You are on page 1of 8

Keuangan Negara dan Daerah A4

Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)

DESENTRALISASI FISKAL DALAM TEORI

Desentralisasi fiskal adalah pemberian tugas dan kewenangan kepada pemerintah daerah.
Ada 4 alasan yang menjadi dasar diimplementasikannya desentralisasi fiskal:
- Efisiensi ekonomi
- Efisiensi biaya
- Akuntabilitas
- Mobilisasi sumber daya
Dalam hal ini, saat kewenangan sudah ada pada pemerintah daerah maka terjadi efisiensi
ekonomi dan biaya. Akuntabilitas terkait dengan pertanggungjawaban dalam hal pengeluaran-
pengeluaran yang diakibatkan atas suatu kegiatan. Mobilisasi sumber daya terkait dengan
pemerintah daerah melakukan pergerakan sumber daya agar lebih maksimal.
Pada prakteknya, desentralisasi fiskal ini dianggap bahwa dapat memperbaiki kinerja
sektor publik sehingga diterapkan di banyak negara. UU Nomor 22 tahun 1999 dan UU Nomor 25
tahun 1999 yang telah disempurnakan dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 33
Tahun 2004 telah mengubah hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Undang-undang ini
merupakan dasar hukum proses desentralisasi di Indonesia dengan memberikan peranan penting
kepada pemerintah lokal dalam pembangunan (Brojonegoro dan Asabuma, 2000).

Makna Desentralisasi Fiskal

Desentralisasi fiskal jika diartikan secara sederhana adalah penyerahan baik tanggung
jawab, otoritas ataupun sumber daya (seperti SDM,SDA,dll) dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah (Regional/Provinsi dan Kab/Kota).
Yang menjadi dasar desentralisasi di Indonesia adalah adanya UU No 22 Tahun 1999 yang
diperbarui dengan UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan UU No 25 Tahun 1999
yang diperbarui dengan UU No 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah.

Dimensi-Dimensi Dalam Desentralisasi Fiskal

Banyak para ahli yang berpendapat bahwa ada empat pilar (building block) secara berurutan yang
perlu diperhatikan dalam rangka desentralisasi fiskal yaitu,

1. Pendelegasian/Pendistribusian tanggung jawab pengeluaran


Ada satu prinsip utama yang dimana prinsip ini menerangkan tentang penentuan level
pemerintahan “yang mana” yang seharusnya melakukan “apa” di dalam sistem pemerintahan
yang terdesentralisasi, Nama prinsipnya yaitu Subsidiarity principle. Prinsip ini menyarankan
agar pelayanan publik alangkah baiknya dikerjakan dan disediakan dana oleh pemerintah yang
Keuangan Negara dan Daerah A4
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)

level terbawah. Akan tetapi prinsip ini juga mempertimbangkan situasi dan keadaan manfaat
dari barang dan jasa.
Prinsip ini menganjurkan tiga bentuk kegiatan/aktivitas yang alangkah baiknya
dilakukan dan didanai pemerintah pusat. Adapun bentuk kegiatannya :
 Penyediaan barang dan jasa yang memberikan manfaat bagi seluruh penduduk di seluruh
wilayah suatu negara,
Contoh : penyediaan TNI-POLRI itu disediakan dan didanai oleh pemerintah pusat karena
untuk keamanan dan pertahanan seluruh wilayah dan penduduk.
 Pendistribusian kembali pendapatan atau kebijakan sosial,
 Kegiatan-kegiatan pemerintah yang mengakibatkan terciptanya eksternalitas atau
spillover effect antardaerah.

Hal yang perlu diketahui adalah pendelegasian tanggung jawab pengeluaran


(assignment of expenditure responsibility) sebenarnya memiliki kemampuan yang
multidimensional: Tanggung jawab pengeluaran dapat dijabarkan lagi menjadi tanggung
jawab untuk menyediakan, mendanai, dan mengatur suatu fungsi pemerintah tertentu.
Karena tidak ada satupun bentuk pendistribusian tanggung jawab yang paling baik,
maka fungsi-fungsi pemerintah dijalankan oleh pemerintah pusat sedangkan pelayanan atau
jasa pemerintah dijalankan oleh pemerintah daerah. Fungsi-fungsi pemerintah seperti
pertahanan nasional, kebijakan sosial nasional, dan jaringan transportasi antardaerah.
Pelayanan atau jasa pemerintah seperti penyediaan pendidikan dasar dan menengah,
perawatan kesehatan primer, jalan, dan infrastruktur daerah.

2. Pendistribusian sumber perpajakan (assignment of tax resources)


Pendistribusian tanggung jawab merupakan penentu utama dari pendistribusian
sumber pendapatan kepada pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan kaidah yaitu “keuangan
harus mengikuti fungsi”.
Selain itu untuk menentukan besaran jumlah pendapatan yang disediakan oleh
pemerintah daerah juga perlu diperhatikan sumber pendapatan mana yang seharusnya diterima
oleh pemerintah lokal (kab/kota). Alangkah lebih baik jika pemerintah daerah diserahkan
sumber pendapatan yang stabil seperti pajak lokal,terlebih lagi pajak lokal tersebut sangat
terkait dengan manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat terkhusus masyarakat lokal.
Contoh dari sumber pendapatan pemerintah lokal adalah PBB, pajak penjualan eceran, pajak
pendapatan orang pribadi, pajak kendaraan bermotor, dan beban pemakai.

3. Transfer dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah (intergovernmental fiscal


transfer)
Transfer adalah hibah yang biasanya diberikan oleh pemerintah pusat ke level
pemerintah dibawahnya. Kenapa diperlukan Transfer ? Karena pendelegasian sumber
pendapatan sering tidak efektif atau tidak dapat memenuhi kebutuhan pemerintahan daerah
untuk mendanai fungsi pengeluaran.
Transfer dapat berwujud :
- Transfer bersyarat dan tidak bersyarat,
Keuangan Negara dan Daerah A4
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)

- Transfer block great,


- Transfer bagi hasil.

4. Defisit anggaran daerah, pinjaman dan pembiayaan utang


Defisit anggaran muncul akibat pengeluaran pemerintah daerah/lokal tidak diimbangi
dengan sumber daya yang ada. Utang pemerintah daerah sama berisiko dengan utang
pemerintah pusat yang keduanya sama-sama menimbulkan suku bunga dan memicu investasi
dari sektor swasta akan keluar. Hal ini aka berpengaruh buruk terhadap kondisi
makroekonomi. Untuk mencegah hal tersebut, pemerintah pusat sering mengingatkan
pemerintah daerah untuk menyeimbangkan anggaran agar timbulnya utang yang defisit.

Prinsip Desentralisasi Dan Maksud Serta Tujuannya


Untuk menyukseskan program desentralisasi fiskal, ada prinsip utama yang harus dipegang yaitu

 Mempromosikan terciptanya otonomi daerah


Pemberian otoritas seluas-luasnya kepada pemerintah daerah untuk mengelola dan
menyediakan jasa dan pelayanan untuk kebutuhan daerahnya. Penyediaan pelayanan juga
harus sesuai dengan keinginan masyarakat dan sesuai dengan UUD dan peraturan lainnya.

 Perencanaan Bottom-Up
Lembaga-lembaga di tingkat daerah diberi peluang yang sangat besar untuk berperan
aktif dan berpartisipasi dalam memberikan suaranya untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan dalam mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
pembangunan ekonomi dan sosial.

 Prinsip dalam proses demokrasi


Elemen masyarakat dapat berpartisipasi dalam pemerintah daerah dengan cara :
a) Memilih wakil rakyat yang duduk di DPRD,
b) Membentuk kelompok masyarakat seperti organisasi nonpemerintah, dll, yang semuanya
bertujuan untuk mengembangkan program masing-masing seperti pembasmian nyamuk
Aidis di tingkat kelurahan.

 Menciptakan sumber keuangan


Sumber keuangan dapat berbentuk pendapatan asli daerah seperti pajak ataupun hibah
dari pemerintah pusat.

 Pembagian sumber daya yang merata


Daerah yang kaya akan sumber daya akan memperoleh keuntungan dari eksploitasi
sumber daya tersebut, sedangkan daerah yang miskin akan sumber daya akan diberikan
pembagian yang layak atas pendapatan yang dihasilkan.

 Manfaat dan Tujuan desentralisasi fiskal


Keuangan Negara dan Daerah A4
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)

Maksud pengadaan dan pembangunan desentralisasi fiskal adalah untuk memperbaiki


sitsem dan kualitas penyediaan pelayanan publik terhadap kebutuhan dan kondisi masyarakat
daerah/lokal dan tujuannya adalah program dan proyek serta perencanaan dalam penyediaan
pelayanan publik dapat lebih relevan dan dapat diaplikasikan secara nyata.

Batasan-Batasan Kebijakan Dan Institusional

 Kurangnya pengeluaran dan miskinnya kapasitas organisasional


Masih banyak terdapat kesimpangsiuran dalam pembagian tanggung jawab, masih
terdapat tendensi untuk mencari otorisasi atau menunggu arahan dari pemerintah pusat dahulu
baru dilaksanakan. Padahal dalam kenyataannya hubungan hirarki antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah telah dihapus.

 Kurangnya sistem informasi keuangan


Sistem informasi keuangan dan manajemen masih cenderung terfokus kepada
penyediaan dan penggunaan input dan kurang memperhatikan biaya penyediaan output dan
jasa tertentu.

 Desentralisasi fiskal mungkin tidak memicu meningkatnya partisipasi


Ada di suatu sisi terdapat resiko yang sangat krusial yang mana daerah otonom akan
terus menggunakan proses pembangunan dari atas ke bawah. Selain itu masyarakat juga
mengabaikan kewajiban mereka untuk berpartisipasi dalam proses politik, dikarenakan
masyarakat yang tidak sadar atas kewajibannya atau ketidakpercayaan masyarakat terhadap
sistem yang ada dikarenakan belum terpuaskannya kebutuhan/keinginan yang mereka
inginkan.

Tindakan-Tindakan dalam Penerapan Desentralisasi Fiskal

Untuk mewujudkan dan merealisasikan desentralisasi fiskal diperlukan tindakan nyata


yang perlu diambil dan dijalankan oleh suatu negara baik pemerintahan pusat, pemerintahan
provinsi, maupun pemerintahan kabupaten/kota. Tindakan-tindakan tersebut sebagai berikut:
1. Mendukung pemerintah pusat untuk:
 Mendorong pemerintah daerah dalam memperbaiki dan program-program sesuai dengan
kebutuhan daerah masing-masing berdasarkan visi, misi, dan strategi kebijakan
pemerintah pusat.
 Tidak mengurusi pengendalian proses pembangunan dan desain proyek nasional.
 Rekondisi/memulihkan sistem informasi manajemen
 Meningkatkan bantuan sosial dari Menteri pendidikan untuk Lembaga pendidikan yang
ada pada pemerintahan daerah.
2. Membantu lembaga pemerintah provinsi untuk:
 Bertanggung jawab dalam koordinasi antarkabupaten
 Berfokus pada quality control dan manajemen.
3. Mendorong lembaga pemerintah kabupaten/kota untuk:
Keuangan Negara dan Daerah A4
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)

 Langsung turun tangan dalam menangani masyarakat serta memberikan perhatian penuh.
 Memprioritaskan potensi daerah yang perlu dikembangkan, serta mengembangkan
perencanaan dan pembiayaan daerah yang baru.
 Menjalin hubungan kerja sama dengan lembaga nonpemerintah dan mengindentifikasi
kegiatan-kegiatan yang lebih efektif yang dilakukan oleh pihak swasta.

Pembagian Fungsi Pemerintahan

Negara ada yang terbagi-bagi dalam beberapa provinsi dan provinsi tersebut terbagi
lagi dalam beberapa daerah. Dalam mengurus keuangan publik, suatu negara memerlukan
pengalokasian tugas pemerintahan pusat ke tingkat-tingkat pemerintahan lainnya, seperti provinsi
dan kabupaten/kota. Pengalokasian ini dalam kenyataannya bergantung terhadap kondisi
perekonomian suatu negara. Artinya, dalam menentukan kebijakan pembagian tugas
pemerintahan, tidak dapat disamaratakan dengan negara lain.
Adanya desentralisasi fiskal dapat membuat mobilitas faktor produksi antardaerah
semakin meningkat. Mobilitas antardaerah ini perlu diperhatikan oleh pemerintah dalam
mendesentralisasikan tugasnya. Contohnya, penggunaan pajak pemerintah pusat. Mobilitas
antardaerah ini dapat berpengaruh terhadap penggunaan pajak pemerintah di negara federal. Jika
penggunaan pajak pemerintah pusat tersebut tidak terkoordinasi dengan baik, akan menimbulkan
pengalokasian kembali masalah fiskal pada negara tersebut yang akhirnya juga mengakibatkan
distorsi perpindahan penduduk.

Manfaat dari Desentralisasi Fiskal

1. Adanya sensitivitas terhadap keinginan (preferensi) daerah yang berbeda-beda


Dengan adanya desentralisasi fiskal ini, pemerintah daerah yang mengurus daerahnya
masing-masing lebih mengetahui keinginan masyarakatnya dibandingkan pemerintah pusat.
Hal ini dapat memudahkan setiap daerah dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan
masyarakatnya. Contohnya, ketika terjadi permasalahan-permasalahan dalam penyediaan
barang/jasa dan pelayanan publik kepada masyarakat, seperti sebagian penduduk
menginginkan barang publik yang harganya tinggi walaupun dikenakan pajak yang tinggi, dan
ada juga yang sebaliknya. Hal ini akan terlaksana dengan baik ketika pengelolaannya
dilakukan oleh pemerintah daerah dan pemerintah daerah juga dapat langsung mencari solusi
untuk mengatasi hal tersebut dengan melibatkan masyarakat dalam penyediaan barang publik
yang mereka konsumsi.

2. Terpenuhinya keinginan/kebutuhan (preferensi) masyarakat


Mobilitas penduduk pada suatu daerah dapat memenuhi kebutuhan/preferensi
masyarakat terhadap penyediaan barang publik yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Contohnya, ketika penyediaan barang publik dilakukan oleh pemerintah daerah/pemerintah
lokal dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi dapat menyebabkan meningkatnya mobilitas
penduduk. Yang akan terjadi selanjutnya adalah kompetisi antarmereka satu sama lain dalam
mencapai kepuasan mereka. Hal ini dapat berdampak baik terhadap penyediaan barang dan
Keuangan Negara dan Daerah A4
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)

pelayanan publik oleh pemerintah lokal karena adanya preferensi masyarakat yang terpenuhi
atas penyediaan dari pemerintah lokal tersebut.

3. Perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan generasi mendatang


Setiap yang dilakukan oleh pemerintah pada saat ini akan berdampak kepada generasi
yang akan datang. Contohnya, dengan desentralisasi fiskal ini, setiap daerah dapat melakukan
pencegahan atau pembatasan terhadap pengeluaran utang daerah yang nantinya berdampak
kepada generasi mendatang. Selain itu, ada juga contoh seperti ini, pada saat ini banyaknya
emisi polutan yang memperburuk kondisi lingkungan. Namun, hal ini dapat memicu emigrasi
penduduk yang dapat menyebabkan berkurangnya upah kerja atau biaya sewa rumah pada
daerah tersebut. Keadaan ini menunjukkan adanya keinginan masyarakat untuk memiliki
lingkungan yang bersih yang nantinya berguna bagi generasi mendatang.

4. Terbatasnya kekuasaan
Desentralisasi fiskal ini dapat membatasi kekuasaan pemerintah daerah terhadap
masyarakatnya. Karena pemerintah daerah masih belum dapat dipercaya dalam
memaksimumkan pendapatan dan penetapan pajak untuk kesejahteraan masyarakat. Contoh
adanya sektor swasta yang ingin berinvestasi pada daerah tertentu, dia menetapkan pajak yang
lebih rendah daripada penetapan oleh pemerintah daerah. Dengan desentralisasi inilah,
penetapan pajak tersebut dapat dibatasi oleh pemerintah daerah untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat daerah tersebut.

Masalah-masalah dalam Desentralisasi Fiskal

1. Alokasi sumber daya antardaerah yang tidak efisien


Seiring dengan adanya keterbukaan dalam hal mobilisasi, modal, dan perusahaan
antardaerah yang disebabkan oleh kurangnya alokasi sumber daya yang ada pada daerah
tertentu sehingga terjadinya inefisiensi pada daerah tersebut yang dipengaruhi oleh
penyediaan pelayanan publik dan pengenaan pajak.

2. Kompetisi pajak yang kurang sehat (destruktif) atas faktor-faktor yang mobil
Kompetisi antardaerah dapat terjadi dalam menerima atau menolak penduduk karena
mobilisasi yang tinggi. Dengan desentralisasi fiskal ini memungkinkan adanya penyediaan
barang dan jasa publik secara berlebihan tanpa mempertimbangkan daerah lain untuk
mengejar keuntungan di daerahnya tersebut. Contohnya, ketika imigrasi yang terjadi pada
daerah tertentu dapat menyebabkan pengurangan biaya penyediaan barang dan jasa publik,
pemerintah akan berupaya mengatasinya dengan penyediaan barang dan jasa publik tersebut
secara berlebihan untuk mendapatkan upah dan pajak yang lebih tinggi.

3. Ekspor pajak dan efek spilover (Tax export and spillover effect)
Dikarenakan sifat daerah yang terbuka satu sama lain tanpa ada pembatasannya dapat
menyebabkan terjadinya ekspor pajak dan efek spilover. Contohnya, pajak yang dikenakan
terhadap sewa tanah kepada masyarakat daerah tertentu jika tanah tersebut sebenarnya
Keuangan Negara dan Daerah A4
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)

dimiliki oleh penduduk dari daerah lain. Berarti dalam kondisi ini dapat kita simpulkan bahwa
manfaat dari barang tersebut hanya dinikmati oleh penduduk yang menghasilkan barang
tersebut, tetapi biayanya ditanggung oleh penduduk yang tidak memiliki barang tersebut.
Ketika suatu daerah meningkatkan kualitas pendidikan pada daerah tertentu, nantinya
manfaat tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat yang bukan berasal dari daerah tersebut.
Hal inilah yang disebut sebagai efek spilover. Efek spilover ini dapat berdampak positif
ataupun negatif tergantung konteksnya bagaimana di daerah yang bersangkutan.

4. Distribusi pendapatan yang kurang optimal dalam suatu daerah


Terdapatnya faktor-faktor yang mempengaruhi redistribusi pendapatan oleh
pemerintah daerah. Salah satunya yaitu redistribusi pendapatan dari penduduk kaya kepada
penduduk miskin. Permasalahan desentralisasinya disini dapat dilihat pada
migrasi/perpindahan penduduk. Contohnya, ketika pemerintah daerah ingin memberikan
subsidi kepada daerah x yang didanai dari pengenaan pajak. Pengenaan pajak ini dibebankan
kepada daerah X. Hal ini dapat menyebabkan pandangan yang berbeda dari penduduk kaya
yang ada di daerah X karena menganggap pembebanan pajaknya tinggi karena penduduk dari
daerah lain akan berdatangan ke daerah X dan penduduk kaya yang ada pada daerah tersebut
akan keluar dari daerah tersebut. Jadinya, program ini memicu terjadinya seleksi yang
merugikan.

5. Distribusi pendapatan lintas daerah yang kurang optimal


Dalam pendistribusian pendapatan lintas daerah dapat menimbulkan masalah karena
ketika daerah ingin mentransfer pendapatannya ke daerah lain akan membuat tingkat
konsumsi di daerahnya berkurang.

6. Kebijakan stabilisasi yang kurang optimal


Dalam penyelenggaraan desentralisasi fiskal masih banyak argumen-argumen dari
pihak yang pro dan kontra dalam melakukan desentralisasi fiskal ini. Karena masih banyak
argumen-argumen tersebut membuat upaya desentralisasi fiskal belum optimal. Desentralisasi
fiskal tidak hanya terkait permasalahan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah, yaitu terkait penyediaan barang dan jasa publik. Namun, berkaitan juga dengan
kebijakan makroekonomi, perpajakan dan administrasi perpajakan, serta pemerintahan lokal.

Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi

1. Dari Pertumbuhan Ekonomi ke Desentralisasi Fiskal.


Meskipun penelitian yang membahas masalah hubungan sebab akibat dari
desentralisasi fiskal ke pertumbuhan ekonomi masih terbatas. Namun yang menarik adalah
banyaknya analisis empiris yang membahas masalah sebaliknya yaitu sejauh mana tingkat
desentralisasi fiskal merupakan fungsi dari pembangunan ekonomi. Banyak literatur yang
menyatakan adanya korelasi positif derajat desentralisasi fiskal lintas negara terhadap tingkat
pembangunan ekonomi. Korelasi antara pembangunan ekonomi dan derajat desentralisasi
fiskal mungkin juga disebabkan karena adanya kenyataan bahwa banyak negara-negara
Keuangan Negara dan Daerah A4
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)

berkembang mewarisi sistem pemerintahan yang tersentralisasi pada saat mereka lepas dari
kekuasaan penjajah.

2. Dari Desentralisasi Fiskal ke Pertumbuhan Ekonomi.


Secara teoritis penemuan yang selama ini dilakukan telah memberikan estimasi
empiris mengenai pengaruh potensial dari desentralisasi terhadap pertumbuhan ekonomi,
serta memberikan wawasan luas tentang beberapa aspek yang berbeda-beda mengenai
hubungan tersebut masih diperlukan adanya penelitian lebih lanjut. Sebagai contoh, apabila
desentralisasi fiskal diukur dari proporsi pengeluaran atau penerimaan daerah terhadap
pengeluaran atau penerimaan negara secara keseluruhan maka tidak akan ada hubungan
monotonik antara desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi. Artinya, pendapat yang
menyatakan bahwa semakin tinggi derajat desentralisasi suatu negara, semakin cepat pula
ekonomi di negara tersebut akan tumbuh tidak selalu benar. Namun, adanya tingkat
desentralisasi yang optimal yang kurang dari full desentralisasi. Penyebabnya adalah
kenyataannya ada beberapa barang publik (yang bersifat nasional seperti pertahanan dan
keamanan nasional) akan lebih efektif apabila disediakan oleh pemerintah pusat.

Adakah Hubungan Langsung antara Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi.


Pengaruh langsung dari desentralisasi fiskal yang dikemukakan oleh Oates (1993)
mengindikasi bahwa apabila pemerintah daerah memperoleh keuntungan dengan membuat
pengeluaran menjadi lebih efisien (pengeluaran publik disesuaikan dengan preferensi masing-
masing penduduk dan pembayar pajak setiap daerah) sehingga pengeluaran yang dilakukan
oleh pemerintah daerah dapat dikatakan lebih mendukung pertumbuhan ekonomi (growth-
enhancing). Namun, argumen ini masih perlu lebih diteliti. Selain itu, perlu pembahasan untuk
memperjelas apakah pemerintah pada setiap tingkatan akan selalu memaksimumkan
kesejahteraan sosial, atau hanya akan memberikan keuntungan kepada perusahaan-perusahaan
raksasa atau konglomerat tertentu.

Adakah Hubungan Tidak Langsung antara Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan


Ekonomi.
Berdasarkan teori (dan praktik) mengenai desentralisasi fiskal bahwa, dalam kondisi
tertentu, pemerintah daerah dapat bertindak lebih efisien dibanding pemerintah pusat.
Pernyataan ini mengandung dua arti.
1. Jumlah yang sama, jika dibandingkan dengan pemerintah pusat, pengeluaran pemerintah
daerah akan memberikan hasil pada kesejahteraan individu yang makin meningkat.
2. Pengeluaran/belanja publik melalui pemerintah daerah juga dapat meningkatkan efisiensi
produsen (producer efficiency).

You might also like