You are on page 1of 10

JURNAL HUTAN LESTARI (2022)

Vol. 10 (3): 651 – 660

KEANEKARAGAMAN MOLUSKA DI KAWASAN REHABILITASI MANGROVE


DI KELURAHAN SETAPUK BESAR KOTA SINGKAWANG
(Molluscs diversity in the rehabilitation area at Sub Districts Setapuk Besar, Singkawang City)
Slamet Rifanjani*, Weny Lestari, Herlina Darwati, Munadian
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124
*
e-mail: slametrifanjani@fahutan.untan.ac.id

Abstract
Developing mangrove forests in empty areas will form new habitats for several types of fauna, such as
mollusks groups. Mollusks are soft-bodied animals that are commonly found in mangrove ecosystems.
Gastropods and Bivalves are two classes that are commonly found living on and in the substrate or found
attached to mangrove trees. Mangroves serve as spawning, shelter, foraging, and rearing areas for this
group. The role of mollusks in the food chain in the mangrove ecosystem built as detritus eaters helps the
availability of nutrients in the substrate. This study aims to determine and examine the diversity of mollusk
species in each planting period in the mangrove rehabilitation area, Setapuk Besar Village, Singkawang
City. The research was conducted in July 2020 using a purposive sampling technique with the direct
observation method at the research location. The observation stations were in the planting years 2007, 2011,
2015, and 2019. The results showed differences in the planting period followed by different mollusks found.
At the research site, ten species were found consisting of 2 classes: gastropods and bivalves, gastropods class
consisting of 5 families, and two families' bivalves' class. The number of individuals found in the plots at all
stations was 434. The mollusk's diversity index value at station 1 = 1.77, station 2 = 1.51, station 3 = 1.28,
and station 4 = 1.39, and the overall diversity index value is 1.88. The dominance index value at station 1 =
0.20, station 2 = 0.25, station 3 = 0.31 and station 4 = 0.29. The similarity index value at stations 1 and 2 =
83.33%, stations 1 and 3 = 54.54%, stations 1 and 4 = 46.16%, stations 2 and 3 = 66.66%, stations 2 and 4
= 54.54% and stations 3 and 4 = 80%.
Keywords: Molluscs, Mangrove Rehabilitation, Setapuk Besar Village

Abstrak
Pembangunan hutan mangrove pada areal kosong akan membentuk habitat baru bagi beberapa jenis fauna
seperti kelompok moluska. Moluska adalah hewan bertubuh lunak yang banyak ditemukan di ekosistem
mangrove. Gastropoda dan Bivalvia merupakan dua kelas yang umum dijumpai hidup di atas dan dalam
substrat atau dijumpai menempel pada pohon mangrove. Mangrove menjadi daerah pemijahan, berlindung,
mencari makan dan pembesaran bagi kelompok ini. Peran moluska dalam rantai makanan di ekosistem
mangrove yang terbangun sebagai pemakan detritus membantu kesediaan hara dalam substrat. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji keanekaragaman jenis Moluska disetiap periode penanaman
di kawasan rahabilitasi mangrove Kelurahan Setapuk Besar Kota Singkawang. Penelitian dilakukan pada
bulan Juli 2020 menggunakan metode pengamatan langsung di lokasi penelitian dengan teknik purposive
sampling. Stasiun pengamatan berada pada tahun tanam 2007, 2011, 2015 dan 2019. Hasil penelitian
menunjukkan perbedaan periode tanam diikuti dengan perbedaan jenis moluska yang ditemukan. Pada
lokasi penelitian ditemukan sebanyak 10 spesies terdiri dari 2 kelas yaitu gastropoda dan bivalvia, kelas
gastropoda terdiri 5 famili dan kelas bivalvia 2 famili. Jumlah individu yang ditemukan dalam plot di semua
stasiun penelitian sebanyak 434 individu. Nilai indeks keanekaragaman jenis Moluska pada stasiun 1 = 1,77,
stasiun 2 = 1,51, stasiun 3 = 1,28, stasiun 4 = 1,39, nilai indeks keanekaragaman secara keseluruhan adalah
1,88. Nilai indeks dominansi pada stasiun 1 = 0,20, stasiun 2 = 0,25, stasiun 3 = 0,31 dan stasiun 4 = 0,29.
Nilai indeks kesamaan jenis pada stasiun 1 dan 2 = 83,33%, stasiun 1 dan 3 = 54,54%, stasiun 1 dan 4 =
46,16%, stasiun 2 dan 3 = 66,66%, stasiun 2 dan 4 = 54,54% serta stasiun 3 dan 4 = 80%.
Kata kunci: Moluska, Rehabilitasi Mangrove, Kelurahan Setapuk Besar

651
JURNAL HUTAN LESTARI (2022)
Vol. 10 (3): 651 – 660

PENDAHULUAN sebelumnya menunjukkan kondisi


Moluska adalah kelompok hewan lingkungan, sumber makanan, kompetisi,
invertebrata multiseluler dan memiliki tubuh pemangsa dapat mempengaruhi populasi dan
lunak. Moluska berasal dari Bahasa Yunani penyebaran moluska (Fajeriadi et al., 2019;
“molluscus” atau lunak. Filum Moluska Isnaningsih et al., 2018; Haryoardyantoro et
merupakan filum terbesar kedua setelah filum al., 2013). Adanya tekanan dan perubahan
Arthropoda dalam kingdom Animalia. lingkungan dapat memberikan pengaruh
Kelompok ini melingkupi semua hewan terhadap total famili dan perbedaan
lunak yang bercangkang ataupun tidak komposisi dari moluska. Perbedaan
memiliki cangkang, seperti berbagai jenis komponen makro dan mikro ekosistem
kerang-kerangan, siput, cumi-cumi serta mangrove berpeluang menyebabkan
kerabatnya. Bivalvia (kerang-kerangan) dan terjadinya perbedaan jumlah jenis dan
Gastropoda (siput) adalah dua kelas terbesar struktur komunitas molusska yang
dalam filum ini. ditemukan.
Ekosistem mangrove merupakan salah Ekosistem mangrove berada dipinggir
satu habitat moluska. Beberapa jenis siput pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air
dan kerrang umum ditemukan di ekosistem laut (Isnaningsih et al., 2018; Senoaji &
mangrove. Mereka dapat hidup di atas Hidayat, 2016). Ekosistem mangrove
permukaan substrat maupun di dalam substrat merupakan suatu sistem yang terdiri atas
atau dijumpai menempel pada pohon organisme (tumbuhan dan hewan) yang
mangrove. Sebagian besar moluska yang berinteraksi dengan faktor lingkungannya di
hidup di ekosistem mangrove adalah spesies dalam suatu habitat mangrove. Terdapat
dari kelas gastropoda dan bivalvia. Perbedaan interaksi yang erat antara perairan laut, sungai
bentuk tubuh dan cangkang kedua kelas ini dan teresterial. Interaksi yang erat ini
menjadi pembeda yang sangat jelas. menyebabkan ekosistem mangrove memiliki
Morfologi yang berbeda ini sangat berguna keanekaragaman yang tinggi baik itu flora
dalam identifikasi kedua kelas tersebut. maupun faunanya (Martuti, 2013). Keunikan
Gastropoda berkarakteristik cangkang dan kompleksitas ekosistem mangrove
tunggal yang berulir, sementara tubuh mempunyai peranan penting terhadap
Bivalvia berada dalam dua cangkang yang masyarakat sekitar dan jadi pendukung jasa
berpautan pada dorsal. Karakteristik hidup ekosistem di sepanjang garis pantai di
kedua kelas ini juga berbeda. Gastropoda Kawasan tropis (Lisna et al., 2017; Donato et
umum dijumpai berbagai substrat pasir- al., 2012). Kepiting dan Moluska adalah
lumpur, di atas batu dan pohon. Sebagai makrofauna paling dominan di ekosistem
binatang infauna, Gastropoda bereaksi mangrove. Keanekargaman dan asosiasi
mencolok terhadap ukuran tekstur makrofauna beserta kompleksitas habitat
substrat/dasar laut. Bivalvia hidup dengan mangrove terbentuk karena peranan
cara menggali, membenamkan dan ekosistem mangrove sebagai tempat mencari
merekatkan diri dalam substrat menggunakan makan (Irma & Sofyatuddin, 2012).
alat perekat. Beberapa hasil penelitian

652
JURNAL HUTAN LESTARI (2022)
Vol. 10 (3): 651 – 660

Kawasan hutan mangrove di Kota mangrove, karena disetiap tahun tanam akan
Singkawang sekitar tahun 1980 tergolong memiliki kondisi lingkungan yang berbeda.
masih sangat baik khususnya di kelurahan METODE PENELITIAN
Setapuk Besar. Pohon penyusun hutan Pelaksanaan penelitian selama 1 bulan
mangrove masih sangat banyak dan beragam. pada bulan Juli 2020 di Hutan Mangrove
Aktivitas produksi gula nira oleh masyarakat Surya Perdana Mandiri Kota Singkawang.
sekitar hutan berpengaruh terhadap Luas Kawasan mangrove ± 21 Ha. Penelitian
kelestarian mangrove. Masyarakat dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 sampai
menggunakan kayu bakar yang berasal dari pukul 17.00 dan menyesuaikan kondisi ketika
aktivitas penebangan di hutan mangrove air surut. Penelitian ini menggunakan metode
untuk bahan bakar produksi gula nira. survey dan pengamatan langsung (observasi)
Aktivitas tersebut menyebabkan di lokasi rehabilitasi mangrove. Peletakan
berkurangnya vegetasi mangrove, termasuk stasiun pengamatan untuk pengambilan
vegetasi di kawasan hutan mangrove sampel dilakukan dengan teknik purposive
Kelurahan Setapuk Besar, Kota Singkawang. sampling dengan pertimbangan tahun
Tahun 2011 terbentuk komunitas peduli penanaman mangrove. Stasiun pengamatan
mangrove di Kelurahan Setapuk Besar dibagi menjadi 4 stasiun berdasarkan kondisi
dengan nama Surya Perdana Mandiri. Sejak jalur tanam mangrove per empat tahun.
tahun 2011 komunitas ini telah menanam Stasiun 1 yaitu jalur mangrove dengan tahun
lebih dari 45.000 bibit tanaman dari beberapa tanam 2007, stasiun 2 merupakan jalur tanam
jenis mangrove. Jenis-jenis yang ditaman tahun 2011, stasiun 3 jalur tanam tahun 2015,
tersebut antara lain Avicennia alba, Avicennia dan stasiun 4 jalur tanam tahun 2019. Jenis
marina, Excoecaria agallocha, Rhizophora tanaman yang ditanam mayoritas adalah
apiculata, Rhizophora mucronata dan Rhizophora spp. Setiap stasiun pengamatan
Rhizophora stylosa. Jenis-jenis ini ditanam di diletakkan 10 plot dengan ukuran 1 x 1 m.
pesisir pantai Setapuk Besar. Kegiatan Plot pertama sampai plot ke 10 diletakkan
penanaman kembali atau reboisasi hutan secara purposive sepanjang jalur penanaman
mangrove yang rusak merupakan upaya mangrove pada masing-masing stasiun
rehabilitasi mangrove dalam rangka pengamatan dimana ditemukan moluska.
mengembalikan kembali fungsi ekologis Sampel moluska yang berada dalam petak
mangrove. Salah satu fungsi ekologis kuadran (plot) tersebut baik yang berada pada
mangrove, yaitu sebagai habitat dari berbagai pohon mangrove (akar, batang dan daun)
jenis fauna, termasuk moluska. Penelitian ini maupun yang berada di permukaan subsrat,
bertujuan untuk mengkaji keanekaragaman diambil langsung dengan menggunakan
jenis moluska disetiap periode penanaman tangan. Moluska yang didapat langsung
mangrove Surya Perdana Mandiri. Perbedaan dimasukan ke dalam kantong plastik dan
periode penanaman pada rehabilitasi diberi label. Sampel moluska yang diambil
mangrove berpengaruh terhadap kemudian diawetkan untuk dilakukan
keanekaragaman jenis moluska di kawasan identifikasi dan mengetahui jenisnya.
Identifikasi dilakukan dengan mengamati

653
JURNAL HUTAN LESTARI (2022)
Vol. 10 (3): 651 – 660

morfologi moluska yang meliputi warna, salinitas, dan vegetasi dalam plot. pH air dan
ukuran cangkang, bentuk ujung cangkang, tanah diukur menggunakan pH meter,
dan putaran cangkang. Pengukuran parameter salinitas menggunakan refractometer.
profil habitat meliputi pH air, pH tanah,

Gambar 1. Lokasi Penelitian (Research Sites)

1x1m

Tepi laut
Darat

Stasiun 1 Stasiun 3 Stasiun 4


Stasiun 2

Gambar 2. Ilustrasi Stasiun Pengamatan 1 sampai 4 (Illustration of Observing Stations 1


to 4)

654
JURNAL HUTAN LESTARI (2022)
Vol. 10 (3): 651 – 660

Analisis data Dimana: C = Indeks Dominansi, ni


1. Indeks keanekaragaman jenis = Jumlah individu ke-i, N = Jumlah
Indeks Shannon-Wiener (Odum, individu semua spesies. Nilai C
1993) digunakan untuk menghitung dikategorikan berikut ini: C = 0 < C ≤ 0,5
keanekaragaman jenis moluska: = dominansi rendah, C= 0,5 < C ≤ 0,75
H’ = ̶  (pi ln pi) dominansi sedang, C = 0,75 ≤ 1 dominansi
Nilai pi diperoleh dengan formula: tinggi.
ni 3. Indeks kesamaan jenis
𝑝𝑖 =
N Membandingkan kesamaan jenis antar
Dimana: jalur atau stasiun pengamatan dengan
Hʼ = Indeks Keanekaragaman, indeks kesamaan jenis. Menghitung indeks
pi = Proporsi jenis ke i terhadap total individu
kesamaan jenis antar dua stasiun dengan
semua jenis,
N = Jumlah individu keseluruhan dan ni = Jumlah menggunakan rumus Sorensen (Odum,
individu/Spesies ke i. 1993) sebagai berikut:
2C
Katagori nilai Hʼ adalah sebagai berikut: 𝐼𝑆 = x 100%
A+B
H’ > 3 = keanekaragaman tinggi, 1 ≤ H’ ≤
Dimana: IS = Indeks kesamaan Sorensen,
3 = keanekaragaman sedang dan H’ < 1 = A = Jumlah jenis pada stasiun A,
Keanekaragaman rendah. B = Jumlah jenis pada stasiun B,
2. Indeks dominansi
C = Jumlah jenis yang sama pada kedua
Indeks dominansi adalah nilai yang stasiun.
digunakan untuk menunjukkan jenis biota HASIL DAN PEMBAHASAN
tertentu yang mendominasi di suatu
Berdasarkan hasil penelitian, dari 4
ekosistem. Dominansi biota tertentu dapat stasiun pengamatan di Kawasan
dihitung dengan indeks dominansi Rehabilitasi Mangrove Surya Perdana
Simpson (Odum, 1993): Mandiri di dapatkan 7 famili moluska.
ni (ni − 1)
𝐶= Jumlah individu dan famili moluska yang
N (N − 1) ditemukan dapat dilihat pada Gambar 3.

Arcidae; 3 Donacidae; 2

Potamididae; 109
Littorinidae; 224 Neritidae; 8

Ellobiidae; 49
Assimneidae; 39

Gambar 3. Grafik Molusca Berdasarkan Family (Graph of Molluscs by Family)

655
JURNAL HUTAN LESTARI (2022)
Vol. 10 (3): 651 – 660

Kelompok moluska terbanyak yang hidup di dalam dan di luar hutan mangrove
ditemukan berasal dari famili Littorinidae dengan sama baiknya. Kedua famili ini
yang berjumlah total 224 individu dan juga pernah ditemukan ditemukan di
family Potamididae sebanyak 109 Kawasan hutan mangrove Muara Sungai
individu. Famili Potamididae merupakan Kuala Baru Kecamatan Jawai, Kabupaten
Gastropoda asli mangrove yang Sambas. Famili Littorinidae yang
memanfaatkan detritus sebagai sumber ditemukan di Hutan Mangrove Sambas
makanannya. Jenis ini dikatagorikan adalah genus Littorina dan dari Famili
sebagai moluska asli yaitu yang sangat Potamididea genus yang ditemukan adalah
menggantungkan hidupnya dengan hutan Cerithidea dan Terebralia. (Darmi et al,
mangrove dan menjadikannya sebagai 2017). Dalam penelitian ini genus
tempat hidup utamanya. sedangkan Cerithidea dan Terebralia juga ditemukan.
Littorina yang merupakan family Kedua famili ini juga pernah ditemukan di
Littorinidae ditemukan menempel pada ekosistem mangrove di Taman Nasional
bagian daun mangrove (treefauna). Ujung Kulon (Mujiono, 2010). Moluska
Littorina diketahui mampu menempel yang ditemukan pada 4 stasiun
dengan kuat di bagian akar, batang dan pengamatan, tersebar ke dalam 10 spesies
daun tumbuhan mangrove. Famili ini dengan jumlah total 434 individu. Sebaran
dikatagorikan sebagao moluska flutuatif individu dan spesies dapat dilihat pada
yaitu moluska yang memiliki kemampuan Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Moluska yang Ditemukan di Stasiun Penelitian 1 sampai 4 (Number of
molluscs in research station 1 until 4)
No Kelas / Famili Spesies Jumlah Individu Total
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
1 2 3 4
(2007) (2011) (2015) (2019)
A GASTROPODA
1 Potamididae Cerithidea obtusa 9 14 43 6 72
2 Potamididae Cerithidea alata 37 0 0 0 37
3 Neritidae Neritina violacea 8 0 0 0 8
4 Assimneidae Spherassiminea miniata 0 0 15 24 39
5 Ellobidae Ellobium aurisjudge 7 9 0 0 16
6 Ellobidae Cassidula aurisfelis 19 14 0 0 33
7 Littorinidae Littoraria undulata 15 31 25 41 112
8 Littorinidae Littoraria scabra 32 28 13 39 112
B BIVALVIA
9 Arcidae Anadara granosa 0 0 0 3 3
10 Donacidae Donax faba 0 0 0 2 2
Jumlah 127 96 96 115 434
Jumlah Jenis 7 5 4 6

Stasiun 1 dengan tahun tanam 2007 individu dari 7 spesies. Urutan selanjutnya
merupakan jalur terbanyak ditemukan adalah stasiun 4 dengan 115 individu dan 6
individu dan spesies moluska yaitu 127 spesies, stasiun 2 dengan 96 individu dan 5

656
JURNAL HUTAN LESTARI (2022)
Vol. 10 (3): 651 – 660

spesies dan stasiun 3 dengan 96 individu Bivalvia dari famili Donacidae. Spesies
dan 4 spesies. Banyaknya individu yang yang ditemukan yaitu Donax faba. Sebaran
ditemukan pada stasiun 1 diduga karena genus Donax ditentukan oleh tekstur
lokasi stasiun tersebut merupakan daerah substrat, suhu, dan pasang surut air (Singh
peralihan dan pertemuan air laut dengan et al., 2011). Stasiun 4 yang lebih sering
aliran air tawar, dan ditandai dengan terkena pergerakan pasang surut air laut
kondisi salinitas paling rendah yaitu 17 dibandingkan dengan stasiun 1, stasiun 2,
ppt. Tiga stasiun lain salinitas antara 25 dan stasiun 3. Tingginya jumlah Littoraria
ppt sampai 30 ppt. Kondisi ini undulata dan Littoraria scabra yang
dimungkinkan karena lokasinya yang ditemukan di Mangrove Surya Perdana
berdekatan dengan sungai utama yang ada Mandiri diduga berhubungan dengan
di daerah tersebut. Stasiun 1 juga memiliki substrat dimana mereka hidup dan mencari
vegetasi mangrove tingkat pohon paling makan dan juga daya toleransi mereka
banyak karena usia tanam paling tua. terhadap lingkungan yang ekstrim. Ukuran
Kondisi tersebut memberi tempat yang partikel substrat yang merupakan salah
nyaman bagi berbagai jenis moluska dari satu faktor ekologis utama dalam
kelas gastropoda untuk menempel pada mempengaruhi struktur komunitas
bagian akar, batang atau daun mangrove di makrobentik seperti kandungan bahan
stasiun 1. Stasiun 4 dengan tahun tanam organik substrat.
2019, satu-satunya jalur yang ditemukan
Tabel 2. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) dan Indeks Dominansi (C) Moluska di
Kawasan Rehabilitasi Mangrove (Diversity Index (H’) and Dominance Index (C)
of Molluscs in the Rehabilitation Mangrove Area)
Stasiun 1 2 3 4 Indeks Keseluruhan
Nilai ( H’ ) 1,77 1,51 1,28 1,39 1,88
Nilai ( C ) 0,20 0,25 0,31 0,29 -

Setiap stasiun memiliki nilai yang dominansi rendah dan dapat disimpulkan
berbeda-beda. Indeks keanekaragaman bahwa tidak ada spesies yang
(H’) berkisar antara 1,28 sampai 1,77. mendominasi pada Kawasan Hutan
Indeks keanekaragaman tertinggi sebesar Mangrove Kelurahan Setapuk Besar Kota
1,77 terdapat di stasiun 1 dan terendah di Singkawang. Jika dibandingkan dengan
stasiun 3 sebesar 1,28. Berdasarkan indeks indeks dominasi Moluska di hutan
keanekaragam Shannon Wiener secara mangrove lainnya, indeks dominansi ini
keseluruhan keanekaragaman molusca termasuk tinggi. Di Kawasan Hutan
tergolong sedang. Mangrove alami yang ada di Lombok
Indeks dominansi stasiun penelitian 1 Indeks dominasi yang paling tinggi
sampai stasiun 4 memiliki nilai yang berkisar 0.167, di lokasi Famili
berbeda berkisar 0,20 sampai 0,31. Nilai Potamididae memiliki keanekaragaman
indeks ini dikategorikan memiliki dan kemelimpahan tertinggi disbanding

657
JURNAL HUTAN LESTARI (2022)
Vol. 10 (3): 651 – 660

famili lain yang ditemukan (Dining et al., Semakin besar dan rapat vegetasi
2020) mangrove merupakan habitat yang lebih
Dominansi suatu organisme pada baik bagi lebih banyak jenis moluska,
suatu habitat menandakan bahwa daya karena beberapa jenis moluska ditemukan
adaptasi dan kemampuan bertahan hidup hidup pada akar, batang dan daun
setiap organisme tidak sama (Mustofa et mangrove.
al., 2014). Hasil penelitian dimana tidak Pola dominansi suatu spesies terhadap
adanya jenis yang dominan, menunjukan spesies lainnya dalam komunitas suatu
bahwa lokasi penelitian masih merupakan ekosistem didekati dengan indeks
habitat yang disukai oleh banyak jenis dominansi (Mawazin et al., 2013). Nilai
moluska. indeks dominansi suatu spesies yang
Stasiun 1 yang merupakan tahun semakin tinggi menggambarkan komunitas
tanam mangrove tertua yaitu tahun 2007 lebih dikuasai oleh spesies tertentu atau
memiliki nilai indeks keanekaragaman pola penguasaan terpusat pada spesies-
jenis tertinggi (1,77) dan nilai indeks spesies tertentu. Nilai indeks dominansi
dominansi terendah (0,20). Demikian juga suatu spesies yang semakin rendah
dengan stasiun 2 yang merupakan menggambarkan pola penguasaan yang
mangrove dengan tahun tanam kedua relatif menyebar pada spesies-spesies yang
tertua yaitu tahun 2011 memiliki nilai ada di dalam komunitas tersebut.
indeks keanekaragaman jenis tertinggi Karakteristik habitat dan kondisi
kedua (1,51) dan nilai indeks dominansi lingkungan seperti vegetasi, jenis sedimen,
terendah kedua (0,25). Hal ini menandakan suhu, dan salinitas yang hampir sama
bahwa tingkat pertumbuhan dan kerapatan akan memiliki komposisi jenis dan
mangrove memiliki hubungan dengan kelimpahan gastropoda yang tidak jauh
keanekaragaman jenis yang semakin tinggi berbeda pula.
dan dominasi jenis yang semakin rendah.
Tabel 3. Indeks Kesamaan Jenis di Stasiun Penelitian 1 sampai 4 (Similarity Index at
Research Station 1 until 4)
Keterangan Indeks Kesamaan Jenis
Stasiun 1 - Stasiun 2 83,33%
Stasiun 1 - Stasiun 3 54,54%
Stasiun 1 - Stasiun 4 46,16%
Stasiun 2 - Stasiun 3 66,66%
Stasiun 2 - Stasiun 4 54,54%
Stasiun 3 - Stasiun 4 80%

Berdasarkan hasil analisa di atas, yang hampir sama. Faktor-faktor yang


indeks kesamaan jenis moluska tertinggi mempengaruhi tingginya tingkat kesamaan
ditemukan pada stasiun 1 dan stasiun 2 yaitu jenis antara stasiun 1 dan stasiun 2 yaitu
sebesar 83,33% atau masuk kategori sangat karena tekstur tanah, jenis substrat dan tingkat
tinggi. Antara stasiun 1 dan stasiun 2 pertumbuhan vegetasi yang sama. Stasiun 1
menunjukan bahwa terdapat jenis moluska dan stasiun 4 menunjukan indeks kesamaan

658
JURNAL HUTAN LESTARI (2022)
Vol. 10 (3): 651 – 660

jenis 46,66%, tergolong ke dalam kategori moluska. Salinitas dan pH air adalah faktor
rendah, hal ini dikarenakan antara stasiun 1 abiotik yang penting. Faktor biotik antara lain
dan stasiun 4 memiliki kondisi lingkungan keberadaan pohon mangrove (jenis dan
yang berbeda seperti jenis substat dan tingkat tingkat pertumbuhan) dan fitoplankton yang
pertumbuhan vegetasi mangrove. Stasiun 3 sebagai sumber makanan utama bagi
dan stasiun 4 nilai indeks kesamaan jenis moluska. Faktor abiotik terdiri dari pH air dan
yaitu 80% tergolong kategori sangat tinggi, salinitas. Perubahan kondisi lingkungan dapat
hal ini dikarenakan letak kedua lokasi yang mempengaruhi perubahan komposisi,
tidak berbeda jauh dan kedua stasiun tersebut kelimpahan dan keanekaragaman moluska
dekat dengan laut sehingga lebih terpengaruh pada suatu perairan. Salinitas merupakan
oleh pasang surut air laut. Menurut Rizka et salah satu faktor yang mempengaruhi
al., (2016), tinggi atau rendahnya kesamaan keberadaan moluska karena moluska hanya
jenis moluska di setiap stasiun penelitian dapat bertahan terhadap perubahan salinitas
disebabkan kesamaan kondisi lingkungan, yang kecil dan lambat.
tekstur tanah, riparian atau vegetasi penyusun DAFTAR PUSTAKA
dan sumber makanan yang tersedia bagi Darmi, Setyawati, TR., Yanti, AH. (2017).
moluska. Jenis-Jenis Gastropoda di Kawasan
KESIMPULAN Hutan Mangrove Muara Sungai Kuala
Baru Kecamatan Jawai Kabupaten
Spesies moluska yang ditemukan di
Sambas. Jurnal Protobiont, 6 (1), 29-
Kawasan Rehabiltasi Mangrove Surya
34
Perdana Mandiri Kota Singkawang sebanyak
Dining, A. C., Laily, H. S., Hilman, H., Baiq,
10 spesies yang tergolong dalam 2 kelas
F. (2020). Struktur Komunitas Moluska
(Gastropoda dan Bivalvia) dan 7 famili.
di Kawasan Mangrove Alami dan
Kelas gastropoda yaitu Cerithidea obtusa,
Rehabilitasi Pesisir Selatan Pulau
Littoraria undulata, Littorria scabra,
Lombok. Jurnal Biologi Tropis, 20 (1),
Cassidula aurisfelis, Spherasiminia miniata,
139–147
Ellobium aurisjudge, Neritina violacea,
Cerithideopsilla alata, dan kelas bivalvia Donato, D. C., Kauffman, J. B., Murdiyarso,
yaitu Anadara granosa dan Donax faba. D., Kurnianto, S., Stidham, M., &
Nilai indeks keanekaragaman jenis H’ Kanninen, M. (2012). Mangrove
tertinggi dan indeks dominansi terendah (C) adalah salah satu hutan terkaya karbon
ditemukan di stasiun 1 dengan nilai H’ = di kawasan tropis. Brief Cifor, 12, 1-10.
1,77, sedangkan dan nilai C = 0,20. Nilai Fajeriadi, H., Zaini , M., & Dharmono.
indeks kesamaan jenis (IS) tertinggi dengan (2019). Keanekaragaman Siput Ordo
nilai 83,33% ditemukan pada stasiun1 dan Mesogastropoda dan Neogastropoda
stasiun 2, sedangkan nilai kesamaan jenis pada Zona Eulitoral di Kawasan Pesisir
terendah dengan nilai 46,16% ditemukan Pulau Sembilan, Kabupaten Kotabaru.
pada stasiun 1 dan stasiun 3. Buletin Oseanografi Marina, 8 (1), 17-
Faktor lingkungan abiotik dan biotik 24
sangat berpengaruh terhadap keberadaan

659
JURNAL HUTAN LESTARI (2022)
Vol. 10 (3): 651 – 660

Haryoardyantoro, S., Hartati, R., & Mujiono, N. (2010). Keanekaragaman Jenis


Widianingsih. (2013). Komposisi dan Gastropoda (Moluska) yang
Kelimpahan Gastropoda di Vegetasi Berasosiasi dengan Ekosistem
Mnagrove Kelurahan Tugurejo, Mangrove di Taman Nasional Ujung
Kecamatan Tugu Kota Semarang. Kulon. Biota Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Journal Marine of Research. 2 (2), 85- Hayati. 15(2), 219−226.
93 Mushthofa, A., Rudiyanti, S., &
Irma, D., & Sofyatuddin, K. (2012). Diversity Muskanonfola, M. R. (2014). Analisis
of Gastropods and Bivalves in struktur komunitas makrozoobenthos
mangrove ecosystem rehabilitation sebagai bioindikator kualitas perairan
areas in Aceh Besar and Banda Aceh Sungai Wedung Kabupaten Demak.
districts, Indonesia. Aquaculture, Management of Aquatic Resources
Aquarium, Conservation & Journal (MAQUARES), 3(1), 81-88.
Legislation, 5(2), 55-59. Odum EP. (1993). Dasar-Dasar Ekology.
Isnaningsih, N. R., & Patria, M. P. (2018). Penerjemahan: Samingan T dan B.
Peran Komunitas Moluska dalam Srigandono. Yogyakarta (ID):
mendukung Fungsi Kawasan Gajahmada University Press.
Mangrove di Tanjung Lesung, Rizka, S., Muchlisin, Z. A., Akyun, Q., Fadli,
Padeglang, Banten. Jurnal Biotropika, N., Irma, D., & Halim, A. (2016).
6(2), 35-44. Komunitas Makrozoobentos di
Lisna, Malik, A., & Toknok, B. (2017). Perairan Estuaria Rawa Gambut Tripa
Potensi Vegetasi Hutan Mangrove di Provinsi Aceh Jurnal Ilmiah
Wilayah Pesisir Pantai Desa Mahasiswa Kelautan dan Perikanan
Khatulistiwa Kecamatan Tinombo Unsyiah. 1 (1), 134-145.
Selatan Kabupaten Parigi Moutong. Senoaji, G., & Hidayat, M. F. (2016). Peran
Warta Rimba, 5, pp. 63-70. Ekosistem Mangrove di Pesisir Kota
Martuti, N. K. (2013). Keanekaragaman Bengkulu Dalam Mitigasi Pemanasan
Mangrove di Wilayah Tapak, Global Melalui Penyimpanan Karbon.
Tugurejo, Semarang. Jurnal MIPA, 36 Jurnal Manusia dan Lingkungan,
(2), 149-156. 23(3), 327-333
Mawazin, M., & Subiakto, A. (2013). Singh, Y. T., Krishnamoorthy, M., &
Keanekaragaman dan komposisi jenis Thippeswamy, S. (2011). Population
permudaan alam hutan rawa gambut ecology of the wedge clam Donax faba
bekas tebangan di Riau. Indonesian (Gmelin) from the Panambur beach,
Forest Rehabilitation Journal, 1(1), 59- near Mangalore, South West Coast of
73. India. J. Theo. Exp. Biol, 7, 171-182.

660

You might also like