Professional Documents
Culture Documents
LTM 1 - Nafa Shahira Anglila Syaharani - 190629240
LTM 1 - Nafa Shahira Anglila Syaharani - 190629240
b. Aspek Konflik
Konflik merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya
perbedaan pendapat maupun sudut pandang antara individu yang melakukan
interaksi (Dalimunthe, 2014). Berdasarkan hasil penelitian, terjadinya konflik
di dalam kesehatan karena adanya perbedaan pribadi, kurangnya pemahaman
terkait tugas dan pembagian tanggung jawab yang jelas, serta adanya
ketidakcocokan antar petugas kesehatan. Sehingga, konflik ini menjadi sesuatu
yang sangat mungkin terjadi di dalam sebuah kolaborasi kesehatan. Akan tetapi,
dalam menyelesaikan sebuah permasalahan kesehatan, diperlukan adanya
kerjasama atau kolaborasi interprofesi kesehatan agar dapat terbentuk mutu
pelayanan kesehatan yang baik khususnya dalam penyelesaian masalah
kesehatan yang besar seperti salah satu contohnya yaitu stunting. Masalah
stunting adalah salah satu isu penting dalam dunia kesehatan anak-anak yang
masih menjadi perhatian besar, khususnya anak-anak di negara terbelakang dan
negara berkembang. Oleh karena itu, diperlukan adanya langkah yang dilakukan
oleh seluruh tenaga kesehatan dalam menyelesaikan masalah ini.
Dalam kolaborasi kesehatan, pimpinan harus bisa mencegah adanya
konflik yang terjadi antar profesi agar dapat menciptakan pelayanan kesehatan
yang baik. Oleh karena itu, pimpinan harus bisa melakukan manajemen konflik
yang baik. Manajemen konflik menjadi salah satu cara untuk dapat
menyelesaikan permasalahan kesehatan karena dengan adanya manajemen
konflik, dapat menjadikan konflik yang terjadi antar tenaga kesehatan berubah
ke arah yang positif atau menguntungkan.
c. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting di dalam kolaborasi
kesehatan. Dengan adanya komunikasi yang baik maka akan terciptanya kerjasama
yang baik juga. Komunikasi yang baik dapat mencegah terjadinya konflik di dalam
kolaborasi. Salah satu aspek di dalam komunikasi yaitu komunikasi interpersonal.
Menurut R. Wayne Pace, komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi
adalah proses komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Selain itu
berdasarkan buku dari Deddy Mulyana yang berjudul Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar (2010) menuliskan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi
antarmanusia secara tatap muka yang memungkinkan pesertanya menangkap
reaksi orang lain dengan langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.
Pada kasus stunting, keterampilan komunikasi yang baik harus dimiliki
oleh tenaga kesehatan karena kasus stunting berkaitan erat dengan sosialisasi atau
pencerdasan yang perlu dilakukan kepada pasien atau klien. Menurut WHO,
penyebab terjadinya stunting yang paling umum adalah karena kurangnya asupan
gizi pada ibu hamil dan juga pola asuh yang tidak memadai dari sejak bayi di dalam
kandungan, di mana ibu hamil mungkin memiliki masalah kesehatan atau tidak
memenuhi nutrisi janin selama kehamilan. Oleh karenanya, perlu dilakukan
komunikasi yang baik untuk memberikan pencerdasan kepada ibu hamil ataupun
orang tua untuk mencegah terjadinya stunting pada anak bayi.
d. Komunikasi Interprofesional
Stunting dapat dicegah salah satunya melalui peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan dengan melibatkan kolaborasi dari berbagai tenaga kesehatan
yang dikenal sebagai kolaborasi interprofesional. Kolaborasi interprofesional
adalah kerjasama yang saling menguntungkan antara dua atau lebih organisasi atau
profesi untuk mencapai tujuan tertentu. Melalui kolaborasi ini, pengetahuan
kesehatan dari pendekatan yang berbeda akan meningkat antar tenaga kesehatan
sehingga kerjasama pun menjadi lebih efektif. Tidak hanya bagi tenaga kesehatan,
peningkatan pengetahuan kesehatan khususnya terkait stunting juga penting bagi
kader kesehatan dalam kolaborasi interprofesional ini. Kader kesehatan berperan
sebagai komponen dari institusi masyarakat untuk membimbing dan mendampingi
ibu dan balita dalam mencegah stunting. Hal tersebut sesuai dengan konsep
kolaborasi interprofesional yang menekankan pada kerjasama yang saling
menguntungkan antara dua atau lebih organisasi atau profesi untuk mencapai
tujuan tertentu (Regita, 2022).
Sebelum bekerja secara kolaboratif, setiap tenaga kesehatan terlebih dahulu
menilai kesiapan diri yang dapat diukur melalui berbagai faktor, salah satunya
faktor personal diantaranya seperti perihal komunikasi. Antar tenaga kesehatan
harus membangun komunikasi dalam penanganan stunting pada balita. Informasi
penting juga harus dibagikan kepada sesama tenaga kesehatan. Hargailah
perbedaan pendapat oleh tenaga kesehatan lainnya. Kritikan dan saran dari tenaga
kesehatan lain sebaiknya diterima untuk membangun kolaborasi yang lebih baik
untuk perbaikan (Taufiqurrahman, Sri Utami and S, 2020).
DAFTAR PUSTAKA
Dian Ayubi, Diantha Soemantri, and S. P. S. (2019) Kolaborasi dan Kerja Sama Tim
Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH - KEMENTERIAN DALAM NEGERI, D.,
2022. Dashboard Prevalensi. [online] Aksi.bangda.kemendagri.go.id. Available at:
<https://aksi.bangda.kemendagri.go.id/emonev/DashPrev> [Accessed 4 September
2022].
Dinata A, 2021. Peran Kesehatan Lingkungan Atasi Stunting. [online] Available at:
<https://litbangkespangandaran.litbang.kemkes.go.id/peran-kesehatan-lingkungan-atasi-
stunting/> [Accessed 4 September 2022]
Djauhari, T. (2017) ‘Gizi dan 1000 HPK’, 13.
Eliana, S. K. M., Sumiati, S., & Sumiati, S. (2016). Kesehatan Masyarakat. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Hendriyana, A., 2014. Praktik Kolaborasi Kesehatan Penting untuk Tingkatkan Kualitas
Pelayanan Kesehatan - Universitas Padjadjaran. [online] Universitas Padjadjaran.
Available at: <https://www.unpad.ac.id/2014/09/praktik-kolaborasi-kesehatan-penting-
untuk-tingkatkan-kualitas-pelayanan-kesehatan/> [Accessed 4 September 2022].
Kementerian Kesehatan RI (2018) ‘Cegah Stunting, itu Penting.’, Pusat Data dan Informasi,
Kementerian Kesehatan RI, pp. 1–27. Available at:
https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/Buletin-
Stunting-2018.pdf.
Kementerian Kesehatan RI, 2020. Buku Saku Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada
Balita di Layanan Rawat Jalan bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI
Kemenkes RI (2018) ‘Buletin Stunting’, Kementerian Kesehatan RI, 301(5), pp. 1163–1178.
Kustriyani, M., 2016. Pelaksanaan Manajemen Konflik Interdisiplin oleh Case Manager di
Ruang Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang. Program Studi Magister Keperawatan
Universitas Diponegoro,.
Maulany, R., Dianingati, R. and Annisaa, E., 2021. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akses
Kesehatan. [online] Jurnal.unw.ac.id. Available at:
<http://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp/article/view/1161/947> [Accessed 16 August
2022]
Nugraha, A. P. 2020. Peran Dokter Gigi Cegah Stunting. Universitas Airlangga. [online]
Available at: <https://news.unair.ac.id/2020/05/21/peran-dokter-gigi-cegah-
stunting/?lang=id> [Accessed 3 September 2022]
PAUDPEDIA KEMENDIKBUDRISTEK, D., 2022. Prevalensi Stunting Indonesia 2022
Masih Diatas Standar WHO, 37% Pasangan Usia Subur Alami Anemia. [online]
Paudpedia.kemdikbud.go.id. Available at:
<https://paudpedia.kemdikbud.go.id/berita/prevalensi-stunting-indonesia-2022-masih-
diatas-standar-who-37-pasangan-usia-subur-alami-anemia?id=812&ix=11> [Accessed 4
September 2022].
Rahayu, A. et al. (2018) Study guide - Stunting dan upaya pencegahannya, Buku stunting dan
upaya pencegahannya.
Regita, S. G. (2022) ‘Interprofessional Collaboration Practices in Stunting Management
during Covid-19 Pandemic : A Scoping Review’, 2(2), pp. 64–74.
Sajidin, Muhammad. (2009). Aplikasi Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta. Salemba
Medika
Taufiqurrahman, Sri Utami and S, R. (2020) Modul Implementasi IPC dalam Penanganan
Stunting. Surabaya: Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes.
Utomo, B. S. (2018). Bersama Cegah Stunting. Warta Kermas, 6-9.
UNICEF, U., 2022. Malnutrition in Children - UNICEF DATA. [online] UNICEF DATA.
Available at: <https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutrition/> [Accessed 3
September 2022].
Wapres RI, W., 2022. “Tahun 2022 Angka Prevalensi Stunting Harus Turun Setidaknya 3%”
- Stunting. [online] Stunting.go.id. Available at: <https://stunting.go.id/tahun-2022-
angka-prevalensi-stunting-harus-turun-setidaknya-3/> [Accessed 4 September 2022].