You are on page 1of 12

Jurnal PENA Vol. 36 No.

2 Edisi September 2022

STUDY KASUS : PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


KONDISI POST STROKE NON HEMORAGIK HEMIPARASE
SINISTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN
TERAPI LATIHAN

Nur Susanti
Prodi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan
Email : Susantiimoto@yahoo.co.id

Disubmit : 11/07/2022 | Diterima : 05/09/2022 | Diterbitkan : 04/10/2022

ABSTRACT
Stroke is a circulatory disorder of the brain that causes sudden neurological deficits as a result of
ischemia or hemorrhage of the cerebral nervous circulation. Based on data from the Health Ministry
Republic of Indonesia, stroke is number two that cause the death in Indonesia and number one cause of
disability worldwide. Physiotherapy problems in stroke are limb hemiparesis, muscle tone disorders,
sensory disturbances, depression, postural alignment/postural control, balance disorders, gait
disturbances, depression and impaired functional ability and daily activities. The interventions used are
Infra Red and Training Therapy. The objectives of this research was to improve muscle strength in the
upper and lower limbs sinistra, improve sensoromotor function (coordination and balance) in the upper
and lower limbs sinistra, improve functional abilities in Post Stroke conditions of non-Hemorrhagic
Hemiparase Sinistra. The subjects of this research were patients with post-stroke non-hemorrhagic
hemiparase conditions who were given Physiotherapy intervention with Infra Red and Training Therapy.
The methods in this research used descriptive analysis to know the assessment and changes. The research
design used is a Case Study design. The result of this study shows there are improvement in muscle
strength, there is no improvement in sensoromotor (coordination and balance), there is no improvement
in the environment of daily functional activities. The conclusion of this research that there is an improve
in muscle strength, there has not been an improve in sensoromotor (coordination and balance) in the
muscles of the upper and lower limbs sinistra, there is an improve in the patient's functional ability.

Keywords : Hepirase Non Hemorrhagic Stroke, IR, Training Therapy.

PENDAHULUAN mengusir rasa kantuk akibat lelah


Gaya hidup manusia dewasa ini bekerja, tidak pernah melakukan olah
semakin mengarah kepada gaya hidup raga karena harus mengejar karier serta
yang pragmatis, semuanya memenuhi gaya hidup yang selalu identik dengan
kebutuhan hidup secara instan dan narkoba, rokok dan alkohol maka
praktis. Pola hidup yang instan seperti segala penyakit akan datang
makan makanan junk food, merokok menyerang. Bermula dari kelebihan
dan minum kopi yang berlebihan untuk kolesterol, kelelahan karena kurang

98
Jurnal PENA Vol. 36 No. 2 Edisi September 2022

istirahat, tingkat stres yang tinggi dan tenaga kesehatan atau gejala sebesar
hipertensi maka timbulah berbagai 12,1 per mil. Prevalensi stroke
penyakit seperti jantung dan Stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi
yang merupakan salah satu penyakit di Sulawesi Utara (10,8%), diikuti DI
beresiko tinggi akibat gaya hidup yang Yogyakarta (10,3%), Bangka Belitung
tidak sehat dan tidak teratur dan DKI Jakarta masingmasing 9,7 per
(Goldszmidt et al, 2013). mil. Sedangkan untuk prevalensi stroke
Menurut World Health di Jawa Tengah (12,3%) (Riskesdas,
Organization (WHO), stroke 2013).
didefinisikan suatu gangguan Hal tersebut menyebabkan otak
fungsional otak yang terjadi secara kekurangan oksigen sehingga terjadi
mendadak dengan tanda dan kerusakan atau nekrosis jaringan otak.
gejalaklinik baik fokal maupun global Jika penyumbatan tersebut tidak segera
yang berlangsung lebih dari 24 jam, ditangani, maka dapat menyebabkan
atau dapatmenimbulkan kematian, pecahnya pembuluh darah ke otak
disebabkan oleh gangguan peredaran dikarenakan pembuluh darah menjadi
darah otak.Sebagian besar kasus tidak elastis akibat penyumbatan terus
dijumpai pada orang-orang yang menerus dan memperburuk kondisi
berusia di atas 40 tahun.Makin tua sebelumnya, kondisi ini disebut stroke
umur, resiko terkena stroke semakin hemoragik (Patricia, Kembuan dan
besar (Nasution, 2013). Tumboimbela, 2015; Boehme, Esenwa,
Stroke merupakan penyebab Elkind, 2017).
kematian ketiga terbanyak di Amerika Problematika fisioterapi pada
Serikat.Pada 2002, stroke membunuh pasien stroke yaitu adanya kelemahan
sekitar 162.672 orang.Jumlah tersebut atau penurunan kekuatan otot pada
setara dengan 1 di antara 15 kematian anggota gerak atas dan anggota gerak
di Amerika Serikat.Mengacu pada bawah sinistra, adanya gangguan
laporan American Heart Association, sensomotor (koordinasi dan
sekitar 700.000 orang di Amerika keseimbangan) pada anggota gerak atas
Serikat terserang stroke setiap dan anggota gerak bawah sinistra dan
tahunnya.Dari jumlah ini, 500.000 di adanya penuruan kemampuan aktivitas
antaranya merupakan serangan stroke fungsional. Penanganan fisioterapi
pertama, sedangkan sisanya merupakan yang dapat diberikan pada kondisi
stroke yang berulang. Saat ini ada 4 juta stroke hemiparase sinistra yaitu
orang di Amerika Serikat yang hidup dengan modalitas Infrared dan Terapi
dalam keterbatasan fisik akibat 3 Latihan.
stroke, dan 15 –30% di antaranya
menderita cacat menetap (Centers for TINJAUAN PUSTAKA
Disease Control and Prevention, 2009). Deskripsi Kasus
Prevalensi stroke di Indonesia Stroke non hemoragik
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan disebabkan oleh trombosis akibat plak
sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis aterosklerosis yang memberi

99
Jurnal PENA Vol. 36 No. 2 Edisi September 2022

vaskularisasi pada otak atau oleh


emboli dari pembuluh darah diluar otak
yang tersangkut di arteri otak.Saat
terbentuknya plak fibrosis (ateroma) di
lokasi yang terbatas seperti di tempat
percabangan arteri. Trombosit
selanjutnya melekat pada permukaan
plak bersama dengan fibrin, perlekatan
trombosit secara perlahan akan
memperbesar ukuran plak sehingga (Singh, 2012)
terbentuk trombus (Sudoyo, 2007).
Terapi latihan adalah metode
Tanda dan gejala stroke non yang paling umum digunakan untuk
hemoragik yaitu sakit kepala ringan mengatasi masalah mobilitasi fisik
atau sangat ringan, tidak ditemukan setelah kerusakan otak. Breathing
kejang dan muntah saat serangan, Exercise sebelum dan sesudah latihan
penurunan kesadaran ringan atau diberikan kepada pasien (Sullvian,
sangat ringan, paresis salah satu atau 2007). Latihan-latihan gerak
kedua anggota gerak dan atau wajah, sepertiactive movement, passive
aphasia, ataksia dan visual terganggu. movement dapat meningkatkan lingkup
Serangan stroke non hemoragik gerak sendi, serta meningkatkan fung
biasanya pada saat penderita sedang si koordinasi dan keseimbangan (Pang,
istirahat atau tidak melakukan aktivitas 2005).
berat (Haghighi et al., 2017).
Propioceptive Neuromuscular
Teknologi Intervensi Fisioterapi Facilitation (PNF) atau kontraksi
Infra red merupakan terapi fisik relaksasi merupakan salah satu bentuk
radiasi elektromagnetik dengan sinar latihan kelenturan dengan peregangan
cahaya yang lebih panjang dari sinar yang dibantu oleh orang lain saat
cahaya yang terlihat dari microwave. kontraksi dan relaksasi. Teknik PNF
Sinar Infra red mengeluarkan efek menawarkan keuntungan dan manfaat
panas ketika diserap oleh kulit, Infra yang lebih luas dibandingkan metode-
red memiliki panjang gelombang antara metode peregangan konvensional
4x10 Hz dan 7,5x10 Hz. Efek panas lainnya, kemudian dapat meningkatkan
yang dipancarkan oleh Infra red telah relaksasi pada otot yang diregangkan,
terbukti meningkatkan perluasan lebih lagi teknik PNF paling baik untuk
jaringan, memperbaiki sendi berbagai mengembangkan atau membangun
gerak, mengurangi rasa sakit dan teknik fleksibilitas tubuh (Parevri,
meningkatkan penyembuhan jaringan 2017). PNF dapat digunakan untuk
lunak lesions (Ojeniweh,et al, 2015). peregangan dan teknik ini membantu
mengembangkan kekuatan otot dan
daya tahan, stabilitas sendi, mobilitas,
kontrol neuromuskular dan koordinasi
(Ibrahim, 2017).

100
Jurnal PENA Vol. 36 No. 2 Edisi September 2022

PROSES FISIOTERAPI Keterangan :


Pada penelitian ini didapatkan X : keadaan pasien sebelum diberikan
identitas pasien yaitu bernama Ny. R program fisioterapi
dengan usia 63 tahun, berjenis kelamin Y : keadaan pasien setelah diberikan
perempuan, beragama islam, yang program fisioterapi
merupakan ibu rumah tangga, alamat Z : Program fisioterapi
Tirto Kab. Pekalongan. 2. Instrument Penelitian
Pemeriksaaan yang dilakukan a. Kekuatan Otot dengan Manual
yaitu pemeriksaan kekuatan otot, Muscle Testing (MMT)
pemeriksaan sensomotor Kriteria Penilaian kekuatan otot
(keseimbangan dan koordinasi) dan pada anggota gerak atas dan
pemeriksaan aktivitas fungsional. anggota gerak bawaha yaitu:
Untuk mengurangi problematika 0 : Tidak ada kontraksi
pada pasien, dilakukan intervensi 1 : Ada kontraksi namun tidak
fisioterapi dengan menggunakan ada gerak sendi
modalitas yaitu Infra Red (IR) dan 2 : Ada gerakan tanpa melawan
Terapi Latihan seminggu 2 kali di gravitasi
setiap terapi waktu penyinaran Infra 3 : Ada gerakan dengan
merah selama 15 menit dan pemberian melawan gravitasi
terapi latihan setiap gerakan nya di 4 : Ada gerakan, melawan
lakukan pengulangan 8 kali. gravitasi ,dan tahanan
minimal
METODOLOGI 5 : Ada gerakan, melawan
1. Desain Penelitian gravitasi, dan tahanan
Penelitian dilakukan maksimal
menggunakan metode deskriptif (Mardiman, et al., 1994).
analitik. Deskriptif analitik yaitu suatu
metode dalam meneliti status kelompok b. Sensomotor (Koordinasi dan
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, Keseimbangan)
suatu sistem pemikiran atau suatu kelas Koordinasi dengan Non
peristiwa pada masa sekarang. Analitik Equilibrium test dengan kriteria
bertujuan untuk mengetahui assesment penelitian yaitu:
dan perubahan yang dapat diketahui 1 : Tidak mampu melakukan
dalam penelitian tersebut. Rancangan aktivitas
penelitian yang digunakan adalah 2 : keterbatasan berat, hanya
rancangan studi kasus (Notoatmodjo, dapat mengawali aktivitas
2010). tetapi tidak lengkap
3 : keterbatasan sedang, dapat
X Y
menyelesaikan, tetapi
koordinasi tampak
Z menurun dengan jelas

101
Jurnal PENA Vol. 36 No. 2 Edisi September 2022

gerakan lambat, kakau dan gerak dasar, dan lingkungan


tidak stabil aktivitas dan lain-lain.
4 : keterbatasan minimal, dapat 2) Interview
menyelesaikan aktivits Metode ini digunakan
dengan kecepatan dan untuk mengumpulkan data
kemampuan lebih lambat dengan cara tanya jawab
sedikit disbanding normal antara fisioterapis dengan
5 : kemampuan normal keluarga pasien yaitu dengan
(Wahyono, 1994). heteroanamnesis.
c. Keseimbangan dengan Berg 3) Observasi
Balance test dengan kriteria Dilakukan untuk
penelitian yaitu: mengamati perkembangan
0 : tidak mampu pasien sebelum terapi, selama
1 : mampu dengan bnyak bantuan terapi dan sesudah diberikan
2 : mampu dengan sedikit terapi.
bantuan b. Data Sekunder
3 : mampu dengan kecepatan dan 1) Studi Dokumentasi
kemampuan lebih lambat Dalam studi dokumentasi
sedikit disbanding normal penulis mengamati dan
4: mampu secara mandiri dengan mempelajari data-data medis
normal dan fisioterapi dari awal
(Soekarno, 2002). sampai akir pada pasien
d. Kemampuan Fungsional dengan dengan kondisi Post Stroke
indeks barthel Non Hemoragik Hemiparase
Kriteria penilian dengan indeks Sinistra.
barthel yaitu: 2) Studi Pustaka
0-4 : Ketergantungan Total Dalam penelitian ini
5-8 : Ketergantungan Berat sumber yang diambil dari
9-11 : Ketergantungan Sedang buku, jurnal/ internet yang
12-19 : Ketergantungan Ringan berkaitan dengan kondisi Post
20 : Mandiri Stroke Non Hemoragik
(Mardiman, et al., 1994) Hemiparase Sinistra.
3. Metode Pengambilan Data HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Data Primer 1. Kekuatan Otot
1) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan kekuatan otot
Pemeriksaan fisik pada kondisi Post Stroke Non
bertujuan untuk mengetahui Hemoragik Hemiparase Sinistra
keadaan fisik pasien. menggunakan MMT.
Pemeriksaan ini terdiri dari
pemeriksaan vital sign,
inspeksi, palpasi, pemeriksaan

102
Jurnal PENA Vol. 36 No. 2 Edisi September 2022

meningkatkan kekuatan otot,


Kekuatan Otot meningkatkan daya tahan,
4 meningkatkan koordinasi,
memperbaiki postur, meningkatkan
2
keseimbangan dan meningkatkan
0 kemampuan fungsional.
T1 T2 T3 T4 Penggunaan teknik PNF
Shoulder Elbow Wrist berupa rhythmical initation
MCP PIP Tangan DIP
ditujukan untuk penguatan otot
bagian dari suatu gerakan,
HIP Knee Ankle
memperbesar kekuatan kontraksi
MTP PIP Kaki DIP2 dan meningkatkan daya tahan. Pada
rhythmical initation melawan
Grafik 1 Hasil pemeriksaan tahanan diberikan dengan
kekuatan otot dengan MMT menerapkan optimal resistance pada
grup otot yang kuat sehingga
Berdasarkan Penjelasan dari menimbulkan overflow pada grup
grafik 1 didapatkan hasil bahwa otot yang lemah. Dengan gerakan
tindakan yang diberikan dapat aktif yang dilakukan pasien dapat
meningkatkan kekuatan otot pada menstimulasi motot unit sehingga
anggota gerak atas dan anggota semakin banyak motor unit yang
gerak bawah bagian kiri dari T1=2 terlibat maka akan terjadi
menjadi T4=3. peningtkatan kekuatan otot.
Dengan pemberian infra red Hal ini dibuktikan dengan
dapat meningkatkan metabolisme penelitian yang dilakukan oleh
dengan adanya kenaikan Debora Krisnawati (2021) dengan
temperature, dengan demikian judul penelitian “Terapi Latihan
pemeliharaan jaringan menjadi lebih pada Kondisi Stroke :Kajian
baik. Sehingga mempengaruhi Literatur”. Terapi latihan mampu
jaringan otot karena kenaikan memberikan pengaruh fisiologis.
temperature akan meningkatkan Pengaruh terhadap otot yaitu
kemampuan otot untuk berkontraksi. menjaga fisiologis otot,
Sehingga dengan pemberian infra meningkatkan temperatur otot,
red sebelum terapi latihan dapat meningkatkan kontraksi dan
meningkatkan kemampuan otot kekuatan otot sehingga
untuk berkontraksi, dan saat meningkatkan muscle pump yang
dilakukan terapi latihan berupa menjadikan suplai oksigen dan
gerak aktif, gerak pasif, gerak aktif nutrisi serta mengangkut sisa
assisted untuk maupun PNF metabolisme lebih lancar. Pengaruh
diharapkan memberikan pengaruh terhadap kardiovaskuler yaitu
terapeutik seperti memelihara dan peningkatan volume darah berupa
meningkatkan lingkup gerak sendi, peningkatan tekanan darah dan

103
Jurnal PENA Vol. 36 No. 2 Edisi September 2022

denyut nadi, vasodilatasi arteri dan


kapiler serta sirkulasi vena. Koordinasi
Pengaruh terhadap respirasi yaitu 3.5
mempengaruhi pusat pernapasan
yang mengarah pada peningkatan 3
frekuensi pernapasan akibat
2.5
kebutuhan oksigen, dan peningkatan
VO2max. Pengaruh terhadap sistem 2
saraf yaitu meningkatkan produksi
adrenalin dan memberikan stimulasi 1.5
atau informasi pada otak dengan
gerakan pola fungsional yang benar 1
dan berulang dikarenakan dapat 0.5
membantu proses neuroplastisitas.
0
T1 T2 T3 T4
2. Sensomotor (Koordinasi dan Jari ke hidung
Keseimbangan) Jari ke terapis

Pemeriksan sensomotor Jari ke jari tangan lain


Menyentuh hidung dan jari tangan bergantian
koordinasi menggunakan Non Gerak oposisi jari
Equilibrium Test dan Keseimbngan Menggengam
Pronasi dan supinasi
menggunakan Berg Blance Scale. Rebound test
Tepuk tangan
Tepuk kaki
Menunjuk
Tumit ke lumut
Tumit ke jari kaki bergantian
jari kaki menunjuk ke jari tangan
Tumit menyentuh bawah lutut
Menggambar lingkaran dengan tangan
Menggambar lingkaran dengan kaki
Mempertahankan posisi gerak atas
Mempertahankan gerak bawah

Grafik 2 Hasil Koordinasi dengan


Non Equilibrium Test

104
Jurnal PENA Vol. 36 No. 2 Edisi September 2022

menghasilkan gerakan voluntary


2.5 Keseimbangan dibutuhkan fungsi persepsi, fungsi
2 sensorik, fungsi motorik dan
koordinasi yang memadai. Adanya
1.5
gangguan terhadap fungsi-fungsi ini
1 dapat mengakibatkan ketidak
sempurnaan gerakan voluntary yang
0.5
terjadi. Pada saat latihan, kekuatan
0 otot pelvic akan meningkat dan
T1 T2
Duduk ke berdiri
T3 T4 memperbaiki postur sehingga berat
Berdiri ke tersangga badan menjadi seimbnag anatara
Duduk ke tersangga kanan kiri dan keseimbangan
Berdiri ke duduk meningkat. Selain itu, karena pasien
Tranfer dapat melakukan latihan dalam
Berdiri dengan mata tertutup kehidupan sehari-hari maka lebih
Berdiri dengan kedua kaki rapat cepat terjadi peningkatan
Meraih ke depan dengan lengan terulur keseimbangan. Latihan latihan
maksimal
Mengambil objek dari lantai koordinasi dan keseimbngan yang
Berbalik untuk melihat ke belakang diberikan atau diberikan berupa
Berbalik 360 derajat latihan yang bertujuan memperbaiki
arah dan koordinasi gerakan anggota
gerak. Latihan dilakukan dengan
cara memberikan aba-aba pada
Grafik 3 Hasil Keseimbangan
pasien untuk melakukan gerakan-
dengan Berg Balance Test
gerakan sesuai intruksi yang
dilakukan secar acak, cepat dengan
Berdasarkan Penjelasan dari
pungulangan yang bervariasi.
grafik 2 dan 3 didapatkan hasil
bahwa tindakan yang diberikan Penggunaan infra red dan
belum dapat meningkatkan terapi latihan pada hemiparase
sensomotor, baik koordinasi dan stroke non hemoragik belum
keseimbangan. menunjukkan perubahan yang
signifikan pada pasien. Hal ini dapat
Koordinasi dan keseimbangan
disebabkan karena gangguan
sangat tergantung pada kontrol saraf
mengenai sistem saraf pusat yang
sehingga kenormalan saraf sehingga
membutuhkan waktu, intensitas dan
kenormalan saraf baik secara
jumlah pertemuan lebih banyak serta
anatomis maupun fisiologis
membutuhkan kerjasama antara
merupakan syarat mutlak terjadinya
pasien, keluarga dan terapis yang
koordinasi yang normal. Gerakan
baik agar terlihat perubahan pada
mempunyai kaitan erat dengan
partisipan.
sistem sensorik, sistem persepsi,
sistem motorik yang Hal ini dibuktikan dengan
dikoordinasikan oleh CNS. Untuk penelitian yang dilakukan oleh

105
Jurnal PENA Vol. 36 No. 2 Edisi September 2022

Wahyuddin (2008) dengan judul Proses perbaikan pada


penelitian “Pengaruh pemberian pederita stroke, pada fase awal
PNF Terhadap Kekuatan Fungsi perbaikan fungsional neurology
Prehension pada Pasien Stroke berupa perbaikan lesi primer oleh
Hemoragik dan Non Hemoragik”. penyerapan kembali oedema diotak
Terapi latihan metode PNF yang dan membaiknya system
diberikan selama dua bulan dengan vaskularisasi. Dalam beberapa
frekuensi dua sampai tiga kali setiap waktu kemudian berlanjut ke
minggu pada pasien stroke non perbaikan fungsi aksonal atau
hemoragik fase penyembuhan di aktivasi sinaps yang tidak efektif.
beberapa instansi pelayanan Pada penderita stroke, perbaikan
fisioterapi dapat meningkatkan fungsi neuron berlangsung kurang
kekuatan fungsi sensomotor. lebih dalam waktu satu tahun.
3. Aktifitas Fungsional Prediksi perbaikan ini sangat
tergantung dari luasanya defisit
Pemeriksaan aktivitas
neurology awal, perkembangan lesi,
fungsional pada kondisi Post Stroke
ukuran dan topis kelainan di otak,
Non Hemoragik Hemiparase
serta keadaan sebelumnya. Keadaan
Sinistra menggunakan indeks
ini juga dipengaruhi oleh usia nutrisi
barthel
dan tindakan terapi (fisioterapi)
yang juga merupakan factor yang
Indeks Barthel menentukan dalam proses
6 perbaikan. Kemampuan otak untuk
4 memodifikasi dan mereorganisasi
2
fungsi dari fungsi yang mengalami
cedera/ kerusakan disebut “neural
0
T1 T4
plasticity” Bahwasanya kemampuan
fungsional mengalami peningkatan
Jumlah Nilai Jumlah nilai2 karena diotak adanya perbaikan lesi
primer oleh membaiknya system
Grafik 4 Hasil Aktivitas vaskularisasi. Dalam waktu
Fungsional dengan Indeks Barthel kemudian berlanjut ke perbaikan
fungsi aksional/aktifasi sinap yang
Berdasarkan Penjelasan dari tidak efektif melalui Neural
grafik 4 didapatkan hasil bahwa Plasticity yaitu kemampuan otak
tindakan yang diberikan belum untuk memodifikasi dan
dapat meningkatkan aktivitas mengorganisasi fungsi yang
fungsional pada pasien dengan mengalami kerusakan melalui
menggunakan Indeks Barthel T1= 5 sprouting yaitu bagian yang tidak
(Ketergantungan Berat) T4 = 5 mengalami kerusakan akan menuju
(Ketergantungan Berat) setelah pada bagian yang mengalami lesi,
melakukan terapi selama 4 kali. unsmaking yaitu dalam keadaan
normal tidak semua sinap aktif,

106
Jurnal PENA Vol. 36 No. 2 Edisi September 2022

karena adanya lesi pada jalur utama sehingga meningkatkan efisiensi


maka bagian yang tidak aktif akan gerak dan meningkatkan aktivitas
menggantikan posisi yang fungsional.
mengalami lesi. Tergantung pada Hal ini dibutikan dengan
aktifitas yang dilakukan secara penelitian di Instalasi Rehabilitasi
berulang-ulang akan menjadi gerak Medik RSUP Prof Dr. R. D Kandou
yang terkontrol/terkendali sehibgga Manado (2018) dengan judul
dengan mengenalkan dan penelitian “Pengembangan Model
mengajarkan kembai latihan aktif Latihan Gerak Pasif Aktif Terhadap
pada pola gerak fungsional sendiri Pelayanan Rehabilitatif Pasien
mungkin mempercepat pasien Stroke Hemiplegi RSUD dan RSI
melakukan gerak dan fungsi yang Fatimah Kabupaten Cilacap”.
mempengaruhi terhadap derajat Setelah pemberian terapi latihan
penyembuhan maupun dalam berupa gerak pasif, gerak aktif,
kecepatan penyembuhan. gerak aktif assisted dan PNF, apabila
Ketika adanya peningkatan dilakukan terapi latihan secara terus
kekuatan otot beriringan dengan menerus akan terjadi peningkatan
kemampuan fungsional meningkat. kemampuan aktfitas fungsional dan
Ketika sebuah pola aktivitas dapat mengurangi ketidak
fungsional dilakukan secara terus seimbangan kerja otot sehingga
menerus akan didapatkan meningkatkan efisiensi gerak dan
kemampuan yang meningkat dan meningkatkan aktivitas fungsional.
akan terekam oleh memori jangka
panjang. Demikian juga manfaat SIMPULAN
terapi latihan yang dilakukan Setelah pemberian intervensi
berulang-ulang dan terus menerus fisioterapi berupa Infra Red (IR) dan
secara periodik memperlihatkan Terapi Latihan pada Post Stroke Non
penguasaan gerakan-gerakan ke Hemoragik Hemiparse Sinistra selama
arah yang lebih baik bahkan lebih 4 kali terapi dapat disimpulkan sebagai
mudah dikerjakan oleh penderita. berikut:
Keberhasilan pembelajaran terjadi 1. Pemberian Terapi Latihan dapat
jika informasi ditransfer ke memori meningkatkan kekuatan otot pada
jangka panjang sehingga nantinya kondisi post stroke non hemoragik
dapat diingat lebih lama. Proses hemiparase sinistra.
transfer informasi itu dapat melalui 2. Pemberian modalitas Terapi
strategi latihan, pengulangan, Latihan Belum terdapat
perhatian dan asosiasi. Apabila peningkatan sensomotor
dilakukan terapi latihan secara terus (koordinasi dan keseimbangan)
menerus akan terjadi peningkatan pada otot anggota gerak atas dan
kemampuan aktfitas fungsional dan anggota gerak bawah sinistra.
dapat mengurangi 3. Pemberian modalitas Terapi
ketidakseimbangan kerja otot Latihan dapat meningkatkan

107
Jurnal PENA Vol. 36 No. 2 Edisi September 2022

kemampuan fungsional pada Pelayanan Rehabilitatif Pasien


kondisi post stroke non hemoragik Stroke Hemiplegi RSUD dan RSI
hemiparase sinistra. Fatimah Kabupaten Cilacap.
Jurnal Penelitian dan
DAFTAR PUSTAKA Pengembangan Pelayanan
American Diabetes Association Kesehatan, Vol. 2, No. 2, Agustus
(ADA)., 2014. Diagnosis and 2018
Classification of Diabetes Krisnawati, Debora and Anggiat,
Melitus. Diabetes Care. 37 (1). Lucky (2021) Terapi Latihan
CDC. (2009, September 10). Centers Pada Kondisi Stroke: Kajian
for Disease Control and Literatur = Exercise Therapy In
Prevention. Retrieved September Stroke Condition: A Literature
17, 2012, from CDC: Review. Jurnal Fisioterapi
www.cdc.gov Goldszmidt, A. J., Terapan Indonesia, 1 (1). pp. 1-
& Caplan, L. R, 2013, Stroke 10. ISSN 2798 5520.
Esensial, Edisi Kedua. Jakarta: Mardiman, S. et al., 1994. Dokumentasi
PT. Indeks Persiapan Praktek Profesional
Goldszmidt, A. J., & Caplan, L. R, Fisioterapi (DP3FT). Surakarta:
2013, Stroke Esensial, Edisi Akademi Fisioterapi Surakarta
Kedua. Jakarta: PT. Indeks DEPKES RI.
Haghighi, S., Vahdati, S.S., Nasution, L.F. (2013). StrokeNon
Mikaeilpour, A., Ramouz, A. Hemoragik pada Laki- laki Usia
(2017).Camparison of 65 tahun. Jurnal Kedokteran
neurological clinical Universitas Lampung. 1(3): 2.
manifestation in patients with Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi
hemorrhagic and ischemic stroke. Penelitian Kesehatan. Jakarta:
World Journal of Emergency Rineka Cipta
Medicine, 8 (1), 34-38. Ojeniweh, et al. (2015).Efficacy of Six
Ibrahim, Bagus Kanang. (2017). Weeks Infrared Radiation
Pengaruh Propioceptive Therapy on Chronic Low Back
Neuromuscular Facilitation Pain and Functional Disability in
Terhadap Kekuatan dan National Orthopaedic Hospital,
Fleksibilitas Tungkai pada Enugu, South East, Nigeria.The
Pemain Sepakbola di SSB Nigerian Health Journal. 15(4):
Maguwoharjo Putra.Jurnal 156.
Fakultas Ilmu Keolahragaan Pang, dkk., 2005, Applied Mathematics
Universitas Negeri Yogyakarta. and Computation, Transmission
Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Prof Dynamics and Optimal Control
Dr. R. D Kandou Manado (2018). of Measles Epidemics,
Pengembangan Model Latihan 256:131147.
Gerak Pasif Aktif Terhadap

108
Jurnal PENA Vol. 36 No. 2 Edisi September 2022

Parevri, Robby Sakti. (2017). Pengaruh Wahyono. 1994. Koordinasi Non


PNF Terhadap Fleksibilitas Otot Equilibrium Test pada
Member di Fitness Centre Pesona Sensomotor stroke non
Merapi Yogyakarta.Jurnal Ilmu hemoragik.
Keolahragaan Universitas Negeri Wahyuddin dan Arief, W. 2008.
Yogyakarta. Pengaruh Pemberian PNF
Patricia, H., Kembuan, M.A.H.N., Terhadap Kekuatan fungsi
Tumboimbela, M.J. (2015). Prehension Pada Pasien Stroke
Karakteristik penderita stroke Hemoragik dan Non- Hemoragik.
iskemik yang dirawat inap di Vol. 8 No 1 : 94-95.
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado tahun 2012-2013.Jurnal
eClinic, 3 (1), 445-451.
Riskesdas. (2013). Tentang Prevalensi
Penyakit Stroke di
Indonesia.Diakses tanggal 10
Februari 2018.Availible
http://www.depkes.go.id/resourc
es.
Saunders, D.H., Greig, C.A., Mead,
G.E. (2014). Physical activity and
exercise after stroke review of
multiple meaningful benefits.
Stroke American Heart
Association, Inc, 45 (12), 3742-
3747.
Singh, J., 2012. Textbook of
Electrotherapy. Second Edition
ed. New Delhi, India: Jaypee
Brothers Medical Publishers, Inc.
Soekarno. 2002. Fisioterapi Pada
Hemiplegia Dewasa
Berdasarkan Metode Bobath.
Surabaya.
Sullivan, K & Dunton, N. (2007).
Stroke Knowledge Test;
Modified 2006. Australia: School
of Psychology and Counselling,
Queensland University of
Technology.

109

You might also like