You are on page 1of 3

Kelompok 6 :

Ardian Havidani 7775210016


Ios Sopandi 7775210023
Nida Silvia Lestari 7775210002

RESUME
BAB 6
Kebijakan Ekonomi, Kapital Domestik dan Asing: 1974/75-1981/82
Kebijakan ekonomi setelah 1974/75 dapat diinterpretasikan sebagian sebagai reaksi
langsung dari dominasi ekonomi asing yang melibatkan pengalihan kepemilikan kapital dari asing
ke borjuasi domestik di sektor-sektor tempat kapital domestik paling tinggi berkembang. Dalam
hal ini bidang manufaktur substitusi barang impor, perdagangan dan distribusi serta industri kayu.
Peraturan-peraturan baru tentang pembentukan perusahaan patungan dan ditetapkannya tingkat
dan prioritas perusahaan asing tidak diperkenankan masuk, menjadi mekanisme pengalihan kapital
tersebut. sekalipun demikian, perubahan dalam kebijakan yang diperluas melampaui kepemilikan
juga merupakan masalah bagi struktur ekonomi Indonesia.
Dengan demikian strategi dirancang untuk mengatasi masalah dari beberapa penjuru.
Dengan menggarisbawahi penekanan perubahan, maka disusun prioritas berdasarkan sejumlah
faktor, seperti penghematan valuta asing, terbukanya lapangan kerja serta diciptakannya nilai
tambah lebih tinggi dan juga memperdalam struktur industri. Strategi ini mendorong negara lebih
lanjut memasuki masalah pokok proses pembangunan di Indonesia. Tetapi, implikasi dan
kebijakan ekonomi baru dalam struktur kepemilikan kapital dan kekuatan ekonomi di Indonesia
cukup besar. Terjadi pergerakan besar pada modal asing dari investasi langsung di sektor ISI ke
dalam investasi kapital skala besar dalam sumber daya penting dan proyek industri dengan
partisipasi yang meningkat dalam bentuk konstruksi dan manajemen kontrak. Pada saat yang sama,
modal negara masuk besar-besaran sebagai pendana dan investor, sementara modal swasta
domestik relatif menikmati kondisi untuk mengembangkan investasi dan produksi.
Perkembangan berarti dari modal domestik, baik milik negara maupun swasta, dalam
periode 1975-1982 sebagian dicapai dengan memaksa perusahaan asing memberikan saham
kepada investor lokal dengan nilal tertentu dalam investasi mereka yang tercantum dalam
peraturan baru perusahaan perusahaan patungan. Tetapi, agaknya lebih penting lagi bahwa investor
asing dipaksa menjadikan industri substitusi impor yang diproteksi ke sektor yang memerlukan
tingkat kapital atau teknologi yang tidak terdapat di dalam negeri. Investasi asing dalam
manufaktur cenderung berkonsentrasi pada substitusi impor barang konsumsi yang meningkatkan
impor dan bukannya menguranginya. Investasi asing harus diarahkan pada bidang yang
memberikan sumbangan kegiatan di hulu. Usaha patungan bukannya menuju subordinasi yang tak
terhindarkan dan merosotnya mitra domestik. Integrasi dengan kapital asing melalui usaha
patungan bisa setara menjadi mekanismekapital domestik bergerak ke tingkat lebih tinggi
akumulasi kapital, organisasi korporasi dan teknologi yang kompleks. Hasilnya tidak hanya
bergantung pada kerangka kebijakan pemerintah tetapi terutama tergantung pada derajat
perkembangan korporasi dan rentang basis kapital dari mitra domestik.
Beberapa kategori yang luas dari investasi kapital dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Investasi dalam bidang minyak dan gas bumi
b. Investasi modal asing di bawah UU PMA, meliputi bidang pertanian, kehutanan, tambang,
manufaktur dan sektor tersier.
c. Capital domestic dibawah uu pmdn yang bergerak di bidang yang sama dengan PMA
d. Investasi kapital domestik berdasarkan ordonansi 1934 (BRO). Mungkin kita berasumsi
bahwa investasi dalam sektor ini terutama dalam skala kecil, termasuk perdagangan kecil
dan industri pedesaan. Mereka yang melakukan investasi di bawah BRO karena tidak
paham dalam posisi mendapatkan cukup manfaat dari konvensi atau fasilitas, atau tidak
dapat memenuhi persyaratan bkpm. Berhubungan dengan struktur kapital atau bahkan
menghindari keharusan melakukan studi kelayakan.
Gambaran lainnya ialah menurunnya investasi modal asing pada 1970-an. Tingkat
penurunan persetujuan investasi asing sesudah 1974-1975 cukup berarti: 34% N70 7% jika
investasi di Asahan tidak kita masukkan. Penurunan tersebut dapat diserap oleh Indonesia ketika
pendapatan minyak bumi meningkat dengan cepat tetapi ketika pendapatan tersebut mendatar saja
memberikan tekanan terhadap neraca pembayaran tuntutan capital asing dan IBRD agar Indonesia
kembali kepada kebijakan ekonomi lebih terbuka dan pasar bebas menjadi lebih kuat
menempatkan para investor ISI domestik berada dalam tekanan cukup besar tapi dalam tingkat
tertentu merupakan investasi asing secara langsung dibagi oleh bergeraknya peran modal asing
dari investor kepemilikannya langsung menjadi pemasok tanah dan kontraktor untuk memasak
teknologi konstruksi dan manajemen utamanya dalam kerangka praktik sumber daya besar dan
industri.

You might also like