Professional Documents
Culture Documents
Ekologi Maya Amalia Ari Pramesthi
Ekologi Maya Amalia Ari Pramesthi
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pada saat ini, sumber daya alam terus mengalami kerusakan dan terus
mengalami peningkatan, baik dalam jumlah yang kecil dan besar dalam suatu
wilayah. Secara fisik, kerusakan lingkungan tersebut disebabkan oleh tingginya
eksploitasi yang dilakukan oleh manusia. Kerusakan sumber daya alam tersebut juga
diakibatkan oleh usaha komersil yang telah resmi mendapatkan izin ataupun oleh
individu atau pengusaha yang sama sekali tidak mendapatkan izin. Kerusakan
sumber daya alam tersebut atau kerusakan lingkungan itu dikarenakan adanya
eksploitasi dan sebab utamanya disebabkan oleh industry penambangan.
(Dyahwati, 2007). Kerusakan sumber daya alam tersebut atau kerusakan lingkungan
itu dikarenakan adanya eksploitasi dan sebab utamanya disebabkan oleh industry
penambangan.
Industri penambangan adalah salah satu industri yang sangat diandalkan
oleh Pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa bagi Negara. Selain untuk
mendatangkan devisa, industri penambangan ini salah satunya adalah
penambangan pasir, merupakan salah satu industri penambangan yang mampu
menyedot lapangan pekerjaan dan bagi suatu Kabupaten/Kota penambangan
tersebut juga dapat diandalkan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).
(Yudhistira, Wahyu Krisna Hidayat, 2011).
Industri penambangan tersebut juga tidak dapat terlepas dari kebijakan yang
dikeluarkan oleh sebuah lembaga atau institusi Pemerintahan. Menurut Ostrom
(1999, p:51), lembaga memiliki definisi yang luas dan banyak adalah sebuah resep
yang digunakan manusia untuk mengatur semua bentuk interaksi yang berulang
dan terstruktur, termasuk dalam keluarga, lingkungan, pasar, perusahaan, liga
olahraga, gereja, asosiasi swasta, dan pemerintah di semua skala (Elinor Ostrom,
2005, p:3) (Purnomo, n.d.). Disini, institusi pemerintah berperan sangat penting di
dalam pembuatan kebijakan terkait dengan penambangan pasir.
Instritusi Pemerintah Kabupaten Magelang telah membentuk, menetapkan
dan mengesahkan Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2008 Tentang Usaha
Pertambangan yang telah menggantikan Peraturan Daerah sebelumnya yaitu
Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2001 Tentang Izin Usaha Pertambangan. Selain
telah menetapkan pergantian Perda, Pemerintah Kabupaten Magelang juga telah
mengeluarkan dan menetapkan dua kebijakan yaitu penataan dan penertiban
kegiatan pertambangan dan pengaturan rute, serta tonase (daya angkut) angkutan
bahan galian golongan C di Daerah Kawasan Gunung Merapi. Perda dan kebijakan
ini telah dikeluarkan dan ditetapkan sejak dua tahun sebelum terjadinya erupsi
Gunung Merapi pada tahun 2010 silam.
Sejumlah peraturan perundangan tersebut juga dirasa sudah cukup baik,
dan telah memadai dalam rangka mengelola penambangan pasir yang tetap
menjaga lingkungan atau bisa disebut berwawasan lingkungan. Akan tetapi,
meskipun Peraturan Daerah dan kebijakan dari Pemerintah sudah dianggap cukup
baik, Dalam penerapannya ini masih bisa dibilang total atau dilaksanakan dengan
sesuai prosedur. Sebenarnya, penerapan Perda dan kebijakan Pemerintah itu
belum dilaksanakan sesuai prosedur dan diaplikasikan dengan baik dikarenakan
masih banyaknya tantangan yang dihapai dan Kendala-kendala yang menghambat
eksekusi dan konsekuensi dari pelaksanaan kebijakan tersebut.
Ada beberapa contoh kasus yang sudah terjadi, yaitu penerapan perizinan
kepada para penambang pasir . Ternyata, hanya satu perusahaan yang mempunyai
SIPD (Surat Izin Penambangan Daerah), sedangkan untuk sisanya adalah
penambangan pasir tanpa disertai dengan izin atau bisa disebut dengan
penambangan illegal. Ini menjadi salah satu bukti bahwa meskipun sudah dibuatkan
peraturan perundang-undangan dan diberikan kebijakan oleh pemerintah, dalam
pengaplikasiannya masih saja tidak sesuai dengan aturan yang telah diberlakukan.
Padahal sebenarnya aturan dan kebijakan ini dikeluarkan agar selain tidak merusak
lingkungan dan agar tidak membahayakan jiwa para penambang, khususnya
penambang pasir karena karena tidak diberikannya asuransi jiwa serta tidak ada
pengawasan dari dinas terkait.
Kemudian selain itu, dari kegiatan penambangan pasir ini juga memiliki
dampak karena di eksploitasi sumber daya alamnya untuk diambil pasirnya.
Berdasarkan hasil penelitian dari Pusat Penelitian dan Perencanaan Pembangunan
Nasional UGM, dampak atau akibat dari penambangan pasir di kawasan Merapi
adalah telah terjadinya kerusakan lingkungan seperti jalan raya yang berlubang
akibat truk-truk pasir yang melewati jalanan tersebut setiap harinya dengan muatan
beban pasir yang sangat besar. Namun, juga bukan itu saja dampak yang
ditimbulkan. Dampak yang ditimbulkan lagi adalah yaitu telah mematikan mata air
dan telah menimbulkan erosi (Erosi merupakan hilangnya lapisan atas pada tanah
yang diakibatkan oleh dorongan air, angin, atau gaya gravitasi).
Artikel ini akan mendiskusikan sejauh mana dan sedetail apa kebijakan
Pemerintah diterapkan dalam memberikan izin penambangan pasir di Kawasan
Gunung Merapi setelah terjadinya erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 silam
hingga saat ini, terhitung sudah 8 tahun terakhir kebijakan ini dibuat dan dijalankan.
Serta, dampak lingkungan dan sosial ekonomi yang telah ditimbulkan dari kegiatan
penambangan pasir ini setelah Pemerintah Kabupaten Magelang memberikan
perizinan kepada para penambang pasir di Daerah Kawasan Gunung Merapi.
1.3 Kriteria
Menurut Dror dalam Wahab, Analisis kebijakan sebagai: ”An approach and
methodology for design and identification ofpreceable alternatives in respect to
complex policy issues” (bisa diartikan bahwa analisis kebijakan merupakan suatu
metodologi untuk membentuk dan menemukan sebuah alternative yang berkaitan
dengan isu yang kompleks atau keseluruhan).
Pendapat yang telah di jelaskan oleh Carl Friederich tersebut dipeerjelas lagi
oleh pendapat Knoephel dan kawan-kawan dalam Wahab dengan mengartikan
”Kebijakan sebagai serangkaian keputusan dan tindakan-tindakan sebagai akibat
dari interaksi terstruktur dan berulang di antara berbagai aktor, baik
publik/pemerintah maupun privat/swasta yang terlibat berbagai cara dalam
merespon, mengidentifikasikan, dan memecahkan suatu masalah yang secara politis
didefinisikan sebagai masalah publik”.
Ini merupakan intisari dari definisi dan pendapat para ahli mengenai
kebijakan public, yaitu :
a) Tujuan yang akan atau ingin dicapai. Tujuan ini sebaiknya adalah
tujuan yang memang berpihak kepada masyarakat bukan berpihak
kepada suatu kelompok terentu.
b) Di dalam sebuah tujuan tentu terdapat serangkain tindakan untuk
mencapai tujuan tersebut. Tindakan-tindakan tesebut biasanya
dijabarkan dalam bentuk program-program kerja.
c) Kemudian serangkaian tindakan tadi juga tidak bisa terlepas dari
sebuah usulan. Usulan ini bisa berasal dari individu dan suatu
kelompok dari dalam institusi Pemerintahan ataupun di luar institusi
pemerintahan.
d) Ketika sudah dibentuk sebuah tujuan, kemudian sudah diusulkan
beberapa tindakan untuk mencapai tujuan tersebut, kini saatnya untuk
menyediakan input atau masukan ( misalnya adalah masukan berupa
sumber daya manusia yang mumpuni maupun sumber daya bukan
manusia ) untuk melaksakan sebuah strategi agar kebijakan tersebut
mampu terlaksana dengan baik dan mampu mengatasi hambatan-
hambatan yang terjadi jika sudah diimplementasikan. (Suwitri, 2014)
Dampak atau impacts adalah sebuah ukuran tingkatan pengaruh dari aspek
sosial, aspek ekonomi, lingkungan, atau kepentingan umum yang lainnya yang
dimuali oleh capaian suatu kinerja setiap indicator dalam sebuah kegiatan. Dampak
juga daapt diartikan sebagai sebuah akibat atau imbas atau pengaruh yang terjadi
baik itu dalam hal positif atau dalam hal negative dari sebuah tindakanyang
dilakukan oleh satu orang atau suatu kelompok yang melakukan sebuah kegiatan
tertentu.
Kemudian, dampak itu terbagi menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak
negative. Dampak positif yang di dapatkan dari Penambangan Pasir di Kawasan
Gunung Merapi ini adalah :
Dampak yang kedua adalah dampak negative. Dampak negative yang telah
ditimbulkan dari Penambangan pasir di kawasan gunung merapi ini adalah :
a. Mematikan mata air atau sumber mata air di kawasan Gunung Merapi
b. Menimbulkan erosi di kawasan tersebut
c. Merusak jalanan di kawasan gunung merapi karena dilewati oleh truk-truk
sehingga jalanan berlubang dan berbahaya untuk dilewati
d. Daerah perbukitannya menjadi gundul
e. Tanah di kawasan menjadi gersang
2. Penjelasan
2.1 Kelompok Pro dan Kontra Yang Terlibat dalam Permasalahan
Penambangan Pasir
Izin penambangan pasir ini sebenarnya dikeluarkan oleh Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Jawa Tengah. Surat izin penambangan
dengan nomor 543.32/2338 Tahun 2017 ditandatangani Kepala Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Jawa Tengah, Prasetyo Aribowo. Luasan
lahan penambangan dalam izin itu sekitar 10 hektar dalam jangka waktu tiga tahun
dengan nilai investasi Rp4.395.505.000.
Namun, pada kenyataanya meski telah dikeluarkan surat izin tetapi masih
saja banyak para pelaku industri pertambangan melakukan eksploitasi tanpa izin
atau bisa disebut dengan illegal dan lebih parahnya lagi hanya satu saja perusahaan
penambangan pasir yang telah memiliki surat izin penambangan dari Pemerintah.
Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, pertambangan pasir di
Daerah Kawasan Gunung Merapi mengalami pro dan kontra oleh beberapa
masyarakat, kelompok kepentingan, para pemangku jabatan, serta para pelaku
industri penambangan pasir tersebut.
Penambangan pasir ini erat kaitannya dengan mata pencaharian masyarakat
dan pasti akan muncul dampaknya yaitu adalah kerusakan lingkungan. Setelah
adanya kerusakan lingkungan muncul, kontra ini juga pasti akan muncul dari
kalangan masyarakat yang telah mengalami dampak dari penambangan tersesbut.
Sedangkan, pro ini muncul juga dari beberapa masyarakat, dari para pelaku industri
dan para pemangku jabatan yang hanya ingin memiliki keuntungannya saja tetapi
tidak memikirkan apa dampak yang akan terjadi saat ini ataupun di masa depan.
4. Kesimpulan
Daftar Pustaka