You are on page 1of 2

Serat VIII

Bagian selanjutnya dari serat ini mengajarkan betapa pentingnya sopan santun dalam kehidupan
ini. Melalui perilaku sopan dan santun yang dilakukan setiap insan, menurut serat ini akan
membuat kehidupan akan menjadi lebih baik. Yang dimaksud dengan kehidupan yang baik dari
serat ini adalah terciptanya suatu tatanan kehidupan masyarakat yang saling menghargai satu
sama lain.

Saling menghargai sendiri adalah jabaran dari sifat toleransi. Tolok ukur dari toleransi sendiri
bukanlah menyerupai satu golongan tertentu. Akan tetapi lebih kepada sikap menghargai setiap
perbedaan yang ada dalam masyarakat. Dengan sikap semacam ini tentunya akan menjadi solusi
atas adanya beragam perbedaan yang ada di Indonesia. Tanpa adanya sikap yang semacam ini
rasanya mustahil akan tercipta perdamaian di Indonesia yang terdiri atas beragam suku, agama,
budaya dan ras.

Bila ditilik jauh ke belakang, sifat toleransi sendiri bukanlah budaya dari luar yang coba untuk
diterapkan di Indonesia. Toleransi merupakan warisan leluhur asli Indonesia. Hal ini bisa dilihat
dari beragam bukti-bukti arkeologi yang ada di Indonesia. Jauh sebelum masuknya pengaruh
islam dan bahkan Hindu-Budha masyarakat Indonesia telah mengenal adanya toleransi antar
golongan. Tercapainya kehidupan yang baik, kondusif, dan tentram melalui sikap toleransi inilah
yang kemudian coba dilestarikan oleh leluhur bangsa Indonesia. Dan apabila saat ini ada oknum
yang menginginkan dihapuskannya toleransi dari kehidupan masyarakat Indonesia. Sudah dapat
dipastikan bahwa dia adalah orang yang menginginkan terjadinya perpecahan di dalam bangsa
Indonesia.

Lebih daripada itu serat ini bila ditilik lebih jauh. Tidak semata-mata menginginkan adanya
kedamian antar manusia saja. namun juga menginginkan adanya perdamaian antara manusia
dengan alam semesta. Perihal perdamaian dengan alam semesta menjadi penting. Karena dengan
adanya perdamian inilah kehidupan manusia akan menjadi tentram dan terjauhkan dari segala
marabahaya yang ditimbulkan oleh pergolakan alam.

Gejolak alam memang tidak ada satu pun manusia yang mengetahuinya. Namun dalam beberapa
kasus. Alam hanya akan bergejolak apabila manusia telah berbuat diluar sifat kemanusiaan yang
seharusnya. Terjadinya banjir dan tanah longsor merupakan tanda telah terjadinya kehidupan
yang tidak selaras antara manusia dengan alam. Dalam peristiwa ini dapatlah dikatakan bahwa
penyebab terjadinya bencana tersebut adalah murni dari perbuatan manusia. Apabila manusia
tidak melakukan perusakan secara berlebihan terhadap alam. Mustahil peristiwa tersebut dapat
terjadi. Agar peristiwa seperti banjir dan tanah longsor tidak terulang di masa mendatang. Ada
beberapa hal yang harus dilakukan oleh manusia. Hal tersebut adalah melakukan perilaku yang
memayu hayuning bawana yang dapat diartikan menjaga alam ini tetap lestari.

Selain harus menjaga alam melalui memayu hayuning bawana manusia juga perlu menjaga
sesamanya dengan memayu hayuning sesami. Yang dimaksudkan dengan memayu hayuning
sasami adalah perbuatan yang memanusiakan manusia. Di sini manusia dilarang menyakiti satu
sama lain dalam bentuk apapun. Untuk mampu berbuat semacam ini manusia harus mampu
mengibaratkan orang lain adalah dirinya sendiri. Dengan menganggap orang lain adalah dirinya
sendiri. Sudah barang tentu dia tidak akan menyakiti orang lain.

Kemudian di sisi lain. dalam serat ini juga mewanti-wanti agar manusia untuk tidak lelah agar
selalu berbuat baik. Memang berbuat baik di era yang seperti saat ini bukanlah merupakan suatu
perbuatan yang mudah dilakukan. Terlebih lagi di era ini semuanya diukur dengan berdasarkan
pada materi. Yang perlu tetap diingat adalah siapa yang menanam dialah yang akan menuainya.
Ibarat kata siapa yang menanam angin pasti akan menuai badai.

Sebagai penyemangat bagi mereka yang terus berusaha untuk berbuat baik. Serat ini menuliskan
bahwa siapa yang berani bersusah-susah dahulu. Di akhir nanti pasti akan memperoleh
kebahagian. Hal ini tentunya selaras dengan ungkapan berakit-rakit dahulu, berenang-renang ke
tepian. Siapa yang berani bersusah-susah dalam suatu usaha dapat dipastikan suatu hari nanti dia
akan mendapatkan kebahagiaan yang diinginkannya.

Yang tidak kalah pentingnya, pada bagian ini serat ini juga memberi anjuran kepada manusia
agar berbagi dan mengajarkan nilai-nilai keutamaan bagi generasi yang akan datang. Dengan
dilaksanakannya anjuran semacam ini. Penulis serat ini menginginkan agar tradisi atau ilmu yang
membawa kebaikan bagi kehidupan akan terus lestari. Sementara itu serat ini juga melarang
kepada siapa pun untuk mewariskan dendam. Larangan ini dimaksudkan agar dendam yang
ditanggung oleh generasi terdahulu tidak akan berlanjut ke generasi selanjutnya. Tentang hal ini
sendiri apabila ditelusuri lebih lanjut rupanya pengejawantahan dari sikap memayu hayuning
sasami tadi.

Di bagian akhir dari bagian ini serat ini kembali menegaskan pentingnya pengetahuan bagi
kehidupan manusia. Menurut serat ini di bagian ini, tanpa adanya pengetahuan yang mumpuni
mustahil bagi manusia untuk menemukan kebahagiaan dan mampu menjawab tantangan jaman.
Maka dari pada itu serat ini menganjurkan kepada siapa saja untuk tidak mudah lelah dan
menyerah dalam mencari pengetahuan sebanyak mungkin.

Dengan pengetahuan inilah yang pada akhirnya akan menuntun manusia kepada jalan kemuliaan
dan bukannya jalan kehancuran. Di sisi lain yang tidak kalah pentingnya. Segala pengetahuan
yang dimiliki oleh manusia haruslah digunakan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik
bagi semua insan. Dan bukannya malah disalahgunakan untuk memperbaiki dirinya sendiri
beserta golongannya dan berbuat sesuatu yang sifatnya meresahkan atau bahkan merugikan
orang lain. Apabila ada seseorang yang berani berbuat kerusakan dengan pengetahuan yang ia
miliki. Dapat dipastikan karma buruk akan segera menimpanya. ZULY

You might also like