You are on page 1of 10

Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 2, November 2017

STRATEGI PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD) DALAM


PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH MENGGUNAKAN
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
The Strategies for Fraud Prevention on Government Financial Management
with Analytical Hierarchy Process

Novia Tri Kurniasari1, Anna Fariyanti2, Nirwan Ristiyanto3

1 Staf Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Kementerian Kehutanan. Email:


noviakurniasari87@yahoo.co.id
2Staff Pengajar Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Email:

a_fariyanti@yahoo.com
3 Staff Pengajar Manajemen Pembangunan Daerah. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB Email:

nirwanristiyanto@yahoo.com

ABSTRACT
Fraud phenomenon involves many actors from the government sector. Fraudulent practices in government
has a negative impact on the economic and social sectors. Therefore, need for prevention effort to avoid state’s
material and non material losses. The objectives of this study were to formulate fraud prevention strategies
by using Analytical Hierarchy Process. Sources of data used in this study were questionnaires and
interviews to 5 expert respondent. Strategies for fraud prevention on government financial management: (1)
improving the supervision and control system, (2) improving the organizational culture, (3) formulating
anti fraud value in the organization, (4) implementing reward system and punisment firmly, (5) anti fraud
socialization for employees, and (6) forming agent of change.
Key words: fraud prevention, internal control system, organizational culture, anti fraud value, Analytical
Hierarchy Process
ABSTRACT
Fenomena kecurangan banyak melibatkan pelaku dari sektor pemerintahan. Praktik kecurangan di
pemerintahan berdampak negatif di sektor ekonomi dan sosial. Oleh karena itu, perlu upaya
pencegahan untuk menghindari kerugian negara material maupun non material. Tujuan penelitian
ini adalah merumuskan strategi pencegahan fraud dalam pengelolaan keuangan menggunakan
Analytical Hierarchy Process (AHP). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner dan wawancara kepada 5 responden yang dianggap ahli. Strategi pencegahan fraud
dalam pengelolaan keuangan pemerintah adalah: (1) Perbaikan sistem pengawasan dan
pengendalian, (2) meningkatkan kultur organisasi, (3) merumuskan nilai anti fraud, (4)
menerapkan sistem reward dan punishment yang tegas, (5) sosialisasi anti fraud bagi pegawai, dan
(6) membentuk agen perubahan.
Kata Kunci: Pencegahan Fraud, Sistem Pengendalian Intern, Budaya Organisasi, Nilai Anti Fraud,
Proses Hirarki Analisis

laporan keuangan, penyalahgunaan aset


PENDAHULUAN
dan korupsi (Surjandari dan
Fraud masih menjadi isu Martaningtyas 2015). Salah satu jenis
fenomenal dan menarik untuk dibahas fraud yang paling sering terjadi di sektor
dengan kasus-kasus yang kini tengah pemerintahan yaitu berkaitan dengan
berkembang dalam masyarakat. praktik korupsi. Korupsi berasal dari
Association Of Certified Fraud bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang 39
Examiners menggolongkan fraud dalam artinya busuk, rusak, menggoyahkan,
tiga jenis, yaitu kecurangan dalam
Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (fraud) dalam
dan Nirwan Ristiyanto Pengelolaan Pemerintah menggunakan
Analytical Hierarchy Process
40

memutarbalik atau menyogok (Permana pemerintah (Komisi Pemberantasan


et al. 2017). Korupsi 2017).
Indonesia merupakan salah satu Pemerintah sebagai pengemban
negara dengan tingkat korupsi yang amanat dari rakyat mempunyai kewajiban
tinggi. Data yang dihimpun oleh untuk melaksanakan tugasnya secara
Indonesian Corruption Watch efektif dan efisien, salah satunya adalah
menunjukkan bahwa selama tahun 2016, mengelola keuangan negara dengan baik
terdapat 482 kasus korupsi dengan total dan accountable. Namun, pada
kerugian negara sebesar Rp 1,47 Triliun pelaksanaannya banyak praktik
(Indonesian Corruption Watch 2017). kecurangan yang berdampak negatif pada
Transparansi Internasional dalam sektor ekonomi maupun sosial (Lediastuti
surveynya tahun 2016 juga menunjukkan dan Subandijo 2014). Salah satu indikator
bahwa Indonesia menempati peringkat 90 terjadinya permasalahan dalam
dari 176 negara yang diukur tingkat pengelolaan keuangan instansi
korupsinya dengan skor 37 pemerintah juga dapat dilihat dari hasil
(Transparency International 2016). pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan
Reformasi dibidang keuangan terhadap laporan keuangan.
negara telah dilaksanakan melalui paket Kecurangan dapat terjadi di instansi
Undang-Undang yang terdiri dari pemerintah manapun termasuk Badan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 X1. Pemeriksaan BPK atas laporan
tentang Keuangan Negara, Undang- keuangan Badan X1 dari tahun 2013-
undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang 2015 menemukan adanya kelemahan
Perbendaharaan Negara dan Undang- dalam sistem pengendalian intern.
undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Temuan tersebut merupakan indikasi
Pemeriksaan Pengelolaan dan bahwa dalam pengelolaan keuangan
Tanggungjawab Keuangan Negara. Badan X1 belum menyajikan informasi
Ketiganya merupakan landasan dan keuangan yang handal dan masih rawan
pedoman agar keuangan negara dapat terhadap kecurangan, sehingga
dikelola secara tertib, ekonomis, efisien, diperlukan upaya pencegahan. Upaya
efektif, transparan dan bertanggung pencegahan fraud lebih efektif untuk
jawab dengan memperhatikan rasa dilakukan dibandingkan dengan upaya
keadilan dan kepatutan. Sejalan dengan represif, antara lain menghindari
tujuan tersebut, Undang-Undang nomor kerugian negara yang lebih besar, serta
28 tahun 2009 mengamanatkan untuk rusaknya nama baik institusi dan
mewujudkan penyelenggaraan negara individu. Selain itu, melakukan
yang bebas dan bersih dari korupsi, pencegahan dari awal akan lebih murah
kolusi dan nepotisme. dan lebih efektif daripada mendeteksi
Banyaknya aturan tersebut setelah terjadinya fraud (Abdullahi
diterbitkan sebagai upaya untuk menekan 2015).
tingginya kasus kecurangan di Indonesia, Analytical Hierarcy Process (AHP)
namun ternyata belum bisa mengurangi merupakan alat analisis yang digunakan
jumlah kasus yang terjadi. Bahkan untuk membantu para pembuat keputusan
kecurangan yang melibatkan aparat untuk mengidentifikasikan dan sekaligus
pemerintah cenderung mengalami membuat prioritas berdasarkan tujuan
peningkatan. Data Komisi Pemberantasan yang ingin dicapai, pengetahuan yang
Korupsi menunjukkan dari tahun 2004 dimiliki, dan pengalaman yang mereka
sampai 2016, sebanyak 382 dari 616 miliki untuk masing-masing masalah
pelaku tindak korupsi berdasarkan yang dihadapi (Saaty 1993). Model AHP
40
jabatan/profesi merupakan aparat menggunakan persepsi seseorang yang
ahli (expert) sebagai input utamanya,

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (fraud) dalam
dan Nirwan Ristiyanto Pengelolaan Pemerintah menggunakan
Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 2, November 2017

sehingga diharapkan strategi yang Menurut Saaty (1993) prinsip dasar


dirumuskan dapat benar-benar sesuai AHP ada tiga, yaitu:
dengan yang dibutuhkan oleh instansi 1. Menyusun Hirarki
pemerintah. Berdasarkan hal tersebut, Penyusunan hirarki dilakukan
tujuan penelitian ini adalah merumuskan dengan cara mengidentifikasi
strategi untuk mencegah terjadinya pengetahuan atau informasi yang sedang
kecurangan (fraud) dalam pengelolaan diamati. Penyusunan tersebut dimulai
keuangan pemerintah menggunakan dari permasalahan yang kompleks dan
metode Analytical Hierarchy Process. diuraikan menjadi elemen pokoknya.
Elemen pokok ini diuraikan lagi ke dalam
METODOLOGI bagian-bagian yang lebih detail dan
seterusnya. Hirarki prioritas strategi
Penelitian ini menggunakan data dalam penelitian ini disusun berdasarkan
primer melalui wawancara terstruktur dan studi literatur dan wawancara dengan
pengisian kuesioner AHP kepada 5 pejabat terkait. Struktur hirarki terdiri
responden yang dianggap ahli (expert) atas lima level, yaitu level 1 fokus, level
dan berkompeten dalam pengelolaan 2 faktor, level 3 aktor, level 4 kendala
keuangan. Responden berasal dari dan level 5 strategi. Tujuan akhir dari
Sekretariat Badan X1, Inspektorat perumusan strategi menggunakan analisis
Jenderal Kementerian X, Badan AHP adalah memilih prioritas strategi
Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan yang paling baik.
(BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan 2. Menetapkan Prioritas
(BPK) serta akademisi. Pengumpulan Langkah pertama yang dilakukan
data dilakukan pada bulan Mei 2017. dalam menetapkan prioritas elemen
Penelitian ini dalam pengambilan keputusan adalah dengan
memformulasikan strategi menggunakan membuat perbandingan berpasangan
Analytical Hierarcy Process (AHP) (pairwise comparisons). Elemen-elemen
dengan bantuan aplikasi Expert Choice tersebut dibandingkan berpasangan
11 dalam mengolah data. Metode AHP terhadap kriteria yang telah ditentukan.
dipilih untuk memformulasikan strategi Untuk perbandingan berpasangan ini
pencegahan fraud dalam pengelolaan digunakan bentuk matriks. Dalam
keuangan pemerintah karena metode memulai perbandingan berpasangan ini,
AHP mudah dalam menjelaskan proses dimulai pada puncak hirarki untuk
pengambilan keputusan serta dapat memilih kriteria atau sifat yang akan
digambarkan secara grafis. Selain itu, digunakan untuk melakukan
kelebihan model AHP dibandingkan perbandingan yang pertama (focus).
model pengambilan keputusan lainnya Kemudian membandingkan elemen-
terletak pada kemampuan AHP untuk elemen ditingkat bawahnya sesuai jumlah
memecahkan masalah yang dalam matrik. Contoh matrik
multiobjectives dan multicriterias (Saaty perbandingan berpasangan dapat dilihat
1993). pada Tabel 1.

Tabel 1 Matrik untuk perbandingan berpasangan


Fokus Efektivitas SPI Budaya Organisasi Moralitas Individu
Efektivitas SPI 1
Budaya Organisasi 1
Moralitas Individu 1 41

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (fraud) dalam
dan Nirwan Ristiyanto Pengelolaan Pemerintah menggunakan
Analitical Hierarchy Process
42

yang dianggap dapat mempengaruhi


Langkah berikutnya untuk mengisi
aktor dalam upaya mencegah terjadinya
matriks perbandingan berpasangan
fraud. Kendala-kendala tersebut adalah
tersebut adalah mengisi berdasarkan
aspek individu, aspek organisasi, dan
skala nilai dengan angka antara 1 sampai
aspek peraturan
9. Nilai dan definisi nilai 1 sampai 9 dari
Level terakhir dalam penyusunan
skala perbandingan Saaty.
strategi adalah alternatif-alternatif strategi
3. Konsistensi Logis yang dipilih untuk mencegah terjadinya
Langkah terakhir yang dilakukan fraud dalam pengelolaan keuangan di
dalam proses hirarki analitik adalah Badan X1. Hasil perumusan strategi
dengan memperhitungkan konsistensi dengan AHP sesuai dengan hirarki dan
logis, yaitu semua elemen urutan prioritas masing-masing level
dikelompokkan secara logis dan disajikan pada Gambar 1.
diperingatkan secara konsisten sesuai Tingkat peranan antar unsur pada
dengan kriteria yang logis. Proses hirarki setiap level dengan level di atasnya
analitik mengukur konsistensi adalah sebagai berikut:
menyeluruh dari berbagai pertimbangan
1. Tingkat Peranan Faktor dalam
melalui suatu rasio konsistensi. Nilai
Pencegahan Fraud dalam
konsistensi yang dapat diterima adalah ≤
0,1 karena jika nilai konsistensi lebih dari Pengelolaan Keuangan Badan X1
10% artinya pertimbangan mungkin agak Dari hasil pengolahan dengan
acak dan perlu diperbaiki (Saaty 1993). metode AHP, perbandingan antar unsur
HASIL DAN PEMBAHASAN “Faktor” Strategi Pencegahan Fraud
dalam Pengelolaan Keuangan Badan X1,
Hasil Analisis dengan Analytical yaitu prioritas pertama sistem
Hierarchy Process pengendalian intern dengan nilai 0,503.
Perumusan strategi pencegahan Sistem pengendalian intern dinilai
fraud dalam pengelolaan keuangan sebagai prioritas pertama karena dengan
Badan X1 menggunakan metode adanya sistem yang efektif akan
analitycal hierarchy process (AHP) menghilangkan adanya peluang bagi
sehingga prioritas yang dihasilkan akan pegawai untuk melakukan fraud. Rae dan
bersifat konsisten dengan teori, logis dan Subramaniam (2008) menemukan bahwa
transparan. Struktur AHP yang digunakan kualitas pengendalian internal dapat
dalam penelitian ini terdiri dari 5 (lima) menekan terjadinya fraud karyawan. Jika
level, yaitu fokus, faktor, aktor, kendala kualitas sistem pengendalian intern
dan strategi. Faktor-faktor yang buruk, maka bisa menjadi kesempatan
digunakan dalam penyusunan hirarki bagi karyawan untuk melakukan
adalah faktor yang berpengaruh terhadap kecurangan. Semakin efektif
fraud dalam pengelolaan keuangan, yaitu pengendalian internal di instansi
efektivitas sistem pengendalian intern, pemerintah, semakin rendah tingkat
budaya etis organisasi dan moralitas kecurangan (Permana et al. 2017).
individu. Prioritas selanjutnya adalah budaya
Aktor-aktor yang digunakan dalam etis organisasi dengan nilai 0,313.
penyusunan hirarki adalah aktor yang Budaya organisasi merupakan nilai-nilai
memiliki kewenangan untuk yang dikembangkan dalam organisasi
mengendalikan faktor pendorong sebagai pedoman dalam berperilaku.
terjadinya fraud yaitu eselon II, auditor Budaya organisasi dapat mencegah
internal dan auditor eksternal. Kendala- perilaku kecurangan di organisasi
42 (Wicaksono dan Urumsyah 2016).
kendala yang menjadi skala prioritas
dalam penyusunan hirarki adalah kendala Budaya organisasi memiliki peran yang

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (fraud) dalam
dan Nirwan Ristiyanto Pengelolaan Pemerintah menggunakan
Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 2, November 2017

sangat penting didalam terbentuknya dimana dalam integritas terkandung


karakter anggota organisasi tersebut. kualitas moral dan sikap yang jujur,
Suatu organisasi yang memiliki budaya bijak, adil untuk melakukan hal yang
etis tinggi akan menekan anggotanya benar dalam segala situasi. Semakin
untuk tidak melakukan perbuatan yang tinggi level moral individu, semakin ia
menyimpang. berusaha untuk menghindarkan diri dari
Prioritas terakhir adalah moralitas kecenderungan melakukan kecurangan
individu dengan nilai 0,184. Salah satu yang dapat merugikan banyak pihak
penyebab kecurangan adalah kepribadian (Puspasari dan Suwardi 2012). Oleh
yang menggerogoti integritas seseorang. sebab itu untuk mencegah fraud dalam
Subagio (2016) menyatakan bahwa akar suatu organisasi perlu mendorong
masalah terjadinya kecurangan adalah penguatan moral individu.
kurangnya integritas aparatur negara,

Fokus Strategi Pencegahan Fraud dalam Pengelolaan Keuangan Badan X1

Efektivitas SPI Budaya Etis Organisasi Moralitas Individu


Faktor (0,503) (0,313) (0,184)

Eselon II Auditor internal Auditor eksternal


Aktor (0,583) (0,307) (0,110)

Aspek Individu Aspek Organisasi Aspek Peraturan


Kendala (0,467) (0,235) (0,298)

Perbaikan
sistem Peningkatan Perumusan Sistem reward Sosialisasi
Strategi pengawasan kultur value/ dan anti fraud
Membentuk
nilai anti fraud agen
dan organisasi punishment bagi
di organisasi perubahan
pengendalian (0,171) yang tegas pegawai
(0,166) (0,142)
(0,200) (0,166) (0,155)

Gambar 1 Struktur dan Nilai Bobot Hirarki AHP


2. Tingkat Peranan Aktor dalam nilai 0,583. Eselon II dinilai memiliki
Pencegahan Fraud dalam peluang dan prioritas yang paling besar
Pengelolaan Keuangan Badan X1 karena secara langsung setiap kegiatan
dalam lingkup Badan X1 merupakan
Dari hasil pengolahan dengan
hasil dari kebijakan dan keputusan yang
metode AHP, perbandingan antar unsur
diambil oleh para Eselon II. Selain itu
“Aktor” Strategi Pencegahan Fraud
dalam Pengelolaan Keuangan Badan X1, pihak manajemen dalam hal ini Eselon II 43
juga mempunyai peran penting dalam
yaitu prioritas pertama Eselon II dengan

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (fraud) dalam
dan Nirwan Ristiyanto Pengelolaan Pemerintah menggunakan
Analitical Hierarchy Process
44

menentukan lingkungan etis organisasi UU No. 15 Tahun 2006, BPK memiliki


dengan menunjukkan teladan yang layak tugas memeriksa pengelolaan dan
sehingga bisa menjadi panutan bagi tanggung jawab keuangan negara yang
pegawai di bawahnya. Manajemen juga dilakukan oleh Pemerintah Pusat,
harus menyediakan mekanisme bagi Pemerintah Daerah, Lembaga Negara
pegawai untuk melaporkan jika terjadi lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha
perilaku tidak etis, fraud, dan Milik Negara, Badan Layanan Umum,
penyimpangan atas kebijakan etis atau Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga
aturan perilaku dalam organisasi. atau badan lain yang mengelola keuangan
Aktor auditor internal negara.
diprioritaskan pada urutan kedua dengan 3. Tingkat Peranan Kendala dalam
nilai 0,307. Kegiatan pengawasan Pencegahan Fraud dalam
internal pada Badan X1 dilakukan oleh Pengelolaan Keuangan Badan X1
Inspektorat Jenderal Kementerian X.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Perbandingan antar elemen
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi “Kendala” yang menempati urutan
Nomor 19 tahun 2009 tentang Pedoman pertama yaitu aspek individu dengan nilai
Kendali Mutu aparat pengawas intern 0,467. Kendala aspek individu yaitu
pemerintah, mendefinisikan Pengawasan kendala yang berasal dari dalam diri atau
intern sebagai seluruh proses kegiatan di bawah kendali individu tersebut,
audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan misalnya keterbatasan sumber daya
kegiatan pengawasan lain terhadap manusia (kurang kompeten dan tidak
penyelenggaraan tugas dan fungsi memahami peraturan), sikap tidak peduli,
organisasi dalam rangka memberikan menganggap tindakan curang yang
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan dilakukan adalah hal yang lumrah, atau
telah dilaksanakan sesuai dengan tolok tidak berani melaporkan perilaku dan
ukur yang telah ditetapkan secara efektif kejadian kecurangan yang terjadi di
dan efisien untuk kepentingan pimpinan lingkungan kerjanya.
dalam mewujudkan tata Prioritas kedua menurut responden
kelola/kepemerintahan yang baik. adalah aspek peraturan dengan nilai
Peran tersebut, diperkuat lagi 0,298. Kendala peraturan yaitu kualitas
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 peraturan yang kurang memadai,
tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian penjatuhan sanksi yang terlalu ringan,
Internal Instansi Pemerintah (SPIP) pasal penerapan sanksi tidak konsisten dan
48 yang menyatakan bahwa Aparat pandang bulu, serta lemahnya bidang
pengawasan intern pemerintah evaluasi dan revisi peraturan. Prioritas
melakukan pengawasan intern melalui: terakhir menurut responden adalah aspek
audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan organisasi dengan nilai 0,235. Kendala
kegiatan pengawasan lainnya. Dimana aspek organisasi yaitu tidak adanya
fungsi pengawasan yang dilakukan APIP teladan dan komitmen dari pimpinan
sampai dengan saat ini dilaksanakan sehingga pimpinan belum menjadi role
melalui peran pemeriksaan (watchdog), model yang baik bagi pegawai
peran konsultan (consultant) dan peran dibawahnya dalam upaya pencegahan
katalisator dan pendampingan fraud.
manajemen (catalyst) . 4. Tingkat Peranan Strategi dalam
Prioritas terakhir adalah auditor Pencegahan Fraud dalam
eksternal dengan nilai 0,110. Badan Pengelolaan Keuangan Badan X1
Pemeriksa Keuangan (BPK) berperan
44 Perbandingan antar elemen
dalam kegiatan pengawasan eksternal
pada pemerintah. Berdasarkan Pasal 6 “Strategi” yang menempati prioritas

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (fraud) dalam
dan Nirwan Ristiyanto Pengelolaan Pemerintah menggunakan
Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 2, November 2017

pertama untuk mencegah terjadinya fraud manajemen operasional melalui


dalam pengelolaan keuangan yaitu pengawasan melekat, yaitu pemantauan
melakukan perbaikan sistem pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
dan pengendalian (0,200), prioritas kedua atasan terhadap staf di lingkungan unit
adalah peningkatan kultur organisasi kerjanya. Pengawasan melekat yang
(0,171), prioritas ketiga adalah dilakukan antara lain adanya pelaksanaan
perumusan value/nilai anti fraud di manajemen risiko, penggunaan sistem
organisasi (0,166) dan penerapan sistem informasi manajemen untuk seluruh
reward dan punisment yang tegas kegiatan, uji petik pembelian barang/jasa
(0,166), prioritas selanjutnya adalah dan rekonsiliasi antara verifikator
sosialisasi anti fraud bagi pegawai keuangan dan pelaksana kegiatan.
(0.155) dan terakhir pembentukan agent Kedua, membentuk unit
of change/agen perubahan (0.142). pengendalian internal untuk membantu
Responden menilai bahwa strategi manajemen operasional sebagai unit
yang perlu dijadikan prioritas utama terdekat guna melakukan pemantauan
adalah perbaikan sistem pengawasan dan pelaksanaan pengendalian intern.
pengendalian. Dengan adanya sistem Pemantauan oleh unit pengendalian
yang baik yang diterapkan di lingkup internal akan mendorong penyelesaian
Badan X1 akan mampu meminimalkan masalah secara lebih cepat dan terbuka.
dan mengeliminasi motivasi pegawai dan Unit pengendalian internal juga berperan
kesempatan untuk melakukan fraud. sebagai petugas etika untuk membantu
Implementasi Kebijakan pegawai menyelesaikan dilema etis yang
dihadapi dan untuk melaporkan dugaan
1. Perbaikan Sistem Pengawasan dan fraud yang melibatkan manajemen.
Pengendalian Terakhir, optimalisasi auditor
Konsep untuk meningkatkan internal dapat dilakukan dengan
pengendalian organisasi menurut The mengoptimalkan perannya terkait dengan
Institute of Internal Auditor (2013) kegiatan pembinaan SPIP bersama
berkaitan dengan pembagian peran dan dengan BPKP. Selain itu auditor internal
tanggung jawab penerapan manajemen juga melaksanakan peran pembinaannya
risiko dan pengendalian internal menjadi dengan dilibatkan dalam kegiatan
3 (tiga) lini dalam organisasi. Manajemen pembinaan terhadap pegawai terkait
operasional menjadi lini pertahanan kesadaran terhadap fraud melalui
pertama yang bertanggung jawab penuh sosialisasi, maupun pendidikan dan
untuk menjalankan seluruh kebijakan pelatihan.
organisasi dengan menjalankan
2. Peningkatan Kultur Organisasi
pengendalian intern secara terus menerus
dalam seluruh tahapan kegiatan. Lini Peningkatan kultur organisasi yang
pertahanan kedua bertugas untuk selaras dengan program anti fraud yang
memantau dan menjaga kepatuhan dapat dilakukan di lingkup Badan X1
pelaksanaan pengendalian intern serta yaitu:
memberi masukan pada lini pertama. Lini a. Menunjukkan teladan pimpinan
pertahanan ketiga adalah aparat Perilaku bawahan merupakan
pengawas intern pemerintah (APIP) atau refleksi dari perilaku pemimpinnya. Jika
auditor internal yang bertugas untuk pemimpin mempromosikan perilaku yang
memberikan penilaian dan melakukan baik maka bawahan akan meniru, begitu
pemantauan pengendalian intern secara juga sebaliknya (Wicaksono dan
obyektif. Urumsah 2016). Komitmen pimpinan
Pertama, kegiatan pengendalian diperlukan sebagai upaya dalam 45
intern yang dilakukan oleh pihak mencegah fraud. Komitmen dapat

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (fraud) dalam
dan Nirwan Ristiyanto Pengelolaan Pemerintah menggunakan
Analitical Hierarchy Process
46

diekspresikan dalam bentuk keteladanan


yang di dukung dengan penyediaan 4. Menerapkan Sistem Reward dan
sumber daya yang memadai baik SDM, Punishment yang Tegas
dana, maupun sarana dan prasarana Sistem pengenaan reward maupun
(Wiranta 2015). punishment sama-sama dibutuhkan untuk
b. Menciptakan lingkungan kerja yang merangsang karyawan agar
positif meningkatkan kualitas kerjanya. Reward
Seseorang akan cenderung diterapkan untuk memotivasi karyawan
menyesuaikan diri dengan apa yang telah akan lebih bekerja maksimal dalam
menjadi kebiasaan dalam lingkungan menjalankan tanggung jawab. Sedangkan
kerjanya. Lingkungan kerja yang baik punishment dikenakan terhadap karyawan
akan meningkatkan kreativitas, perilaku yang melakukan kesalahan dan
etis dan kinerja yang akan menjadi pelanggaran agar termotivasi untuk
penghalang terjadinya fraud (Wicaksono menghentikan perilaku menyimpang dan
dan Urumsyah 2016). Upaya untuk mengarahkan pada perilaku positif
menciptakan lingkungan kerja yang (Suherman 2017).
positif antara lain target penyerapan Selain reward berupa tunjangan
anggaran yang realistis, pembagian kinerja, reward yang dapat diberikan
wewenang dan tanggung jawab yang kepada pegawai yaitu memberikan
jelas, komunikasi yang baik antar kesempatan untuk meningkatkan
pegawai dan atasan, dan perilaku kemampuan sesuai bidang keahlian
sederhana dan bersahaja. melalui diklat, promosi, dan melanjutkan
pendidikan. Pemberian sanksi yang tegas
3. Perumusan Value/Nilai Anti Fraud
juga harus dilakukan atas pelanggaran
dalam Organisasi
pegawai berdasar Peraturan Pemerintah
Sistem nilai ini diwujudkan dalam Republik Indonesia Nomor 53 Tahun
suatu aturan perilaku (code of conduct) 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
yang merefleksikan nilai utama dari Sipil dan pemotongan tunjangan kinerja
organisasi. Aturan perilaku memberi berdasarkan Peraturan Tentang Tata Cara
pedoman pada pegawai dalam bekerja Pemberian Tunjangan Kinerja bagi
terkait peran dan tanggungjawabnya dan Pegawai di Lingkungan Kementerian X.
mengambil keputusan yang benar terkait
dengan dilema etis yang dialami dalam 5. Sosialisasi/Pendidikan Anti Fraud
pekerjaannya. Salah satu nilai yang dapat bagi Pegawai
digunakan sebagai pedoman untuk Sosialisasi dan pendidikan anti
mencegah terjadinya fraud adalah nilai fraud bertujuan untuk memperkuat setiap
integritas. Menurut Subagio (2016), individu dalam mengambil keputusan
integritas memainkan peran penting yang etis dan berintegritas, serta
dalam mencegah terjadinya kecurangan menciptakan budaya zero tolerance
dalam birokrasi di Indonesia. Dalam terhadap fraud. Sosialisasi anti fraud bagi
integritas terkandung kualitas moral dan pegawai tidak hanya dilakukan dalam
sikap yang baik agar seseorang dapat bentuk pendidikan dan pelatihan, namun
melakukan hal yang benar di segala juga melalui keteladanan dari pimpinan
situasi. Oleh karena itu penguatan (Wiranta 2015). Pendidikan dan pelatihan
integritas perlu terus didorong dalam terkait fraud dapat dilakukan pada saat
lingkup Badan X1, antara lain melalui penerimaan pegawai baru (induction
penandatangan pakta integritas bagi training) dan harus terus dilakukan secara
seluruh pegawai setiap tahun yang berisi berkala setelah menjadi pegawai.
46 indikator nilai integritas. Seminar dan pelatihan etis
digunakan untuk memperkuat nilai,

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (fraud) dalam
dan Nirwan Ristiyanto Pengelolaan Pemerintah menggunakan
Analytical Hierarchy Process
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 9 Nomor 2, November 2017

tuntunan organisasi, menjelaskan praktik adalah Eselon II dengan nilai 0,583.


yang diperbolehkan dan yang tidak, serta Kendala yang menjadi prioritas pertama
menangani dilema etika yang mungkin adalah aspek individu dengan nilai 0,467.
muncul. Pelatihan etis merupakan alat Strategi yang menjadi prioritas pertama
untuk memahami dan mendalami arti dalam upaya pencegahan fraud dalam
etos, nilai-nilai, norma, etika, intergritas, pengelolaan keuangan Badan X1 yaitu
dan standar perilaku yang ditetapkan melakukan perbaikan sistem pengawasan
dalam aturan perilaku dalam organisasi dan pengendalian (0,200), prioritas kedua
(codes of conduct). adalah peningkatan kultur organisasi
Pendidikan anti fraud melalui (0,171), prioritas ketiga adalah
promosi anti fraud dapat terus menerus perumusan value/nilai anti fraud di
dilakukan untuk meningkatkan kesadaran organisasi (0,166) dan penerapan sistem
akan risiko fraud. Pendidikan anti fraud reward dan punisment yang tegas
dapat melalui media cetak maupun (0,166), prioritas selanjutnya adalah
elektronik di lingkungan kantor. Selain sosialisasi anti fraud bagi pegawai
komunikasi tidak langsung, pendidikan (0,155) dan terakhir pembentukan agent
anti fraud juga dapat dilakukan melalui of change/agen perubahan (0,142).
seruan anti fraud dalam setiap
kesempatan kepada seluruh pegawai, DAFTAR PUSTAKA
misalnya dalam rapat dan upacara.
6. Membentuk Agen Perubahan (Agent of Abdullahi R., N. Mansor., dan MS. Nuhu.
Change) 2015. Fraud Triangle Theory and
Fraud Diamond Theory.
Upaya untuk melakukan Understanding the Convergent and
pencegahan fraud selain unsur Divergent For Future Research.
keteladanan yang nyata dari pimpinan International Journal of Academic
juga membutuhkan perubahan diri Research in Accounting, Finance
individu anggota organisasi. Untuk and Management Sciences Vol 5
mempercepat perubahan kepada seluruh (4): 30-37
pegawai, sangat diperlukan beberapa [BPK] Badan Pemeriksa Keuangan.
individu yang bisa menjadi penggerak 2016. Laporan Hasil Pemeriksaan
utama dalam perubahan sekaligus BPK RI Atas Laporan Keuangan
menjadi bisa menjadi role model bagi Pemerintah Pusat Tahun 2015.
pegawai lain dalam berperilaku sesuai Jakarta (ID): BPK RI
dengan nilai-nilai yang dianut oleh [IIA] The Institute of Internal Auditor.
organisasi. Dengan dibentuknya agen 2013. IIA Position Paper: The
perubahan diharapkan terjadi peningkatan Three Lines of Defense in Effective
integritas seluruh individu anggota Risk Management and Control.
organisasi, sehingga dapat mendorong Diakses 24 Juni 2017, dari
terwujudnya penyelenggaraan pemerintah http://global.theiia.org
yang bebas fraud. Indonesian Corruption Watch. 2017.
Laporan Tahunan ICW 2016.
SIMPULAN Diakses 1 Agustus 2017, dari
http://www.antikorupsi.org/
Berdasarkan hasil analisis yang Lediastuti, D., dan U. Subandijo. 2014.
dilakukan pada penelitian ini dapat Audit Forensik Terhadap
disimpulkan bahwa: Faktor yang menjadi Pengelolaan dan
prioritas pertama adalah sistem Pertanggungjawaban Keuangan
pengendalian intern dengan nilai 0,503. Negara (Studi Kasus pada Badan 47
Aktor yang menjadi prioritas pertama Pemeriksa Keuangan RI). e-Journal

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (fraud) dalam
dan Nirwan Ristiyanto Pengelolaan Pemerintah menggunakan
Analitical Hierarchy Process
48

Magister Akuntasi Trisakti Volume Manajemen No. 134. Alih Bahasa


1 No.1: 89-108 Liana Setiono. Penerbit PT Pustaka
[Pemerintah RI] Pemerintah Republik Binaman Pressindo, Jakarta. (ID)
Indonesia. 2008. Peraturan Subagio. 2016. Identify Main Factors
Pemerintah Republik Indonesia That Influence Corruption And
Nomor 60 Tahun 2008 tentang Suggest How To Eradicate The
Sistem Pengendalian Intern Corruption Problem In Indonesia.
Pemerintah. Sekretariat Negara, Asia Pasific Fraud Journal Volume
Jakarta. (ID) 1 No.1: 37-48. doi:
[Pemerintah RI] Pemerintah Republik 10.21532/apfj.001.16.01.01.03
Indonesia. 2010. Peraturan Suherman. 2017. Pola Mutasi, Reward &
Pemerintah Republik Indonesia Punishment vs Fraud. Artikel
Nomor 53 Tahun 2010 tentang DJKN. Diakses 15 Juli 2017, dari
Disiplin Pegawai Negeri Sipil. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/a
Sekretariat Negara, Jakarta. (ID) rtikel/baca/12542/Pola-Mutasi-
Permana, BA., HD. Perdana., dan L. Reward-Punishment-vs-Fraud.html
Kurniasih. 2017. Determinant of Surjandari, DA., dan I. Martaningtyas.
Fraud in Government Agency: 2015. An Empirical Study: The
Empirical Study At The Finance Effect of Performance Incentives,
And Development Supervisory Internal Control System,
Agency (BPKP) Of Jakarta Organizational Culture, on Fraud of
Representative Office. Asia Pasific Indonesia Government Officer.
Fraud Journal Volume 2 No.1: 93- Mediterranian Journal of Social
108. Sciences Volume 6 No.5: 71-
doi:10.21532/apfj.001.17.02.01.08 76.doi:
Puspasari, N, dan E. Suwardi. 2012. 10.5901/mjss.2015.v6n5s5p71
Pengaruh Moralitas Individu dan Transparancy International. Corruption
Pengendalian Internal Terhadap Perception Index 2016. Diakses 7
Kecenderungan Kecurangan Juli 2017. Tersedia pada
Akuntansi: Studi Eksperimen pada www.transparency.org
Konteks Pemerintahan Daerah. Wicaksono, AP., dan D. Urumsah. 2016.
Simposium Nasional Akuntansi 15 Factors Influencing Employees To
Banjarmasin, Indonesia. Commit Fraud In Workplace
Rae, K., dan N. Subramaniam. 2008. Empirical Study In Indonesian
Quality of Internal Control Hospitals. Asia Pasific Fraud
Procedures: Antecedents and Journal Volume 1 No.1: 1-18.doi:
Moderating Effect on 10.21532/apfj.001.16.01.01.01
Organisational Justice and Wiranta, DNS. 2015. Transformasi
Employee Fraud. Managerial Birokrasi: Cara untuk Penguatan
Auditing Journal Volume 23 No.2: Etika dan Integritas dalam
104-124. doi: 10.1108/ Pencegahan Korupsi. Jurnal
02686900810839820 Lingkar Widyaiswara Volume 2
Saaty, TL. 1993. Pengambilan Keputusan No. 4: 44-71
Bagi Para Pemimpin. Seri

48

Novia Tri Kurniasari, Anna Fariyanti, Strategi Pencegahan Kecurangan (fraud) dalam
dan Nirwan Ristiyanto Pengelolaan Pemerintah menggunakan
Analytical Hierarchy Process

You might also like