagai kritikan atau ancaman
dengan pandangan mengenai sesuatu yang
terhadap harga dirinya, maka jawabannya
dianggap mutlak, yakni Tuhan. Sifat Mutlak
bercampur emosi.
tersebut adalah sesuatu sifat tertentu yang baik
dan sempurna. Sifat kesempurnaan yang patut Perasaan emosi guru yang mempunyai
ditiru oleh manusia. Semakin dekat dan mirip kepribadian terpadu tampak lebih stabil, optimis
kepada sifat sempurna dari sifat yang Mutlak, dan menyenangkan. Dia dapat memikat hati
yakni Tuhan, maka makin sempurnalah dirinya. siswanya, karena setiap anak merasa diterima
Esensi insan kamil dalam dimensi kemanusiaan dan disayangi oleh guru, betapa pun sikap dan
adalah Nabi Muhammad. Karena manusia tingkah lakunya. 54
sempurna adalah suatu miniatur realitas (Tuhan Jika guru merasa dirinya adalah
dan Alam). 52 pembimbing bagi siswanya, ia menyiapkan
Berbicara tentang kepribadian berarti suasana yang membantu siswa dan ia ikut aktif
membicarakan sifat hakiki yang tercermin dalam kegiatan siswa, ia menampakkan diri
dari sikap seseorang. Kepribadian merupakan sebagaimana adanya dan tidak berpura-pura,
hubungan fisik dan jiwa seseorang yang dalam hubungannya sederhana dan wajar. Guru yang
perkembangannya dibentuk oleh pengalaman seperti inilah yang menarik dan menyenangkan
dan berada dalam alam bawah sadar. Guru harus siswa, ia akan dihormati, disayangi dan dipatuhi
memiliki kepribadian yang melekat kuat dalam dengan gembira oleh siswa. Pribadinya akan
diri guru. Seorang guru memiliki tanggung dicontoh dan pelajarannya akan diperhatikan
jawab mengarahkan kepribadian orang lain, serta diminati oleh siswa. 55
53 Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter: Konstruksi
Mendidik Anak Sesuai Tahapan Usia, (Bandung: Irsyad Teoritik dan Praktek, cet. 2, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
Baitus Salam, 2007), hlm. 24. 2011), hlm. 349-350.
51 Esoterik atau Esoteris yaitu bersifat khusus 54 Zakiah Daradjat , Kepribadian Guru, (Jakarta :
(rahasia atau terbatas). Bulan Bintang, 1978), hlm. 10.
52 Amin Syukur, Op.Cit, hlm. 70-71. 55 Ibid, hlm. 10.

12 Jurnal Paramurobi, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2019 ISSN : 2615-5680


Pandangan Abdullah Nashih Ulwan Tentang Aktualisasi Pendidikan....

Moral juga merupakan mutiara hidup yang guru seyogyanya memurnikan niatnya hanya
membedakan makhluk manusia dengan makhluk untuk mendapatkan keridaan Allah SWT dalam
lainnya. Apabila manusia hidup tanpa moral, setiap aktivitas pendidikannya, agar setiap
maka hilanglah derajat kemanusiaannya sebagai perkataan dan nasihat yang diberikan membekas
makhluk Allah yang paling mulia dan turunlah dalam jiwa anak didiknya. 58
ke derajat binatang. Oleh karena itulah, bahwa
b. Takwa
Allah menciptakan manusia lengkap dengan
elemen akal dan nafsu, maka barang siapa yang Pada prinsipnya takwa adalah selalu
nafsunya dapat mengalahkan akalnya, hewan merasa berada dalam pengawasan Allah SWT
melata lebih baik dari manusia itu, sebaliknya (muraqabah). Urgensi guru agar memiliki
bila manusia dengan akalnya dapat mengalahkan sifat takwa adalah agar anak tidak tumbuh
nafsunya, maka derajatnya di atas malaikat. 56 menyimpang dan terombang-ambing dalam
kesesatan dan kerusakan. Jika tidak demikian,
Kriteria-kriteria mengenai karakteristik
maka yang terjadi adalah anak akan tumbuh
dan sifat-sifat kepribadian guru yang ditetapkan
tanpa adanya rasa muraqabah (mawas diri)
Abdullah Nashih Ulwan sesuai dengan kriteria
kepada Allah. Oleh sebab itu, penting bagi para
oleh beberapa ahli pendidikan Islam lainnya,
guru untuk memahami akan keadaan ini agar
seperti al-Ghazali yang menetapkan kriteria
anak didik senantiasa berada dalam lingkungan
sifat-sifat guru meliputi niat karena Allah,
yang suci dan bersih. 59
tidak mengharapkan upah, mengetahui tingkat
nalar murid, membangkitkan semangat murid, c. Berilmu
mengamalkan ilmunya dan menjadi teladan. Berilmu artinya adalah guru memiliki
Sedangkan Athiyah al-Abrasi yang meliputi sifat pengetahuan tentang konsep-konsep dasar
zuhud, bijaksana, ikhlas, sehat jasmani rohani, pendidikan dalam islam, persoalan halal
sabar, rendah hati, pemaaf, dan menguasai dan haram, prinsip-prinsip etika islam dan
bidang materi pelajaran. berpedoman kepada al-Qur’an, dan menjadikan
Abdullah Nashih Ullwan menetapkan Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya sebagai
kriteria sifat-sifat mendasar pendidik di antaranya teladan. Selain itu, guru perlu membekali dirinya
adalah ikhlas, takwa, berilmu, penyabar, dan dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat
bertanggung jawab.57 Adapun penjelasan tentang dan menguasai metode-metode pendidikan yang
karakteristik guru menurut Abdullah Nashih sesuai dengan perkembangan anak didik. 60
Ulwan yang menjadi sifat-sifat dasar guru adalah d. Penyabar
sebagai berikut:
Sabar adalah sifat mendasar yang
a. Ikhlas hendaknya dimiliki oleh guru. Dengan sifat sabar
Niat seorang guru dalam seluruh kegiatan murid akan tertarik kepada guru. Kesabaran
pendidikannya (perintah, larangan, nasihat, merupakan keutamaan dalam spiritual dan moral
pengawasan, dan hukuman) semata-mata yang mengantarkan manusia kepada keluhuran
untuk Allah SWT. Ikhlas dalam perkataan dan akhlak. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW;
perbuatan merupakan fondasi iman. Karena
Allah tidak menerima suatu amal perbuatan
tanpa dikerjakan secara ikhlas. Oleh sebab itu,
58 Ibid, hlm. 337-339.
56 Ibid, hlm. 25. 59 Ibid, hlm. 341-343.
57 Abdullah Nashih Ulwan, Op.Cit,hlm. 337. 60 Ibid, hlm. 343-346.

ISSN : 2615-5680 Jurnal Paramurobi, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2019 13


Faisal Kamal, Umul Ma'rufah

َ ‫ض اللَّ ـ ُه َع ْن ـ ُه أَ َّن َر ُسـ‬


‫ـول اللَّ ـ ِه َصـ َّـى اللَّ ـ ُه َعلَ ْي ـ ِه‬ َ ِ ‫َع ـ ْن أَ ِب ُه َريْ ـ َر َة َر‬ manusia dan menetapkan perbuatan-perbuatan
ِ ‫ــدي ُد ال‬ِ َّ‫ِالص َعــ ِة إِنَّ َــا الش‬ ِ َّ‫ــس الش‬ itu tergolong perbuatan yang baik atau perbuatan
‫ــك‬ُ ‫َّــذي َ ْي ِل‬ َ ُّ ‫ــدي ُد ب‬ َ ‫َــال لَ ْي‬ َ ‫َو َســلَّ َم ق‬
yang buruk.
ِ َ‫نَف َْســ ُه ِع ْنــ َد الْغَض‬
‫ــب‬
Adapun dalam konsep pendidikan
Artinya: Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu keteladanan menurut Abdullah Nashih Ulwan
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melahirkan sikap menghargai keutamaan
bersabda: "Tidaklah orang yang kuat adalah
akhlak melalui praktik dan pengamalan dalam
orang yang pandai bergulat, tapi orang yang
kuat adalah orang yang dapat menahan kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan
nafsunya ketika ia marah." 61 etika dan keteladanan Abdullah Nashih
Ulwan menempatkan guru sebagai model,
Berdasarkan uraian tersebut guru dapat
yaitu pendidikan yang dapat menampilkan
menghiasi diri dengan sifat sabar, lemah lembut,
perilakunya yang baik sebagai contoh atau
dan ketabahan dalam upaya mendidik generasi
teladan kepada anak-anak didiknya agar dapat
muslim. Penting guru untuk menahan diri saat
melahirkan perilaku yang baik sebagai cerminan
makan, mampu mengendalikan amarahnya dan
kepribadian guru.
bertindak bijaksana. 62
Abdullah Nashih Ulwan memandang
e. Bertanggung Jawab sifat dan karakteristik yang mendasar bagi
Hal yang penting untuk dicamkan oleh guru kepribadian guru meliputi sifat ikhlas, takwa,
adalah rasa tanggung jawab dalam pendidikan berilmu, penyabar dan bertanggung jawab. Sifat-
anak dalam setiap aktivitas kesehariannya. Rasa sifat guru yang menjadi karakteristik kepribadian
tanggung jawab ini akan mendorong guru untuk guru itu dapat diaktualisasikan dalam wujud
selalu memperhatikan anak didik, mengarahkan, perilaku-perilaku dengan berdasarkan etika
membiasakan dan melatihnya. profesionalisme guru. Sikap guru dalam
Pentingnya pemahaman guru tentang memberikan teladan bagi anak didiknya akan
tanggung jawab akan dapat membangkitkan berdampak terhadap perkembangan akhlak
kesadaran bahwa Allah SWT akan meminta anak didik. Oleh sebab itu, guru dituntut
pertanggungjawabannya kelak.63 untuk menjaga sikap dan perilakunya dengan
berpenampilan baik dan sopan sebagaimana
E. KESIMPULAN kriteria kepribadian guru.
Corak pemikiran Abdullah Nashih Ulwan
dipetakan menjadi beberapa aspek, yaitu aspek
pedagogis, aspek sosial dan kultural, dan aspek
tauhid. Aspek-aspek tersebut dikaitkan dengan
konsep pendidikan etika dan keteladanan adalah
bagian dari tanggung jawab pendidik. Konsep
pendidikan etika disebut pendidikan akhlak
yang membahas tentang perbuatan-perbuatan

61 Bukhari, “Kitab: Adab”, “Bab: Mewaspadai


marah”, (Kitab 9 Imam Hadist, Lidwa Pustaka
i-software,www.lidwapustaka.com). No. Hadist : 5649.
62 Abdullah Nashih Ulwan, Op.Cit, hlm. 346-350.
63 Ibid, hlm. 352-353.

14 Jurnal Paramurobi, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2019 ISSN : 2615-5680


Pandangan Abdullah Nashih Ulwan Tentang Aktualisasi Pendidikan....

DAFTAR PUSTAKA Amin Syukur, 2004, Tasawuf Sosial, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
A. Qodri A. Azizy, 2003, Pendidikan (Agama)
Untuk Membangun Etika Sosial,cet. 2, Amin Syukur, 2012, Intelektualisme Tasawuf,
Semarang: Aneka Ilmu. cet. 2, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Abdul Majid dan Dian Andayani, 2011, Amin Syukur, 2012, Menggugat Tasawuf, cet. 3,
Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Aziz Mutofa, 2003, Untaian Mutiara Buat
Abdullah Ibnu Sa’ad Al-Falih, 2007, Langkah Keluarga, Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Praktis Mendidik Anak Sesuai Tahapan Binti Maunah, 2009, Metodologi Pengajaran
Usia, Bandung: Irsyad Baitus Salam. Agama Islam, Yogyakarta: Teras.
Abdurrahman An-Nahlawi, 2004, Pendidikan Bukhari, “Kitab: Adab”, “Bab: Mewaspadai
Islam di Rumah, Sekolah dan marah”, (Kitab 9 Imam Hadist, Lidwa
Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press. Pustaka i-software,www.lidwapustaka.
Abdurrahman Assegaf, 2011, Filsafat com). No. Hadist : 5649.
Pendidikan Islam: Paradigma Baru Donal Ary, dkk, 2007, Pengantar Penelitian
Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif- dalam Pendidikan, terj. Arief Furchan,
Interkonektif, Jakarta: PT RajaGrafindo Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Persada. Fatchul Mu’in, 2011, Pendidikan Karakter:
Abdurrahman Assegaf, 2011, Filsafat Konstruksi Teoritik dan Praktek, cet. 2,
Pendidikan Islam: Paradigma Baru Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif- Kuntowijoyo, 1991, Paradigma Islam:
Interkonektif, Jakarta: PT RajaGrafindo Interpretasi untuk Aksi, cet. 3, Bandung:
Persada. Mizan.
Abdurrahman Mas’ud, 2004, Intelektualisme Lift Anis Ma'shumah dalam Ismail SM, (ed),
Pesantren:Perhelatan Agama dan 2001, Paradigma Pendidikan Islam, cet.
Tradisi, Yogyakarta: LKiS. 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Ya’kub Mahmud Al-Khal’awi dan Muhamad Said
Miskawaih, 2001, Tahdzibal-Akhlak wa Mursi, 2007, Mendidik Anak dengan
Tathir al-A’araq, Juz 1, dalam Maktabah Cerdas, Solo: Insan Kamil.
Samilah, Bairut: Maktabah al-Tsaqafah Muhaimin, 2009, Rekonstruksi Pendidikan
ad-Diniyyah. Islam: Dari Paradigma Pengembangan,
Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali, 2004, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum
Ihya ‘Ulum ad-Din, Juz 3, dalam hingga Strategi Pembelajaran, Jakarta:
Maktabah Samilah, Bairut: Darul al- PT RajaGrafindo Persada.
Ma’rifah. Muhammad Azmi, 2006, Pembinaan Akhlak
Ahmad Warson Munawwir, 1997, Kamus Al- Anak Usia Pra Sekolah, Yogyakarta:
Munawwir Arab - Indonesia, Cet. 14, Belukar.
Surabaya: Pustaka Progresif. Muhammad Rasyid Dimas, 2006, 25 Cara
Amin Syukur dan Masyarudin, 2012, Mempengaruhi Jiwa dan Akal Anak,
Intelektualisme Tasawuf, cet. 2, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

ISSN : 2615-5680 Jurnal Paramurobi, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2019 15


Faisal Kamal, Umul Ma'rufah

Muhammad Zain Yusuf, 1993, Akhlak Tasawuf,


Semarang: Al-Husna
Muslim, “Kitab: Takdir”, “Bab: Makna "Setiap
anak terlahir dalam keadaan fitrah",
(Kitab 9 Imam Hadist, Lidwa Pustaka
i-software www.lidwapustaka.com).
Hadis No. 4804.
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Pendidikan,
(Bandung: Remaja Rosdakarya,), hal. 66
Noeng Muhadjir, 2011, Metodologi Penelitian
Edisi VI 2011, Yogyakarta: Rake Sarasin.
Nur Uhbiyati, 1998, Ilmu Pendidikan Islam, Cet.
2, Bandung: CV. Pustaka Setia.
Ramayulis, 2012, Ilmu Pendidikan Islam,
Jakarta: Kalam Mulia.
Syarkawi, 2006, Pembentukan Kepribadian
Anak, Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Penyusun Kamus, 2002, Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi III, Jakarta:
Balai Pustaka.
Tim Reality, 2008, Kamus Kamus Terbaru
Bahasa Indonesia, Surabaya: Reality
Publisher.
Zakiah Daradjat, 1978, Kepribadian Guru,
Jakarta : Bulan Bintang.
Zubaedi, 2012, Isu-Isu Baru dalam Diskursus
Filsafat Pendidikan Islam dan Kepita
Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

16 Jurnal Paramurobi, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2019 ISSN : 2615-5680

You might also like