You are on page 1of 22

Keuangan Negara dan Daerah A4

Kelompok 2:
- Fina Adelia (2010532030)
- Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
- Amalia Imanda (2010533003)

A. Resume 1: Keterkaitan Antara Perencanaan Dan Penganggaran Dalam Proses


Pengelolaan Keuangan Negara.
1. Ruang lingkup perencanaan pembangunan nasional
Rencana pembangunan jangka panjang (RPJP): 20 tahun, terdiri dari
- Rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN)
- Rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD)
Rencana pembangunan jangka menengah: 5 tahun, terdiri dari:
- Rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN)
- Rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD)
- Rencana strategis kementrian/lembaga (Renstra KL)
- Rencana strategis satuan kerja perangkat daerah (Renstra SKPD)
Rencana pembangunan tahunan: 1 tahun, terdiri dari:
- Rencana kerja pemerintah (RKP)
- Rencana kerja pemerintah daerah (RKPD)
- Rencana kerja kementerian/ lembaga (Renja KL)
- Rencana kerja satuan kerja perangkat daerah ( Renja SKPD)
2. Keterkaitan perencanaan dan penganggaran
Dapat dilihat ppada ketentuan UU 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan
nasional dan UU 17 tahun 2003 tentang keuangan negara.
Dari sisi perencanaan, rencana pemerintah menjadi pedoman dalam penyusunan anggaran.
Pada pasal 25 UU 25 tahun 2004, disebutkan bahwa:
- RKP menjadi pedoman penyusunan RAPBN
- RKPD menjadi [edoman penyusunan RAPBD
Sebaliknya, penyusunan anggaran berpedoman pada rencana kerja pemerintah. Pada pasal 12
dan 17 UU 17 tahun 2003, disebutkan bahwa
- Penyusunan RAPBN berpedoman kepada RKP
- Penyusunan RAPBD berpedoman kepada RKPD
Penjelasan: Pemerintah pusat menyusun rencana pembangunan jangka panjang, pemerintah
daerah menyusun RPJP daerah. RPJP menjadi pedoman dalam menyusun rencana
pembangunan jangka menengah. Mengacu pada RPJM setiap kementerian lembaga atau SKPD
menyusun rencana strategis. Dari RPJM disusun rencana tahunan dalam bentuk rencana kerja
pemerintah. RKP pusat dan daerah diserasikan melalui Musrenbang. Kementerian lembaga
atau SKPD menyusun rencana kerja, yang selanjutnya menjadi dasar penyusunan rencana kerja
dan anggaran. Dengan berpedoman pada RKP, disusun RAPBN dan berproses menjadi APBN
serta dengan berpedoman pada RKP, disusun RAPBD dan berproses menjadi APBD. APBN
atau APBD didetailkan dalam bentuk rincian APBN atau rincian APBD.
3. Perencanaan, Penggaran, Dan Pencapaian Tujuan Bernegara
- Untuk mencapai tujuan negara, disusun RPJP (berisi visi, misi, arah pembangunan
nasional).
- Dari RPJ disusun RPJM (visi, misi, prpgram presiden)
- RKP (berisi prioritas pembangunan nasional, rencana kerangka ekonomi makro, arah
kebijakan fiskal, program kementrian, lintas kementerian dan kewilayahan)
- RKP setiap tahun menjadi pedoman dalam APBN

4. Hubungan Rencana Strategis, Rencana Operasional, Dan Rencana Kerja Dan


Anggaran
Rencana strategis diwujudkann dalam RPJM dan Renstra. Dijabarkan menjadi rencana
operasional dalam RKP dan Renja dan gambaran pendanaan berdasarkan Pagu Indikatif. Dari
rencana operasional disusun aspek pendanaan secara detail dalam bentuk RKA-KL
berdasarkan Pagu Anggaran, sehingga menghasilkan APBN. APBN ditetapkan beserta
rinciannya dan menghasilkan pagu alokasi.
B. Resume 2: Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure
Framework)
 Pengertian Medium Term Expenditure Framework
Medium Term Expenditure Framework adalah skema penganggaran yang berdasar
pada kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan
dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dan dengan mempertimbangkan
keterkaitan biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun-tahun berikutnya yang
digunakan dalam perkiraan maju (forward estimate)*.
* Perkiraan maju disini berarti yaitu perhitungan dana yang dibutuhkan di periode tahun
yang akan datang untuk mendukung program yang bersangkutan.
 Dasar Hukum Medium Term Expenditure Framework
- UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
- UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
 Latar Belakang Medium Term Expenditure Framework
Latar belakangnya terjadi karena ketidakjelasan hubungan/keterkaitan anatar
kebijakan, perancanaan dan penganggaran, kemudian kurangnya kualitas penyediaan
pelayanan kepada masyarakat (kualitas kinerj yang rendah), dan kurangnya disiplin
fiskal.
 Konsep Medium Term Expenditure Framework
- Skema penganggaran berdasar kepada kebijakan,
- Kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran,
- Mempertimbangkan keterkaitan biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun-tahun
berikutnya yang digunakan dalam perkiraan maju (forward estimate).
 Tujuan Penerapan Medium Term Expenditure Framework
- Meningkatkan keseimbangan ekonomi makro dengan mengembangkan kerangka
ketersedin dana yang konsisten dan realistis,
- Memperbagus alokasi pendanaan seuai dengan prioritas yang hendak dicapai,
- Meningkatkan kepastian alokasi dana untuk kebutuhan yang bersifat multiyears,
-memberi hard budget constraint untuk belanja.
 Keunggulan Medium Term Expenditure Framework
- Memberikan kerangkan yang menyeluruh yang memungkinkan fleksibilitas dalam
penentuan kebijakan dan prioritas, dan di saat yang bersamaan dapat meyakinkan
bahwa segala sesuatu yang dianggarkan berada dalam batas-batas sumber daya yang
tersedia,
- Dapat mengetahui biaya di masa depan yang berasal dari kebijakan yang diambil saat
ini diketahui dengan tingkat kepastian yang tinggi,
 Manfaat Dari Medium Term Expenditure Framework
- Berperan dalam menjaga/mempertahankan kelanjutan fiskal dan meningkatkan
disiplin fiskal,
- Menigkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dengan proses penganggaran,
- Mengarahkan alokasi sumberdaya agar lebih rasional dan strategis,
- Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan pemberian
pelayanan yang optimal
 Tahapan Proses Penyusunan Medium Term Expenditure Framework
- Pertama yaitu penyusunan proyeksi yang memuat kerangka ekonomi makro untuk
jangka menengah,
- Kedua yaitu penyusunan proyeksi yang memuat kerangka target-target fiskal jangka
menengah,
- Ketiga yaitu pembuatan kerangka anggaran jangka menengah, yang menghasilkan
pagu total belanja pemerintah,
- Keempat yaitu pendistribusian total pagu belanja jangka menengah ke masing-masing
Kementrian atau Lembaga sebagai indikasi pagu Kementrian/Lembaga dan merupakan
perkiraan pagu belanja Kementrian/Lembaga dalam jangka menengah,
- Kelima yaitu menjabarkan pengeluaran jangka menengah masing-masing
Kementrian/Lembaga ke program dan kegiatannya masing-masing berdasarkan
indikasi pagu jangka menengah yang telah ditentukan.
 Penyusunan Anggaran dan Medium Term Expenditure Framework

Bagan penyusunan anggaran dan medium term expenditure framework


 Metode Penyusunan Proyeksi MTEF
- Metode Teknis, yaitu memprediksi pengeluaran di masa depan dengan dasar
kebijakan dan program yang dilaksanakan hingga saat ini,
- Metode Ketat, yaitu proyeksi pengeluaran yang memperhitungkan :
1. Biaya dari kebijakan yang sudah ada sampai sekarang ini (on going program),
2. Penghematan dari program yang tidak prioritas.

- Metode komprehensif, yaitu proyeksi yang dikerjakan dengan meletakkan semua


kebijakan dan program yang baru serta baiaya yang diperlukan semasa jangka menengah.
 Peran Pemerintah Daerah
Dalam hal pelayanan, dibedakan menjadi 3 tipe pelayanan yaitu :
1. Pelayanan Primer
Ciri-ciri : Output yag dikeluarkan pemda tidak dikeluarkan oleh pihak lain
seperti swasta.
2. Pelayanan Sekunder
Ciri-ciri : Output yang dikeluarkan oleh pemda dapat juga dihasilkan oleh
swasta,
3. Pelayanan Tersier
Ciri-ciri : Pemda dan swasta sama sama bisa menghasilkan output yang sama
dan terjadi persaingan.
C. Pertanyaan tentang Anggaran Berbasis Kinerja
1. Definisi Anggaran Berbasis Kinerja

Menurut Bambang Sancoko, dkk (2008) anggaran berbasis kinerja merupakan


anggaran yang menghubungkan anggaran negara (pengeluaran negara) dengan hasil yang
diinginkan sehingga setiap rupiah yang dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan
kemanfaatannya.

Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003, anggaran berbasis kinerja merupakan


suatu pendekatan dalam penyusunan anggaran yang didasarkan pada kinerja atau prestasi kerja
yang dicapai. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan konsep value for
money dan pengawasan atas kinerja output.

2. Prinsip Anggaran Berbasis Kinerja

Prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja menurut Andul Halim

1. Transparansi dan Akuntanbilitas Anggaran


Anggaran harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran,
hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang
dianggarkan, serta masyarakat mempunyai hak dan kewajiban untuk mengetahui proses
anggaran.
2. Disiplin Anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional
yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan
pada setiap pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.
3. Keadilan Anggaran
Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan angarannya secara adil untuk
dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa adanya diskriminasi dalam
pembeerian pelayanan.
4. Efiktivitas dan Efisiensi Anggaran
Penyusunan anggaran sebaiknya dilakukan berlandaskan asas efisiensi, tepat guna,
tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapay dipertanggungjawabkan.
5. Disusun dengan Pendekatan Kinerja
Penyusunan anggaran dengan pendekatan kinerja mengutamakan upaya pencapaian
hasil kerja dari perencanaan alokasi biaya atau imput yang telah ditetapkan.
3. Tujuan Anggaran Berbasis Kinerja

Tujuan anggaran berbasis kinerja menurut Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan


Daerah

1. Mengaitkan antara pendanaan dan kinerja yang akan dicapai.


2. Meningkatkan efisisensi dan transparansi dalam hal pelaksanaan pengelolaan anggaran.
3. Meningkatkan akuntanbilitas dan fleksibilitas dalam hal pelaksanaan pengelolaan
angaran.
4. Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja

Tahap-tahap penyusunan anggaran berbasis kinerja menurut Dedi Nordiawan

1. Penetapan Strategi Organisasi


Penetapan strategi organisasi merupakan sebuah cara pandang yang jauh ke depan yang
memberikan gambaran tentang suatu kondisi yang harus dicapai oleh sebuah organisasi dari
sudut pandang lain karena sebuah visi dan misi itu harus dapat mencerminkan apa yang
ingin dicapai.
2. Pembuatan Tujuan
Pembuatan tujuan merupakan suatu yang akan dicapai dalam kurun waktu satu
tahun.
3. Penetapan Aktivitas
Penetapan aktivitas merupakan suatu dasar dalam penyusunan anggaran karena
penetapan aktivitas dipilih berdasarkan strategi organisasi dan tujuan operasional yang telah
ditetapkan.
4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan
Evaluasi dan pengambilan keputusan merupakan langkah yang dilakukan setelah
pengajuan anggaran disiapkan yang dapat dilakukan dengan standar biuku yang ditetapkan
oleh organisasi dengan memberikan kebebasan pada masing-masing unit untuk membuat
kriteria dalam menentukan peringkat.
5. Unsur-Unsur Pokok Anggaran Berbasis Kinerja

Unsur-unsur pokok anggaran berbasis kinerja menurut Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan

1. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses objektif dan sistematis dalam
mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan informasi untuk menentukan seberapa
efektivitas dan efisien pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Konsekuensi anggaran berbasis kinerja tersebut
menghubungkan antara renstra dengan penganggaran.
a. Menentukan program dan kegiatan dengan jelas
b. Sistem informasi yang memadai
c. Pihak eksternal
d. Mengukur kinerja yang strategis
2. Penghargaan dan Hukuman
Penghargaan dan hukuman tersebut sebagai berikut:
a. Penerapan insentif atas kinerja yang dicapai dan hukuman atas kegagalannya.
Penerapan sistem insentif di organisasi sektor publik bukan hal yang mudah untuk
dilaksanakan karena penerapan sistem insentif perlu didukung oleh mekanisme bukan
keuangan, terutama keinginan dan kebutuhan atas pencapaian kinerja. Hal ini dapat
dijalankan jika ada aturan bahwa unit kerja yang mencapai kinerja dengan baik dapat
memperoleh prioritas atas anggaran berikutnya walaupun alokasi anggaran telah
ditentukan oleh program prioritas dan kebijakannya.
b. Penerapan efisiensi
Penerapan efisiensi bisa dilakukan untuk program dan kegiatan yang bersofat
pelayanan publik.
c. Penahanan atas penerimaan yang diperoleh oleh suatu lembaga
Penahanan atas penerimaan yang diperoleh oleh suatu lembaga dapat dilakukan
dengan membuat suatu bentuk perjanjian antara lembaga pusat dengan lembaga
bersangkutan dalam pembagian atas hasil yang diterima.
3. Kontrak Kinerja
Departemen keuangan dapat melaksanakan kontrak atas pencapaian suatu kinerja
dengan kementrian/lembaga lainnya dan juga antara Menteri dengan unit organisasi yang
ada di bawahnya.
4. Kontrol Eksternal dan Internal
Kontrol eksternal terhadap penggunaan anggaran harus dilakukan oleh lembaga
yang berada di luar pengguna anggaran. Pengguna anggaran harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu sebelum mereka menggunakan anggarannya.
5. Pertanggungjawaban Manajemen
Jika sistem penganggaran tradisional menekankan pada kontrol input, maka sistem
anggaran berbasis kinerja ditekankan pada output. Pada sistem ini, pengguna anggaran
mendapat wewenang penuh dalam merencanakan dan mengelola anggarannya.
Budgeting
Kelompok 2
Muhammad Fazar Riduwan (2010531008)
Fina Adelia (2010532030)
Amalia Imanda (2010533003)
1
Keterkaitan Antara Perencanaan Dan
Penganggaran Dalam Proses
Pengelolaan Keuangan Negara.
Ruang lingkup perencanaan pembangunan nasional
Rencana pembangunan jangka panjang (RPJP): 20 tahun, terdiri dari
- Rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN)
- Rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD)
Rencana pembangunan jangka menengah: 5 tahun, terdiri dari:
- Rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN)
- Rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD)
- Rencana strategis kementrian/lembaga (Renstra KL)
- Rencana strategis satuan kerja perangkat daerah (Renstra SKPD)
Rencana pembangunan tahunan: 1 tahun, terdiri dari:
- Rencana kerja pemerintah (RKP)
- Rencana kerja pemerintah daerah (RKPD)
- Rencana kerja kementerian/ lembaga (Renja KL)
- Rencana kerja satuan kerja perangkat daerah ( Renja SKPD)
Keterkaitan perencanaan dan penganggaran
Dapat dilihat ppada ketentuan UU 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional dan UU 17 tahun
2003 tentang keuangan negara.
Dari sisi perencanaan, rencana pemerintah menjadi pedoman dalam penyusunan anggaran. Pada pasal 25 UU 25 tahun
2004, disebutkan bahwa:
- RKP menjadi pedoman penyusunan RAPBN
- RKPD menjadi [edoman penyusunan RAPBD
Sebaliknya, penyusunan anggaran berpedoman pada rencana kerja pemerintah. Pada pasal 12 dan 17 UU 17 tahun 2003,
disebutkan bahwa
- Penyusunan RAPBN berpedoman kepada RKP
- Penyusunan RAPBD berpedoman kepada RKPD
Keterkaitan perencanaan dan
penganggaran
Perencanaan, Penggaran, Dan Pencapaian Tujuan Bernegara
- Untuk mencapai tujuan negara, disusun RPJP (berisi visi, misi, arah pembangunan nasional).
- Dari RPJ disusun RPJM (visi, misi, prpgram presiden)
- RKP (berisi prioritas pembangunan nasional, rencana kerangka ekonomi makro, arah kebijakan fiskal,
program kementrian, lintas kementerian dan kewilayahan)
- RKP setiap tahun menjadi pedoman dalam APBN
Hubungan Rencana Strategis, Rencana Operasional, Dan Rencana Kerja Dan Anggaran
Rencana strategis diwujudkann dalam RPJM dan Renstra. Dijabarkan menjadi rencana operasional dalam
RKP dan Renja dan gambaran pendanaan berdasarkan Pagu Indikatif. Dari rencana operasional disusun
aspek pendanaan secara detail dalam bentuk RKA-KL berdasarkan Pagu Anggaran, sehingga menghasilkan
APBN. APBN ditetapkan beserta rinciannya dan menghasilkan pagu alokasi.
2
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
(Medium Term Expenditure Framework)
Pengertian Medium Term Expenditure Framework
Medium Term Expenditure Framework adalah skema penganggaran yang berdasar pada kebijakan,
dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu
tahun anggaran, dan dengan mempertimbangkan keterkaitan biaya keputusan yang bersangkutan pada
tahun-tahun berikutnya yang digunakan dalam perkiraan maju (forward estimate)
Dasar Hukum Medium Term Expenditure Framework
- UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
- UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
Latar Belakang Medium Term Expenditure Framework
Latar belakangnya terjadi karena ketidakjelasan hubungan/keterkaitan anatar kebijakan, perancanaan
dan penganggaran, kemudian kurangnya kualitas penyediaan pelayanan kepada masyarakat (kualitas
kinerj yang rendah), dan kurangnya disiplin fiskal.
Konsep Medium Term Expenditure Framework
- Skema penganggaran berdasar kepada kebijakan,
- Kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran,
- Mempertimbangkan keterkaitan biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun-tahun berikutnya
yang digunakan dalam perkiraan maju (forward estimate).
Tujuan Penerapan Medium Term Expenditure Framework
- Meningkatkan keseimbangan ekonomi makro dengan mengembangkan kerangka ketersedin dana yang
konsisten dan realistis,
- Memperbagus alokasi pendanaan seuai dengan prioritas yang hendak dicapai,
- Meningkatkan kepastian alokasi dana untuk kebutuhan yang bersifat multiyears,
-memberi hard budget constraint untuk belanja.
Keunggulan Medium Term Expenditure Framework
- Memberikan kerangkan yang menyeluruh yang memungkinkan fleksibilitas dalam penentuan kebijakan
dan prioritas, dan di saat yang bersamaan dapat meyakinkan bahwa segala sesuatu yang dianggarkan
berada dalam batas-batas sumber daya yang tersedia,
- Dapat mengetahui biaya di masa depan yang berasal dari kebijakan yang diambil saat ini diketahui
dengan tingkat kepastian yang tinggi,
Manfaat Dari Medium Term Expenditure Framework
- Berperan dalam menjaga/mempertahankan kelanjutan fiskal dan meningkatkan disiplin fiskal,
- Menigkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dengan proses penganggaran,
- Mengarahkan alokasi sumberdaya agar lebih rasional dan strategis,
- Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan pemberian pelayanan yang
optimal
Tahapan Proses Penyusunan Medium Term Expenditure Framework
- Pertama yaitu penyusunan proyeksi yang memuat kerangka ekonomi makro untuk jangka menengah,
- Kedua yaitu penyusunan proyeksi yang memuat kerangka target-target fiskal jangka menengah,
- Ketiga yaitu pembuatan kerangka anggaran jangka menengah, yang menghasilkan pagu total belanja
pemerintah,
- Keempat yaitu pendistribusian total pagu belanja jangka menengah ke masing-masing Kementrian atau
Lembaga sebagai indikasi pagu Kementrian/Lembaga dan merupakan perkiraan pagu belanja
Kementrian/Lembaga dalam jangka menengah,
- Kelima yaitu menjabarkan pengeluaran jangka menengah masing-masing Kementrian/Lembaga ke program
dan kegiatannya masing-masing berdasarkan indikasi pagu jangka menengah yang telah ditentukan.
Penyusunan Anggaran dan Medium Term
Expenditure Framework
Metode Penyusunan Proyeksi MTEF
- Metode Teknis, yaitu memprediksi pengeluaran di masa depan dengan dasar kebijakan dan program
yang dilaksanakan hingga saat ini,
- Metode Ketat, yaitu proyeksi pengeluaran yang memperhitungkan :
Biaya dari kebijakan yang sudah ada sampai sekarang ini (on going program),
Penghematan dari program yang tidak prioritas.
- Metode komprehensif, yaitu proyeksi yang dikerjakan dengan meletakkan semua kebijakan dan program
yang baru serta baiaya yang diperlukan semasa jangka menengah.
Peran Pemerintah Daerah
Dalam hal pelayanan, dibedakan menjadi 3 tipe pelayanan yaitu :
1. Pelayanan Primer
Ciri-ciri : Output yag dikeluarkan pemda tidak dikeluarkan oleh pihak lain seperti swasta.
2. Pelayanan Sekunder
Ciri-ciri : Output yang dikeluarkan oleh pemda dapat juga dihasilkan oleh swasta,
3. Pelayanan Tersier
Ciri-ciri : Pemda dan swasta sama sama bisa menghasilkan output yang sama dan terjadi persaingan.
3

Anggaran Berbasis Kinerja


Definisi Anggaran Berbasis Kinerja
Menurut Bambang Sancoko, dkk (2008) anggaran berbasis kinerja merupakan anggaran yang menghubungkan anggaran negara
(pengeluaran negara) dengan hasil yang diinginkan sehingga setiap rupiah yang dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan
kemanfaatannya.
Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003, anggaran berbasis kinerja merupakan suatu pendekatan dalam penyusunan anggaran
yang didasarkan pada kinerja atau prestasi kerja yang dicapai. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan konsep
value for money dan pengawasan atas kinerja output.
Prinsip Anggaran Berbasis Kinerja
Prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja menurut Andul Halim
1. Transparansi dan Akuntanbilitas Anggaran
Anggaran harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat
dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan, serta masyarakat mempunyai hak dan kewajiban untuk mengetahui proses
anggaran.
2. Disiplin Anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber
pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.
3. Keadilan Anggaran
Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan angarannya secara adil untuk dapat dinikmati oleh seluruh kelompok
masyarakat tanpa adanya diskriminasi dalam pembeerian pelayanan.
4. Efiktivitas dan Efisiensi Anggaran
Penyusunan anggaran sebaiknya dilakukan berlandaskan asas efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya
dapay dipertanggungjawabkan.
5. Disusun dengan Pendekatan Kinerja
Penyusunan anggaran dengan pendekatan kinerja mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja dari perencanaan alokasi biaya
atau imput yang telah ditetapkan.
Tujuan Anggaran Berbasis Kinerja
Tujuan anggaran berbasis kinerja menurut Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah
1. Mengaitkan antara pendanaan dan kinerja yang akan dicapai.
2. Meningkatkan efisisensi dan transparansi dalam hal pelaksanaan pengelolaan anggaran.
3. Meningkatkan akuntanbilitas dan fleksibilitas dalam hal pelaksanaan pengelolaan angaran.
Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja
Tahap-tahap penyusunan anggaran berbasis kinerja menurut Dedi Nordiawan
1. Penetapan Strategi Organisasi
2. Pembuatan Tujuan
3. Penetapan Aktivitas
4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan
Unsur-unsur Pokok Anggaran Berbasis Kinerja
Unsur-unsur pokok anggaran berbasis kinerja menurut Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan yaitu :
1. Pengukuran Kinerja
2. Penghargaan dan Hukuman
3. Kontrak Kinerja
4. Kontrol Eksternal dan Internal
5. Pertanggungjawaban Manajemen

You might also like