Professional Documents
Culture Documents
Ferby Anggun Aprilyanti (Jurnal)
Ferby Anggun Aprilyanti (Jurnal)
Abstrak
Talas (colocasio esculenta) merupakan makanan yang tersebar di berbagai tempat dan
mudah ditemukan. Namun penggunaan talas tidak penting untuk digunakan sebagai bahan
makanan seperti tepung, kue atau biskuit. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan
metode pembuatan biskuit gabin talas yang baik, dilanjutkan dengan analisis langsung yang
meliputi analisis kadar air dan protein dan analisis sensori. Perlakuan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah A1 = 50% tapioka + 35% tapioka + 30% tepung terigu, A2 = 45%
tapioka + 25% tapioka + 30% tepung terigu, dan A3 = 40% tapioka + 15% tapioka + 30%
tepung.
1. Introduction
Talas merupakan tanaman umbi-umbian,tegak, monokotil, termasuk suku
Araceae (Manner and Taylor, 2010; Amadi et al., 2011; Prajapati et al., 2011). ini asli
dari daerah tropis asia selatan dan tenggara, serta kepulauan pasifik (jianchu et al.,
2001), dan sejak itu menyebar ke sebagian dunia. Namun, area budidaya tesebesar
adalah di afrika barat dan tanaman ini juga banyak dibudidayakan didaerah tropis dan
subtropis didunia, sekarang tumbuh hampir di setiap daerah tropis lembab. Umbi dan
kormel adalah bagian ekonomi utama dari tannaman tetapi tergantung pada kultivar
dan budaya, daun, bunga, dan tangkai, dan tangkai serta daunnya kadang-kadang
dimanfaatkan sebagai makanan.
Talas adalah tanaman herba tahunan dari daerah tropis dan sub-tropis dan
anggota superfamili ara, makanan pokok yang murah dan banyak dikonsumsi dalam
makanan manusia. Umbiny menyediakan komponen nutrisi penting karbohidrat,
protein, tiamin, asam lemak tak jenuh dan antosianin. Talas memiliki nilai gizi yang
lebih unggul dibandingkan dengan kentang, ubi jalar, singkong, dan nasi. Selain itu,
apa yang membuat talas menjadi tanaman yang dapat adalah karena butiran patinya
mudah dicerna dan sifatnya non alergi
2. Problem statement
Permasalahan yang disajikan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh penambahan talas terhadap produksi biskui gabin manis dan untuk
mengetahui seberapa banyak masyarakat menyukai biskuit gabin manis.
3. Literature review
3.1 State of the art
Tahun:
2022
Penerbit:
https://doi.org/10.1016/
j.fochx.2022.100435
Tahun:
2021
Penerbit:
https://doi.org/10.1016/
j.heliyon.2021.e06727
4. Judul topik yang Flakes Metode Tujuan <
Diusulkan: Tepung talas Anova dari
Pemanfaatan tepung talas dan penelitian
Tepung
tepung kacang hijau dalam ini adalah
pembuatan flakes kacang hijau untuk
mendapatk
Permasalahan:
an
Penulis: Untuk perbandin
Khairunnisa, Noviar Harun, memperhatikan gan tepung
Rahmayuni tanggapan panelis talas dan
saat mereka kacang
menjelaskan dan hijau yang
Tahun terbit: berbagi kegemaran terbaik
mereka akan
2018 tepung talas dan
kacang hijau.
Penerbit:
ISSN 1412-4424
Tahun terbit:
2018
Penerbit:
https://doi.org/10.26858/jptp.v1i1.6223
2015
Penerbit:
DOI:
10.13057/psnmbi/m010451
3.2 Framework
Analisis
Biskuit
Talas
Pemanfaatan Pemanfaatan
talas biskuit
Analisis
Gizi
Pemanfaatan
Bagi Tubuh
4. Methodology
4.1 Study Area
4.2 Algoritme
Pada penelitian ini digunakan uji henodak (uji kesukaan). Dalam tes ini, subjek
uji diminta tanggapan pribadinya tentang bagaimana mereka menyukai atau
tidak menyukai produk yang diujikan yaitu biskuit gabin. Tingkat preferensi
juga dikenal sebagai skala hedonik. Skala hedonik dapat diperpanjang atau
dilipat ke skala yang diinginkan. Skala hedonik juga dikonversi berada dalam
skala angka dengan poin kualitas sesuai dengan tingkat preferensi. Data numerik
ini bisa digunakan untuk melakukan analisis data parametrik. Pada penelitian ini
pengujian parameter sampel henodik secara umum meliputi parameter warna,
rasa dan tekstur.
interval kelas
skor nilai
Perlakuan
Warna Aroma Tekstur
Pada tahap ini kita dapat mengetahui kombinasi dari tepung talas,
tepung tapioka serta tepung terigu untuk membuat biskuit.
2. Bahan dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105 °C selama 3-5 jam,
kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kemudian bahan
dikeringkan kembali dalam oven selama 30 menit, didinginkan dalam
desikator dan ditimbang. Perlakuan ini diulang sampai berat konstan
pk (b−a)
kadar lemak = x 100 %
gram contoh
Uji organoleptik
Uji sensori digunakan untuk mengetahui tingkat kesadaran atau kelayakan suatu
produk sehingga dapat diterima oleh panelis (konsumen). Metode pengujian
menggunakan metode hedonik (uji kesukaan), yang meliputi:
warna, aroma, tekstur dan rasa produk yang dihasilkan. Dalam metode hedonis
ini, partisipan diminta untuk menilai preferensi mereka. Skor yang digunakan
adalah 5 (sangat suka), 4 (suka), 3 (agak suka), 2 (tidak suka), 1 (sangat suka).
Rasio
penamabaha
n
Uji organoleptic
A1 (6:1:3)
2 3 2 3 3
A2 (5:2:3)
5 5 5 5 5
A3 (4:3:3)
4 4 5 5 5
Table 2 analisis kadar air dan kadar lemak
kadar air
Hasil analisis suhu dan lama pengeringan berpengaruh nyata terhadap kadar air
biskuit gabin talas dan kadar air biskuit gabin talas menurut suhu dan lama
pengeringan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengeringan mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap perpindahan air di dalam bahan, karena suhu yang
rendah dan waktu pengeringan yang singkat membuat air yang terikat di dalam bahan
tidak terlalu banyak menguap dan kandungan air di dalam bahan tidak terlalu banyak.
namun kerupuk jatuh tinggi, dengan kadar air jatuh melalui air terikat dan bebas
ditentukan.
Kada protein
Hasil analisis suhu dan lama pengeringan berpengaruh nyata terhadap kadar
protein biskuit Gabin, kadar protein biskuit talas Gabin dipengaruhi suhu dan lama
pengeringan. Hal ini diduga karena kandungan protein bahan pangan mulai
terdenaturasi dengan meningkatnya suhu dan waktu pengeringan, pemanasan yang
terlalu lama pada suhu tinggi menyebabkan protein terdenaturasi. Pemanasan dapat
merusak asam amino penyusun protein sehingga menyebabkan kandungan protein
menurun seiring dengan meningkatnya suhu pemanasan.
6. Conclusion
Metode yang digunakan adalah metode hedonik. Uji organoleptik dilakukan berdasarkan
uji hedonik. Pada pengujian kadar air biskuit diperoleh nilai terendah 6,50% dan kadar
air tertinggi 7,40% sedangkan pengujian kadar lemak biskuit diperoleh nilai terendah
7,88% dan kadar lemak tertinggi 8,83%.
References
Abe shegro gerrano, dkk. (2021). Variation in mineral element composition of landrace taro
(Colocasia esculenta) corms grown under dryland farming system in South
Africa.
Khairunnisa, k., harun, n., & rahmayuni, r. Pemanfaatan tepung talas dan tepung kacang hijau
dalam pembuatan flakes. Jurnal sagu, 17(1), 19-28.
Erni, N., Kadirman, K., & Fadilah, R. (2018). Pengaruh Suhu Dan Lama Pengeringan
Terhadap Sifat Kimia Danorganoleptik Tepung Umbi Talas (Colocasia
esculenta). Jurnal pendidikan teknologi pertanian, 4(1), 95-105.
Lestari, S., & Susilawati, P. N. (2015). Uji organoleptik mi basah berbahan dasar tepung talas
beneng (Xantoshoma undipes) untuk meningkatkan nilai tambah bahan pangan
lokal Banten. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(4), 941-946.