You are on page 1of 8

Ndumuye

JURNAL AGROEKOTEKNOLOGI TERAPAN


VOLUME 3 NOMOR 2 Juli-Desember 2022
Applied Agroecotechnology Journal

Agroteknologi Universitas Sam Ratulangi e_ISSN:2797-0647

CHEMICAL Abstract
CHARACTERISTICS OF Muate flour is one of the traditional foods of the people on Kimaam
Island which has the Ndambu cultural tradition, namely a party to show
MUATE FLOUR
farmers' garden products or tubers including muate flour processed from
(Pteridophyta filicinae) AS the roots of ferns. This study uses a descriptive method of laboratory
TRADITIONAL FOOD FOR experiments. which consists of 2 treatments for processing muate flour,
THE COMMUNITY OF namely A (wet method) and B (dry method). Parameters observed
KIMAAM ISLAND included yield, water content, ash content, fat content, protein and
carbohydrate content.
Based on the research results, muate flour has a yield: A = 60%. B= 20%.
( Karakteristik Kimia Tepung And the chemical content is A: 16.70% water, 0.50% ash, 0.79% fat,
Muate (Pteridophyta Filicinae) 1.92% fiber, 1.79% protein, 80.22% carbohydrates, 96.41% hydrolyzed
Sebagai Pangan Tradisional carbohydrates. And B: 15.50% water, 3.14% ash, 0.72% fat, 3.49% fiber,
Masyarakat Pulau Kimaam ) 2.22% protein, 78.42% carbohydrates and 87.43% hydrolyzed
carbohydrates.
1
Esebius Ndumuye , Tineke M. Keywords: Ferns, Muate Flour, Kimaam, Characteristics.
Langi2, Mercy I.R. Taroreh2
1)
Abstrak
Program Studi Teknologi Pangan ,
Fakultas Pertanian, Universitas Sam Tepung muate adalah salah satu pangan tradisional masyarakat di
Ratulangi, Manado, 95115, Indonesia pulau Kimaam yang memiliki tradisi budaya Ndambu yaitu pesta
2)Staf
untuk mempertontonkan hasil kebun petani atau umbi – umbian
Pengajar Fakultas Pertanian, termasuk tepung muate olahan dari akar tumbuhan paku. Penelitian ini
Universitas Sam Ratulangi, Jl. Kampus
menggunakan metode deskriptif eksperimen laboratorium. yang terdiri
Unsrat Manado, 95515 Telp (0431)
846539 dari 2 perlakuan cara pengolahan tepung muate yaitu A (cara basah) dan B
(cara kering). Parameter yang diamati meliputi rendemen, kadar air,
*Corresponding author: kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan karbohidrat.
rembeesebiusndumuye@gmail.com Berdasarkan hasil penelitian tepung muate memiliki Rendemen: A= 60%.
B= 20%. Dan kandungan kimianya yaitu A: 16.70% air, 0.50 % abu,
0.79% lemak, 1.92% serat, 1.79% protein, 80.22% karbohidrat, 96.41%
karbohidrat hidrolisis. Dan B: 15.50% air, 3.14% abu, 0.72% lemak,
3.49% serat, 2.22% protein, 78.42% karbohidrat dan 87.43% karbohidrat
hidrolisis.
Kata Kunci: Tanaman Paku, Tepung muate, Kimaam dan Karakteristik.

PENDAHULUAN perolehan hasil pertanian yaitu panenan


Pulau Kimaam merupakan salah satu umbi-umbian yang melimpah (Nggewaka,
pulau terluar Indonesia yang berada di 2020). Salah satu bahan pangan yang
bagian barat kabupaten Merauke. Kimaam ditampilkan pada upacara ndambu adalah
merupakan daerah yang kaya hasil bumi pangan olahan umbi akar paku dalam
terutama hasil pertanian dan perikanan bentuk tepung Masyarakat setempat
(Santosa. dkk, 2015). Salah satu jenis menyebutnya muate.
pangan fungsional yang dimiliki oleh Tepung Muate merupakan butiran
masyarakat Kimaam adalah bahan yang halus akar paku yang diolah dengan
diolah dari tumbuhan paku. Suku Kimaam proses menghilangkan kadar airnya.
memiliki upacara kebudayaan yang sangat Biasanya dibuat secara tradisional oleh
unik yang dalam bahasa daerah disebut masyarakat Kimaam dengan dua cara
dengan upacara Ndambu. yaitu cara basah dan cara kering.
Ndambu merupakan momentum yang Tepung muate dimanfaatkan oleh
dinantikan oleh banyak etnis sebagai cara masyarakat Kimaam sebagai bahan
menunjukan rasa syukur atas semua makanan pokok pengganti selain ubi

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/samrat-agrotek
261
Ndumuye VOLUME 3 NOMOR 2 Juli-Desember 2022

jalar, ubi kayu, keladi, umbi gembili, sagu perlakuan cara pengolahan tepung muate
dan beras. Tepung muate hanya diolah yaitu A (cara basah) dan B (cara kering).
dengan hanya dibakar dan langsung Prosedur Penelitian
dikonsumsi. Belum ada cara pengolahan
lain tepung muate. Hal ini disebabkan Pembuatan Tepung Muate
karena kurangnya pengetahuan Cara basah (perendaman) yaitu
masyarakat tentang karakteristik kimia diambil akar paku yang tua dengan ciri
tepung muate. Adanya pengetahuan ukuran besaran berdiameter 1-3 cm dengan
karakteristik tepung ini dapat menjadi panjang 1-2 meter sebanyak 5 kg
dasar untuk penganekaragaman produk selanjutnya akar halus dibersikan dan ikat
olahan berbasis tepung muate. menggunakan tali dijadikan ikatan,
kemudian direndam selama 90 hari dalam
METODOLOGI PERTANIAN sumur yang ditutupi dengan gulma tanah
Tempat dan Waktu berumput. Setelah akar paku benar-benar
Penelitian ini dilakukan di kampung lembek dan membusuk atau fermentasi
Iromoro distrik Tabonji pulau Kimaam kemudian diangkat dan dijemur selama 9
kabupaten Merauke Provinsi Papua dan hari dibawah sinar matahari hingga benar-
Balai Riset dan Standarisasi Industri benar kering atau garing, dan ditumbuk
Manado selama 5 bulan mulai dari bulan mengunakan lesung dan anak lesung yang
Juni sampai dengan bulan Oktober 2020. sudah disiapkan, kemudian diayak
menggunakan ayakan 60 mesh sampai
Bahan dan Alat
Bahan penelitian adalah Tepung akar dihasilkannya 3 kg sari tepung muate.
Cara kering (Pengeringan) yaitu akar
paku, untuk analisa kadar protein:
paku sebanyak 5 kg yang sudah dipanen,
selenium, asam sulfat, H2SO4, akuades,
dilakukan pengupasan kulit luar
NaOH 50%, HCl, indikator mengsel,,
menggunakan parang dengan cara digesek
kadar lemak: heksana, kertas saring, kadar
menggunakan mata parang yang tajam,
karbohidrat: Asam klorida 3%, NaOH30%,
setelah itu dijemur selama 7 hari hingga
kertas lakmus, indikator P.P, larutan luff.
kering, di tahap penjemuran setiap jam 12
Alat untuk pembuatan tepung muate
siaang akar paku dibalik supaya
yaitu: kayu runcing, parang, karung,
permukaan akar paku seluruhnya terkenah
ayakan plastik 60 mesh dan kantong
pancaran sinar matahari dengan merata.
plastik sedangkan alat analisa adalah oven,
Kemudian dilakukan proses penumbukan
cawan, desikator, timbangan analitik,
menggunakan kayu lesung yang sudah
cawan porselin, tanur pengabuan, labu
destilasi (250 ml), gelas ukur (25 ml, 50 disiapkan. setelah proses penumbukan akar
paku kemudian diayak menggunakan
ml), pipet volume 5 ml, buret 25 ml, labu
ayakan dengan daya lolos tepung 60 mesh,
kjedhal, soxhlet, labu khusus untuk lemak,
hingga hasilkan sari tepung sebanyak 1 kg.
penjepit, neraca analitik, erlemeyer 500ml,
kemudian tepung itu disimpan dalam
pendingin tegak, labu ukur 500 ml, corong,
wadah penyimpanan, yaitu kantong plastik.
pipet gondok 10ml-2ml, pemanas listrik,
stop wacht, buret dan pipet tetes. Variabel Pengamatan
Metode Penelitian Rendemen Tepung Muate
Penelitian ini menggunakan Komposisi Kimia Tepung (Kadar
penelitian deskriptif dengan metode Air, Kadar Abu, Protein, Lemak, Serat
eksperimen laboratorium (laboratory Kasar dan Karbohidrat).
eksperiment). Penelitian ini terdiri dari- 2 Prosedur Pengamatan
Rendemen Tepung muate

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/samrat-agrotek
262
Ndumuye VOLUME 3 NOMOR 2 Juli-Desember 2022

Rendemen tepung muate dapat Keterangan:


dihitung dengan perhitungan: B0 = Berat sampel (g)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑝𝑢𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑎𝑡𝑒 (𝐾𝑔) B1 = Berat hasil bobot akhir (g)
Rendemen= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑎𝑟 𝑝𝑎𝑘𝑢 (𝐾𝑔) 𝑥 100 B2 = Berat labu (g).
Kadar abu (SNI.01.2891.1992)
Kadar air (SNI 01.2891.1992) Cawan pengabuan, dibakar dalam
Cawan yang akan digunakan tanur, dinginkan dalam desikator dan
dikeringkan dalam oven pada suhu 100– ditimbang. Cawan pengabuan dikeringkan
105°C selama 30 menit atau sampai di dalam oven selama 1 jam pada suhu
didapat berat tetap. Setelah itu didinginkan 105ºC, kemudian didinginkan selama 15
dalam desikator selama 30 menit lalu menit di dalam desikator dan ditimbang.
ditimbang. Sampel ditimbang sebanyak 2 Ditimbang sampel sebanyak 2 gram
gram dalam cawan tersebut lalu dimasukkan ke dalam cawan pengabuan,
dikeringkan dalam oven pada suhu 100°C kemudian diletakkan dalam tanur
sampai tercapai berat tetap (24 jam). pengabuan.Kemudian dibakar sampai
Sampel didinginkan dalam desikator didapat abu berwarna abu-abu atau sampai
selama 30 menit lalu ditimbang. beratnya tetap. Pengabuan dilakukan pada
Perhitungan: suhu 550ºC selama 3 jam.Dinginkan dalam
𝐵1−𝐵2 desikator, kemudian ditimbang.
Kadar air (%) = x100%
𝐵0 Perhitungan:

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑢𝑟 (𝑔)−𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 (𝑔)


Perhitungan: x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔)

Kadar protein (SNI 01-2986-1992) air suling. Distilasi juga dilakukan pada
Dekstruksi: Ditimbang 1 gr sampel , blanko.
kemudian dimasukan ke dalam labu Titrasi: Distilat kemudian dititrasi dengan
Kjeldahl 100 ml.ditambahkan 5 g larutan HCl 0,01N.
campuran selenium dan 25 ml H2SO4 Perhitungan: Kadar Protein (%)
pekat. Dipanaskan di atas pemanas listrik =
atau api pembakar sampai mendidih dan (𝑉1−𝑉2)𝑥 𝑁 𝑥 0,014 𝑥 𝑓𝑘 𝑥 𝑓𝑝
larutan menjadi jernih kehijau-hijauan. x 100%
𝑊
dibiarkan dingin. diencerkan dan Keterangan:
dimasukan ke dalam labu ukur 100 ml W = bobot cuplikan
V1= Volume HCl 0,01N yang digunakan penitraan
sampai pada tanda garis. contoh
Pembuatan blangko: Diambil 25 ml V2= Volume HCl yang digunakan penitraan blanko
H2SO4 kemudian ditambahkan akuades N = normalitas HCl
150ml dan ditambahkan 3 tetes indikator Fk = faktor konversi untuk protein dari makanan
PP. secara umum : 6,25
Fp = faktor pengenceran.
Destilasi: Dipipet 5 ml larutan sampel dan
dimasukan ke dalam alat penyuling, Kadar lemak (SNI 01-2891-1992)
Ditambahkan 5 ml NaOH 30% Dan Labu lemak yang akan digunakan
beberapa tetes PP. dikeringkan dalam oven bersuhu 105ºC
Disuling selama 10 menit, pada selama 1 jam. Kemudian labu lemak
penampungan digunakan 10 ml larutan didinginkan dalam desikator selama 15
asam borat 2% yang telah dicampur menit dan ditimbang.Sampel sebanyak ± 5
indicator. dibilasi ujung pendingin dengan gram dihaluskan kemudian ditimbang dan
dibungkus menggunakan kertas saring

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/samrat-agrotek
263
Ndumuye VOLUME 3 NOMOR 2 Juli-Desember 2022

yang dibentuk selongsong. Dirangkai alat rendemen yang lebih tinggi. Hal ini
ekstraksi dari heating mantle, labu lemak, diasumsikan bahwa dengan direndam
soxhlet hingga kondensor. Sampel dalam air menunjukkan kandungan akar
kemudian dimasukkan ke dalam soxhlet paku tidak banyak yang hilang
yang kemudian ditambahkan pelarut dibandingkan dengan perlakuan
heksan 250 ml. Ekstraksi dilakukan selama pengolahan cara kering yang langsung
± 6 jam sampai pelarut turun kembali dijemur.
melalui sifon ke dalam labu lemak Kadar air
berwarna jernih. Hasil ekstraksi dari labu Air merupakan komponen utama
lemak dipisahkan antara heksan dan lemak. bahan pangan yang berperan penting dalam
Lemak yang sudah dipisahkan dengan menentukan berbagai reaksi dan kualitas
heksan kemudian dipanaskan kedalam bahan pangan. Kadar air adalah banyaknya
oven dengan suhu 105ºC selama 1 air yang terkandung dalam bahan yang
jam.Labu lemak didinginkan dalam
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga
desikator selama 15 menit dan ditimbang. salah satu karakteristik yang sangat penting
Dilakukan pemanasan kembali ke dalam pada bahan pangan, karena air dapat
oven selama 1 jam, apabila selisih mempengaruhi penampakan, tekstur, dan
penimbangan hasil ekstrasi terakhir dengan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam
pertimbangan sebelumnya belum mencapai
bahan pangan ikut menentukan kesegaran
0,0002 gram. Persentase kadar lemak dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar
dihitung dengan rumus:
𝑊3−𝑊2 air yang tinggi mengakibatkan mudahnya
Kadar lemak (%) = x 100% mikroba untuk berkembang biak, sehingga
𝑊1
Keterangan: akan mengakibatkan- terjadinya perubahan
W1 =Berat sampel (g); pada bahan pangan. Makin rendah kadar air,
W2 =Bobot labu lemak kosong (g);
W3 =Bobot hasil penimbangan akhir (g).
makin lambat pertumbuhan mikroorganisme
berkembang biak, sehingga proses
Kadar karbohidrat pembusukan akan berlangsung lebih cepat
Karbohidrat (By difference). (Winarno, 2002). Hasil analisis Kadar air
Dilakukan menggunakan metode by Tepung muate dengan dua cara pengolahan
difference yaitu pengurangan 100% dengan ditunjukkan pada Tabel 2. Berdasarkan hasil
jumlah dari hasil empat komponen yaitu analisis, rata-rata kadar air dari tepung
kadar air, abu, protein dan lemak. muate berdasarkan cara pengolahan
Perhitungannya sebagai berikut: menunjukkan bahwa kadar air tepung muate
karbohidrat yang diolah dengan cara kering lebih rendah
= 100% - ( % kadar air + % kadar abu + % (15.5%) dibanding dengan perlakuan
protein +% lemak. pengolahan cara basah (17.7%).
HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar air bahan menunjukkan
banyaknya kandungan air per satuan bobot
Rendemen Tepung muate bahan. Didukung oleh pendapat Winarno
Hasil perhitungan rendemen tepung (2002) yang menjelaskan bahwa kadar air
muate ditunjukkan pada Tabel 1. merupakan faktor yang mempengaruhi
Menunjukan bahwa rendemen tepung penampakan, tekstur, cita rasa pangan,
muate hasil olahan tradisional masyarakat daya tahan produk, kesegaran dan
Kimaam yang diolah dengan cara basah penerimaan konsumen. Tepung dengan
lebih tinggi dibandingkan yang diolah kadar air rendah dapat disimpan lebih
dengan cara kering. Berdasarkan pada lama, sehingga dapat dijual atau
Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan dipergunakan sesuai kebutuhan.
perendaman dengan memberikan hasil

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/samrat-agrotek
264
Ndumuye VOLUME 3 NOMOR 2 Juli-Desember 2022

Table 1. Rendemen tepung muate


Sampel Rendemen (%)
A (cara basah) 60
B (cara kering) 20

Tabel 2. Kadar air


Sampel kadar air (%)
A (cara basah) 16,70
B (cara kering) 15,5

Kadar abu semua bahan pangan dengan kandungan


Abu adalah zat organik sisa hasil yang berbeda-beda (Winarno, 2002). Rata-
pembakaran suatu bahan organik. rata kandungan lemak tepung muate dapat
Kandungan abu dan komposisinya dilihat pada Tabel 4.
tergantung pada macam bahan dan cara Hasil analisis kandungan lemak pada
pengabuannya. Kadar abu ada tepung muate berkisar antara 0.72%
hubungannya dengan mineral suatu bahan. (pengolahan cara kering) sampai 0.79%
Mineral yang terdapat dalam suatu bahan (pengolahan cara basah) yang dapat dilihat
dapat merupakan dua macam garam yaitu pada Tabel 4 yang menunjukkan bahwa
garam organik dan garam anorganik. tepung yang diolah dengan cara basah
(Sudarmadji, 2003). Winarno (2002) lebih tinggi kadar lemaknya dibandingkan
menyatakan unsur mineral juga dikenal dengan cara kering.
sebagai zat anorganik atau kadar abu. Kandungan protein
Analisis kadar abu pada tepung Protein merupakan salah satu
muate dengan perbedaan cara pengolahan kelompok bahan makronutrien. menurut
yaitu 0.50 % pada perlakuan pengolahan Winarno (2002), protein merupakan suatu
cara basah dan 0.14% pada pengolahan zat makanan yang amat penting bagi tubuh,
dengan cara kering dapat dilihat pada karena zat ini di samping berfungsi sebagai
Tabel 3. menunjukan bahwa tepung muate bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi
yang diolah dengan cara basah lebih tinggi
sebagai zat pembangun dan pengatur.
kadar abunya dibandingkan cara kering. Tepung muate ini dapat dijadikan sebagai
Hal ini mungkin disebabkan oleh air
bahan baku produk olahan pangan yang
yang digunakan untuk perendaman tidak memerlukan proses pengembangan.
memiliki kandungan mineral anorganik Rata-rata kandungan protein tepung muate
yang sulit larut pada suhu perendaman dapat dilihat pada Tabel 5.
tersebut sehingga mineral anorganik yang
Sejalan dengan pendapat Winarno
terdapat dalam air masuk ke dalam (1992), yang menyatakan perlakuan panas
jaringan sel.
saat pengeringan dapat memberikan
Kadar Lemak pengaruh yang menguntungkan dan
Lemak terdapat pada hampir semua merugikan terhadap protein. Yu dkk,
jenis bahan pangan dan masing-masing (2006) menjelaskan bahwa proses
mempunyai jumlah kandungan yang pengeringan akan menyebabkan kerusakan
berbeda-beda. Lemak merupakan zat protein seperti denaturasi, struktur agregasi
makanan yang penting untuk menjaga dan berkurangnya aktivitas enzim
kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak rehidrasi. Tepung muate ini dapat
juga merupakan sumber energi yang lebih
dijadikan sebagai alternative tepung
efektif dibanding dengan karbohidrat dan
sebagai bahan baku pangan olahan. Namun
protein. Lemak terdapat pada hampir

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/samrat-agrotek
265
Ndumuye VOLUME 3 NOMOR 2 Juli-Desember 2022

perlu dilakukan usaha nutrifikasi pangan (pengolahan dengan cara basah) dapat
sehingga nilai protein pangan olahan dari dilihat pada Tabel 6 dibawah ini.
tepung muate meningkat, seperti Hasil analisis serat kasar tepung
fortifikasi. muate dengan perbedaan cara pengolahan
diperoleh sebesar 1.92% (cara basah) dan
Kadar karbohidrat
3.49% (cara kering) dapat dilihat pada
Karbohidrat suatu bahan merupakan
Tabel 7.
polihidroksi aldehid atau polihidroksiketon
Berdasarkan data Pada Tabel 7
yang memegang peranan penting dalam
menunjukan bahwa tepung muate yang
alam karena merupakan sumber energi
diolah dengan cara basah lebih rendah dari
utama bagi manusia dan hewan (Gaman
tepung yang diolah dengan cara kering.
dan Sherrington, 1992). Karbohidrat
Hal ini disebabkan karena Tepung muate
tergolong komponen zat gizi yang
cara basah mengalami penurunan serat
merupakan sumber pemasok energi utama
akibat direndam dan air merupakan zat
bagi tubuh. Hasil analisis karbohidrat pada
perlarut.
tepung muate berkisar antara 78.42%
(pengolahan cara kering) sampai 80.22%

Tabel 3. ………………………………
Sampel Kadar abu (%)
A (cara basah) 0, 50
B (cara kering) 0, 14

Tabel 4. Hasil analisis kadar lemak tepung muate dua cara pengolahan
Sampel Kadar lemak (%)
A (cara basah) 0,79
B (cara kering) 0,72

Tabel 5. Analisis Kadar protein tepung muate dua perlakuan


Sampel Kadar protein (%)
A (cara basah) 1,79
B (cara kering) 2,2

Tabel 6. ……………………………..
Sampel kadar karbohidrat (%)
A (cara basah) 80,22%
B (cara kering) 78,42%

Tabel 7. Hasil analisis serat kasar tepung muate dengan dua cara perlakuan
Sampel Kadar Serat kasar (%)
A (cara basah) 1,92%
B ( cara kering) 3,49%

KESIMPULAN DAN SARAN dan kering menghasilkan rendemen


sebesar 20% (cara kering) dan 60% (cara
Tepung muate yang diolah secara
tradisional baik dengan pengolahan basah basah) dengan komposisi kimia : kadar air
15.5% (cara kering) dan 16.70% (cara

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/samrat-agrotek
266
Ndumuye VOLUME 3 NOMOR 2 Juli-Desember 2022

basah); kadar abu 0.5% (cara basah) dan dissertation, Fakultas Keguruan dan
0.14% (cara kering); lemak sebesar 0.79% Ilmu Pendidikan).2019.
(cara basah) dan 0.72% (cara kering); Kaderi.H, (2015). Arti Penting Kadar Abu
protein 1.79% (cara basah) dan 2.22% pada Bahan Pangan. BALITTRA
(cara kering); karbohidrat 80.22% (cara (Balai Penelitian Pertanian Lahan
basah) dan 78.43% (cara kering). Tepung
Rawa, BALITBANGTAN
muate dapat direkomendasikan sebagai Kementrian Pertanian. Artikel
bahan baku olahan sumber karbohidrat dan Ilmiah:
olahan produk pangan yang tidak Http://balittra.litbang.pertanian.go.id
memerlukan proses pengembangan. html di akses pada tanggal 12 oktober
2015.
DAFTAR PUSTAKA
Lalujan, L., et al, (2017) Komposisi Kimia
Arifin, A., dan Satria, H, (2015). Dan Gizi Jagung Lokal Varietas
Karakteristik Limnologis Lahan Manado Kuning Sebagai Bahan
Basah Di Distrik Kimaam. Balai Pangan Pengganti Beras. jurnal
Penelitian Pemulihan dan Konservasi Teknologi Pertanian nomor 1, vol 8,
Sumber Daya Ikan. Limnotek 2015
hal.47-54.Unsrat Manado.2017.
Badan Standar Nasional.1992, SNI ..01. Landeng, J. P., dkk, (2017). Komposisi
2891. 1992, Cara Uji Makanan dan Proksimat Dan Potensi Antioskidan
Minuman. Jakarta.
Dari Biji Jagung Manado Kuning
Badan Standar Nasional.1992.SNI 01- (Zea Mays L.). Chem.Prog No. 10,
2986.1992.Dodol. Jakarta. Unsrat. Manado 2017.
Damongilala (2021). Zat Gizi Pangan Ikani LPPT UGM, (2019) Pelatihan Analisis
( cetakan pertama). CV. Patra Media Proksimat.
Grafindo Bandung 2021. https://lppt.ugm.ac.id:Pelatihan.
diakese: 14 February 2019
Dotulong, dkk,. (2020). Proksimat Pada
Tepung Buah Mangrove Sonneratia Mbaraka, R,.(2013) Sambutan bupati
alba. Media Teknologi Hasil Merauke:Makna Ndambu. Film
Perikanan: September 2020 8 (3): 82- Dokumenter Spirit Of Ndambu:
87,Unsrat Manado. Manado 2020. https://www.youtube.com/watch?v=
YRI0Kd6YScY akses 6, April 2015.
DPPKI,(2012) Direktoral Pulau-Pulau
Kecil Indonesia. Pulau Kolepom: Nggewaka, A. (2020). Dimensi Fungsional
http://www.ppk- Upacara Ndambu Pada Masyarakat
kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau.html Malind Suku Kima-Ghima Di Distrik
diakses pada 2016. Kimaam Kabupaten Merauke
Provinsi Papua (Doctoral
Fukron,.L,(2012) Mengenal Zat Gizi
dissertation, Universitas Hasanuddin)
Modul, http://www.pustaka.ut.ac.id:
Makassar 2020.
PEBI4428-M1.Html Modul .IPB
akeses 2018. Paramita, O., & Mulwinda, A. (2012).
Pembuatan database fisiokimia
Hidayah F, (2019) Kekayaan Jenis
tepung umbi–umbian di indonesia
Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di
sebagai rujukan diversifikasi
Kawasan Cagar Alam Watangan
pangan. Sainteknol: Jurnal Sains dan
Puger Jember serta Pemanfaatannya
sebagai Booklet (Doctoral Teknologi.

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/samrat-agrotek
267
Ndumuye VOLUME 3 NOMOR 2 Juli-Desember 2022

Polhemus, D. A., & Allen, G. A. (2007). Sekaran, & Bogie, (2010) Eksperimen
Inland water ecosystems in Papua: laboratorium (contoled laboratory).
classification, biota and threats. http//.respocitory.ub.ac.id, pp. Akses
Ecology of Papua, Part, II, 2010
Singapore, 2007. Sentosa, A. A., & Satria, H. (2015).
Polhemus, D. A., & Allen, G. R. (2007). Perikanan Arwana Papua
Freshwater biogeography of Papua. (Scleropages Jardinii Saville-Kent,
The Ecology of Papua Part I. Periplus 1892) Di Distrik Kimaam, Pulau
Edition, Singapore 2007. Dolak, Kabupaten Merauke, Papua.
In Prosiding Seminar Nasional
Reco,B., (2003) Pengaruh metode
Tahunan XII Hasil Penelitian
pengeringan dengan oven dan
Perikanan dan Kelautan Tahun 2015
pengeringan di bawah sinar matahari
Jilid II: Manajemen Sumberdaya
terhadap cemaran Staphylococcus
Perikanan.
aureus pada simplisia dlingo (Acorus
calamus L). Skripsi thesis, Sanata Smith. Et al, (2006) A classification for
Dharma University. 2003. extant ferns. Taxon 55:705-731.
Rohmat, F., & Sheila, L. G. (2012). Sulistiyanto, B., & Widiyanto,W. (2015).
Peningkatan kualitas gabah dengan Kandungan Bakteri Asam Laktat dan
proses pengeringan menggunakan Bakteri Selulolitik pada Pollard yang
zeolit alam pada unggun terfluidisasi. difermentasi (Doctoral dissertation,
Jurnal Teknologi kimia dan industri, Fakultas Peternakan Dan Pertanian
1(1), 206-212. Undip). 2015.
Rusdin, R., (2015) Kimia Pangan Winarno,(1993) Bab II Tinjauan Pustaka
(Vol.Edisi I). (D.Prabantini, Ed I.) Analisis Proksimat. kutip Indarti
C.V Andi Offset (Penerbit Andi). Publish: http.//eprints.mercubuana-
Yogyakarta 2015. yogya.ac.id, hal: 1-24. akeses 2018.
Sabrina, N. (2018) Estimasi Wibowo, D. (2012). Tepung Menurut
Fitomassatersimpan Pada Tumbuhan Djoni Wibowo. Skripsi. Universitas.
Paku-Pakuan Di Kawasan Hutan BINUS Jakarta.
Hujan Tropis Taman Nasional Meru Putri, M. F. (2014). Kandungan gizi dan
Betiri Kabupaten Jember. SKRIPSI sifat fisik tepung ampas kelapa
S1: Digital Repository Universitas sebagai bahan pangan sumber
Jember 2018. serat. TEKNOBUGA: Jurnal
Sanmas, 2018. Analisis Kandungan Zat Teknologi Busana Dan Boga, 1(1).
Gizi Pada Tepung Ubi Ungu. skripsi,
IAIN Ambon.2018

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/samrat-agrotek
268

You might also like