Professional Documents
Culture Documents
Resume Kelompok 2 - KND A4
Resume Kelompok 2 - KND A4
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)
Desentralisasi fiskal adalah pemberian tugas dan kewenangan kepada pemerintah daerah.
Ada 4 alasan yang menjadi dasar diimplementasikannya desentralisasi fiskal:
- Efisiensi ekonomi
- Efisiensi biaya
- Akuntabilitas
- Mobilisasi sumber daya
Dalam hal ini, saat kewenangan sudah ada pada pemerintah daerah maka terjadi efisiensi
ekonomi dan biaya. Akuntabilitas terkait dengan pertanggungjawaban dalam hal pengeluaran-
pengeluaran yang diakibatkan atas suatu kegiatan. Mobilisasi sumber daya terkait dengan
pemerintah daerah melakukan pergerakan sumber daya agar lebih maksimal.
Pada prakteknya, desentralisasi fiskal ini dianggap bahwa dapat memperbaiki kinerja
sektor publik sehingga diterapkan di banyak negara. UU Nomor 22 tahun 1999 dan UU Nomor 25
tahun 1999 yang telah disempurnakan dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 33
Tahun 2004 telah mengubah hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Undang-undang ini
merupakan dasar hukum proses desentralisasi di Indonesia dengan memberikan peranan penting
kepada pemerintah lokal dalam pembangunan (Brojonegoro dan Asabuma, 2000).
Desentralisasi fiskal jika diartikan secara sederhana adalah penyerahan baik tanggung
jawab, otoritas ataupun sumber daya (seperti SDM,SDA,dll) dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah (Regional/Provinsi dan Kab/Kota).
Yang menjadi dasar desentralisasi di Indonesia adalah adanya UU No 22 Tahun 1999 yang
diperbarui dengan UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan UU No 25 Tahun 1999
yang diperbarui dengan UU No 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah.
Banyak para ahli yang berpendapat bahwa ada empat pilar (building block) secara berurutan yang
perlu diperhatikan dalam rangka desentralisasi fiskal yaitu,
level terbawah. Akan tetapi prinsip ini juga mempertimbangkan situasi dan keadaan manfaat
dari barang dan jasa.
Prinsip ini menganjurkan tiga bentuk kegiatan/aktivitas yang alangkah baiknya
dilakukan dan didanai pemerintah pusat. Adapun bentuk kegiatannya :
Penyediaan barang dan jasa yang memberikan manfaat bagi seluruh penduduk di seluruh
wilayah suatu negara,
Contoh : penyediaan TNI-POLRI itu disediakan dan didanai oleh pemerintah pusat karena
untuk keamanan dan pertahanan seluruh wilayah dan penduduk.
Pendistribusian kembali pendapatan atau kebijakan sosial,
Kegiatan-kegiatan pemerintah yang mengakibatkan terciptanya eksternalitas atau
spillover effect antardaerah.
Perencanaan Bottom-Up
Lembaga-lembaga di tingkat daerah diberi peluang yang sangat besar untuk berperan
aktif dan berpartisipasi dalam memberikan suaranya untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan dalam mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
pembangunan ekonomi dan sosial.
Langsung turun tangan dalam menangani masyarakat serta memberikan perhatian penuh.
Memprioritaskan potensi daerah yang perlu dikembangkan, serta mengembangkan
perencanaan dan pembiayaan daerah yang baru.
Menjalin hubungan kerja sama dengan lembaga nonpemerintah dan mengindentifikasi
kegiatan-kegiatan yang lebih efektif yang dilakukan oleh pihak swasta.
Negara ada yang terbagi-bagi dalam beberapa provinsi dan provinsi tersebut terbagi
lagi dalam beberapa daerah. Dalam mengurus keuangan publik, suatu negara memerlukan
pengalokasian tugas pemerintahan pusat ke tingkat-tingkat pemerintahan lainnya, seperti provinsi
dan kabupaten/kota. Pengalokasian ini dalam kenyataannya bergantung terhadap kondisi
perekonomian suatu negara. Artinya, dalam menentukan kebijakan pembagian tugas
pemerintahan, tidak dapat disamaratakan dengan negara lain.
Adanya desentralisasi fiskal dapat membuat mobilitas faktor produksi antardaerah
semakin meningkat. Mobilitas antardaerah ini perlu diperhatikan oleh pemerintah dalam
mendesentralisasikan tugasnya. Contohnya, penggunaan pajak pemerintah pusat. Mobilitas
antardaerah ini dapat berpengaruh terhadap penggunaan pajak pemerintah di negara federal. Jika
penggunaan pajak pemerintah pusat tersebut tidak terkoordinasi dengan baik, akan menimbulkan
pengalokasian kembali masalah fiskal pada negara tersebut yang akhirnya juga mengakibatkan
distorsi perpindahan penduduk.
pelayanan publik oleh pemerintah lokal karena adanya preferensi masyarakat yang terpenuhi
atas penyediaan dari pemerintah lokal tersebut.
4. Terbatasnya kekuasaan
Desentralisasi fiskal ini dapat membatasi kekuasaan pemerintah daerah terhadap
masyarakatnya. Karena pemerintah daerah masih belum dapat dipercaya dalam
memaksimumkan pendapatan dan penetapan pajak untuk kesejahteraan masyarakat. Contoh
adanya sektor swasta yang ingin berinvestasi pada daerah tertentu, dia menetapkan pajak yang
lebih rendah daripada penetapan oleh pemerintah daerah. Dengan desentralisasi inilah,
penetapan pajak tersebut dapat dibatasi oleh pemerintah daerah untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat daerah tersebut.
2. Kompetisi pajak yang kurang sehat (destruktif) atas faktor-faktor yang mobil
Kompetisi antardaerah dapat terjadi dalam menerima atau menolak penduduk karena
mobilisasi yang tinggi. Dengan desentralisasi fiskal ini memungkinkan adanya penyediaan
barang dan jasa publik secara berlebihan tanpa mempertimbangkan daerah lain untuk
mengejar keuntungan di daerahnya tersebut. Contohnya, ketika imigrasi yang terjadi pada
daerah tertentu dapat menyebabkan pengurangan biaya penyediaan barang dan jasa publik,
pemerintah akan berupaya mengatasinya dengan penyediaan barang dan jasa publik tersebut
secara berlebihan untuk mendapatkan upah dan pajak yang lebih tinggi.
3. Ekspor pajak dan efek spilover (Tax export and spillover effect)
Dikarenakan sifat daerah yang terbuka satu sama lain tanpa ada pembatasannya dapat
menyebabkan terjadinya ekspor pajak dan efek spilover. Contohnya, pajak yang dikenakan
terhadap sewa tanah kepada masyarakat daerah tertentu jika tanah tersebut sebenarnya
Keuangan Negara dan Daerah A4
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)
dimiliki oleh penduduk dari daerah lain. Berarti dalam kondisi ini dapat kita simpulkan bahwa
manfaat dari barang tersebut hanya dinikmati oleh penduduk yang menghasilkan barang
tersebut, tetapi biayanya ditanggung oleh penduduk yang tidak memiliki barang tersebut.
Ketika suatu daerah meningkatkan kualitas pendidikan pada daerah tertentu, nantinya
manfaat tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat yang bukan berasal dari daerah tersebut.
Hal inilah yang disebut sebagai efek spilover. Efek spilover ini dapat berdampak positif
ataupun negatif tergantung konteksnya bagaimana di daerah yang bersangkutan.
berkembang mewarisi sistem pemerintahan yang tersentralisasi pada saat mereka lepas dari
kekuasaan penjajah.