You are on page 1of 11

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

MANAJEMEN PEMBINAAN AKHLAK DALAM PEMBELAJARAN SANTRI DI


PONDOK PESANTREN NUR EL-FALAH KUBANG PETIR SERANG

MAGFIROTUL FATHA¹, MARATUSYOLIHAT²


1,2
STAI KH. Abdul Kabier
fatkhamagfirotul@gmail.com¹, maratusyolihat@gmail.com²

ABSTACT
The main problem in this research is the planning, implementation, monitoring and evaluation of the
management of moral development at the Nur El-Falah Islamic Boarding School Kubang Petir.
Methodologically this research is qualitative research by searching, analyzing and interpreting the data
found through document studies, interviews and observations. The data that has been collected is
checked for validity through data validity standards in the form of trustworthiness, reliability and
confirmation. The data analysis technique used is to reduce, present and draw conclusions from the
research results. The results of this study indicate that: 1) The planning of management of moral
learning in the implementation of learning plans whose elaboration through content standards becomes
an analysis of subjects carried out by teachers in the field of moral studies is well organized so that the
achievement of learning objectives can be achieved properly. 2) In the implementation process,
carrying out learning activities and additional content by empowering teachers, employees and
facilities in the classroom according to the needs and potential that exists. 3) In the implementation of
the supervision process which is carried out in line with the learning process, it is carried out on a
scheduled basis by the leader of the cottage through a monitoring and supervision program. 4)
Evaluation of moral learning management is carried out to determine the progress of student learning
every day so that if there are students who have not achieved the learning targets, special actions can
be taken, especially affective and psychomotor.

Keywords: Management, Morals, Islamic Boarding School

ABSTRAK
Pokok permasalahan pada penelitian ini adalah perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi
manajemen pembinaan akhlak di Pondok Pesantren Nur El-Falah Kubang Petir. Secara metodologis
penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mencari, menganalisis dan membuat interpretasi
data yang ditemukan melalui studi dokumen, wawancara dan pengamatan. Data yang telah
dikumpulkan diperiksa keabsahannya melalui standar keabsahan data berupa keterpercayaan,
keterandalan dan konfirmatif. Teknik analisis data yang dilakukan adalah dengan mereduksi,
menyajikan dan membuat kesimpulan hasil penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1)
Perencanaan manajemen pembelajaran akhlak dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang
penjabarannya melalui standar isi menjadi analisis mata pelajaran yang dilaksanakan oleh guru bidang
studi akhlak tertata dengan baik sehingga pencapaian tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
2) Pada proses pelaksanaan, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan muatan tambahannya dengan
memberdayakan guru, pegawai dan sarana yang ada dikelas sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang
ada. 3) Pada pelaksanaan proses pengawasan yang dilaksanaan seiring dengan proses pembelajaran
dilakukan dengan terjadwal dilakukan oleh pimpinan pondok melalui program monitoring dan
supervisi. 4) Evaluasi manajemen pembelajaran akhlak dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan
pembelajaran siswa setiap harinya sehingga apabila ada siswa yang belum mencapai target
pembelajaran dapat dilakukan tindakan khusus, terutama afektif dan psikomotorik.

Kata Kunci: Manejemen, Akhlak, Pondok Pesantren

138
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

A. PENDAHULUAN
Sejak awal kelahiran pesantren tumbuh dan berkembang di berbagai daerah di
Indonesia yang sangat kental sebagai lembaga keislaman yang memiliki nilai-nilai
strategis. Dalam perkembangannya, yang ditunjukkan dengan realitas sebagian
penduduknya terdiri dari umat Islam yang presentasenya mencapai 80%. Pesantren telah
hidup sejak ratusan tahun lalu yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat muslim, dan
telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ada dalam masyarakat
mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan
pesantren tidak saja memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis tetapi yang jauh
lebih penting adalah menanamkan nilai-nilai moral dan agama filosofi pendidikan
pesantren didasarkan atas hubungan yang bermakna antara manusia, sesama atau makhluk,
dan allah swt. Hubungan tersebut baru bermakna jika bermuatan atau menghasilkan
keindahan dan keagungan. Ibadah yang di jalani oleh semua guru dan santri di pondok
pesantren diutamakan dalam hal mencari ilmu, mengelola pelajaran, mengembangkan diri,
mengembangkan kegiatan bersama santri dan masyarakat.1
Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan mempunyai tujuan yang dirumuskan
dengan jelas sebagai acuan program-program pendidikan yang diselenggarakan. Hal itu
dapat dipahami dari rumusan tujuan pendidikan pada masing-masing pondok pesantren.
Secara spesifik, beberapa pesantren yang bergabung dalam forum pesantren merumuskan
tujuan pendidikan, yang dapat diklasifikasikan kedalam 3 kelompok yaitu: pembentukan
akhlak / kepribadian, penguatan kompetensi, dan penyebaran ilmu. Berdasarkan pandangan
tersebut bahwa dalam membentuk dan membina akhlak santri agar menjadi manusia
berakhlak mulia, berilmu dan mempunyai kemandirian, diperlukan peran serta Pembina
asrama yang ada di pesantren agar tingkah laku atau pengalaman sehari-hari yang
dilakukan sesuai dengan norma-norma agama. Sebagai mana Rasulullah Saw diutus untuk
menyempurnakan akhlak, sabda beliau. Hal ini diperjelas dalam hadis Riwayat Bukhori
dalam kitab Dar Al-Fikr dari Abu Hurairah: saya mendengar bahwasannya Rasulullah saw
bersabda: Telah menceritakan kepada kami Sa‘id bin Mansur berkata; telah menceritakan
kepada kami Abd al-‘Aziz bin Muhammad dari Muhammad bin ‘Ajlan dari al-Qa‘qa‘ bin
Hakim dari Abu Salih dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah saw. bersabda:
"sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik." 2
Begitu pentingnya akhlak dalam kehidupan umat manusia, sehingga allah swt
mengutus Rasulnya kedunia untuk menyempurnakan akhlak yang kurang baik. Sebab
akhlak merupakan tumpuan dari ajaran Islam secara keseluruhan untuk dapat dijadikan
sebagai tolak ukur dalam pengajaran Islam sebagai pembentukan akhlak yang Islami. Allah
swt berfirman dalam QS. Al-Ahzab/33:21 sebagai berikut:
ۗ ‫لَ َق ْد َكا َن لَ ُكم يِف رسويل هاّللي اُسوةٌ حسنَةٌ لٰيمن َكا َن ي رجوا هاّلل والْي وم ْ ه ي‬
٢١ ‫اّللَ َكثيْ ًْيا‬
ٰ‫اْلخَر َوذَ َكَر ه‬ َ ْ َ َ َٰ ُ ْ َ ْ َ َ َ َْ ٰ ُْ َ ْ ْ
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah.3

1
M. Dian Nafi, dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren (Yogyakarta: Instite for Training and
Development Amherst MA, 2007), 9.
2
Lihat al-Imam Abi ‘Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-
Bukhariy al-Ja’fiy, Sahih al-Bukhari, jilid III, juz VI (t.tp: Dar al-fikr, 1994), 187.
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. III; Bandung: CV Jum’anatul’AliART,
2005), 420

139
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa keutamaan akhlak yang harus
dimiliki oleh setiap muslim pada dasarnya telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.
Beliau merupakan suri tauladan untuk kita semua yang patut kita jadikan panutan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam perkataan qauliyah, maupun perbuatannya fi`liyah, dan
juga ketetapannya taqririyah. Peran penting pondok pesantren tidak terlepas dari fungsi
tradisionalnya yaitu sebagai jalur dan transfer ilmu-ilmu Islam, pemeliharaan tradisi Islam
dan reproduksi ulama. Diharapkan pesantren mampu menjalankan ketiga fungsi
tradisionalnya itu dan menjadi pusat pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat, tetapi
bahkan juga berperan sosial lain seperti menjadi pusat rehabilitasi sosial. Dalam konteks
ini, bagi banyak keluarga yang mengalami kegoncangan arus krisis sosial keagamaan,
pesantren merupakan alternatif terbaik untuk menyelamatkan anak-anak mereka.
Sasaran yang hendak dicapai pondok pesantren adalah membentuk dan
mengembangkan potensi yang dimiliki santrinya, sehingga menjadi manusia yang berilmu
dan berakhlakul karimah serta memiliki nilai seni kemandirian. Dengan penekanan pada
aspek peningkatan moral yang baik, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai
nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan
bermoral serta menyiapkan santri untuk hidup sederhana dan bersih hati. Dengan demikian
sangat tepat ungkapan yang menyatakan bahwa pesantren adalah tempat untuk mendidik
dan membina akhlak santri, sehingga diharapkan pada saatnya nanti setelah santri selesai
dari pesantren mampu bersikap sesuai dengan nilai-nilai akhlak Islami. Hal ini sjealan
dengan fungsi pesantren sebagai penyelenggara pendidikan terpadu yang bertugas
membangun akhlak masyarakat menjadi akhlak yang baik. Guna menciptakan dan
mencetak kader-kader bangsa di bidang ipteq dan imtaq benar-benar berakhlak mulia,
salah satu program pondok pesantren tidak terlepas dari lingkungan dimana para santri
berada.
Dalam mewujudkan manajemen pembinaan akhlak yang baik kiai sangat berperan
penting dalam membina akhlak santri maka langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah
menanamkan pengertian dasar akhlak kepada santri, kegiatan ini dilakukan melalui
kegiatan pembelajaran materi akhlak melalui pengayaan, keteladanan yang diberikan
kepada santri, nasihat yang baik, hukuman yang mendidilk dan perlunya pembiasaan
berbuat baik kepada sesama santri maupun masyarakat setempat.4 Berdasarkan hasil
observasi awal di Pondok Pesantren Nur El-Falah Kubang Petir bahwasannya dalam
manajemen pembinaan akhlak dalam pembelajaran santri di pondok pesantren Nur El-
Falah Kubang Petir sudah berjalan dengan baik meskipun belum optimal. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa kegiatan, santri masih ada yang melakukan pelanggaran yang sudah
ditetapkan. Seperti kiai berupaya memberikan memotivasi yang dilakukan baik melalui
nasehat, pendidikan dan hukuman dengan cara menanamkan moral dan etika sosial baik di
lingkungan pesantren maupun lingkungan tempat tinggal.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Manajemen
Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum
ada keseragaman. Berbagai istilah yang dipergunakan, seperti ketatalaksanaan,
manajemen, management dan pengurusan. Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-
beda, dalam tulisan ini kita pakai istilah aslinya, yaitu “manajemen”. Bila kita mempelajari
literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga

4
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali, 1998), 221.

140
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

pengertian, yaitu pertama, manajemen sebagai suatu proses, kedua, manajemen sebagai
kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen, dan ketiga, manajemen
sebagai suatu seni(art) dan sebagai suatu ilmu. Untuk memperlihatkan tata warna definisi
manajemen maka ada tiga pengetian manajemen menurut parah ahli antara lain: Dalam
Encyclopedia of the social science dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses
dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu di selenggarakan dan diawasi. 5
Selanjutnya, Haiman dalam M. Manullang mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi
untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu
untuk mencapai tujuan bersama.6 Akhirnya, George R. Terry dalam M. Manullang
mengatakan bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu
dengan mempergunakan kegiatan orang lain.7

Pembinaan Akhlak
Pembinaan akhlak adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan
melalui usaha sendiri dalam usaha sendiri dalam rangka mengembangkan akhlak para anak
didik agar mereka mempunyai akhlak yang mulia, dan memiliki kebiasaan yang terpuji
atau dengan kata lain anak didik diharapkan bisa menjadi pribadi yang berakhlakul
karimah. Ajaran akhlak atau budi pekerti mengacu pada perbuatan baik manusia sebagai
hamba Allah swt. Dan manusia sebagai makhluk sosial kemasyarakatan. Baik dan
buruknya harkat kemanusiaan bukan semata-mata dilihat dari apa yang dimiliki dan apa
yang disandangnya. Untuk membina akhlak anak yang baik dan budi pekerti yang luhur,
ada beberapa cara dalam memberikan pengetahuan agama dalam pembinaan akhlak anak
yaitu:
1. Melalui Pembiasaan
Pembiasaan yang biasa dilakukan sejak kecil dan berlangsung dengan kontinyu.
Berkenaan dengan ini Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada
dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia
membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat. Jadi jika seseorang
menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia harus dibiasakan melakukan perbuatan-
perbuatan yang baik hingga itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging. Dengan
pembiasaan yang baik akan menentukan sikap tertentu pada anak seperti mengerjakan
shalat, memberi salam kepada sesama pada saat atau masuk rumah, berkata tidak terlalu
keras, membantu orang lain, dan sebagainya sehingga anak akan terbiasa dalam
melaksanakan perbuatan yang baik untuk menjadikan akhlak yang baik pula.
2. Melalui Paksaan
Pembinaan akhlak khususnya akhlak lahiriyah dapat dilakukan dengan cara
paksaan yang lama-kelamaan tidak lagi terasa dipaksa. Apabila pembinaan ini sudah
berlangsung lama, maka paksaan itu sudah tidak terasa lagi sebagai paksaan. Seperti
memaksakan anak menjalankan ibadah shalat, membaca Al-Qur‟an, bertutur kata yang
sopan, bersikap baik kepada sesama maupun kepada orang tua, saling membantu dan
tolong menolong. Serta menjauhi segala yang dilarangnya seperti berkelahi, berkata kasar,
dan sebagainya.

5
M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen, 3.
6
M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen, 4.
7
M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen, 4.

141
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

3. Melalui Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan adalah cara yang paling efektif dan berhasil dalam
mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental dan sosialnya. Anak akan
mengikuti tingkah laku pendidiknya, meniru akhlaknya, baik disadari maupun tidak.8

Pondok Pesantren
Menurut Manfred Ziemek dalam bukunya Kompri, kata pondok berasal dari kata
funduq (Arab) yang berarti ruang tidur atau wisma sederhana, karena pondok. memang
merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat
asalnya. Adapun kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe dan
akhiran an yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri.
Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata santri (manusia baik) dengan suku kata
(suka menolong), sehingga kata pesantren dapata berarti tempat pendidikan manusia baik-
baik.9
Pertumbuhan dan perkembangan pondok pesantren tidak terlepas dari hubungan
dengan sejarah masuknya Islam di Indonesia. Pendidikan Islam di Indonesia bermula
ketika orang-orang yang masuk islam ingin mengetahui lebih banyak isi dan ajaran agama
yang dipeluknya, baik mengenai tata cara beribadah, baca Al-Qur’an, maupun mengetahui
Islam yang lebih luas dan mendalam. Mereka ini belajar di rumah, surau. Langgar, atau
masjid. Di tempat-tempat inilah orangorang yang baru masuk Islam dan anak-anak mereka
belajar membaca Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama lainnya, secara individual dan
langsung.10
Dalam perkembangannya untuk lebih mendalalmi ilmu agama telah mendorong
tumbuhnya pesantren yang merupakan tempat untuk melanjutkan belajar agama setelah
tamat belajar di surau, langgar, atu masjid. Model pendidikan pesantren ini berkembang di
seluruh Indonesia dengan nama dan corak yang sangat bervariasi. Di Jawa disebut pondok
pesantren, di Aceh dikenal rangkang, di Sumatera Barat dikenal surau, nama sekarang
yang dikenal umum adalah pondok pesantren.11

C. METODE
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif (qualitative
research). Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, yakni sesuatu yang apa adanya, tidak dimanipulasi keadaan
dan kondisinya. Penelitian kualitatif menempatkan peneliti sebagai intrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi/gabungan, analisis data bersifat induktif
dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi.12Penggunaan
penelitian kualitatif sangat relevan dengan arah penelitian penulis, karena penelitian ini
dimaksudkan untuk mengungkapkan kondisi alamiah terkait dengan manajemen
pembinaan akhlak dalam pembelajaran santri di pondok pesantren Nur El-Falah Kubang
Petir.

8
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta, Rajawali Pers, 2014), 141- 143.
9
Kompri, Manajemen dan Kepemimpinan Pondok Pesantren (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), 1.
10
Kompri, Manajemen dan Kepemimpinan Pondok Pesantren,16-17.
11
Kompri, Manajemen dan Kepemimpinan Pondok Pesantren, 16-17.
12
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 1

142
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan Pembinaan Akhlak di Pondok Pesantren Nur El-Falah
Sesuai dengan visi, misi dan tujuan pesantren yang ingin mewujudkan santrisantri
berprestasi, aktif, kreatif, berani dan mandiri dengan dilandasi ilmu dan ahlak yang mulia
guna menjadi insan yang bermanfaat ditengah-tengah masyarakat, maka pondok pesantren
perlu menentukan bagaimana langkah dan pelaksanaan rencana pembelajaran ahlak guna
pembinaan ahlak santri yang relevan atau sesuai dengan visi misi dan tujuan tersebut
pondok pesantren. Dalam obrolan, diskusi serta wawancara yang penulis lakukan bersama
Pimpinan pondok pesantren, Pembina asrama putra , Pembina asrama putri serta ketua
ASPI putra dan putri yang ada di lingkungan pondok pesantren, maka hasil ulasan tersebut
dapat penulis uraikan melalui beberapa poin penting sebagai berikut:
1. Keteladanan
Dalam wawancara bersama pimpinan pondok pesantren K. H. Yuri Alam Fathallah,
Lc. M.Ag menjelaskan sebagai berikut: Pembinaan akhlak merupakan upaya pembinaan
sikap dan perilaku seseorang berdasarkan norma-norma yang diajarkan dalam agama.
Salah satu faktor yang amat menentukan dalam hal ini adalah keteladanan dari pengasuh,
ustadz/ah, dan guru itu sendiri. Pentingnya keteladanan para ustadz sangat ditekankan di
pesantren ini. Metode keteladanan ini pada hakekatnya merupakan salah satu metode yang
telah diterapkan oleh Rasulullah saw. dalam membina akhlak umatnya, dan hal tersebut
mendapat legitimasi langsung dari Allah swt.13
Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa keteladana itu sebaiknya dilaksanakan
oleh guru, pegawai dan staf sebagai inspirasi bagi siswa untuk melaksanakan akhlak yang
dicontohkan sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad Saw.
2. Pendidikan Kognitif
Dijelaskan dalam wawancara dengan ustadzah Indah Fajarwati di Pesantren Nur El-
Falah bahwa: Pembinaan akhlak di Pesantren Nur El-Falah dilakukan dengan
memperhatikan aspek kognitif teoritis dan aspek praktis. Pembinaan akhlak pada aspek
pemahaman teoritis ini dilakukan melalui mata pelajaran di dalam kelas, sesuai dengan
kurikulum yang ada. Namun, karena keterbatasan waktu yang tersedia pada kurikulum
madrasah, maka pembinaan aspek pemahaman teoritis ini juga di lakukan secara rutin
melalui kegiatan ekstra kurikuler dalam bentuk kajian kitab, meliputi kajian tafsir, fikih
dan hadits. Pelaksanaan kajian ini dilakukan pada malam hari. Kegiatan ini berlangsung di
malam hari setelah shalat Isya hingga pukul 21.30, di bagi berdasarkan kelas masing-
masing dengan ustadz/ah yang berbeda.14
Efektivitas kegiatan kajian kitab ini dalam pembinaan pemahaman keagamaan para
santri dijelaskan oleh ustadzah Indah Fajarwati sebagai berikut: Pendalaman materi
keagamaan berupa kajian kitab tafsir, fikih dan hadis yang merupakan program
kepesantrenan ternyata sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman keagamaan santri.
Bahkan melalui kajian seperti ini, bukan hanya pengembangan aspek kognitif santri yang
mengalami kemajuan, tetapi juga aspek afektifnya (penghayatan). Mereka yang aktif
mengikuti kajian tersebut menampilkan perilaku keagamaan, baik ibadah maupun akhlak,
yang menonjol dibanding rekan-rekan mereka yang kurang aktif.15Perkembangan
kemampuan kognitif siswa-siswi melalui kajian kitab ini tampaknya disebabkan oleh
sistem pengajarannya yang bersifat luwes. Materi yang disajikan tidak terikat oleh
kurikulum yang kaku sehingga ustadz/ah tidak beralih ke topik bahasan lain sebelum topik
yang sedang dibahas benar-benar sudah dipahami oleh santri. Di samping itu, santri juga
13
Yuri Alam, Pimpinan Pondok Pesantren Nur El-Falah, Wawancara, Petir, 16 januari 2022.
14
Indah Fajarwati, Pembina Santri Putri, Wawancara Petir, 7 januari 2022
15
Indah Fajarwati, Pembina Santri Putri, Wawancara, Petir, 7 januari 2022.

143
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

berkesempatan mengajukan pertanyaanpertanyaan berupa permasalahan sehari-hari yang


ada di tengah masyarakat, sehingga suasana kajian dan mudzakarah semakin hidup dan
bernafaskan sendi-sendi keislaman yang menentramkan batin.

3. Pembiasaan
Faktor kebiasaan memiliki pengaruh kuat dalam membentuk akhlak seseorang.
Mendidik akhlak yang baik tidak cukup hanya dengan memberikan pemahaman tentang
kebaikan, tetapi harus membiasakan anak didik melakukan kebaikan itu sehingga menjadi
tabiat yang melekat dalam jiwanya. Selanjutnya, di pesantren ini para santri dan juga para
ustadz/guru dibiasakan memelihara shalat berjamaah. Oleh karena itu, dalam jadwal
pelajaran waktu usai jam pelajaran tepat pada saat masuknya waktu zuhur sehingga para
santri harus mengikuti shalat berjamaah sebelum istirahat di asrama pada siang hari.
Pembinaan akhlak melalui metode pembiasaan ini juga diterapkan dalam berbagai
aktivitas. Misalnya, mendidik sifat solidaritas, sportivitas, kejujuran, dan ukhuwah melalui
kegiatan belajar kelompok, gerakan pramuka dan olah raga. Metode pembiasaan diri
dengan akhlak terpuji ini bukan hanya dilakukan di kelas, tetapi juga di luar kelas dan
bahkan ketika diluar pondok pesantren selama masih berada dalam pengawasan para
ustadz.

4. Menggunakan Pendekatan Dialogis


Sebagaimana telah diketahui sebelumnya, Pesantren Nur El-Falah merupakan
lembaga pendidikan yang menganut teologi dan mazhab fikih manapun, sehingga dalam
proses pembelajaran di pesantren ini materi kajiannya mencakup seluruh mazhab- mazhab
teologi dan fikih yang populer dalam dunia Islam. Proses pembelajaran yang diterapkan
dalam menjelaskan diskursus keagamaan menggunakan pendekatan rasional argumentatif,
bukan doktriner. Guru bidang studi akidah akhlak Ustad Mudawam beliau menjelaskan:
Dalam memberikan pemahaman kepada anak didik tentang persoalanpersoalan
keagamaan, terutama yang berhubungan dengan masalah khilafiyah, baik di bidang teologi
maupun fikih, kami berupaya menghindari pendekatan doktriner. Semua pandangan
diuraikan beserta argumennya masing-masing, kemudian menjelaskan sikap yang dianut
tentang topik yang bersangkutan.16

Pengawasan Pembinaan Akhlak di Pondok Pesantren Nur El-Falah Kubang Petir


Anak didik merupakan generasi yang baru tumbuh dan masih dalam proses pencarian jati
diri. Oleh karena itu, sangat membutuhkan bimbingan dan pengawasan dari orang dewasa.
KH.Yuri Alam Fathallah, Lc. M.Ag menjelaskan bahwa: Salah satu metode yang diterapkan dalam
pembinan akhlak di pesantren ini adalah dengan melibatkan semua pihak dalam melakukan
pengawasan terhadap perilaku santri/ahnya, baik di dalam maupun di luar pesantren. Pengawasan
yang dimaksud untuk tetap menjaga konsistensi santri untuk tetap berakhlak terpuji di mana pun
dan kapan pun. Sehingga dengan demikian kebiasaan untuk tetap berperilaku yang baik tumbuh
menjadi bagian dalam dirinya sehingga nantinya diharapkan menjadi tindakan yang bersifat
spontanitas dan bukan dibuat-buat. Tanggung jawab pengawasan terhadap perilaku santri/ah saat
berada di lingkungan pesantren atau selama jam pelajaran sekolah berlangsung, berada di tangan
para guru dan staf sekolah. Sedangkan pada saat mereka berada di luar jam sekolah, tanggung
jawab tersebut menjadi wewenang pengawas dan musyrif asrama bagi mereka yang tinggal di
asrama, dan orang tua bagi mereka yang tinggal di rumah sendiri (tidak mondok di
pesantren).Untuk mengoptimalkan fungsi pengawasan ini, pihak sekolah menjalin kerja sama dan
membangun koordinasi dengan musyrif /ustadz/ah asrama dan orang tua santri. Bilamana dalam
pengawasan ini ditemukan perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai akhlak yang tidak terpuji,

16
Mudawam, Pembina Santri Putra dan Guru Akhlak, Wawancara, Petir, 7 januari 2022.

144
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

semua pihak secara bersama-sama mencari solusi pembinaannya.Salah satu teknik yang diterapkan
pihak sekolah untuk memudahkan pelaksanaan fungsi pengawasan ini, khususnya pada saat jam
sekolah berlangsung, adalah dengan mengharuskan santri/ah-nya menggunakan seragam yang khas
dan mudah dikenali, di samping juga bernuansa Islami. Bagi kaum pria mereka
mengenakan kopiah/peci berwarna hitam, dan bagi kaum wanita mengenakan busana
muslimah dengan model jilbab yang khas menutup sampai kebagian dada. Dengan pakaian
yang khas seperti itu maka akan mudah bagi para ustadz/ah untuk melakukan pengawasan
bagi santriwan/santriwatinya.17
Pemberian Sanksi sebagai wujud penindakan terhadap pelanggaran yang dilakukan
merupakan upaya pengawasan akhlak santri. Salah satu metode yang digunakan dalam
pembinaan akhlak di pesantren Nur El-Falah sekaligus sebagai upaya pengawasan santri
adalah pemberian sanksi tertentu kepada mereka yang melakukan pelanggaran. Sanksi ini
memiliki tingkatan mulai dari sanksi ringan hingga yang berat, sesuai dengan pelanggaran
yang dilakukan. Salah seorang santri selaku ketua ASPI bernama Rahmat Nuzul
menuturkan: Saya pernah mendapat hukuman membersihkan seluruh parit-parit yang ada
di lingkungan pesantren pada saat jam istrirahat siang, hukuman ini diberikan karena sehari
sebelumnya saya tidak mengikuti salat jamaah subuh di masjid pesantren.18 Sanksi seperti
yang dituturkan oleh siswa tersebut masih termasuk sanksi ringan. Sanksi untuk
pelanggaran-pelanggaran kecil seperti ini tidak ada ketentuan pasti, kecuali jika dilakukan
berulang-ulang maka sanksi yang diberikan akan semakin meningkat Metode untuk
mendukung lancarnya pengawasan pembelajaran akhlak yang diterapkan dalam pembinaan
akhlak pada Pondok Pesantren Nur El-Falah. Selanjutnya, pada sub terakhir dari bab ini
akan diuraikan beberapa peluang dan hambatan yang dihadapi pesantren dalam pembinaan
akhlak.
Berdasarkan wawancara, penelitian dan dokumen, dapat disimpulkan bahwa
pengawasan pembelajaran akhlak di Pondok Pesantren Nur El-Falah dilaksanakan dengan
jadwal yang sudah ditentukan, sehingga pelaksanaan pengawasan tersebut berlangsung
dengan baik.

Evaluasi
Pembinaan Akhlak di Pondok Pesantren Nur El-Falah Kubang Petir. Target yang
menjadi acuan dalam pembinaan akhlak di Pondok Pesantren Nur El-Falah adalah
menghasilkan output yang dapat menjadi panutan masyarakat. Terdapat beberapa faktor
pendukung dalam upaya pencapaian target dimaksud, namun di samping itu juga
ditemukan beberapa hambatan yang menjadi kendalanya.

Faktor Pendukung
Ada beberapa paktor pendukung dalam pembinaan pembelajaran akhlak pada
pondok pesantren sultn hasanuddin sebagai berikut:
a. Kerja sama yang solid para pengasuh, ustadz/ustadzah, guru, dan staf serta pegawai
pesantren
Faktor kesatuan visi dan misi orang-orang yang terlibat langsung dalam suatu
program merupakan hal yang sangat urgen dalam menentukan keberhasilan program
tersebut. Salah satu faktor pendukung dalam proses pembinaan akhlak di pesantren ini
adalah adanya kesatuan visi dan misi para pengawas, ustadz/ustadzah, guru dan staf.
Sehingga program yang dijalankan mengarah kepada pencapaian tujuan yang sama, dan
semua komponen merasa turut bertanggung jawab dalam menyukseskannya Hal ini tentu
17
Yuri Alam, Pimpinan Pondok Pesantren Nur El-Falah, Wawancara, Petir, 16 januari 2022.
18
Rahmat, Ketua ASPI Wawancara, Petir, 16 januari 2022.

145
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

saja tidak terlepas dari charisma KH. Yuri Alam Fathallah, Lc., M.Ag selaku Pimpinan
Umum, kesungguhan dan kualitas para wakil / pembantu pimpinan yang bekerja siang dan
malam, kemampuan manajerial kepala madrasah baik Tsanawiyah dan Aliyah. Dalam
kaitannya dengan pembinaan akhlak para santri, KH. Yuri Alam Fathallah, Lc., M.Ag
menjelaskan bahwa: Pembinaan akhlak bukanlah hal yang mudah, karena hal ini terkait
dengan pembentukan kepribadian yang bersifat abstrak. Proses pembinaan akhlak di
pesantren ini tidak mungkin dilakukan tanpa adanya kerja ustadz/ustadzah yang solid. Oleh
karena itu, kami selalu berusaha melibatkan semua pihak yang ada di pesantren ini dalam
membicarakan program-program pembinaan yang akan diterapkan. Kami selalu
menekankan bahwa bukan hanya guru akidah akhlak yang bertanggung jawab dalam
pembinaan moral siswa, tetapi semua guru, ustadz bahkan juga staf administrasi hingga
sampai ke pegawai kebun dan ibuibu yang beroperasi di dapur. Alhamdulillah, sampai
sejauh ini kekompakan para ustadz/ustadzah, guru, pengasuh dan staf untuk saling bahu
membahu membina para santri kami ke arah pembentukan akhlak yang mulia, berjalan
sangat baik.19 Kerja sama yang solid seluruh elemen sekolah dalam pembinaan akhlak
tampak jelas dalam aktivitas keseharian mereka yang selalu menampilkan kepedulian yang
tinggi terhadap segala perilaku santri-nya.

b. Dukungan orang tua (wali) santri


Dukungan orang tua dalam membantu proses pembinaan akhlak para santri/ah
sangat berpengaruh. Dukungan ini dalam bentuk pengawasan terhadap perilaku putraputri
mereka setelah berada di luar pondok pesantren terutama saat mereka kembali kerumahnya
masing-masing baik karna izin atau saat liburan sekolah. Kaitannya dengan kerjasama
yang dibangun antara orang tua santri dengan pihak pesantren ini, Salah satu agenda yang
selalu ditekankan dalam pertemuan ini adalah mensosialisasikan strategi pembinaan akhlak
para santri yang menempatkan orang tua sebagai bagian penting dari pelaksanaan
pembinaan tersebut. Program ini dijalankan secara berkesinambungan dan terarah kepada
tujuan yang sama dengan pembinaan yang dilakukan oleh orang tua di rumah. Bagi santri
yang tinggal di asrama, tugas pembinaan ini ditangani langsung oleh para musyrif asrama.
Pelaksanaan pembinaan yang dilakukan di asrama ini bahkan berjalan secara sistematis
dan terprogram melalui berbagai kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, demikian penuturan
Buya Sufriadi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan akhlak dilakukan langsung
oleh Pembina asrama diluar proses pembelajaran di dalam kelas, hal ini dilakukan
mengingat pembinaan akhlak dalam proses pembelajaran hanya dilakukan dalam waktu 2
jam pelajaran seminggu.

Faktor Penghambat
Di samping berbagai faktor pendukung dalam pelaksanaan pembinaan akhlak di
pesantren ini, juga terdapat sejumlah hambatan yang menjadi kendala sehingga
pelaksanaan program pembinaan ini kurang optimal.
a. Terbatasnya sumber daya guru yang dapat mengintegrasikan nilai al- Qur’an dan Hadits
pada setiap pelajaran umum.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, landansan utama dalam pembinaan
akhlak adalah al-Qur’an dan Hadits. Implementasi dari nilai-nilai yang terkandung dalam

19
Yuri Alam, Pimpinan Pondok Pesantren Nur El-Falah, Wawancara, Petir, 16 januari 2022

146
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

al-Qur’an dan Hadits ke dalam kehidupan sehari-hari, merupakan intisari dari akhlak itu
sendiri.
b. Dampak negatif media massa
Media massa, baik media cetak maupun elektronik, memiliki andil yang sangat
besar dalam mengantarkan masyarakat pada tatanan budaya global. Kemajuan teknologi
informasi yang demikian pesat di zaman ini telah menembus sekat-sekat budaya maupun
geografis. Dimensi positifnya adalah bahwa kebutuhan masyarakat akan informasi yang
cepat dan akurat semakin terpenuhi. Di samping itu, media massa juga telah menjadi
sumber belajar dalam banyak hal sehingga pada akhirnya melahirkan perubahan besar pada
tatanan sosial budaya masyarakat. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa media massa bukan
hanya membawa pengaruh positif tetapi juga melahirkan sejumlah efek negatif khususnya
bagi remaja. Gaya hidup generasi muda zaman ini banyak dipengaruhi oleh tayangan
televisi, mulai dari cara berpakaian sampai kepada cara bergaul.
Kesulitan yang dihadapi oleh para pendidik dalam menanamkan nilai-nilai akhlak
yang Islami kepada murid-muridnya, adalah karena nilai-nilai budaya yang ditayangkan
oleh media massa justru kadang-kadang bertolak belakang dengan tuntunan akhlak yang
diajarkan di sekolah.

E. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan analisa terhadap berbagai sumber penelitian dapat
disimpulkan bahwa Pondok Pesantren Nur El-Falah telah mengimplementasikan
manajemen pembinaan akhlak dalam pembelajaran sesuai dengan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Perencanaan manajemen pembelajaran akhlak
dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran yang penjabarannya melalui standar isi
menjadi analisis mata pelajaran yang dilaksanakan oleh guru bidang studi akhlak tertata
dengan baik sehingga pencapaian tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Dalam
pelaksanaannya guru bidang studi harus selalu melakukan inovasi pembelajaran agar
pembelajaran itu selalu menyenangkan. Pada proses pelaksanaan, melaksanakan kegiatan
pembelajaran dan muatan tambahannya dengan memberdayakan guru, pegawai dan sarana
yang ada dikelas sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada. Dalam pelaksanaannya
pembelajaran akhlak disupervisi secara berkala sehingga apabila terjadi kendala dapat
segera dilakukan perbaikan sesegera mungkin agar kesalahan yang terjadi tidak
berkelanjutan.

147
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. Metodologi Peneltian Kualitatif Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam


Varian Kontemporer. Cet. I; Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Cet. III; Bandung, CV
Jum’anatul’Ali-ART, 2005.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, edisi
keempat. Cet. I; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
DEPAG RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, Pertumbuhan dan Perkembangannya.
Jakarta, Dirjen Kelembagaan Islam Indonesia: 2003.
Dlofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren, studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta:
LP3ES, 1985 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif Cet.
VI; Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012.
Imam, Abi ‘Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-
Bukhariy al-Ja’fiy, Sahih al-Bukhari, jilid III, juz VI t.tp: Dar al-fikr, 1994
Khasanah, Uswatun. Peran Ustad dalam Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren
Pancasila Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017,
Khusnuridho, Moh. Sulthon. Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif Global
Yogyakarta:Press Indo, 2006
Komariah, Aan dan Engkoswara Administrasi Pendidikan Cet. III; Bandung:Alfabeta, 2012
Madjid, Nurcholish. Modernisasi Pesantren, Jakarta: Ciputat Press, 2002
Maksum, dkk.2003. Pola Pembelajaran Pendidikan Pesantren, Jakarta.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
Manullang,M. Dasar-dasar Manajemen Cet. XXIII; Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Munjid fi al lughah wal adab wal ulum, Libanun, Beirut : 1958. Cet XVIII.
Nafi, M. Dian dkk. Praksis pembelajaran pesantren Yogyakarta: Instite for Training and
Development Amherst MA, 2007.
Partanto, A. Pius. Kamus Ilmiyah Populer Cet. I; Surabaya: Arkola, 2001 Poerbakawatja,
Soegarda. Ensiklopedia Pendidikan Jakarta: Gunung Agung, 1980
Ridwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Kariawan dan Peneliti Pemula Ridwan,
Dasas-Dasar Statistik Cet. III; Bandung: Alfabeta. 2013.
Sakhawi, Syamsuddin. Al-Maqashid Al-Hasanah fi Bayan Katsir Min Al-Hadits
AlMusytahirah Ala Alsinah Cet I; Beirut: Dar Al-kitab Al-‘Arabi, 1405 H.
Saleh, Abdur Rahman. Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, Jakarta: Departemen Agama
RI, 1982
Sidijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada 1995.
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta: Rajawali, 1998.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Cet.XIV;Bandung:Alfabeta, 2012.

148

You might also like