You are on page 1of 9

Efektivitas Sanksi Pidana Dalam Sistem Perpajakan 1

Efektivitas Sanksi Pidana Dalam Sistem Perpajakan di Indonesia


(Tinjauan Terhadap UU Nomor 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor
6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)

The Effectiveness Of Crime Sanction In The Taxation System In Indonesia


( A Review on UU No. 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)

PURWANTO
Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Jln. Ki Hajar Dewantara Kampus Gunung Kelua Samarinda 75119
0541 – 7095092

ABSTRACT

Tax is a source of national income which plays an important role in supporting the
development in Indonesia. As one of the sources of the national income, tax serves two functions,
that is budget function and managing function. In budget function context, tax is as a means of to
provide as much fund as possible for the government treasury. In order to reach this function, we
need to review the existence and effectiveness of crime sanction or imprisonment in the regulation
of taxation, especially in article 38 as well as article 39 point (1) alphabetical b and f UU No. 16
Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan. The crime sanction or the imprisonment is less effective to be applied
because: (1) the crime sanction is contra productive towards the tax budget function. If the fine
sanction is arranged and applied optimally in this regulation while the imprisonment is
minimalized only to taxation crime, this effort will be more be effective to increase the national
income from tax sector, and ( 2) the paradigm of the taxation policy is not in line with the policy
on better investment made by the government, as well as with the economic development in
general.

Key Words : fungsi anggaran (budget fuction), pajak (tax), perpajakan (taxation), sanksi pidana
(crime sanction)

PENDAHULUAN kontribusi dari sektor hasil sumber daya alam


dalam rangka mendukung pendapatan negara
A. Latar Belakang Masalah yang akan dialokasikan dalam Anggaran
Pajak merupakan salah satu sumber Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
pendapatan negara yang mempunyai peranan maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja
penting untuk membiayai pembangunan di Daerah (APBD) untuk membiayai
Indonesia. Mengingat pentingnya upaya penyelenggaraan negara seperti pembangunan
peningkatan pendapatan negara dari sektor ekonomi, infrastruktur, pertahanan keamanan,
pajak ini, pemerintah melakukan berbagai sosial budaya, hukum, aparatur negara,
upaya, baik melalui intensifikasi maupun membayar pinjaman dalam dan luar negeri serta
ekstensifikasi subyek dan obyek pajak. Upaya pembiayaan lainnya.
peningkatan pendapatan negara dari sektor Sehubungan dengan penerimaan negara
pajak akan lebih diintensifkan lagi oleh dari sektor pajak dan perannya dalam APBN,
pemerintah mengingat semakin berkurangnya

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Juni 2006 ISSN 0216-969X


Efektivitas Sanksi Pidana Dalam Sistem Perpajakan 2
dapat kita lihat data dari Direktorat Jenderal 5. Imam Wahyutomo (1994:7) menyatakan
Pajak Tahun 2000-2006 berikut ini : bahwa “fungsi budgeter yaitu fungsi pajak
Tahun PDB
Peranan
Dalam APBN
Rasio
Pajak
Jumlah
WP
Restitusi
Hukuman
Disiplin yang bertujuan untuk memasukkan
(Rp

2000 1.315
(Rp trilyun)

53,6
(Persen)

11,8
(Persen)

1,9
(Juta)

11,0
trilyun)
328
penerimaan uang untuk kas negara
2001 1.476 61,1 12,8 2,5 12,0 327 sebanyak-banyaknya dalam mengisi
2002 1.610 70,4 13,1 2,9 13,0 290
2003 1.791 73,9 13.8 3,3 15,0 486 RAPBN, sesuai dengan target penerimaan
2004
2005
1.990
2.624
79,7
71,5
14,0
13,6
3,6
10,0
20,5
27,5
205
149 yang telah ditetapkan”.
2006 2.995 64,3 13,4 12,0 20,0 -
6. Wirawan B Ilyas dan Ricard Burton (2004:8)
Penerimaan Pajak : (Rp. Trilyun)
Total 1.438 berpendapat bahwa “fungsi budgeter adalah
fungsi yang letaknya di sektor publik yaitu
fungsi untuk mengumpulkan uang pajak
sebanyak – banyaknya sesuai undang –
undang yang berlaku yang pada waktunya
Sumber : Direktorat Jenderal Pajak dalam Kompas (26/11/2005) akan digunakan untuk membiayai
pengeluaran – pengeluaran negara, yaitu
Pajak mempunyai dua fungsi, yaitu pengeluaran rutin, pengeluaran
fungsi anggaran (budgeter) dan fungsi pembangunan, dan bila ada sisa (surplus)
mengatur (regulerend). Dalam konteks fungsi akan digunakan sebagai tabungan
anggaran, ada beberapa pendapat yang pemerintah untuk investasi pemerintah”.
dikemukakan oleh para ahli dalam literatur 7. Erly Suandy (2002:13) berpendapat bahwa
tentang hukum pajak maupun perpajakan, “fungsi budgeter yaitu memasukkan uang
diantaranya adalah : sebanyak- banyaknya ke kas negara dengan
1. Chidir Ali dalam Y. Sri Pudiyatmoko tujuan untuk membiayai pengeluaran-
(2004:16) menyatakan bahwa “pajak pengeluaran negara”.
mempunyai fungsi sebagai alat atau Berdasarkan pendapat tersebut, fungsi
instrumen yang digunakan untuk pajak lebih diarahkan sebagai instrumen untuk
memasukkan dana yang sebesar-besarnya menarik dana dari masyarakat yang akan
ke dalam kas negara. dimasukkan ke dalam kas negara. Dana dari
2. Rochmat Soemitro (1992:2) berpendapat pajak inilah yang kemudian digunakan sebagai
bahwa “pajak-pajak mempunyai tujuan sumber pembiayaan penyelenggaraan negara.
untuk memasukkan uang sebanyak- Apabila fungsi anggaran ini yang dikedepankan
banyaknya dalam kas negara, dengan oleh pemerintah dalam proses perumusan dan
maksud untuk membiayai pengeluaran- substansi peraturan perundang-undangan di
pengeluaran negara. Dikatakan bahwa pajak bidang perpajakan, maka orientasi dari
dalam hal demikian mempunyai fungsi kebijakan perpajakan adalah pendapatan untuk
budgeter”. negara. Sehubungan dengan hal tersebut di atas,
3. R. Santoso Brotodihardjo (2003:212) maka materi muatan peraturan perundang-
berpendapat bahwa “fungsi budgeter adalah undangan yang mengatur tentang perpajakan
fungsi yang letaknya di sektor publik, dan harus diupayakan dapat memberikan kontribusi
pajak – pajak disini merupakan suatu alat yang optimal dalam menarik pajak sebagai
(atau suatu sumber) untuk memasukkan sumber pendapatan negara, termasuk di
uang sebanyak – banyaknya ke dalam kas dalamnya ketentuan yang mengatur mengenai
negara dan pada waktunya akan digunakan sanksi atas pelanggaran terhadap ketentuan
untuk membiayai pengeluaran negara”. perpajakan tersebut.
4. H. Bohari (2002:133) berpendapat bahwa Sebagaimana kita ketahui, sanksi dalam
“fungsi budgetair adalah memasukakan peraturan perundang-undangan di bidang
uang sebanyak-banyaknya dalam kas perpajakan yang ada di Indonesia meliputi
negara”.
Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Juni 2006 ISSN 0216-969X
Efektivitas Sanksi Pidana Dalam Sistem Perpajakan 3
sanksi administrasif maupun sanksi pidana. b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi
Konsekuensinya, berbagai bentuk pelanggaran isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
terhadap ketentuan perpajakan akan dikenai melampirkan keterangan yang isinya tidak
kedua sanksi tersebut sesuai dengan unsur- benar, sehingga dapat menimbulkan
unsur yang diatur pada berbagai pasal dalam kerugian pada pendapatan negara, dipidana
peraturan perundang-undangan di bidang dengan pidana kurungan paling lama 1
perpajakan, khususnya Undang-undang No. 16 (satu) tahun dan atau denda paling tinggi 2
Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas (dua) kali jumlah pajak yang terutang atau
Undang-undang No. 6 Tahun 1983 tentang kurang bayar.
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
selanjutnya ditulis UUKUP. Sanksi pidana Pasal 39
dalam UUKUP, dalam hal ini pidana penjara (1) Setiap orang yang dengan sengaja :
atau kurungan menarik perhatian penulis untuk a. tidak mendaftarkan diri, atau
mengkaji efektivitasnya dalam rangka menyalahgunakan, atau menggunakan
menciptakan iklim yang kondusif di bidang tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak
perpajakan, khususnya apabila dikaitkan atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
dengan fungsi anggaran dari pajak. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2;
atau
B. Perumusan Masalah b. tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan; atau
Berdasarkan uraian latar belakang c. menyampaikan Surat Pemberitahuan
tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji atau keterangan yang isinya tidak benar
efektivitas sanksi pidana dalam UUKUP yang atau tidak lengkap; atau
berlaku di Indonesia, khususnya pidana d. menolak untuk dilakukan pemeriksaan
penjara atau kurungan terhadap wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29;
yang melanggar UUKUP tersebut. atau
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan e. memperlihatkan pembukuan, catatan
masalah yang ingin penulis kaji adalah atau dokumen lain yang palsu atau
bagaimanakah efektivitas sanksi pidana dalam dipalsukan seolah-olah benar; atau
UUKUP yang berlaku di Indonesia ? f. tidak menyelenggarakan pembukuan
atau pencatatan, tidak memperlihatkan
PEMBAHASAN atau tidak meminjamkan buku, catatan,
atau dokumen lainnya; atau
A. Efektivitas Sanksi Pidana Dalam g. tidak menyetorkan pajak yang telah
UUKUP di Indonesia dipotong atau dipungut, sehingga dapat
Sanksi pidana dalam sistem perpajakan di menimbulkan kerugian pada pendapatan
Indonesia diantaranya terdapat dalam UUKUP. negara, dipidana dengan pidana penjara
Dalam UUKUP, sanksi pidana terdapat pada paling lama 6 (enam) tahun dan denda
Pasal 38, 39, 41, 41A dan 41B. Untuk paling tinggi 4 (empat) kali dari jumlah
memperoleh gambaran yang jelas mengenai pajak terutang yang tidak atau kurang
sanksi pidana tersebut, dapat kita lihat isi dari bayar.
pasal – pasal tersebut, yaitu sebagai berikut : (2) Pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilipatkan 2 (dua) apabila seseorang
Pasal 38 melakukan lagi tindak pidana di bidang
Setiap orang yang karena kealpaannya : perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun,
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; terhitung sejak selesainya menjalani pidana
atau yang dijatuhkan.

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Juni 2006 ISSN 0216-969X


Efektivitas Sanksi Pidana Dalam Sistem Perpajakan 4
(3) Setiap orang yang melakukan percobaan paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta
untuk melakukan tindak pidana rupiah)
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa
hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pasal 41B
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf atau mempersulit penyidikan tindak pidana di
a, atau menyampaikan Surat bidang perpajakan, dipidana dengan pidana
Pemberitahuan dan atau keterangan yang penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
isinya tidak benar atau tidak lengkap paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) rupiah)
huruf c dalam rangka mengajukan Pertanyaanya, bagaimanakah
permohonan restitusi atau melakukan efektivitasnya sebagai upaya peningkatan
kompensasi pajak, dipidana dengan pidana pendapatan negara dari sektor pajak apabila
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan dikaitkan dengan fungsi anggaran dari pajak?
denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu kita
restitusi yang dimohon dan atau perhatikan ketentuan tersebut dan menafsirkan
kompensasi yang dilakukan oleh Wajib maknanya. Pada dasarnya, diperlukan
Pajak penyempurnaan atau pembaruan sanksi dalam
UUKUP. Pemerintah dan pihak legislatif
seyogyanya memperhatikan dan mengilhami
Pasal 41 fungsi anggaran dari pajak. Apabila orientasi
(1) Pejabat yang karena kealpaannya tidak kebijakan perumusan sanksi dalam UUKUP
memenuhi kewajiban merahasiakan hal diarahkan pada fungsi anggaran, maka akan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, lebih tepat diterapkan sanksi denda karena
dipidana dengan pidana kurungan paling berbagai pelanggaran di bidang perpajakan akan
lama 1 (satu) tahun dan denda paling menambah pendapatan negara dari sektor pajak.
banyak Rp. 4.000.000,00 (empat juta Pada sisi yang lain, wajib pajak tidak terbebani
rupiah) efek psykologis atas pelanggaran UUKUP.
(2) Pejabat yang dengan sengaja tidak Akan tetapi, untuk hal – hal tertentu sanksi
memenuhi kewajibannya atau seseorang pidana tetap diperlukan, misalnya diterapkan
yang menyebabkan tidak dipenuhinya terhadap kejahatan di bidang perpajakan.
kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud Dalam konteks ini, sanksi pidana
dalam Pasal 34, dipidana dengan pidana dalam UUKUP belum seluruhnya tepat atau
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan efektif apabila regulasi UUKUP tersebut
denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 dikaitkan dengan fungsi anggaran dari pajak.
(sepuluh juta rupiah) Secara filosofi, dalam paradigma fungsi
(3) Penuntutan terhadap tindak pidana anggaran, pajak sebenarnya dijadikan sebagai
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan suatu instrumen untuk mendapatkan dana atau
ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan anggaran yang sebesar – besarnya untuk negara.
orang yang kerahasiaannya dilanggar. Oleh karena itu, diperlukan upaya pembaruan
sanksi pidana dalam UUKUP dengan cara
Pasal 41A meninjau kembali beberapa pasal yang kurang
Setiap orang yang menurut Pasal 35 Undang – efektif dan ambivalen terhadap fungsi anggaran
undang ini wajib memberi keterangan atau pajak tersebut. Sanksi pidana yang kurang
bukti yang tidak benar, dipidana dengan pidana efektif tersebut adalah Pasal 38, Pasal 39 ayat
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda (1) huruf b dan f UUKUP.

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Juni 2006 ISSN 0216-969X


Efektivitas Sanksi Pidana Dalam Sistem Perpajakan 5
Mengapa penulis berpendapat Investasi di Indonesia, perlu memperhatikan
demikian? Sanksi pidana penjara terhadap prinsip yang terkadung dalam fungsi anggaran
pelanggaran Pasal 38 , Pasal 39 ayat (1) huruf pajak. Regulasi hukum di bidang perpajakan
b dan f UUKUP tersebut di atas kontra seyogyanya memperhatikan faktor ekonomi dan
produktif dengan fungsi anggaran dari pajak. pendapatan negara. Dari sisi ekonomi, peraturan
Di samping itu, sanksi pidana yang ditetapkan perundang – undangan perpajakan, khususnya
untuk pelanggaran administrasi perpajakan dalam UUKUP tidak menimbulkan dampak
membawa dampak negatif terhadap psykologis negatif atau menghambat pengembangan sektor
wajib pajak atau setiap orang yang memiliki ekonomi dalam arti luas, dan disamping itu
kewajiban dan tanggung jawab perpajakan mampu memberikan kontribusi yang optimal
berdasarkan peraturan perundang – undangan terhadap pendapatan negara. Mengakomodir
perpajakan di Indonesia. Berdasarkan hal kedua faktor tersebut memang memerlukan
tersebut di atas, upaya yang perlu dilakukan pemikiran dan strategi kebijakan yang tepat,
oleh pemerintah adalah menetapkan klasifikasi akurat, dan efektif. Akan tetapi, RUU tentang
pelanggaran perpajakan yang perlu dikenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sanksi denda maupun pidana penjara atau (RUUKUP) tampaknya masih menerapkan
kurungan. Sehubungan dengan penetapan sanksi pidana terhadap beberapa pelanggaran di
klasifikasi sanksi tersebut, sebaiknya yang bidang perpajakan yang semestinya lebih tepat
penting untuk dikedepankan adalah sanksi dikenakan sanksi denda. Untuk mengetahui dan
denda, kecuali terhadap pelanggaran – memperoleh gambaran tentang keberadaan
pelanggaran yang dapat diklasifikasikan sanksi pidana dalam RUUKUP dapat dilihat
sebagai kejahatan berdasarkan KUHP, Undang dalam pasal – pasal di bawah ini :
– undang Pemberantasan Korupsi, dan lain
sebagainya. Pasal 38
Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
atau
B. Gagasan dan Konsep Pembaruan b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi
Aspek pajak juga disoroti sebagai isu Isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
penting yang mendapat perhatian dari melampirkan keterangan yang isinya tidak
pemerintah sehubungan dengan Paket benar.
Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi di sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
Indonesia. Dalam pandangan pelaku ekonomi, pendapatan negara, dipidana dengan pidana
pajak berpengaruh terhadap aktivitas bisnis kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan dan
mereka. Konsistensi kebijakan perpajakan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda
yang kondusif akan menguntungkan bagi paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak
pelaku bisnis. Dalam rangka meningkatkan terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
pendapatan negara dari sektor pajak, paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak
diperlukan gagasan dan konsep pembaruan terutang yang tidak atau kurang dibayar.
kebijakan pemerintah di bidang perpajakan.
Dalam konteks ini, regulasi hukum memegang Pasal 39
peranan penting karena hasilnya dijadikan (1) Setiap orang yang dengan sengaja:
sebagai landasan hukum dalam a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan
penyelenggaraan pemungutan pajak. Oleh Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak
karena itu, revisi undang – undang perpajakan melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
yang dilakukan oleh pemerintah sehubungan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
dengan Paket Kebijakan Perbaikan Iklim

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Juni 2006 ISSN 0216-969X


Efektivitas Sanksi Pidana Dalam Sistem Perpajakan 6
b. menyalahgunakan atau menggunakan terhitung sejak selesainya menjalani pidana
tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak penjara yang dijatuhkan.
atau Pengukuhan Pengusaha Kena (3) Setiap orang yang melakukan percobaan
Pajak. untuk melakukan tindak pidana
c. tidak menyampaikan Surat menyalahgunakan atau menggunakan tanpa
Pemberitahuan. hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau
d. menyampaikan Surat Pemberitahuan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
dan atau keterangan yang isinya tidak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
benar atau tidak lengkap. b, atau menyampaikan Surat Pemberitahuan
e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan dan atau keterangan yang isinya tidak benar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29. atau tidak lengkap sebagaimana dimaksud
f. memperlihatkan pembukuan, pada ayat (1) huruf d dalam rangka
pencatatan, atau dokumen lain yang mengajukan permohonan restitusi atau
palsu atau dipalsukan seolah-olah melakukan kompensasi pajak atau
benar, atau tidak menggambarkan pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana
keadaan yang sebenarnya. penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan
g. tidak menyelenggarakan pembukuan paling lama 2 (dua) tahun, dan denda paling
atau pencatatan di Indonesia, tidak sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang
memperlihatkan atau tidak dimohon dan/atau kompensasi atau
meminjamkan buku, catatan, atau pengkreditan yang dilakukan dan paling
dokumen lainnya. banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang
h. tidak menyimpan buku-buku, catatan- dimohon dan atau kompensasi atau
catatan, atau dokumen-dokumen yang pengkreditan yang dilakukan."
menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dan dokumen lain termasuk Pasal 39A
hasil pengolahan data dari pembukuan Setiap orang yang dengan sengaja menerbitkan,
yang dikelola secara elektronik atau atau menggunakan, atau menerbitkan dan
diselenggarakan secara program menggunakan, Faktur pajak dan atau bukti
aplikasi on-line, di Indonesia pemungutan pajak dan atau bukti pemotongan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 pajak dan atau bukti setoran pajak yang tidak
ayat (11) atau berdasarkan transaksi yang sebenarnya,
i. tidak menyetorkan pajak yang telah dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
dipotong atau dipungut, sehingga dapat (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun,
menimbulkan kerugian pada dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah
pendapatan negara, dipidana dengan pajak dalam FakturPajak, bukti pemungutan
pidana penjara paling singkat 6 (enam) pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti
bulan dan paling lama 6 (enam) tahun, setoran pajak, dan paling banyak 6 (enam) kali
dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam Faktur Pajak, bukti
jumlah pajak terutang yang tidak atau pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak,
kurang dibayar dan paling banyak 4 dan/atau bukti setoran pajak."
(empat) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar. Pasal 41C
(2) Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Setiap orang yang dengan sengaja tidak
(1) dilipatkan 2 (dua) apabila seseorang memenuhi kewajiban sebagaimana
melakukan lagi tindak pidana di bidang dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1),
perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, dipidana dengan pidana penjara paling lama

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Juni 2006 ISSN 0216-969X


Efektivitas Sanksi Pidana Dalam Sistem Perpajakan 7
(satu) tahun, atau denda paling banyak Rp. (3) Tata cara pemeriksaan bukti permulaan
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). tindak pidana di bidang perpajakan
(2) Setiap orang yang dengan sengaja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
menyebabkan tidak terpenuhinya ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan
kewajiban pejabat dan pihak lain Peraturan Menteri Keuangan.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A
ayat (1), dipidana dengan pidana penjara Berdasarkan kutipan pasal – pasal yang
paling; Iama 0 (sepuluh) bulan, atau denda mengatur tentang sansi pidana dalam RUUKUP
paling banyak Rp. 800.000.000,00 (delapan tersebut, ada beberapa ketentuan yang menurut
ratus juta rupiah). penulis kurang efektif untuk dikenai sanksi
(3) Setiap orang yang dengan sengaja tidak pidana penjara atau kurungan. Pasal – pasal
memberikan data dan informasi yang yang pwenulis maksudkan adalah Pasal 38,
diminta oleh Direktur Jenderal Pajak Pasal 39 ayat (1) huruf a, c, g, dan h RUUKUP.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A Prinsip penerapan sanksi pidana penjara atau
ayat (2), dipidana dengan pidana penjara kurungan atas pelanggaran pada peraturan
paling lama 10 (sepuluh) bulan, atau denda perundang- undangan di bidang perpajakan
paling banyak Rp. 800.000.000,00 (delapan harus didasarkan pada unsur-unsur tindak
ratus juta rupiah) pidana, artinya sanksi pidana hanya diterapkan
atas perbuatan-perbuatan yang memenuhi
Pasal 43 kualifikasi tindak pidana. Apabila unsur
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pidananya terpenuhi, maka memang sudah
Pasal 39 dan Pasal 39A, berlaku juga bagi seharusnya diterapkan sanksi pidana,
wakil, kuasa, pegawai dari Wajib Pajak, diantaranya atas pemalsuan dokumen- dokumen
atau pihak lain, yang menyuruh pajak yang dikeluarkan oleh instansi yang
melakukan, yang turut serta melakukan, berwenang, penggelapan pajak, korupsi pajak,
yang menganjurkan, atau yang membantu dan tindak pidana pajak lainnya yang diatur
melakukan tindak pidana di bidang dalam UUKUP. Akan tetapi, pelanggaran
perpajakan. administrasi perpajakan atau kesalahan
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pengisian data dalam rangka melakukan
Pasal 41A dan Pasal 41B berlaku juga kewajiban perpajkan seyogyanya tidak dikenai
melakukan tindak pidana di bidang sanksi pidana penjara atau kurungan karena
perpajakan. alasan berikut ini :
1. Sanksi pidana tersebut bersifat kontra
Pasal 43A produktif terhadap fungsi angaran pajak.
(1) Sebelum dilakukan penyidikan tindakan Apabila sanksi denda yang dioptimalkan
pidana di bidang perpajakan, Direktur pengaturan dan penerapannya dalam
Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan peraturan perundang-undangan di bidang
bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan khususnya dalam UUKUP, dan
perpajakan. meminimalisir penerapan sanksi pidana
(2) Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana penjara atau kurungan hanya terhadap
di bidang perpajakan yang menyangkut pelanggaran perpajakan yang memenuhi
petugas Direktorat Jenderal Pajak, Menteri unsur pidana, maka upaya ini akan lebih
Keuangan dapat menugaskan unit efektif untuk mendatangkan pendapatan
pemeriksa internal di lingkungan negara dari sektor pajak.
Departemen Keuangan untuk melakukan 2. Paradigma kebijakan perpajakan tersebut
pemeriksaan bukti permulaan. tidak sejalan dengan Paket Kebijakan
Perbaikan Iklim Investasi yang diupayakan

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Juni 2006 ISSN 0216-969X


Efektivitas Sanksi Pidana Dalam Sistem Perpajakan 8
oleh pemerintah maupun pengembangan terdapat RUUKUP sebaiknya diarahkan untuk
ekonomi dalam arti luas. Pelaku ekonomi membanguin sistem perpajakan yang kondusif
yang sekaligus berkedudukan sebagai sebagai upaya peningkatan pendapatan negara
wajib pajak akan merespon negatif karena dari sektor pajak dan pembangunan
sanksi pidana dalam UUKUP maupun perekonomian di Indonesia.
RUUKUP sebagai salah satu faktor yang
kurang menguntungkan bagi pelaku DAFTAR PUSTAKA
ekonomi. A. Literatur
Berdasarkan uraian tersebut, maka Anonim, 2000, Perubahan 5 Undang – undang
sanksi pidana dalam UUKUP perlu ditinjau Perpajakan Tahun 2000, Penerbit
kembali efektivitasnya apabila dikaitkan Pusat Penyuluhan Perpajakan
dengan fungsi anggaran dari pajak. Oleh bekerjasama dengan Majalah Berita
karena itu diperlukan gagasan dan konsep Pajak, Jakarta.
pembaruan sanksi pidana dalam sistem
perpajkan di Indonesia. Khususnya sanksi Bohari, H., 2002, Pengantar Hukum Pajak
pidana yang ada di dalam UUKUP (Edisi Revisi), Penerbit PT.
Optimalisasi pengaturan dan penerapan sanksi Rajagrafindo Persada, Jakarta.
denda yang yang sebanding dengan
pelanggaran ketentuan perpajakan lebih efektif Brotodihardjo, R. Santoso, 2003, Pengantar
untuyk diterapkan karena denda atas Ilmu Hukum Pajak, Penerbit PT.
pelanggaran perpajakan tersebut akan menjadi Refika Aditama, Bandung.
sumber pendapatan negara. Di samping itu, hal
tersebut dapat mengurangi efek negatif Pudiyatmoko, Y. Sri, 2005, Pengantar Hukum
psykologis bagi pelaku ekonomi yang juga Pajak, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
sebagai wajib pajak.
Suandy, Erly, 2002, Hukum Pajak, Penerbit
PENUTUP Salemba Empat, Jakarta.
Pada bagian akhir uraian ini, penulis
menimpulkan beberapa hal sehubungan
dengan efektivitas sansi pidana dalam
UUKUP, yaitu sebagai berikut :
Pertama; sanksi pidana dalam dalam sistem
perpajakan di Indonesia, khususnya yang ada
di dalam UUKUP kurang efektif dan kontra
produktif terhadap fungsi anggaran dari pajak
dan pengembangan ekonomi dalam arti luas,
sehingga perlu dikaji keberadaan dan
efektivitasnya.
Kedua; diperlukan gagasan dan konsep
pembaruan pengaturan dan penerapan sanksi
pidana dalam UUKUP . Dalam konteks ini,
optimalisasi sanksi denda akan lebih efektif
dan bermanfaat untuk menambah pendapatan
negara dari sektor pajak, meskipun terhadap
kejahatan perpajakan perlu dikenai sanksi
pidana penjara atau kurungan. Oleh karena itu,
Paket RUU Perpajakan yang di dalamnya

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Juni 2006 ISSN 0216-969X


Efektivitas Sanksi Pidana Dalam Sistem Perpajakan 9

Soemitro, Rochmat, 1992, Pengantar Singkat


Hukum Pajak, Penerbit PT. Eresco,
Bandung.

Wahyutomo, Imam, 1994, Pajak, Penerbit


UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

B. Peraturan Perundang – undangan

Anonim, 2000, Perubahan 5 Undang –


undang Perpajakan Tahun 2000,
Penerbit Pusat Penyuluhan
Perpajakan bekerjasama dengan
Majalah Berita Pajak, Jakarta.

C. Lain – lain

RUU tentang Perubahan Ketiga Atas UU No. 6


Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Kompas, Sabtu (26/11/2005 halaman 37)

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Juni 2006 ISSN 0216-969X

You might also like