Professional Documents
Culture Documents
DD Gagal JOKI
DD Gagal JOKI
Dosen :
Ir. Andi Muhammad Syafar S.T, M.T
Oleh :
Dhea Mirna Ardelia
60200122054
A. Latar Belakang
Matematika diskrit atau diskret adalah cabang matematika yang
membahas segala sesuatu yang bersifat diskrit. Diskrit disini artinya tidak
saling berhubungan (lawan dari kontinyu). Objek yang dibahas dalam
Matematika Diskrit – seperti bilangan bulat, graf, atau kalimat logika – tidak
berubah secara kontinyu, namun memiliki nilai yang tertentu dan terpisah.
Matematika diskrit memberikan landasan matematis untuk kuliah-
kuliah lain di informatika. Matematika diskrit adalah matematika yang khas
di bidang informatika. Mahasiswa informatika harus memiliki pemahaman
yang kuat dalam Matematika Diskrit, agar tidak mendapat kesulitan dalam
memahami kuliah-kuliah lainnya di informatika.
Salah satu Objek yang dibahas dalam Mata kuliah Matematika diskrit
adalah Logika proposisi. Logika adalah ilmu pengetahuan tentang karya-
karya akal budi (ratio) untuk membimbing menuju yang benar. Tujuan logika
yaitu untuk mengembangkan sistem metode dan prinsip yang dapat
digunakan sebagai kriteria untuk menilai suatu argumen orang lain dan
sebagai petunjuk untuk mengkonstruksi argumen bagi diri sendiri . Objek
material logika adalah manusia dan objek formalnya ialah kegiatan akal budi
untuk melakukan penalaran yang lurus, tepat, dan teratur yang terlihat melalui
ungkapan pikiran yang diwujudkan dalam bahasa .
Logika mempelajari cara bernalar yang benar dan tidak bisa
melaksanakannnya tanpa memiliki pengetahuan yang menjadi premisnya
terlebih dahulu. Bila dibandingkan dengan sebuah bangunan, premis itu
adalah batu, pasir dan semennya, sedangkan proses penalaran itu dapat kita
samakan dengan bagan atau arsitektur. Dengan semen, bat, pasir serta
arsitektur yang baik akan menghasilkan bangunan yang indah dan kokoh,
sama seperti premis yang dapat dipertanggung jawabkan dan melalui proses
penalaran yang sah akan dihasilan kesimpulan yang benar.
Logika merupakan ilmu yang mempelajari tentang penalaran. Proses
penalaran tersebut menggunakan bahasa simbol sebagai media untuk
mengakomodasi proses pembelajaran. Akibatnya, mempelajari logika juga
dapat dianalogikan pada mempelajari bahasa simbol.
Premis-premis logika bergelut berupa pernyataan dalam bentuk kata-
kata, dalam penyelidikan lebih lanjut dijumpai penyataan dalam rumus-
rumus. Penyataan pemikiran manusia adakalanya mengungkapkan keinginan,
perintah, harapan, cemooh, kekaguman, dan pengungkapan realitas tertentu
baik dinyatakan dalam bentuk positif maupun bentuk negatif
Dalam wacana, proposisi merupakan kajian dalam sebuah wacana.
Maka dalam makalah ini akan lebih ditekankan untuk pembahasan proposisi
yaitu tentang penafsiran proposisi dan macam-macam proposi., penkajian
masalah tentang penafsiran proposisi dan macam-macam proposisi dalam
makalah ini agar pembaca mampu memahaminya.
Logika Proposisi merupakan salah satu materi dalam mata kuliah
Matematika diskrit, yang sulit dipahami oleh mahasiswa. Salah satu materi
logika propoposisi yaitu tentang resolusi logika proposisi, Resolusi logika
proposisi digunakan untuk membuktikan valid atau tidaknya suatu proposisi
dan mempunyai nilai kebenaran true atau false. Sehingga untuk dapat
membuktikan valid atau tidaknya suatu proposisi, mahasiswa harus
memahami bagaimana langkah-langkah resolusi logika proposisi. Untuk
meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi logika proposisi,
dibutuhkan sebuah aplikasi media pembelajaran logika proposisi untuk
menunjang pengetahuan mengenai logika proposisi.
Dan juga sebagai mahasiswa UIN ALAUDDIN, para mahasiswa pun
diperlukan untukan menggunakan logikanya dalam menghubungkan antar
sains dan agama. Oleh karena itu, mahasiswa patut mengetahui ayat yang
mengenai tentag logika.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah kali ini yaitu :
1. Apa itu Logika proposisi?
2. Apa saja unsur-unsur dan jenis-jenis dalam Logika proposisi?
3. Apa contoh Aplikasi untuk mencari proposisi dengan cara
penggunaannya?
4. Bagaimana Perbedaan Cara teori dengan Menggunakan Aplikasi?
5. Ayat apa yang berkaitan dengan logika?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu logika proposisi.
2. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur dan jenis-jenis yang ada dalam
Logika Proposisi.
3. Untuk Memahami penggunaan aplikasi berbasis matematika untuk
menyelesaikan soal logika proposisi.
4. Mengetahui penyelesaian soal proposisi secara manual.
5. Untuk mengetahui ayat yang berkaitan dengan logika.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Konjungsi
Konjungsi adalah proposisi majemuk yang dihubungkan oleh kata
”dan” atau ”yang”. Konjungsi dilambangkan dengan ∧. Kita
definisikan bahwa pernyataan ”P dan Q” bernilai BENAR jika P
BENAR dan Q BENAR dan pernyataan ”P dan Q” bernilai SALAH
jika P SALAH atau Q SALAH. Definisi ini digambarkan pada tabel
kebenaran berikut.
Sesuai tabel di atas, kita bisa menyatakan bahwa konjungsi bernilai
BENAR hanya jika proposisi pembentuknya semua bernilai BENAR.
Sebaliknya,
konjungsi akan bernilai S jika salah satu proposisi yang
membentuknya bernilai S.
Contoh 1 :
P: Ajo Kudun berasal dari Pariaman (B)
Q: UNP ada di Padang (B)
P ∧ Q: Ajo Kudun berasal dari Pariaman dan UNP ada di Padang (B)
Contoh 2 :
A: Tujuh adalah bilangan prima (B)
B: Tujuh adalah bilangan genap (S)
A ∧ B: Tujuh adalah bilangan prima yang genap (S)
3. Disjungsi
Disjungsi adalah proposisi majemuk yang dihubungkan oleh kata
”atau”. Disjungsi dilambangkan dengan ∨. Kita definisikan bahwa
pernyataan ”P atau Q” bernilai BENAR jika P BENAR atau Q BENAR
dan pernyataan ”P atau Q” bernilai SALAH jika P SALAH dan Q
SALAH. Definisi ini digambarkan pada tabel kebenaran berikut.
4. Implikasi
Implikasi adalah proposisi majemuk yang berbentuk ”jika...,
maka....” dan dilambangkan dengan ⇒. Pernyataan ”P ⇒ Q” dapat
dibaca ”jika P, maka Q”. Dalam hal ini P disebut anteseden, sedangkan
Q disebut konsekuen. Nilai kebenarannya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Dari tabel terlihat bahwa implikasi bernilai SALAH hanya jika
anteseden BENAR, tetapi konsekuen SALAH. Untuk kasus lain,
implikasi bernilai BENAR. Perhatikan juga bahwa, jika anteseden
SALAH, maka implikasi pasti bernilai BENAR.
Demikian juga jika konsekuen BENAR. Jadi, kita juga bisa
menyatakan bahwa suatu implikasi bernilai BENAR jika anteseden
SALAH atau konsekuen BENAR. Pernyataan ”P ⇒ Q” juga dapat
dibaca: • ”P menyebabkan Q”, • ”P syarat cukup untuk Q”, • ”Q jika
P”, atau • ”Q syarat perlu untuk A”.
Contoh 1 :
P: Tono laki-laki (B)
Q: Tini laki-laki (S)
P ⇒ Q: Jika Tono laki-laki, maka Tini laki-laki (S)
Contoh 2 :
A: Hari ini Minggu (S)
B: UNP ada di Jakarta (S)
A ⇒ B: Jika hari ini Minggu, maka UNP ada di Jakarta (B)
5. Biimplikasi
Biimplikasi adalah proposisi majemuk yang berkaitan dengan kata
”...jika dan hanya jika....” yang dilambangkan dengan ⇔ sehingga
pernyataan ”P ⇔ Q” dapat dibaca ”P jika dan hanya jika Q”, ”P
ekivalen dengan Q”, atau ”P syarat perlu dan cukup untuk Q”. Nilai
kebenarannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Dari tabel terlihat bahwa biimplikasi bernilai benar jika nilai
kebenaran dari keduanya sama. Pernyataan P ⇔ Q dapat juga
didefinisikan sebagai (P ⇒ Q) ∧ (Q ⇒ P).
Contoh 11.
P: Tono laki-laki (B)
Q: Tini laki-laki (S)
P ⇔ Q Tono laki-laki jika dan hanya jika Tini laki-laki (S)
Contoh 12.
A: Hari ini Minggu (S)
B: UNP ada di Jakarta (S)
A ⇔ B: Hari ini Minggu jika dan hanya jika UNP ada di Jakarta (B)
Logika Proposisi 8 Sampai saat ini, proposisi majemuk yang
dikenal memiliki beragam nilai kebenaran tergantung pada nilai
kebenarannya. Pada bagian berikut kita akan mengenal istilah untuk
proposisi-proposisi yang nilai kebenarannya tetap, yaitu tautologi dan
kontradiksi.
C. Macam-Macam Proposisi
Proposisi menurut bentuknya ada tiga macam, yaitu: Proposisi
Kategorik, Proposisi Hipotetik, dan Proposisi Disjungtif.
1. Proposisi Kategorik
Proposisi kategoris adalah proposisi yang menerangkan identitas
atau kebedaan dua konsep objektif. Indentitas atau kebedaan yang
diterangkan dapat formal atau objektif, dapat utuh atau parsial.
Proposisi kategoris yang paling sederhana terdiri dari :
a. Subjek: hal yang diterangkan.
b. Predikat: hal yang menerangkan.
c. Kopula.
d. Quantifier.
Subyek, sebagaimana kita ketahui, adalah term yang menjadi
pokok pembicaraan. Predikat adalah term yang menerangkan subyek.
Kopula adalah kata yang menyatakan hubungan antara term subyek
dan term predikat. Sedangkan quantifier adalah kata yang
menunjukkan banyaknya satuan yang diikat oleh term subyek.
Quantfier ada kalanya menunjuk kepada permasalahan universal,
seperti kata: seluruh, semua, segenap, setiap, tidak satu pun; ada
kalanya menunjuk kepada permasalahan partikular, seperti: sebagian,
kebanyakan, beberapa, tidak semua, sebagian besar, hampir seluruh,
rata-rata, [salah] seorang di antara; [salah] sebuah di antara ; ada
kalanya menunjuk kepada permasalahan singular, tetapi untuk
permasalahan singular biasanya quantfier tidak dinyatakan. Apabila
quantifier suatu proposisi menunjuk kepada permasalahan universal
maka proposisi itu disebut proposisi universal; apabila menunjuk
kepada permasalahan partikular disebut proposisi partikular, dan
apabila menunjuk kepada permasaiahan singular, disebut proposisi
singular.
Perlu diketahui, meskipun dalam suatu proposisi tidak dinyatakan
quantifiernya tidak berarti subyek dari proposisi tersebut tidak
mengandung pengertian banyaknya satuan yang diikatnya. Dalam
keadaan apapun subyek selalu mengandung jumlah satuan yang diikat.
Lalu bagaimana menentukan kuantitas dari proposisi yang tidak
dinyatakan quantifiernya. Kita dapat mengetahui lewat hubungan
pengertian antara subyek dan predikatnya.
Kopula, adalah kata yang menegaskan hubungan term subyek dan
term predikat baik hubungan mengiakan maupun hubungan
mengingkari. Bila ia berupa ‘adalah’ berarti mengiakan dan bila
berupa ‘tidak, bukan atau tak’ berarti mengingkari. Kopula
menentukan kualitas proposisinya. Bila ia mengiakan, proposisinya
disebut proposisi positif dan bila mengingkari disebut proposisi
negatif. Kopula dalam proposisi positif kadang-kadang dinyatakan dan
kadang-kadang tidak (tersembunyi). Kopula pada proposisi negatif
tidak rnungkin disembunyikan, karena bila demikian berarti
mengiakan hubungan antara term subyek dan predikatnya.
Dengan quantifier dapat kita ketahui kuantitas proposisi tertentu,
apakah universal, partikular ataukah singular, dan dengan kopula bisa
kita ketahui kualitas proposisi itu apakah positif ataukah negatif. Dari
kombinasi antara kuantitas dan kualitas proposisi maka kita kenal
enam macam proposisi, yaitu:
a. Universal positif
Kopulanya mengakui hubungan subyek dan predikat secara
keseluruhan, dalarn Logika dilambangkan dengan huruf A.
b. Partikular positif
Kopulanya mengakui hubungan subyek dan predikat
sebagian saja dilambangkan dengan huruf I.
c. Singular positif
Karena kopulanya mengakui hubungan subyek dan predikat
secara keseluruhan maka juga dilambangkan dengan huruf A.
Huruf Adan I masing masing sebagai lambang proposisi universal
positif dan partikular positif diambil dari dua huruf hidup pertama
kata Latin Affirmo yang berarti mengakui.
d. Universal negatif
Kopulanya mengingkari hubungan subyek dan predikatnya
secara keseluruhan, dalam Logika dilambangkan dengan huruf E.
e. Partikular negatif
Kopuanya mengingkari hubungan subyek dan predikat
sebagian saja, dilambangkan dengan huruf O.
f. Singular negative
Karena kopulanya mengingkari hubungan subyek dan
predikat secara keseluruhan, juga dilambangkan dengan huruf E.
Huruf E dan 0 yang dipakai sebagai lambang tersebut diambil dari
huruf hidup dalam kata nEgO, bahasa Latin yang berarti menolak
2. Proposisi Hipotesik.
Kalau proposisi kategotrik menyatakan suatu keberan tanpa
syarat, maka pada proposisi hipotetik keberan yang dinyatakn justru
digantungkan pada syarat tertentu. Antara keduanya mempunyai
perbedaan mendasar. Pada proposisi kategorik kopula selalu ‘adalah’
atau ‘bukan’ atau ‘tidak’; sedangkan pada proposisi hipotetik
kopulanya adalah ‘jika, apabila, atau manakala’ yang kemudian
dilanjutkan dengan ‘maka’, meskipun yang terakhir ini sering tidak
dinyatakan. Pada proposisi kategorik kopulanya mengubungkan dua
term sedang pada proposisi hipotetik kopulanya menghubungkan dua
buah pernyataan.
Sebuah proposisi hipotetik, misalnya: ‘jika permintaan
bertambah maka harga akan naik’ pada dasarnya terdiri dari dua
proposisi kategorik ‘permintaan bertambah’ dan ‘harga akan naik’.
‘jika’ dan ‘maka’ pada contoh diatas adalah kopula, ‘permintaan
bertambah’ sebagai pernyataan pertama disebut sebab atau antecedent
dan ‘harga akan naik’ sebagai pernyataan kedua disebut akibat atau
konsekuen.
Proposisi hipotetik mempunyai dua buah bentuk. Pertama,
bila A adalah B maka A adalah C, seperti:
a. Bila hasan rajin ia akan naik kelas.
b. Jika tanaman sering diberi pupuk ia akan subur.
c. Manakalah seorang dihina, maka ia akan marah.
Kedua, bila A adalah B maka C adalah D, seperti:
a. Bila hujan saya naik becak.
b. Bila keadilan tidak dihiraukan maka rakyat akan menuntut.
c. Bila permintaan bertambah, maka harga akan naik.
Antara sebab dan akibat dalam proposisi hipotetik adakalanya
merupakan hubungan kebiasaan dan adakalanya merupakan hubungan
keharusan. Proposisi hipotetik yang mempunyai hubungan kebiasaan
seperti:
a. Bila pecah perang, maka harga akan menghubung.
b. Jika hujan turun, saya tidak pergih.
c. Manakala ia lulus, ayahnya akan memberi dia hadiah yang
menarik.
Adapun beberapa contoh proposisi hipotetik yang
mempunyai hubungan keharusan adalah:
a. Bila matahari terbit maka waktu sholat subuh habis.
b. Bila nyama meninggalkan badan maka berakhirlah kegiatan
jasmani.
c. Bila sesuatu itu hidup maka ia membutuhkan air.
3. Proporsi Disjungtif
Tipe proposisi kondisional (yang kebenarannya
digantungkan pada syarat tertentu) disamping bentuk hipotektik adalah
bentuk disyunktif. Seperti jga proposisi hipotetika, proposisi disyuktif
pada hakikatnya juga terdiri dari 2 buah proposisi kategorika. Sebuah
proposisi disyunktif seperti: proposisi jika tidak benar maka salah; jika
dianalisis menjadi: ‘proposisi itu benar’ dan ‘proposisi itu salah’.
Kopula yang berupa ‘jika’ dan ‘maka’ mengubah dua proposisi
kategori menjadi permasalahan disyunktif. Kopula dari proposisi
disyunktif bervariasi sekali seperti:
a. Hidup kalau tidak bahagia adalah susah.
b. Hasan dirumah atau disekolah.
c. Jika bukan hasan yang mencuri maka budi.
Dalam proposisi hipotetik kopula menghubungkan sebab
dan akibat sedangkan dalam proposisi disyunktif kopua
menghubungkan dua buah altermatif.
Adala dua bentuk proposisi disyunktif. Proposisi disyunktif
sempurna dan proposisi disyunktif tidak sempurna. Proposisi
disyunktif sempurna mempunyai alternatif kontradiktif sedangkan
proposisi diyunktif tidak sempurna alternatifnya tidak berbentuk
kontradiktif rumus untuk bentuk pertama adalah: A mungkin B
mungkin non B, seperti:
a. Hasan berbaju putih atau berbaju non-putih
b. Budi mungkin masih hidup, mungkin sudah mati (non-hidup)
c. Fatimah berbahasa arab atau berbahasa non-Arab.
Adapun rumus untuk bentuk ke dua adalah: A mungkin B
mungkin C, seperti:
a. Hasan berbaju hitam atau berbaju putih
b. Budi ditoko atau dirumah
c. PSSI kalah atau menang.