You are on page 1of 6

ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud


Vol 18.2 Pebruari 2017: 380-385

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga


Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian
Etnoarkeologi

Made Reisa Anggarini1, I Wayan Redig2, Rochtri Agung Bawono3


123
Program Studi Arkeologi Universitas Udayana
1
[email:arkeologresa08@gmail.com] 2[redig_bali@yahoo.co.id] 3[email:
rabawono@gmail.com]
*Corresponding Author

Abstract
The art of making sculpture had become one of tradition in society in which its
development from pre-Hindu period until Modern-Balinese period can be apprehended.
This study aimed to investigate the relationship between periodization from each
sculpture shape and function and the factor that trigger the development of its shape
and function. Furthermore, there were three temples in Keramas village that was
investigated in this study namely, Besakih Keramas Temple, Kebo Edan Temple, and
Puseh Ampingan Temple. These temple were used because of some special and unique
remain sculptures that could be related to each period of each special heritage statues
invented in these three temples. Beside spot observation, interviews, and field survey,
and library study, the writer also used several analyses as the core in solving the
problem of this study. Among others were; iconography, echonoplastic, echonology
analyses, and study of athno-archaelogy.
Based on the elaboration the writer could conclude that the use of statue as the
media of worshiping had changed and developed either in its shape as well as in its
style of decoration, in accordance to the development of art making sculpture of each
period. Though this art of making sculpture has changed in its shape but it is still used
as the media of worshiping and appreciating the holy sole of the ancestors.
Key Words: periodization, sculpture function, sculpture shape

1. Latar Belakang
Bali merupakan sebuah pulau yang dikenal dengan keragaman etnik dan
budayanya yang tergolong unik, dengan jati diri yang khas. Konsep spiritual yang kuat,
serta local genius, telah membuat kebudayaan Bali pada masa lampau maupun di masa
sekarang masih menjadi suatu tradisi yang maih tetap dilestarikan. Keberadaan
kebudayaan Bali yang mencakup unsur-unsur yang sangat beragam, membuat
kehidupan masyarakat Bali menjadi sangat menonjol, dengan kebudayaan yang saat ini
masih memperlihatkan corak atau ciri khas yang berakar dari sejarah di masa lampau.

380
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 18.2 Pebruari 2017: 380-385

Proses kemajuan suatu peradaban manusia ditandai dengan tumbuh kembangnya


penciptaan akal manusia, mulai dari tingkat primitif atau sederhana menuju ke tingkat
penyempurnaan. Terkait dengan perkembangan fisik manusia dan penempatan
budayanya, akan menjadi suatu ciri khas yang menandai adanya kemajuan peradaban
manusia pada zamannya masing-masing yang dapat dibuktikan keberadaannya melalui
bukti bendanya (Widana, 1994 : 11).
Adanya bukti di atas memberikan petunjuk bahwa masuknya unsur kesenian,
khususnya seni arca, yang difungsikan sebagai perwujudan leluhur telah dikenal oleh
nenek moyang, serta menjadi bukti bahwa telah masuknya Hinduisme maupun
Budhisme ke Bali khususnya di Desa Keramas, telah memberikan gambaran bahwa seni
arca semakin tumbuh meluas dan berkembang pesat. Seni arca merupakan hasil karya
manusia dan mempunyai makna yang begitu sakral, dengan kata lain bahwa seni arca
dapat dipergunakan untuk menelusuri kehidupan beragama yang dianut dan
berkembang di daerah tersebut. Kenyataan bahwa kehidupan masyarakat yang berlatar
belakang, tradisi megalitik merupakan landasan yang kuat dalam penyembahan kepada
roh leluhur dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Pada
sebagian besar pura-pura di Bali masih tersimpan unsur-unsur peninggalan megalitik,
dalam arti yang luas mencakup Zaman Prasejarah dan Zaman Sejarah, hingga saat ini
rupanya masih terus berkelanjutan.
Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan sebelumnya, dari
ketiga pura ini terdapat peninggalan seni arca yang cukup bervariasi dan diperkirakan
telah cukup mewakili dari penggambaran bentuk arca pada masing-masing periode,
selain itu pula telah diketahui bahwa penelitian terhadap tinggalan arkeologi di pura ini
terbilang sangat minim dan belum ada yang membahas mengenai keterkaitan
perkembangan bentuk dan fungsi arca di Desa Keramas, yang masih disakralkan dan
masih dijadikan media pemujaan oleh masyarakat setempat. Berbicara mengenai tradisi
di Bali tentu sangat menarik sekali apabila masyarakat Desa Keramas lebih mengetahui
mengenai asal mula munculnya tradisi yang saat ini masih berlangsung di Desa tersebut.
Melalui peninggalan-peninggalan seni arca, penulis bermaksud untuk mengungkap
kaitan antara perkembangan bentuk dan fungsi, pada media arca pemujaan pada Periode
Pra-Hindu hingga Bali Modern, yang terdapat di Pura Besakih Keramas, Pura Kebo
Edan, serta di Pura Puseh Ampingan Desa Keramas.
381
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 18.2 Pebruari 2017: 380-385

2. Pokok Permasalahan
Berdasarkan hasil penjajakan dan survei yang telah dilakukan di Pura Besakih
Keramas, Pura Kebo Edan, dan Pura Puseh Ampingan mengenai perkembangan bentuk
dan fungsi seni arca sebagai media pemujaan dalam tradisi penghormatan terhadap roh
suci leluhur menimbulkan beberapa pertanyaan diantaranya ;
1. Bagaimana perkembangan bentuk arca-arca leluhur dari Periode Pra-Hindu di Bali
hingga Periode Bali Modern yang terdapat pada tiga pura di Desa Keramas?
2. Bagaimana perkembangan fungsi pada arca-arca leluhur dari Periode Pra-Hindu di
Bali hingga Periode Bali Modern yang terdapat pada tiga pura di Desa Keramas?
3. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya perkembangan bentuk dan fungsi pada
arca-arca leluhur dari Periode Pra-Hindu di Bali hingga Periode Bali Modern yang
terdapat pada tiga pura di Desa Keramas?

3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum pada penelitian ini, bertujuan untuk dapat menghubungkan kaitan
antara periodisasi dari masing-masing bentuk dan fungsi arca, dengan faktor penyebab
terjadinya perkembangan bentuk dan fungsi pada arca leluhur, diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dan penjelasan yang lebih jelas kepada para intelektual dan
generasi muda, mengenai peninggalan seni arca yang tersebar disetiap daerah di Bali
pada umumnya dan di Desa Keramas pada khususnya. Adapun tujuan khusus yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk dapat menjawab ketiga permasalahan
yang terdapat pada penelitian ini.
4. Metode Penelitian
Beberapa metode penelitian sangat diperlukan dalam menjabarkan dan
menganalisis permasalahan yang telah diajukan yakni terkait dengan bentuk, fungsi, dan
faktor penyebab perkembangan bentuk dan fungsi pada arca pemujaan. Penelitian ini
dirancang dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan data yang didapat dijelaskan
secara deskriptif, menurut Taylor penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang
disajikan secara deskripsi baik dalam bentuk ungkapan atau kata yang dipaparkan
secara lisan, yang diperoleh melalui pengamatan terhadap perilaku dari orang-orang
disekitar tempat penelitian.

382
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 18.2 Pebruari 2017: 380-385

Sehubungan dengan penelitian ini, adapun sumber data yang digunakan yakni
berupa sumber data primer dan sekunder, sumber data primer yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data yang diperoleh dari penelitian ini ialah artefak yang berupa
arca tradisi pemujaan leluhur yang masih difungsikan, berdasarkan hasil wawancara
yang telah dilakukan dengan beberapa informan, seperti Pemangku Pura, Kepala Desa
di Desa Keramas, Penyungsung Pura, Pengemong dan Pengempon Pura, masyarakat
setempat, serta beberapa Instansi Kepurbakalaan yang mengetahui dan memahami
permasalahan yang diangkat pada penelitian ini. Sedangkan data sekunder dari
penelitian ini diperoleh dari sumber data tertulis berupa artikel, tulisan ilmiah, laoporan
penelitian, serta beberapa buku penunjang yang berkaitan dengan artefak di Tiga Pura di
Desa Keramas.
Teknik Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik obeservasi,
studi pustaka, dan teknik wawancara. Melalui hasil data yang telah terkumpul untuk
selanjutnya dikembangkan dengan menerapkan teori struktural-fungsional dan teori
estetika, dalam penerapan kedua teori digunakan beberapa analisis diantaranya analisis
kualitatif, analisis ikonografi, analisis ikonologi, analisis ikonoplastik dan studi
etnoarkeologi sehingga memudahkan penulis dalam mengkaji dan memecahkan
permasalahan yang diteliti.

5. Hasil dan Pembahasan


a. Periodisasi dan Perkembangan Bentuk Arca Pemujaan pada Tiga Pura di Desa
Keramas
Melalui pembabakan periodisasi pada arca pemujaan dari tiga pura dapat
ditelusuri bahwa bentuk awal media pemujaan di Desa Keramas sudah ada sejak periode
pra-Hindu, hal tersebut dibuktikan melalui bentuk media pemujaan dari periode pra
hindu yang terdapat di Pura Besakih Keramas, arca primitif di pura ini digambarkan
dengan wujud menyerupai manusia, dan penggarapannya bentuk arcanya tergolong
masih sangat sederhana.
Berlanjut pada periode berikutnya yakni periode Bali Kuno penggambaran arca
yang dahulunya masih tergolong sederhana kini telah mengalami perkembangan,
masuknya pengaruh India ke Bali pada umumnya dan di Desa Keramas pada
khususnya, mengakibatkan terjadinya percampuran wujud arca yang sebelumnya
383
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 18.2 Pebruari 2017: 380-385

sederhana mulai mengalami penyempurnaan anatomi tubuh dalam bentuk tiga dimensi
dan dua dimensi, akan tetapi arca-arca pada periode Bali Kuno ini wujud arca yang
diciptakan memperlihatkan anatomi tubuh manusia namun digambarkan menyerupai
tokoh dewa-dewi. Arca-arca yang memiliki karakter tersebut diperlihatkan pada arca
perwujudan yang terdapat di Pura Kebo Edan Keramas dan Pura Puseh Ampingan.

b. Perkembangan Fungsi Arca Leluhur pada Tiga Pura di Desa Keramas

Arca primitif merupakan media pemujaan yang difungsikan sebagai media


penghubung antara kerabat yang ditinggalkan maupun masyarakatnya, sebagai wujud
penghormatan terhadap arwah nenek moyang dan sosok seorang pemimpin yang telah
meninggal, maka dibuatkan suatu media penghubung dalam bentuk arca pemujaan.
Masyarakat pada masa itu memiliki kepercayaan terhadap kekuatan yang berasal diluar
kemampuan manusia, oleh karena itu media pemujaan yang diwujudkan dalam bentuk
arca primitif ini dianggap dapat memberikan perlindungan bahkan kesejahteraan
terhadap para pemujanya.

Kepercayaan yang diwujudkan dalam bentuk arca pemujaan pada tiga pura di
Desa Keramas ini, pada dasarnya bila ditinjau dari segi bentuk dan fungsinya, masih
memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, dimana bentuk-bentuk tertentu
yang menandai masing-masing periodenya dipahatkan dengan wujud tersendiri, begitu
pula dengan fungsi serta kegunaan dari arca-arca pemujaan tersebut meski wujud yang
diciptakan dari masa ke masa terlihat memiliki beberapa perbedaan, namun pada
dasarnya bentuk yang ditampilkan masih dalam bentuk patung yang tentunya
difungsikan sebagai simbol dari wujud penghormatan dari pemujaan terhadap roh suci
leluhur, bahkan masih terus berlanjut di masa sekarang meski wujud yang ditampilkan
lebih banyak menekankan pada unsur simbol tertentu yang dikaitkan dengan simbol
perwujudan dari roh leluhur atau tokoh yang dihormati yang telah meninggal.
c. Faktor Penyebab Terjadinya Perkembangan Bentuk dan Fungsi Arca Leluhur
pada Tiga Pura di Desa Keramas
Munculnya penciptaan di bidang seni dalam bentuk benda budaya pada tiga pura
di Desa Keramas berupa media pemujaan terhadap roh leluhur, yang penggunaannya
masih difungsikan hingga saat ini, diakibatkan karena adanya beberapa faktor penyebab,

384
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 18.2 Pebruari 2017: 380-385

faktor-faktor tersebut diantaranya adalah adanya unsur local genius pada tatanan
masyarakat, adanya akulturasi budaya, kemampuan masyarakat ketika itu dalam hal
menyerap unsur-unsur budaya luar tidak diserap begitu saja, namun unsur-unsur budaya
luar diterima ini telah bercampur dengan budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat
pada masa itu. Penggabungan antara unsur budaya lokal dengan unsur budaya luar ini
mengakibatkan terwujudnya suatu hasil karya seni yang secara terus menerus
mengalami perkembangan khususnya dalam bidang kesenian yang juga difungsikan
sebagai media keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Simpulan
a. Berbicara mengenai bentuk-bentuk arca pemujaan yang terdapat pada tiga pura di
Desa Keramas, berdasarkan pembabakan atau periodisasi mengenai karakter arca
pemujaan secara umum, arca-arca pemujaan yang terdapat pada Pura Besakih
Keramas, Pura Kebo Edan, dan Pura Puseh Ampingan ini dapat digolongkan
pada tiga periode diantaranya, periode pra-Hindu, periode Bali Kuno dan periode
Bali Madya.
b. Media arca pemujaan yang diwujudkan dalam bentuk arca primitif pada Pura
Besakih Keramas, yang digambarkan meyerupai wujud manusia dan beberapa
arca perwujudan pada Pura Kebo Edan dan arca pendeta pada Pura Ampingan
yang dalam penggambarannya menyerupai wujud dewa-dewi, merupakan bentuk
media pemujaan yang terdapat di Desa Keramas.
c. Media yang diciptakan sebagai wujud penghormatan masyarakat kepada para
leluhurnya, tradisi yang telah dilaksanakan jauh sejak zaman pra-Hindu ini secara
perlahan terus berlanjut, bahkan telah menjadi suatu kebiasaan yang masih
berlanjut hingga saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Widana, I Gusti Ketut. 1994. ʺMenyikapi Aliran Kepercayaan Sistem Religi dan
Upacara Keagamaanʺ. Memahami Aliran Kepercayaan. Denpasar : PT. BP. Halaman
11.

385

You might also like