You are on page 1of 17

SPESIFIKASI TEKNIS JALAN

Pasal 1
PEKERJAAN YANG DILAKSANAKAN

Item pekerjaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan yang tercantum dalam RAB,
diantaranya meliputi pekerjaan:
a) PEKERJAAN LUMPSUM
b) PEKERJAAN JEMBATAN BENTANG = 18,2 M, LBR = 6,3 M, Tg = 2,2 m (STA 0+982)
c) PEKERJAAN JEMBATAN BENTANG = 5 M, LBR = 6,3 M , Tg = 2,2 m (STA 0+450)
d) PEKERJAAN DEKKER BENTANG = 1,4 m, Lbr = 7 M, Tg 1,2 m ( 4 LOKASI )
STA. 0+253 , STA. 0+362 , STA. 0+382 DAN STA. 1+050
e) PEKERJAAN TURAP JALAN Pj. 2397,80 M, Tg. 0,2 - 1,1 M
STA 0+000 - STA 1+219 ( sisi kanan dan Kiri )
f) PEKERJAAN JALAN PANJANG 1219 M, LEBAR 7 M - 4 M
PEKERJAAN PERKERASAN JALAN PANJANG 1219 M, LEBAR 7 M - 4 M (STA 0+000
- STA 1+219)
PEKERJAAN OVERLAY JALAN PANJANG 710 M, LEBAR 7 M - 4 M
(STA 0+000 - STA 0+710) Pj = 1219 M ( Pj = 5 M , Lb = 7 - 4 M, Pj = 1209 M , Lb = 4 M,
Pj = 5 M , Lb = 4 - 7 M )

Pasal 2
LOKASI PEKERJAAN

Lokasi Pekerjaan Jalan Rowolaku – Jetakkidul Kecamatan Wonopringgo Kabupaten


Pekalongan

Pasal 3
UKURAN / KETENTUAN POKOK

1. Semua yang dikerjakan harus sesuai dengan isi acara kerja ini berikut gambar-gambar
kerja/lampiran dan penjelasan serta petunjuk direksi/pengawas.
2. Selama inti dan maksud yang terkandung tidak bertentangan dengan acara kerja ini, maka
yang berlaku dan mengikat adalah ketentuan-ketentuan dalam :
a. Rencana kerja dan syarat-syarat pekerjaan ini.
b. Gambar rencana dan gambar detail serta gambar yang diusulkan kemudian oleh
direksi.
c. Berita acara penjelasan pekerjaan (Risalah Aanwijzing).
d. Penjelasan/petunjuk dan perintah direksi pada waktu pekerjaan sedang dilaksanakan.
3. Ukuran pokok yang belum tercantum dalam gambar rencana dapat ditanyakan kepada
pengawas lapangan.
4. Pemborong wajib mencocokkaan ukuran dalam gambar, jika terdapat selisih/perbedaan
agar segera memberitahukan kepada pengawas lapangan.
SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 4
PENYIAPAN BADAN JALAN

Penyiapan Badan Jalan


a. Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan tanah dasar
atau permukaan jalan kerikil lama, untuk penghamparan Lapis Pondasi Agregat, Lapis
Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal, Lapis Pondasi Beraspal di daerah jalur lalu lintas .
b. Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan motor grader
untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan tanpa penambahan bahan baru.
c. Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan timbunan minor yang
diikuti dengan pembentukan, pemadatan, pengujian tanah atau bahan berbutir, dan
pemeliharaan permukaan yang disiapkan sampai bahan perkerasan ditempatkan diatasnya,
yang semuanya sesuai dengan Gambar dan Spesifikasi ini atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

Pasal 5
PEKERJAAN LAPIS PONDASI ATAS DAN BAWAH

1. URAIAN
Pekerjaan ini meliputi pemasokan, pemprosesan, pengangkutan, penghamparan,
pembasahan dan pemadatan agregat bergradasi di atas permukaan yang telah disiapkan
dan telah diterima sesuai dengan detil yang ditunjukkan dalam Gambar dan memelihara
lapis pondasi agegrat yang sesuai.

Pekerjaan Telford merupakan pekerjaan lapis pondasi bawah dimana meliputi pasir urug,
batu belah dan batu pecah, biasanya dikerjakan pada jalan baru dan jalan dengan
kerusakan sangat berat.

2. BAHAN
a. Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Gambar, dengan toleransi di bawah ini :

Bahan dan lapis Pondasi Agregat Toleransi Tinggi


Permukaan

Lapis pondasi Agregat Klas A, B, & C digunakan + 0 cm


sebagai lapis Pondasi Bawah ( hanya sebagai - 2 cm ( Klas B )
permukaan atas dari lapis Pondasi bawah ) - 1 cm ( Klas A )

b. Pada permukaan semua Lapis Pondasi Agregat tidak boleh terdapat ketidakrataan
yang dapat menampung air dan semua punggung (camber) permukaan itu harus sesuai
dengan yang ditunjukkan dalam Gambar.
c. Tebal total minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A dan Kelas B tidak boleh kurang
satu sentimeter dari tebal yang disyaratkan.
d. Bahan Lapis Pondasi Agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui.
e. Kelas Lapis Pondasi Agregat Terdapat dua kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi
Agregat yaitu Kelas A dan Kelas B. Pada umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A
adalah mutu Lapis Pondasi Atas untuk suatu lapisan di bawah lapisan beraspal, dan
Lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk Lapis Pondasi Bawah. Lapis Pondasi

DPU KAB. PEKALONGAN TAHUN 2016 2


SPESIFIKASI TEKNIS

Agregat Kelas B boleh digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup aspal dengan
permukaan akhir yang telah dipadatkan tidak boleh berbeda lebih dari 1,5 cm dari
elevasi rancangan.
f. Sifat-sifat Bahan Yang Disyaratkan Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari
bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki
dan setelah dipadatkan harus memenuhi ketentuan gradasi
g. Pencampuran Bahan Untuk Lapis Pondasi Agregat, untuk memenuhi ketentuan yang
disyaratkan harus dikerjakan di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang
disetujui, dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk
memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan
proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan
pencampuran di lapangan.

3. PELAKSANAAN PEKERJAAN :
a. Lapis Pondasi Agregat tidak boleh ditempatkan, dihampar, atau dipadatkan sewaktu
turun hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan setelah hujan.
b. Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama
atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi yang disiapkan, maka lapisan
ini harus diselesaikan sepenuhnya, sesuai sesuai pada lokasi dan jenis lapisan yang
terdahulu.
c. Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang merata
dan harus dihampar .Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata. Setiap lapis
harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata agar menghasilkan
tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan
dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan lapisan tersebut harus diusahakan sama
tebalnya.
d. Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang
disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus.
Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang
bergradasi baik.
e. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar
agregat lapis pondasi.
f. Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan
menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum
modifikasi.
g. Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi
sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang
ber”superelevasi”, penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak
sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan
sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara
merata.

4. PENGENDALIAN MUTU
a. Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan awal
harus seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, namun harus mencakup seluruh
jenis pengujian yang disyaratkan minimum pada tiga contoh yang mewakili sumber
bahan yang diusulkan, yang dipilih untuk mewakili rentang mutu bahan yang mungkin
terdapat pada sumber bahan tersebut.

DPU KAB. PEKALONGAN TAHUN 2016 3


SPESIFIKASI TEKNIS

b. Setelah persetujuan mutu bahan Lapis Pondasi Agregat yang diusulkan, seluruh jenis
pengujian bahan akan diulangi lagi, bila menurut pendapat Direksi Pekerjaan, terdapat
perubahan mutu bahan atau metode produksinya.
c. Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan untuk
mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian
lebih lanjut harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap
1000 meter kubik bahan.
d. Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa.
Pengujian harus dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
e. Pengendalian Lapangan
Pengujian-pengujian lapangan berikut ini harus dilakukan untuk memenuhi
persyaratan Spesifikasi. Membuat lubang uji dan pengisian kembali dengan bahan
lapis pondasi atas dipadatkan dengan baik, harus dilaksanakan oleh Kontraktor di
bawah pengawasan Direksi Teknik
Pesyaratan Pengendalian Lapangan

TEST PENGENDALIAN PROSEDUR


a. Ketebalan dan keseragaman lapis Pemerikasaan Visual setiap hari &
pondasi atas pengukuran ketebalan harus dilakukan
untuk setiap 200 m panjang lapis pondasi
yang terpasang

b. Test pemadatan lapis pondasi atas Test kepadatan di tempat


(dengan cara kerucut pasir) Dilaksanakan untuk setiap 200 m panjang
AASHTO T 191 PB 0403 – 76 jalan.

5. DASAR PEMBAYARAN
Dasar pembayaran yang digunakan adalah per meter kubik sesuai dengan pelaksanaan
lapangan

Pasal 6
PEKERJAAN BETON

1. URAIAN
a. Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup pelaksanaan seluruh
struktur beton, termasuk tulangan, struktur pracetak dan komposit, sesuai dengan
Spesifikasi dan sesuai dengan garis, elevasi, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan
dalam Gambar, dan sebagaimana yang diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.
b. Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton,
pemeliharaan pondasi, pengadaan lantai kerja, pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar pondasi tetap kering.
c. Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam
Kontrak haruslah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau Seksi lain yang
berhubungan dengan Spesifikasi ini, atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
d. Khusus untuk pelaksanaan beton pelebaran dengan mutu K-175 daerah bawah
atau sesuai RAB diharuskan menggunakan pencampuran off-site/ready mix

DPU KAB. PEKALONGAN TAHUN 2016 4


SPESIFIKASI TEKNIS

dengan pemeliharaan / curing beton hingga mencapai kuat tekan yang


dimaksud.
e. Khusus untuk pelaksanaan beton dengan mutu K-175 daerah atas atau sesuai
RAB menggunakan pencampuran on-site dengan pemeliharaan / curing beton
hingga mencapai kuat tekan yang dimaksud.
f. Syarat dari PBI NI-2 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton
yang dilaksanakan dalam Kontrak ini, kecuali bila terdapat pertentangan dengan
ketentuan dalam Spesifikasi ini, dalam hal ini ketentuan dalam Spesifikasi ini yang
harus dipakai.

2. BAHAN
a. Semen
1) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen Portland yang
memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali
diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang dapat
menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.
2) Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen portland
yang dapat digunakan di dalam proyek.

b. A i r
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula
atau organik. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian.
Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air tidak
dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar
semen + pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air suling
atau minum. Air yang diusulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan
air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air
suling atau minum pada periode perawatan yang sama.

c. Ketentuan Gradasi Agregat


1) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam
Tabel 7.1.2.(1), tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut tidak
perlu ditolak bila Kontraktor dapat menunjukkan dengan pengujian bahwa beton
yang dihasilkan memenuhi sifat-sifat campuran yang yang disyaratkan dalam Pasal
7.1.3.(3).

Tabel 7.1.2 (1) Ketentuan Gradasi Agregat

DPU KAB. PEKALONGAN TAHUN 2016 5


SPESIFIKASI TEKNIS

2) Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak
lebih dari ¾ dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan
dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor
d. Sifat-sifat Agregat
1) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat
yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari
pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
2) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian
SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam
Tabel 7.1.2.(2) bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur
SNI/AASHTO yang berhubungan.

Tabel 7.1.2.(2) Sifat-sifat Agregat

e. Tulangan
1) Tulangan besi beton yang digunakan harus bebas dari minyak, kotoran, cat,
karat dan lain-lain yang dapat merusak, besi yang dipakai produk berlabel SNI,
semua tulangan menggunakan tulangan baja U.24 polos untuk   12 mm
sesuai dengan gambar dan tulangan baja U 32 ulir untuk   12 mm, toleransi
dimensi baja sesuai standart SNI.

DPU KAB. PEKALONGAN TAHUN 2016 6


SPESIFIKASI TEKNIS

2) Jika tegangan baja yang ada diragukan, maka perlu dilakukan test tarik baja dan
biaya atau pekerjaan ini menjadi tanggug jawab penyedia jasa.

3. PENGENDALIAN MUTU
a. Penerimaan Bahan
Sebelum digunakan bahan matrial dilakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan
yang disyaratkan.
b. Pengawasan
Adanya personil dengan keahlian khusus dari pihak ready-mix pada saat pengecoran
untuk melakukan pengawasan agar mutu beton yang disyaratkan terpenuhi.
Sebelum melaksanakan pengecoran penyedia jasa harus memberitahukan secara
tertulis minimal 24 jam sebelumnya kepada pengawas/konsultan pengawas/direksi
pekerjaan.
Perbedaan tinggi permukaan menurut pengujian mistar lurus tidak boleh melebihi
toleransi yang ditentukan.
c. Perencanaan campuran
Sifat Campuran Sesuai dengan proporsi takaran campuran pada job mix. Campuran
yang tidak memenuhi ketentuan “slump” yang diusulkan tidak boleh digunakan
kecuali untuk penggunaan terbatas.
d. READY MIX; Hal – Hal yang perlu diperhatikan meliputi : Rancangan campuran dan
kekuatan yang dihasilkan berdasarkan target kuat tekan (sudah termasuk standar
deviasi), Jarak dan waktu perjalanan dari batching plant ke lokasi proyek, sisa waktu
minimum yang diperlukan untuk pengecoran beton di lapangan, Interval waktu antar
truk yang dikirim ke lapangan – disesuaikan dengan kecepatan pengecoran.
e. Perawatan Beton (Curing)
 Beton harus dilindungi terhadap pengeringan dini, temperatur tinggi dan gangguan
mekanis agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin.
 Beton dirawat setelah beton mulai mengeras dengan bahan penyerap air (burlap,
karung goni) yang jenuh air atau dengan penyiraman rutin/berkesinambungan
dalam waktu minimum 7 hari.
 Lalu lintas tidak diperbolehkan melewati permukaan beton tersebut dalam 14 hari
setelah beton dicor.
f. Pengujian campuran.
Untuk pengecoran hasil produksi ready-mix, maka pekerjaan beton dengan jumlah
masing-masing mutu < 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap maksimum

DPU KAB. PEKALONGAN TAHUN 2016 7


SPESIFIKASI TEKNIS

15 m3 beton pada interval yang kira-kira sama, dengan minimum satu hasil uji tiap
hari. Dalam segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat. Apabila
pekerjaan beton > 60 m3 maka untuk setiap maksimum 20 m3 beton berikutnya
setelah jumlah 60 m3 tercapai harus diperoleh satu hasil uji.
Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan kadar semen
atau setiap bahan tambahan, juga tidak untuk tiap pengujian atau pekerjaan tambahan
bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai mutu yang disyaratkan
untuk pekerjaan beton.
Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada, direksi pekerjaan dapat meminta penyedia jasa
melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu
pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil. Biaya pengujian
tambahan tersebut haruslah menjadi tanggung jawab penyedia jasa.

g. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan atau yang tidak
memiliki permukaan akhir yang memenuhi ketentuan atau yang tidak memenuhi sifat-
sifat campuran yang disyaratkan menjadi tanggung jawab penyedia jasa.

DPU KAB. PEKALONGAN TAHUN 2016 8


SPESIFIKASI TEKNIS

4. DASAR PEMBAYARAN
Dasar pembayaran yang digunakan adalah per meter kubik sesuai dengan pelaksanaan
lapangan.

Pasal 7
PEKERJAAN BAJA IWF

1. URAIAN
Pekerjaan yang dimaksud termasuk pengadaan bahan dan pemasangan semua baja
konstruksi secara menyeluruh termasuk baut-baut, pengerjaan dengan alat las listrik
seperti yang tertera pada gambar rencana. Semua material baja harus baru dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas walaupun kontraktor telah menggunakan bahan
yang telah disetujui, pasal berikut ini tetap mengikat kontraktor untuk tetap
bertanggung jawab

2. BAHAN
Semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru dan
merupakan 'Hot Rolled Structural Steel' dan memenuhi mutu baja ST 37 (PPBBI-83)
atau ASTM A36 atau SS42 (JIS.U 3101-1970). Tegangan leleh = 2400 kg/cm

2. PELAKSANAAN
a. Kontraktor harus mempersiapkan gambar-gambar detail pelaksanaan (shop drawing)
semua batang dan sambungan untuk disetujui dan dikoreksi oleh Konsultan Pengawas.

DPU KAB. PEKALONGAN TAHUN 2016 9


SPESIFIKASI TEKNIS

Pekerjaan baja tidak boleh dimulai sebelum Kontrator menerima gambar-gambar yang
sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Setiap perbaikan atau perubahan dilapangan yang diakibatkan ketidaktepatan panjang,
mapun lubang-lubang baut atau hal-hal lain harus ditanggung kontraktor.
c. Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga yang ahli dan berpengalaman Teknik / cara
pengelasan yang dipergunakan harus memperhatiikan mutu-mutu dan kualitas dari las
yang dikerjakan. Setelah pengelasan maka sisa-sisa / kerak-kerak las harus dibersihkan
dengan baik
d. Untuk sambungan yang menggunakan baut, semua lubang-lubang untuk baut harus
dibor pada ukuran yang sesuai dengan diameter baut yang digunakan. Tidak
diperkernankan membuat lubang dengan menggunakan brader (las api).

3. PERSYARATAN PENGUJIAN
Untuk sambungan baut dan las dilakukan pemeriksaan visual, kecuali pengelasan
dengan full penetration harus dilakukan pemeriksaan dengan radiographie test atau
test X-ray test secara random sebesar 2 % dan seluruh pengelasan yang minimal 1
buah sambungan full penetration.
Konsultan Pengawas berhak meminta kontraktor untuk melakukan radiographietest/X-
ray test untuk bagian-bagian tertentu pada konstruksi baja yang biayanya ditanggung
oleh kontraktor.
Mesin las yang digunakan harus mencapai kapasitas 25-40 volt dan 200 400amphere

Pasal 8
PEKERJAAN LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT

1. URAIAN
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada
permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal
berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar di atas permukaan yang bukan
beraspal (misalnya Lapis Pondasi Agregat), sedangkan Lapis Perekat harus dihampar
di atas permukaan yang beraspal (seperti Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston
dll).

2. BAHAN
Bahan Lapis Resap Pegikat dan Bahan Lapis Perekat
Aspal emulsi jenis Rapid Setting yang memenuhi ketentuan AASHTO M140 atau Pd
S-01-1995-03 (AASHTO M208). Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan
aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian
aspal emulsi.

3. PELAKSANAAN
a. Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal
1) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan
memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana
peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih,
penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.
2) Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan
disemprot.

DPU KAB. PEKALONGAN TAHUN 2016 10


SPESIFIKASI TEKNIS

Lapis Resap Pengikat : 0,40 sampai 1,30 liter per meter persegi untuk Lapis
Pondasi Agregat Kelas A 0,2 sampai 1,0 liter per meter persegi untuk Lapis
Pondasi Semen Tanah. Lapis Perekat : Sesuai dengan jenis permukaan yang akan
menerima pelaburan dan jenis bahan aspal yang akan dipakai.
3) Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau pemanasan yang berulang-ulang pada
temperatur tinggi haruslah dihindari. Setiap bahan yang menurut pendapat Direksi
Pekerjaan, telah rusak akibat pemanasan berlebihan harus ditolak dan harus diganti
atas biaya Kontraktor.
4) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus
diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap Pengikat, batas-batas lokasi
yang disemprot harus ditandai dengan cat atau benang.
5) Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus
disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang diperintahkan,
kecuali jika penyemprotan dengan distributor tidaklah praktis untuk lokasi yang
sempit, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal tangan
(hand sprayer).

4. DASAR PEMBAYARAN
Dasar pembayaran yang digunakan adalah per liter sesuai dengan pelaksanaan lapangan.

Pasal 9
PEKERJAAN LATASTON LAPIS AUS HRS-WC atau AC-WC atau LASTON LAPIS
PONDASI AC-BASE

1. URAIAN
Campuran beraspal dapat terdiri dari agregat, bahan pengisi, bahan aditif, dan aspal.
Persentase aspal yang aktual ditambahkan ke dalam campuran ditentukan berdasarkan
percobaan laboratorium dan lapangan sebagaimana tertuang dalam Rencana Campuran
Kerja (JMF) dengan memperhatikan penyerapan agregat yang digunakan.

DPU KAB. PEKALONGAN TAHUN 2016 11


SPESIFIKASI TEKNIS

Adapun rencana kadar asphalt untuk lataston HRS-WC adalah 6,35%, AC-WC adalah 6,1%
dan laston AC-Base 5,2%

2. PELAKSANAAN
a. Sebelum diperkenankan untuk menghampar setiap campuran beraspal dalam Pekerjaan,
Penyedia Jasa disyaratkan untuk menunjukkan semua usulan metoda kerja, agregat,
aspal, dan campuran yang memadai dengan membuat dan menguji campuran percobaan
di laboratorium dan juga dengan penghamparan campuran percobaan yang dibuat di
instalasi pencampur aspal.
b. Pengujian yang diperlukan meliputi analisa ayakan, berat jenis dan penyerapan air, dan
semua jenis pengujian lainnya sebagaimana yang dipersyaratkan pada seksi ini untuk
semua agregat yang digunakan.
c. Contoh agregat untuk rancangan campuran harus diambil dari pemasok dingin (cold bin)
dan dari penampung panas (hot bin). Rumusan campuran kerja yang ditentukan dari
campuran di laboratorium harus dianggap berlaku sementara sampai diperkuat oleh hasil
percobaan pada instalasi pencampur aspal dan percobaan penghamparan dan pemadatan
lapangan.

3. PERALATAN
a. Instalasi Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP)
b. Peralatan pangangkut (Dump truck)
c. Peralatan Penghampar dan Pembentuk (screed)
d. Peralatan pemadat (pemadat roda baja/pemadat tandem statis, pemadat roda karet/tyre
roller)

4. PENGENDALIAN MUTU DAN PENGUJIAN DI LAPANGAN


a. Pengujian Permukaan Perkerasan
1) Pemukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3, yang
disediakan oleh Kontraktor, dan harus dilaksanakan tegak lurus dan sejajar dengan
sumbu jalan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan untuk memeriksa seluruh
permukaan perkerasan. Toleransi harus sesuai dengan ketentuan.

DPU KAB. PEKALONGAN TAHUN 2016 12


SPESIFIKASI TEKNIS

2) Kerataan permukaan perkerasan


a) Kerataan permukaan lapis perkerasan penutup atau lapis aus segera setelah
pekerjaan selesai harus diperiksa kerataannya.
b) Cara pengukuran/pembacaan kerataan harus dilakukan setiap interval 100 m.
b. Ketentuan Kepadatan
1) Kepadatan semua jenis campuran aspal yang telah dipadatkan, seperti yang
ditentukan dalam AASHTO T 166, tidak boleh kurang dari 97 % Kepadatan
Standar Kerja (Job Standard Density) untuk Lataston (HRS) dan 98 % untuk
semua campuran aspal lainnya.
c. Jumlah Pengambilan Benda Uji Campuran Aspal
1) Pengambilan Benda Uji Campuran Aspal Pengambilan benda uji umumnya
dilakukan di instalasi pencampuran aspal, tetapi Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan pengambilan benda uji di lokasi penghamparan bilamana terjadi
segregasi yang berlebihan selama pengangkutan dan penghamparan campuran
aspal.
2) Ketebalan lapisan diuji dengan core drill, setelah pekerjaan mencapai umur yang
disyaratkan
Tebal setiap lapisan campuran beraspal harus diperiksa dengan benda uji "inti"
(core) perkerasan yang diambil oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan.

d. Kadar Aspal
Rencana kadar asphalt HRS-WC adalah 6,35% AC-WC adalah 6,1% dan AC-Base
5,2% apabila kadar asphalt dilapangan tidak sesuai rencana maka pembayaran
kadar asphalt disesuaikan hasil uji kadar asphalt lapangan.

4. DASAR PEMBAYARAN
Dasar pembayaran yang digunakan adalah per ton sesuai dengan pelaksanaan
lapangan.

Pasal 10
PEKERJAAN PASANGAN

1. Pasangan Batu Kali


a. Bahan
Batu kali yang dipergunakan adalah batu belah yang keras, padat tidak berongga-
rongga.
b. Pelaksanaan
i. Ukuran pondasi/ pasangan batu kali harus sesuai gambar dengan adukan 1 Pc : 6
Psr. Sisi pasangan batu kali yang ditimbun tanah harus diplester kasar (beraben)
agar tidak terdapat celah-celah.
ii. Sebelum pondasi lajur yang dipasang , terlebuh dahulu dibuat profil/ bentuk
pondasi dari bambu atau kayu pada setiap ujung yang bentuk dan ukurannya
sesuai dengan Gambar Kerja dan telah disetujui oleh Konsultan/ Direksi lapangan.

DPU KAB. PEKALONGAN TAHUN 2016 13


SPESIFIKASI TEKNIS

iii. Permukaan dasar dari galian harus datar dan bersih dari segala kotoran, kemudian
harus diurug dengan pasir urug setebal 10 cm, disiram dan diratakan sampai
benar-benar padat. Di atas lapisan pasir tersebut diberi aanstamping batu belah
yang dipasang sesuai Gambar Rencana.
iv. Adukan harus membungkus batu belah pada bagian tengah pondasi, sedemikian
rupa sehingga tidak ada bagian dari pondasi yang berongga/ tidak padat.
c. Dasar pembayaran
Dasar pembayaran yang digunakan adalah per meter kubik sesuai dengan pelaksanaan
lapangan

2. Pasangan Batu Bata


a. Bahan
i. Batu bata.
Batu bata yang digunakan harus matang pembakarannya, bila direndam di
dalam air tetap utuh, tidak pecah / hancur. Ukuran bata 5 x 11 x 23 cm untuk rusuk-
rusuknya tajam dan ukurannya sama besar berasal dari satu produk dan langsung
didatangkan dari pabrik atau penjual.
ii. Semen/ Portland Cement (PC)
Semen PC yang digunakan setara merk Tiga Roda/ Gresik. Umur penyimpanan
semen di gudang tidak boleh lebih dari 30 hari sejak keluar dari pabrik, penyimpanan
dilakukan di gudag yang lantainya kering dan minimum 30 cm lebih tinggi dari muka
tanah, semen yang membatu/ lembab tidak diijinkan untuk dipakai.
iii. Pasir Pasang
Sama dengan pasir yang digunakan untuk konstruksi beton. Pasir harus bersih
dari segala kotoran, bahan-bahan kimia dan bebas dari lumpur. Khusus untuk
plesteran, pasir yang digunakan pasir yang lembut. Setiap pekerjaan harus didahului
dengan contoh sebelum disetujui untuk dipakai.

b. Pelaksanaan
i. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, batu bata direndam di dalam air sampai
jenuh dan permukaan yang dipasang harus basah. Bata yang dipasang harus bata
utuh/ tidak pecah, kecuali untuk las-lasan.
ii. Pemasangan bata harus dipasang selang-seling dengan perbedaan separuh bata
dan satu sama lain harus terdapat ikatan yang sempurna. Tebal siar/ spesies batu
bata tidak boleh kurang dari 1 cm dan maksimum 2 cm.
iii. Untuk semua pekerjaan bak kontrol digunakan adukan 1 pc : 4 psr,
iv. Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapi , sama tebal, lurus, dan pola ikatan
harus terjaga baik di seluruh pekerjaan. Pengukuran dilakukan dengan tiang lot
dan harus diukur dengan tepat.
v. Pertemuan sudut antara dinding harus siku, kecuali apabila pertemuan tersebut
memang tidak siku seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
vi. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi perlengkungan atau pencembungan
bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m vertikal dan horizontal.
vii. Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar atau memperbaikinya, biaya untuk
pekerjaan ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat diajukan sebagai
pekerjaan tambahan.

c. Dasar pembayaran
Dasar pembayaran yang digunakan adalah per meter persegi sesuai dengan
pelaksanaan lapangan

DPU KAB. PEKALONGAN TAHUN 2016 14


SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 11
PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN

1. Bahan
a. Semen/Portland Cement (PC)
Semen PC yang digunakan setara dengan produksi PT. Gresik/ Tiga Roda.
b. Pasir
Pasir yang digunakan dalam pekerjaan ini harus berbutir tajam dan warna asli.
2. Jenis Plesteran/acian
a. Plesteran/acian tahan air 1 pc : 4 psr digunakan untuk menutup dinding yang selalu
berhubungan dengan air, plesteran sudut dan plesteran beton.
b. Plesteran/acian 1 pc : 6 psr digunakan untuk seluruh dinding selain dinding tahan air.
3. Pelaksanaan
a. Tebal plesteran harus sama dikedua sisi dan hasil akhir dari dinding tembok setelah
diplester adalah 15 mm.
b. Semua jenis aduk plesteran tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu pelaksanaan
pemasangan.
c. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran aduk
plesteran dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama untuk plesteran kedap
air.
d. Kontraktor harus menyediakan pekerja / tukang yang ahli untuk melaksanakan
plesteran ini, khususnya untuk plesteran aci halus.
e. Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus/ aci halus, harus rata, tidak
bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan berlubang, tidak mengandung
kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.
f. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih dahulu
dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.
g. Sedangkan untuk permukaan yang akan diplester, permukaannya harus dibersihkan
dari sisa-sisa bekisting kemudian dikerok/ scratched.
h. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapisi dengan cat dipakai plesteran halus
(acian) di atas permukaan plesterannya.
i. Untuk setiap pertemuan bahan/ material yang berbeda jenisnya pada satu bidang datar,
harus diberi nat dengan ukuran lebar 0,7 cm dalam 0,5 cm.
j. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan
bidang tidak boleh melebihi 5 mm, untuk setiap area 2 m2 .
k. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/ kolom seperti yang
dinyatakan dan dicantumkan dalam Gambar Kerja.
l. Tebal plesteran adalah minimal 1,5 cm dan maksimal 2,5 cm.
m. Jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka diharuskan menggunakan kawat ayam yang
dikaitkan/ dipakukan ke permukaan dinding pasangan yang bersangkutan, untuk
memperkuat daya lekat plesteran.
4. Pemeliharaan
a. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan wajar
dan tidak secara tiba-tiba.
b. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat
kering dan melindunginya dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup
yang dapat mencegah penguapan air secara tepat.

DPU KAB. PEKALONGAN TAHUN 2016 15


SPESIFIKASI TEKNIS

c. Pembasahan tersebut adalah sebagai berikut : selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian
selesai, Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurang-kurangnya 2 (dua) kali
sehari sampai jenuh.
d. Selama permukaan plesteran belum dilapisi dengan bahan/ material akhir, Kontraktor
wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran
dengan biaya adalah tanggungan kontraktor , tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan
tambah.
e. Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan bahan/ materi akhir di atas
permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu,
cukup kering, bersih dari retak, noda, dan cacat lain seperti yang disyaratkan tersebut
diatas.
f. Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan Konsultan/ Direksi
lapangan, maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai disetujui oleh
Konsultan/ Direksi lapangan.
g. Semua sudut horizontal, luar maupun dalam serta garis tegaknya dalam pekerjaan
plesteran harus dikerjakan secara sempurna, tegak dan siku sudut bagian luar
hendaknya dibaut tumpul (bulat).
h. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak (tidak rata) harus diperbaiki.
Bagian-bagian yang akan diperbaiki dibobok secara teratur dan plesteran baru harus
dibuat rata dengan sekitarnya.
5. Dasar pembayaran
Dasar pembayaran yang digunakan adalah per meter persegi sesuai dengan
pelaksanaan lapangan

PASAL 12
PEKERJAAN LAIN – LAIN

1. Hal-hal yang belum cukup diatur dalam spesifikasi teknis ini akan diatur sesuai
ketentuan yang berlaku yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
dokumen Pengadaan Barang/Jasa ini.
2. Pemakaian/pengambilan ukuran yang salah/keliru menjadi tanggungjawab penyedia
barang/jasa.
3. Bahan-bahan yang digunakan harus sesuai dengan standar SNI.
4. Penyedia barang/jasa diharuskan mematuhi ketentuan-ketentuan/peraturan-peraturan
yang berlaku di Indonesia.
5. Pengaturan dan keamanan lalu lintas selama pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung
jawab penyedia barang/jasa.
6. Papan Nama Pekerjaan menjadi tanggung jawab penyedia barang/jasa dan dipasang
sebelum pekerjaan dimulai,
7. Pengujian bahan/material pada saat awal/pelaksanaan menjadi tanggung jawab
penyedia barang/jasa.
8. Sebelum penyerahan pertama, penyedia wajib meneliti semua bagian pekerjaan
yang belum sempurna harus diperbaiki, dan semua yang tidak berguna harus
disingkirkan dari lokasi kegiatan.
9. Meskipun telah ada pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan
dari ketentuan bestek dan gambar menjadi tanggung jawab pelaksana, untuk itu
pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sebaik-baiknya.

DPU KAB. PEKALONGAN TAHUN 2016 16


SPESIFIKASI TEKNIS

10. Selama masa pemeliharaan, penyedia wajib merawat, mengamankan,


memperbaiki segala cacat yang ditimbulkan, sehingga sebelum penyerahan
kedua dilaksanakan pekerjaan benar-benar yang telah sempurna.
11. Semua yang belum tercantum dalam RKS akan ditentukan dalam rapat
penjelasan (Aanwijzing)

DPU KAB. PEKALONGAN TAHUN 2016 17

You might also like