You are on page 1of 8

Keuangan Negara dan Daerah

Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)

JENIS-JENIS PENDAPATAN PUSAT DI INDONESIA


Undang-undang dasar 1945 Nomor 17 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pendapatan
negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih yang
terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan negara bukan pajak, dan hibah.
1. Penerimaan Pajak
Pembagian pajak terbagi atas 2 jenis, yaitu pajak pusat dan pajak daerah.
Pengelolaan pajak pusat dilakukan oleh pemerintah pusat melalui DJP sementara pajak
daerah yang memiliki kewenangan untuk memungutnya diberikan kepada DInas
Pendapatan Daerah atau instansi terkait. Adapun jenis-jenis pajak yang termasuk pajak
pusat antara lain:
- Pajak Penghasilan (PPh): Pajak yang dikenakan kepada subjeknya (orang pribadi atau
badan) atas penghasilan yang diperoleh dalam suatu tahun pajak.
- Pajak pertambahan nilai (PPN): pajak yang berlaku pada konsumsi barang kena pajak
atau jasa di dalam lingkup pabean. Pihak yang berkewajiban untuk memungut,
menyetor, dan melaporkan PPN adalah para pedagang sementara pihak yang
membayar PPN adalah konsumen akhir.
- Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM): Pajak yang berlaku atas transaksi
barang yang tergolong mewah.
- Bea Materai: Pajak yang berlaku atas pemanfaatan dokumen. Dokumen yang
dimaksud seperti akta notaris, surat berharga, surat perjanjian, dan lain-lain.
- Pajak Bumi dan Bangunan (PBB): Pajak yang dikenakan pada kepemilikan atau
pemnfaatan tanah atau bangunan.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)


Menurut Undang-undang nomor 9 tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak, PNBP adalah pungutan yang dibayar individu atau badan tertentu dengan
memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau pemanfaatan
sumber daya. Adapun yang termasuk objek PNBP antara lain:
- Penerimaan Sumber Daya Alam (SDA): Penerimaan ini mencakup SDA minya dan
gas (migas) dan non-migas.
- Kekayaan Negara yang Dipisahkan: Penerimaan ini berasal dari keuntungan yang
dibukukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
- Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU): Pendapatan ini dari hasil penyediaan
layanan berupa penyediaan barang dan jasa, hingga pelayanan administratif.
- PNBP Lainnya: Pendapatan yang di dapat dengan memanfaatkan Barang Milik
Negara (BMN).

3. Penerimaan Hibah
Keuangan Negara dan Daerah
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)

Pendapatan hibah adalah pungutan yang dibayar individu atau badan tertentu dengan
memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau pemanfaatan
sumber daya. Adanya tujuan dari penerimaan hibah adalah penanggulangan bencana alam,
pemberian dukungan terhadap program pembangunan nasional, dan pemberian bantuan
kemanusiaan.
- Hibah Terencana: Hibah melalui mekanisme perencanaan dan dicatat dalam Daftar
Rencana Kegiatan Hibah (DRKH).
- Hibah Langsung: Hibah tanpa melalui mekanisme perencanaan.
- Hibah melalui KPPN: Hibah yang proses penarikan dananya dilaksanakan di
Bendahara Umum Negara (BUN) atau Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN).
- Hibah tanpa melalui KPPN: Hibah yang proses penarikan dananya tidak dilaksanakan
di BUN ataupun KPPN.
- Hibah Dalam Negeri: Hibah yang berasal dari lembaga keuangan dan non-keuangan
dalam negeri, pemerintah daerah, perusahaan asing yang domisili dan beroperasi di
Indonesia, dan lembaga lain ataupun perorangan
- Hibah Luar Negeri: Hibah yang berasal dari negara lain, lemba perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), lembaga keuangan asing, lembaga multilateral, lembaga non keuangan
asing, lembaga keuangan berdomisili dan beroperasi luar negeri, dan perorangan.

PENERIMAAN PAJAK PEMERINTAH PUSAT


1. Pajak Penghasilan (Pph)
Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada subjek pajak baik orang
pribadi atau badan atas penghasilan yang ia dapatkan atau diterima dalam tahun pajak.
Penghasilan yang dimaksud adalah tambahan kemampuan ekonomis yang diperoleh wajib
pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun luar indonesia yang dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak.

Dasar Hukum Pajak Penghasilan

 UU No. 7 tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan


 UU No. 7 Tahun 1991 Tentang Perubahan Pertama UU No. 7 Tahun 1983 Tentang
Pajak Penghasilan
 UU No. 10 Tahun 1994 Tentang Perubahan Kedua UU No. 7 Tahun 1983 Tentang
Pajak Penghasilan
 UU No. 17 Tahun 2000 Tentang Perubahan Ketiga UU No. 7 Tahun 1983 Tentang
Pajak Penghasilan
 UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat UU No. 7 Tahun 1983 Tentang
Pajak Penghasilan
Keuangan Negara dan Daerah
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang kena
pajak atau jasa kena pajak yang berada di daerah Pabean (wilayah Indonesia). Pada
Dasarnya semua barang dan jasa adalah barang dan jasa kena pajak kecuali yang
ditetapkan oleh UU PPN.

Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai


 UU No. 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai
 UU No. 11 Tahun 1994 Tentang Perubahan UU No. 8 Tahun 1983 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai
 UU no. 18 Tahun 2000 Tentang Perubahan UU No. 8 Tahun 1983 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai
 UU No. 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan UU No. 8 Tahun 1983 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai

3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)


Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah adalah pajak yang dikenakan atas
transaksi barang kena pajak yang tergolong mewah, baik produk dalam negeri maupun
produk luar negeri. Yang termasuk kedalam kategori barang kena pajak mewah adalah
barang yang bukan tergolong kebutuhan pokok, barang yang dikonsumsi oleh masyarakat
yang berpenghasilan tinggi, dan barang tersebut biasanya digunakan untuk menunjukkan
status sosial.

Dasar Hukum PPnBM


Pada dasarnya dasar hukum PPnBM sama dengan dasar Hukum PPN yaitu UU No.
8 Tahun 1983 hingga mengalami perubahan hingga UU No. 42 Tahun 2009. Hal ini terjadi
karena pengenaan terhadap PPnBM tidak mungkin dikenakan tanpa adanya pengenaan
PPN.

4. Bea Materai
Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen, seperti surat
perjanjian, kwitansi pembayaran, akta notaris, surat berharga, dan efek, yang memuat
jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentusesuai dengan ketentuan.

Dasar Hukum Bea Materai


UU No. 10 Tahun 2020 Tentang Bea Materai

5. Pajak Bumi dan Bangunan


Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas tanag dan bangunan
karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang
Keuangan Negara dan Daerah
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)

pribadi atau badan yang mempunyai ha katas tanah dan bangunan atas memperoleh
manfaat atas tanah dan bangunan yang menjadi haknya.
Semenjak dikeluarkan UU No 28 Tahun 2007 Tentang Pajak dan Retribusi Daserah,
yang menjadi hak pemerintah pusat atas PBB adalah PBB sektor pertambangan,
perhutanan, dan perkebunan,

Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan


 Peraturan Dirjen Pajak No Per 64/Pj/2010 Tanggal 27 Desember 2010 (PBB Sektro
Perkebunan)
 Peraturan Dirjen Pajak No Per 36/Pj/2011 Tanggal 18 November 2011 (PBB Sektor
Perhutanan)
 Surat Edaran Dirjen Pajak No Se 89/Pj/2011 Tanggal 18 November 2011 (PBB Sektor
Perhutanan)
 UU No 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan.

PENERIMAAN PEMERINTAH PUSAT BUKAN PAJAK

Sama seperti periode sebelmunya, pada tahun 2009, APBN ditetapkan dengan
dikeluarkannya UU No 41 Tahun 2008 Tentang APBN Tahun 2009. Salah satu unsur yang
termuat dalam APBN adalah anngaran pendapatan negara dan hibab yang diperoleh dari
penrimaan pajak, penerimaan negara bukan bapak (PNBP), dan penerimaan hibah dari dalam
dan luar negeri.
Oleh Karena PNBP sangat penting, maka pemerintah mengeluarkan peraturan
perundang-undangan, antara lain:

1) UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak


2) PP No. 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak
3) PP No. 73 Tahun 1999 tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu
4) PP No. 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan Realisasi
Penerimaan Negara Bukan Pajak
5) PP No. 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang.
Kelompok Penerimaan Negara Bukan Pajak meliputi:
1. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah.
2. Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam.
3. Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
4. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah.
Keuangan Negara dan Daerah
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)

5. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda
administrasi.
6. Penerimaan berupa hibah yang merupakan hak pemerintah.
7. Penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tersendiri.

Pengelompokan PNBP ini kemudian ditetapkan dalam PP No. 22 Tahun 1997 yang
telah diubah dengan PP No. 52 Tahun 1998 dengan menjabarkan jenis-jenis PNBP yang
berlaku umum di semua Kementerian / Lembaga, sebagai berikut:

 Penerimaan kembali anggaran (sisa anggaran rutin dan sisa anggaran pembangunan).
 Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan Negara.
 Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan Negara.
 Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro).
 Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (tuntutan ganti rugi dan tuntutan
perbendaharaan).
 Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah.
 Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang.

Jika ada Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang belum termuat di dalam jenis-jenis
yang sudah ditetapkan, maka Pemerintah dapat menetapkannya.

PERENCANAAN PENERIMAAN NEGARA

Pemerintah negara memerlukan perencanaan atas penerimaan dan pengeluaran yang


digunakan untuk membiaya kepentingan negara atau pengelolaan pemerintah. Itu semua diatur
dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). APBN merupakan rancangan
keuangan tahunan pemerintah negara Indonesia yang disusun secara sistematis dan terperinci
untuk satu tahun anggaran sesuai dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Perencanaan penerimaan negara tahun 2021 telahh diatur dalam rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang berfokus pada percepatan pemulihan ekonomi dan
penguatan reformasi. Rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara tersebut terdapat
perencanaan pendapatan negara, belanja negara, dan pembiayaan anggaran, sebagai berikut:
1. Perencanaan pendapatan negara
 Mendukung pemulihan ekonomi nasional melalui pemberian insentif pajak secara
selektif dan terukur.
 Melakukan relaksasi prosedur untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
 Meningkatkan pelayanan PNBP kepada masyarakat.
2. Perencanaan belanja negara
Keuangan Negara dan Daerah
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)

 Melanjutkan penanganan kesehatan akibat Covid-19, utamanya peningkatan supply


side dan antisipasi pengadaan vaksin.
 Melanjutkan program perlinsos untuk akselerasi pemulihan (a.l. Kartu Sembako,
PKH, Pra kerja).
 Dukungan program/kegiatan pada sektor terdampak
(a.l. Pangan, Pariwisata), serta perluasan akses modal UMKM melalui subsidi bunga
KUR.
3. Perencanaan pembiayaan anggaran
 Mendukung restrukturisasi BUMN, BLU, Sovereign Wealth Fund (SWF).
 Meningkatkan akses pembiayaan bagi UMKM, UMi, dan perumahan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR).
 Melanjutkan dukungan terhadap pendidikan tinggi, penelitian, dan kebudayaan.

Fungsi APBN berdasarkan Pasal 3 ayat 4 UU No. 17 Tahun 2003

1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi
manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
4. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Ruang lingkup APBN


APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan berasal dari
perpajakan maupun non perpajakan, termasuk hibah yang diterima oleh pemerintah.
Pengeluaran atau belanja adalah belanja pemerintah pusat dan daerah. Jika terjadi defisit, yaitu
pengeluaran lebih besar dari penerimaan, maka dicari pembiayaannya baik yang bersumber
dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Seluruh penerimaan dan pengeluaran tersebut ditampung dalam satu rekening yang
disebut rekening Bendaharawan Umum Negara (BUN) di Bank indonesia (BI). Pada dasarnya,
semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus dimasukkan dalam rekening tersebut.
Sebagai pengecualian, pemerintah membuka beberapa rekening khusus di BI atau bank
pemerintah karena untuk pengelola pinjaman luar negeri untuk proyek tertentu sebagaimana
disyaratkan oleh pemberi pinjaman, untuk mengadministrasikan dan mengelola dana-dana
Keuangan Negara dan Daerah
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)

tertentu (seperti Dana Cadangan, Dana Penjaminan Deposito), dan untuk mengadministrasikan
penerimaan dan pengeluaran lainnya yang dianggap perlu untuk dipisahkan dari rekening
BUN, dimana suatu penerimaan harus digunakan untuk tujuan tertentu.

Terkait dengan pengelolaan APBN, semua penerimaan dan pengeluaran harus tercakup
dalam APBN. Dengan kata lain pada saat pertanggungjawaban APBN, semua realisasi
penerimaan dan pengeluaran dalam rekening-rekening khusus harus dikonsolidasikan ke dalam
rekening BUN. Semua penerimaan dan pengeluaran yang telah dimasukkan dalam rekening
BUN adalah merupakan penerimaan dan pengeluaran yang on-budget.

Siklus APBN

1. Perencanaan dan penganggaran APBN


Tahapan ini dilakukan pada tahun sebelum anggaran tersebut dilaksanakan (APBN
t-1) meliputi dua kegiatan yaitu, perencanaan dan penganggaran.
a. Tahap perencanaan dimulai dari
 Penyusunan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional.
 Kementerian Negara/Lembaga (K/L) melakukan evaluasi pelaksanaan program
dan kegiatan pada tahun berjalan, menyusun rencana inisiatif baru, dan indikasi
kebutuhan anggaran.
 Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan yang sedang berjalan dan mengkaji usulan inisiatif baru
berdasarkan prioritas pembangunan serta analisis pemenuhan kelayakan dan
efisiensi indikasi kebutuhan dananya.
 Pagu indikatif dan rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan.
 K/L menyusun rencana kerja.
 Pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) dilaksanakan antara K/L, Kementerian
Perencanaan, dan Kementerian Keuangan.
 Rancangan awal RKP disempurnakan.
 RKP dibahas dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dengan DPR; (9)
RKP ditetapkan.
b. Tahap penganggaran dimulai dari
 Penyusunan kapasitas fiskal yang menjadi bahan penetapan pagu indikatif.
 Penetapan pagu indikatif (3) penetapan pagu anggaran K/L.
 Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L).
 Penelaahan RKA-K/L sebagai bahan penyusunan nota keuangan dan rancangan
undang-undang tentang APBN.
 Penyampaian Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan UU tentang
APBN kepada DPR.
2. Penetapan/Persetujuan APBN
Keuangan Negara dan Daerah
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)

Kegiatan penetapan/persetujuan ini dilakukan pada APBN t-1, sekitar bulan


Oktober-Desember. Kegiatan dalam tahap ini berupa pembahasan Rancangan APBN dan
Rancangan Undang-undang APBN serta penetapannya oleh DPR. Selanjutnya berdasarkan
persetujuan DPR, Rancangan UU APBN ditetapkan menjadi UU APBN. Penetapan UU
APBN ini diikuti dengan penetapan Keppres mengenai rincian APBN sebagai lampiran UU
APBN dimaksud.
3. Pelaksanaan APBN
Jika tahapan kegiatan ke-1 dan ke-2 dilaksanakan pada APBN t-1, kegiatan
pelaksanaan APBN dilaksanakan mulai 1 Januari - 31 Desember pada tahun berjalan (APBN
t). Kegiatan pelaksanaan APBN dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini
kementerian/lembaga (K/L). K/L mengusulkan konsep Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) berdasarkan Keppres mengenai rincian APBN dan menyampaikannya ke
Kementerian Keuangan untuk disahkan. DIPA adalah alat untuk melaksanakan APBN.
Berdasarkan DIPA inilah para pengelola anggaran K/L (Pengguna Anggaran, Kuasa
Pengguna Anggaran, dan Pembantu Pengguna Anggaran) melaksanakan berbagai macam
kegiatan sesuai tugas dan fungsi instansinya.
4. Pelaporan dan Pencatatan APBN
Tahap pelaporan dan pencatatan APBN dilaksanakan bersamaan dengan tahap
pelaksanaan APBN, yaitu 1 Januari - 31 Desember. Laporan keuangan pemerintah
dihasilkan melalui proses akuntansi dan disajikan sesuai dengan tahunnya.
5. Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban APBN
Tahap terakhir siklus APBN adalah tahap pemeriksaan dan pertanggungjawaban
yang dilaksanakan setelah tahap pelaksanaan berakhir (APBN t+1), sekitar bulan Januari -
Juli. Pemeriksaan ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Untuk pertanggungjawaban pengelolaan dan pelaksanaan APBN secara keseluruhan
selama satu tahun anggaran, Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah
diperiksa BPK, selambat-lambatnya enam bulan setelah tahun anggaran berakhir.

You might also like