You are on page 1of 11

Analisis Kebijakan Pemerintah Kabupaten Magelang dan Dampaknya dalam

Memberikan Izin Penambangan Pasir di Daerah Kawasan Gunung Merapi


Maya Amalia Ari Pramesthi
Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Mayaamalia38@gmail.com

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pada saat ini, sumber daya alam terus mengalami kerusakan dan terus
mengalami peningkatan, baik dalam jumlah yang kecil dan besar dalam suatu
wilayah. Secara fisik, kerusakan lingkungan tersebut disebabkan oleh tingginya
eksploitasi yang dilakukan oleh manusia. Kerusakan sumber daya alam tersebut juga
diakibatkan oleh usaha komersil yang telah resmi mendapatkan izin ataupun oleh
individu atau pengusaha yang sama sekali tidak mendapatkan izin. Kerusakan
sumber daya alam tersebut atau kerusakan lingkungan itu dikarenakan adanya
eksploitasi dan sebab utamanya disebabkan oleh industry penambangan.
(Dyahwati, 2007). Kerusakan sumber daya alam tersebut atau kerusakan lingkungan
itu dikarenakan adanya eksploitasi dan sebab utamanya disebabkan oleh industry
penambangan.
Industri penambangan adalah salah satu industri yang sangat diandalkan
oleh Pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa bagi Negara. Selain untuk
mendatangkan devisa, industri penambangan ini salah satunya adalah
penambangan pasir, merupakan salah satu industri penambangan yang mampu
menyedot lapangan pekerjaan dan bagi suatu Kabupaten/Kota penambangan
tersebut juga dapat diandalkan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).
(Yudhistira, Wahyu Krisna Hidayat, 2011).
Industri penambangan tersebut juga tidak dapat terlepas dari kebijakan yang
dikeluarkan oleh sebuah lembaga atau institusi Pemerintahan. Menurut Ostrom
(1999, p:51), lembaga memiliki definisi yang luas dan banyak adalah sebuah resep
yang digunakan manusia untuk mengatur semua bentuk interaksi yang berulang
dan terstruktur, termasuk dalam keluarga, lingkungan, pasar, perusahaan, liga
olahraga, gereja, asosiasi swasta, dan pemerintah di semua skala (Elinor Ostrom,
2005, p:3) (Purnomo, n.d.). Disini, institusi pemerintah berperan sangat penting di
dalam pembuatan kebijakan terkait dengan penambangan pasir.
Instritusi Pemerintah Kabupaten Magelang telah membentuk, menetapkan
dan mengesahkan Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2008 Tentang Usaha
Pertambangan yang telah menggantikan Peraturan Daerah sebelumnya yaitu
Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2001 Tentang Izin Usaha Pertambangan. Selain
telah menetapkan pergantian Perda, Pemerintah Kabupaten Magelang juga telah
mengeluarkan dan menetapkan dua kebijakan yaitu penataan dan penertiban
kegiatan pertambangan dan pengaturan rute, serta tonase (daya angkut) angkutan
bahan galian golongan C di Daerah Kawasan Gunung Merapi. Perda dan kebijakan
ini telah dikeluarkan dan ditetapkan sejak dua tahun sebelum terjadinya erupsi
Gunung Merapi pada tahun 2010 silam.
Sejumlah peraturan perundangan tersebut juga dirasa sudah cukup baik,
dan telah memadai dalam rangka mengelola penambangan pasir yang tetap
menjaga lingkungan atau bisa disebut berwawasan lingkungan. Akan tetapi,
meskipun Peraturan Daerah dan kebijakan dari Pemerintah sudah dianggap cukup
baik, Dalam penerapannya ini masih bisa dibilang total atau dilaksanakan dengan
sesuai prosedur. Sebenarnya, penerapan Perda dan kebijakan Pemerintah itu
belum dilaksanakan sesuai prosedur dan diaplikasikan dengan baik dikarenakan
masih banyaknya tantangan yang dihapai dan Kendala-kendala yang menghambat
eksekusi dan konsekuensi dari pelaksanaan kebijakan tersebut.
Ada beberapa contoh kasus yang sudah terjadi, yaitu penerapan perizinan
kepada para penambang pasir . Ternyata, hanya satu perusahaan yang mempunyai
SIPD (Surat Izin Penambangan Daerah), sedangkan untuk sisanya adalah
penambangan pasir tanpa disertai dengan izin atau bisa disebut dengan
penambangan illegal. Ini menjadi salah satu bukti bahwa meskipun sudah dibuatkan
peraturan perundang-undangan dan diberikan kebijakan oleh pemerintah, dalam
pengaplikasiannya masih saja tidak sesuai dengan aturan yang telah diberlakukan.
Padahal sebenarnya aturan dan kebijakan ini dikeluarkan agar selain tidak merusak
lingkungan dan agar tidak membahayakan jiwa para penambang, khususnya
penambang pasir karena karena tidak diberikannya asuransi jiwa serta tidak ada
pengawasan dari dinas terkait.
Kemudian selain itu, dari kegiatan penambangan pasir ini juga memiliki
dampak karena di eksploitasi sumber daya alamnya untuk diambil pasirnya.
Berdasarkan hasil penelitian dari Pusat Penelitian dan Perencanaan Pembangunan
Nasional UGM, dampak atau akibat dari penambangan pasir di kawasan Merapi
adalah telah terjadinya kerusakan lingkungan seperti jalan raya yang berlubang
akibat truk-truk pasir yang melewati jalanan tersebut setiap harinya dengan muatan
beban pasir yang sangat besar. Namun, juga bukan itu saja dampak yang
ditimbulkan. Dampak yang ditimbulkan lagi adalah yaitu telah mematikan mata air
dan telah menimbulkan erosi (Erosi merupakan hilangnya lapisan atas pada tanah
yang diakibatkan oleh dorongan air, angin, atau gaya gravitasi).

1.2 Tujuan Penulisan Artikel

Artikel ini akan mendiskusikan sejauh mana dan sedetail apa kebijakan
Pemerintah diterapkan dalam memberikan izin penambangan pasir di Kawasan
Gunung Merapi setelah terjadinya erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 silam
hingga saat ini, terhitung sudah 8 tahun terakhir kebijakan ini dibuat dan dijalankan.
Serta, dampak lingkungan dan sosial ekonomi yang telah ditimbulkan dari kegiatan
penambangan pasir ini setelah Pemerintah Kabupaten Magelang memberikan
perizinan kepada para penambang pasir di Daerah Kawasan Gunung Merapi.

1.3 Kriteria

1.3.1 Analisis Kebijakan

Menurut Dror dalam Wahab, Analisis kebijakan sebagai: ”An approach and
methodology for design and identification ofpreceable alternatives in respect to
complex policy issues” (bisa diartikan bahwa analisis kebijakan merupakan suatu
metodologi untuk membentuk dan menemukan sebuah alternative yang berkaitan
dengan isu yang kompleks atau keseluruhan).

Kemudian menurut Kent dalam Wahab, mendefinisikan analisis kebijakan,


“That kind of systematic, analytical, scholarly, creative study whose primary
motivation is to produce well-supported recommendation for action dealing with
concrete problems” (biasa diartikan bahwa analisis kebijakan merupakan sebuah
studi yang sistematis, teranalisis, kreatif dan terstruktur ynag dilakukan dengan
maksud dan tujuan untuk rekomendasi dalam memecahkan sebuah permasalahan).

Pengertian lain tentang analisis kebijakan dikemukakan oleh Dunn, Dunn


telah menyatakan bahwa secara umum dan keseluruhan analisis kebijakan dapat
disebut sebagai aktivitas intelektual yang praktis dengan tujuan untuk mencipatakan
sebuah penilaian dalam proses kebijakan. Analisis kebijakan merupakan awal atau
cikal bakal dalam proses pembuatan kebijakan. Selain itu, analisis kebijakan juga
bertujuan untuk merencanakan sebuah kebijakan yang akurat mengenai
konsekuensi yang akan muncul baik sebelum dan sesudah kebijakan tersebut
diterapkan dan diimplementasikan. (Butarbutar, 2012)

1.3.2 Kebijakan Publik

Menurut Anderson dalam Wahab telah menyatakan bahwa kebijakan itu


adalah sebuah tindakan yang dilakuakan oleh seorang atau sejumlah actor pembuat
kebijakan yang berkaitan dengan adanya sebuah ermasalahan yang dihadapi.
Berkaitan dengan konsep dari kebijakan public, Carl Freidrich juga memberikan
pendapat, bahwa kebijakan merupaka sebuah tindakan yang memiliki arah kepada
tujuan sasaran yang diinginkan si pembuat kebijakan dan sembari mencari peluang-
peluang yang akan terjadi.

Pendapat yang telah di jelaskan oleh Carl Friederich tersebut dipeerjelas lagi
oleh pendapat Knoephel dan kawan-kawan dalam Wahab dengan mengartikan
”Kebijakan sebagai serangkaian keputusan dan tindakan-tindakan sebagai akibat
dari interaksi terstruktur dan berulang di antara berbagai aktor, baik
publik/pemerintah maupun privat/swasta yang terlibat berbagai cara dalam
merespon, mengidentifikasikan, dan memecahkan suatu masalah yang secara politis
didefinisikan sebagai masalah publik”.

Berdasarkan beberapa definisi beserta konsep yang di kemukakan oleh para


ahli diatas, kebijakan memiliki sebuah unsur untuk mencapai suatu tujuan yang ingin
dicapai tentunya oleh pemerintah itu sendiri yang dapat membawa dampak yang
baik bagi masyarakat. Tetapi, dalam kenyataannya, penerapan kebijakan masih
memiliki hambatan-hambatan. Tantangannya disini adalah meskipun memiliki
hambtaan yang sangat banyak, si pembuat kebijakan di tuntut agar bisa mencari
peluang untuk dapat mewujudkan tujuan yang yang ingin dicapai.(Butarbutar, 2012)

Ini merupakan intisari dari definisi dan pendapat para ahli mengenai
kebijakan public, yaitu :

a) Tujuan yang akan atau ingin dicapai. Tujuan ini sebaiknya adalah
tujuan yang memang berpihak kepada masyarakat bukan berpihak
kepada suatu kelompok terentu.
b) Di dalam sebuah tujuan tentu terdapat serangkain tindakan untuk
mencapai tujuan tersebut. Tindakan-tindakan tesebut biasanya
dijabarkan dalam bentuk program-program kerja.
c) Kemudian serangkaian tindakan tadi juga tidak bisa terlepas dari
sebuah usulan. Usulan ini bisa berasal dari individu dan suatu
kelompok dari dalam institusi Pemerintahan ataupun di luar institusi
pemerintahan.
d) Ketika sudah dibentuk sebuah tujuan, kemudian sudah diusulkan
beberapa tindakan untuk mencapai tujuan tersebut, kini saatnya untuk
menyediakan input atau masukan ( misalnya adalah masukan berupa
sumber daya manusia yang mumpuni maupun sumber daya bukan
manusia ) untuk melaksakan sebuah strategi agar kebijakan tersebut
mampu terlaksana dengan baik dan mampu mengatasi hambatan-
hambatan yang terjadi jika sudah diimplementasikan. (Suwitri, 2014)

1.3.3 Definisi Dampak

Dampak atau impacts adalah sebuah ukuran tingkatan pengaruh dari aspek
sosial, aspek ekonomi, lingkungan, atau kepentingan umum yang lainnya yang
dimuali oleh capaian suatu kinerja setiap indicator dalam sebuah kegiatan. Dampak
juga daapt diartikan sebagai sebuah akibat atau imbas atau pengaruh yang terjadi
baik itu dalam hal positif atau dalam hal negative dari sebuah tindakanyang
dilakukan oleh satu orang atau suatu kelompok yang melakukan sebuah kegiatan
tertentu.

Kemudian, dampak itu terbagi menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak
negative. Dampak positif yang di dapatkan dari Penambangan Pasir di Kawasan
Gunung Merapi ini adalah :

a. Adanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar kawasan


Gunung Merapi.
b. Menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar kawasan penambangan
pasir.
c. Mampu menambah PAD Kabupaten Magelang

Dampak yang kedua adalah dampak negative. Dampak negative yang telah
ditimbulkan dari Penambangan pasir di kawasan gunung merapi ini adalah :

a. Mematikan mata air atau sumber mata air di kawasan Gunung Merapi
b. Menimbulkan erosi di kawasan tersebut
c. Merusak jalanan di kawasan gunung merapi karena dilewati oleh truk-truk
sehingga jalanan berlubang dan berbahaya untuk dilewati
d. Daerah perbukitannya menjadi gundul
e. Tanah di kawasan menjadi gersang

2. Penjelasan
2.1 Kelompok Pro dan Kontra Yang Terlibat dalam Permasalahan
Penambangan Pasir
Izin penambangan pasir ini sebenarnya dikeluarkan oleh Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Jawa Tengah. Surat izin penambangan
dengan nomor 543.32/2338 Tahun 2017 ditandatangani Kepala Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Jawa Tengah, Prasetyo Aribowo. Luasan
lahan penambangan dalam izin itu sekitar 10 hektar dalam jangka waktu tiga tahun
dengan nilai investasi Rp4.395.505.000. 
Namun, pada kenyataanya meski telah dikeluarkan surat izin tetapi masih
saja banyak para pelaku industri pertambangan melakukan eksploitasi tanpa izin
atau bisa disebut dengan illegal dan lebih parahnya lagi hanya satu saja perusahaan
penambangan pasir yang telah memiliki surat izin penambangan dari Pemerintah.
Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, pertambangan pasir di
Daerah Kawasan Gunung Merapi mengalami pro dan kontra oleh beberapa
masyarakat, kelompok kepentingan, para pemangku jabatan, serta para pelaku
industri penambangan pasir tersebut.
Penambangan pasir ini erat kaitannya dengan mata pencaharian masyarakat
dan pasti akan muncul dampaknya yaitu adalah kerusakan lingkungan. Setelah
adanya kerusakan lingkungan muncul, kontra ini juga pasti akan muncul dari
kalangan masyarakat yang telah mengalami dampak dari penambangan tersesbut.
Sedangkan, pro ini muncul juga dari beberapa masyarakat, dari para pelaku industri
dan para pemangku jabatan yang hanya ingin memiliki keuntungannya saja tetapi
tidak memikirkan apa dampak yang akan terjadi saat ini ataupun di masa depan.

2.2 Bentuk Perlawanan dari Masyarakat


Pada bulan April 2018 lalu, banyak warga / masyarakat dari 3 Kecamatan di
Kabupaten Magelang yaitu warga dari Kecamatan Sawangan, Kecamatan Muntilan,
dan Kecamatan Dukun berdemo untuk menolak aktivitas penambangan pasir di
lereng Gunung Merapi. Sebab, aktivitas tersebut berpotensi merusak lingkungan dan
mengancam keselamatan warga sekitar. Salah seorang warga mengatakan bahwa
pihaknya menolak penambangan pasir terutama dengan menggunakan alat berat
seperti back hoe karena mengancam kelestarian alam. Kelestarian alam yang
terancam adalah kondisi alam yang berubah, kesuburan tanah hilang, dan
perubahan dari tata air.
Menurut Dinas Pengairan, Pertambangan, dan Penanggulangan Bencana
Alam (P3BA), kerusakan yang terjadi akibat penambangan pasir adalah disebabkan
dari 3 faktor tadi. Setelah terjadinya penambangan, kondisi alam berubah drastis dn
meninggalkan kerusakan serta pemandangan yang buruk dan bahkan bisa dibilang
sangat-sangat buruk. Dengan adanya perubahan kondisi pada alam, permukaan
pada tanah yang merupakan lapisan tanah paling subur yang memiliki kandungan
humus akan hilang karena disebabkan oleh pengerukan pasir-pasir tersebut.
Akibatnya, tanah disekitar kawasan Gunung Merapi rata-rata menjadi perbukitan
gundul dan tanahnya menjadi gersang. Selain itu, pasir-pasir tadi diangkat
menggunakan truk dan ratusan truk-truk tersebut setiap harinya dapat merusak jalan
raya dan juga merusak jalur evakuasi bencana.
Sebenarnya, dampak-dampak diatas telah jelas dan terlihat bahwa
penambangan pasir di kawasan Gunung Merapi ini sangat memberikan dampak
yang buruk terutama bagi lingkungan. Tetapi kenapa pada kenyataannya
penambangan pasir ini masih diberikan izin oleh Pemerintah, padahal sudah terlihat
dampaknya. Jika ditelusuri kembali, warga atau masyarakat sekitar kawasan Gunung
Merapi juga tidak ikut tersejahterakan oleh penambangan pasir tersebut. Bahkan,
dalam banyak pengamatan, Daerah sekitar kawasan Gunung Merapi tersebut masih
banyak masyarakat yang dibilang tergolong miskin dan jika dikatakan hasil
penambangan pasir tersebut dapat menambah PAD, tetapi pada kenyataannya
tidak.

3. Analysis dan Evaluation


3.1 Permasalahan
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, terdapat beberapa
permasalahan, yaitu :
a) Menimbulkan erosi. Erosi adalah hilangnya lapisan atas pada tanah yang
disebabkan oleh dorongan air, angina, atau gaya gravitasi.
b) Mematikan mata air di sekitar kawasan Gunung Merapi. Mematikan air disini
adalah mematikan sumber mata airnya. Berdasarkan penelitian-penelitian
yang sudah dilakukan, banyak sumur warga yang mati dan harus di keduk
lebih dalam lagi agar mata airnya keluar
c) Perbukitan di kawasan Merapi menjadi gundul akibat pengerukan pasir.
d) Tanah disekitar kawasan Merapi menjadi sangat gersang.
e) Jalan raya atau jalan pedesaan bahkan jalanan jalur evakuasi ketika
terjadinya erupsi menjadi berlubang karena dilewati oleh ratusan truk-truk
yang hilir mudik dan membawa berton-ton pasir. Hal ini menyebabkan jalan
rusak dan licin, dan ini sangat berbahaya bagi pengendara yang melewati
jalanan tersebut.
Di dalam mata kuliah Ekologi Pemerintahan, kita telah mempelajari
Sustainable Develompent (Pembangunan Yang Berkelanjutan). Sustainable
Development atau pembangunan yang berkelanutan merupakan pembangunan
berkelanjutan, dimana disini dibutuhkan upaya pembangunan yang meliputi tiga
aspek yaitu aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Dari ketiga aspek tersebut harus
saling berhbungan dan berkaitan satu sama lain agar mencipatakan pembangunan
yang berkelanjutan dan tidak mengurangi dan mengorbankan kebutuhan untuk masa
yang akan datang. Aspek-aspek tersebut meliputi :
a) Aspek Ekonomi : Pembangunan yang berkelanjutan sangat berkaitan aspek
ekonomi dan bagaimana caranya dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi
dalam jangka waktu yang panjang tanpa harus menghabiskan modal yang telah
diberikan oleh alam. Namun, konsep dari pertumbuhan ekonomi itu sendirii
bermaslah kare suatu faktor, yiatu karena sumber daya di bumi itu sangat
terbatas dan ada yang dapat diperbahurui dan ada yang tidak dapat
diperbaharui.
b) Aspek Sosial : Disini berkaitan pada hal interaksi terhadap antar manusia.
Untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, maka aspek sosial ini perlu
diperhatikan agar masyarakat dapat menjaga keberlangsungan budaya yang telh
mereka miliki serta tetap dapat bertahan pada masa yang akan datang.
c) Aspek Lingkungan : Di dalam aspek lingkungan ini dijelaskan bahwa jika ingin
melakukan pembangunan pada masa sekarang juga harus tetap melihat dan
memperkirakan aspek lingkungan. Jangan sampai lingkungan menjadi rusak,
boros terhadap sumber daya alam, sehingga tidak memperhatikan kondisi masa
yang akan datang.
Berdasarkan penjelasan mengenai aspek dari pembangunan yang
berkelanjutan diatas dan telah mengkaji beberapa permasalahan yang telah
ditimbulkan, maka dari sini kita dapat menganalisis apakah penambangan pasir
di kawasan Gunung Merapi tersebut bisa dikatakan Sustainable atau tidak. Jadi,
disini akan di analisis satu persatu berdasarkan realita yang terjadi di lapangan,
yaitu :
a) Aspek Ekonomi : Aspek ekonomi di penambangan pasir kawasan Gunung
Merapi ini sebenarnya menguntungkan hasilnya dan dapat menambah PAD atau
pendapatan daerah tersebut, khususnya Kabupaten Magelang. Tetapi, pada
kenyataannya, hasil dari penambangan pasir tersebut hanya sedikit saja yang
masuk ke PAD dan tidak tau kemana sisanya. Kemudian, jika penambangan
pasir itu dikatakan telah memenuhi aspek ekonomi, buktinya warga atau
masyarakat sekitar kawasan Gunung Merapi tersebut tidak sejahtera dan masih
banyak masyarakat yang tergolong miskin. Hal ini bisa menjadi bukti bahwa
penambangan pasir ini tidak dapat mensejahterakan masyarakat sekitar.
b) Aspek Sosial : Untuk aspek sosial di penambangan pasir di kawasan
gunung merapi ini tidak mencakup aspek sosial. Rata-tata para pengusaha
penambang pasir dan pekerjanya tidak memperdulikan warga-waraga sekitar,
bahkan ketika diadakan demo dan jalanan sampai ditutup agar truk-truk tidak
melewati jalanan, para pekerja tetap saja tidak memperdulikan hal-hal tersebut.
Kemudian, aspek sosial juga tidak terpenuhi lagi ketika perusahaan-perusahaan
penambang pasir yang illegal tidak memikirkan keselamatan para pekerjanya,
terbukti tidak ada asuransi jiwa yang diberikan perusahaan kepada para pekerja.
c) Aspek lingkungan : Untuk aspek lingkungan ini sudah sangat jelas sekali, bahwa
penambangan pasir ini sama sekali tidak meliputi aspek lingkungan. Banyak
dampak negatif yang telah ditimbulkan dari penambangan pasir tersebut. Seperti
yang sudah di jelaskan pada pembahasan, menyebabkan mata air mati,
kemudian erosi, dan membuat jalanan berlubang dan rusak parah.

3.2 Analisis Penyelesaian Permasalahan / Evaluasi


Berdasarkan analisis dari kriteria sustainable development ( pembangunan
berkelanjutan ), maka sudah jelas bahwa penambangan pasir ini memang tidak
sustain karena tidak memenuhi kriteria atau aspek-aspek diatas. Kemudian, evaluasi
dan solusi yang saya tawarkan dari adanya aktifitas penambangan pasir ini adalah :
a) Sebaiknya Pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten Magelang dengan
tegas tidak mengeluarkan izin untuk penambangan khususnya penambangan
pasir di kawasan Gunung Merapi.
b) Pemerintah juga harus mengesahkan Peraturan Daerah yang jelas, sehingga
jika ada yang melanggar bahkan perusahaan penambangan itu illegal
langsung bisa dikenai sangsi atau dijatuhi hukuman.
c) Perlu diadakannya sosialisasi mengenai AMDAL (Analisis Dampak
Lingkungan) kepada masyarakat, dan para pengusaha penambangan pasir
agar mereka mengeatahui hal-hal yang berkaitan dengan AMDAL.(Mukono,
2005)
d) Kemudian, tidak bisa Pemerintah saja yang bergerak, tetapi masyarakat
sekitar atau warga di kawasan Gunung Merapi tidak boleh apatis dan selalu
bergerak untuk membantu kebijakan Pemerintah dan disini juga seharusnya
menyertakan kelompok kelompok kepentingan misalnya NGO (Non
Government Organization) dalam melawan para pengusaha dan perusahaan-
perusahaan penambangan pasir untuk menambang pasir di kawasan
Gunung Merapi.

4. Kesimpulan

Jadi, suatu kegiatan itu dapat dilakukan, sebenarnya harus mementingkan


dan memenuhi tiga aspek atau tiga kriteria dari sustainable development atau
pembangunan berkelanjutan. Jika suatu kegiatan tersebut tidak memperhatikan atau
tidak memenuhi semua kriteria atau aspek dari pembangunan berkelanjutan, maka
harus dihentikan saja. Karena, apabila suatu kegiatan tersebut tetap dilanjutkan akan
berdampak buruk bagi lingkungan, ekonomi, sosial dan bahkan budaya dan akan
berdampak pada kehidupan di masa yang akan datang. Penambangan pasir di
Kawasan Gunung Merapi ini tidak memenuhi tiga aspek dari pembangunan
berkelanjutan maka bisa disimpulkan bahwa penambangan pasir ini tidak sustain
dan lebih baik jika dihentikan saja.

Daftar Pustaka

Butarbutar, B., & BUTARBUTAR, N.I. (2014). ANALISIS KEBIJAKAN DALAM


MENGATASI KEMACETAN DI JALAN PROTOKOL KOTA
BANDARLAMPUNG.
Dyahwanti,I.N. (2007). Kajian Dampak Lingkungan Kegiatan Penambanagn Pasir
Pada Daerah Sabuk Hijau Gunung Sumbing di Kabupaten Temanggung (
Doctoral Disertation, Program Pascasarjana Universitas Dipenogoro).

Mukono, J. (2005). Kedudukan AMDAL Dalam Pembangunan Berwawasan


Lingkungan yang Berkelanjutan (Sustainable Develompent). Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 2(1).

Purnomo, E.P. (2017). The Policy Implementation.

Suwitri, S. (2008). Konsep Dasar Kebijakan Publik. Semarang : Universitas


Dipenogoro.

Yudhistira, Y.,Hidayat, W.K., & Hardiyarto, A.(2011). Kajian Dampak Kerusakan


Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Pasir di Desa Keningar Daerah
Kawasan Gunung Merapi. Jurnal Ilmu Lingkungan, 9(2), 76-84.

You might also like