Professional Documents
Culture Documents
Endang Hilmi1,2, Asrul Sahri Siregar1, Luvianna Febryanni1, Rima Novaliani1, Sya’bani A. Amir1 dan
Agung Dhamar Syakti1,3
1)
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan-Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto
2)
Pusat Mitigasi Bencana-Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto
3)
Pusat Studi Biosains Maritim - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto
ABSTRACT
Mangrove ecosystem of Segara Anakan Cilacap has specific vegetation, function, and benefit. It was
dominated by Rhizophora, Bruguiera, Avicennia and associate vegetation such as Nypa frutican. Stability
of mangrove ecosystem can be seen by community structure, zonation and diversity of mangrove
vegetation. This research aimed to analyze community structure, zonnation and diversity of mangrove
vegetation in Segara Anakan Lagoon. This research used survey method with cluster sampling by
stratified analysis. The Analyze of data used association analysis, zonation analysis, richnes index, and
Shanon Wiener index. This Research showed that (1) Association index of seedling was dominated by
index < 0.22 (lowest association) with scored 46,67 % - 66.66 %, (2) Association index of sapling also
was dominated by index < 0.22 (lowest association) with scored 58,33% - 71.43 %, (3) Association index
of tress also was dominated by index < 0.22 (lowest association) with scored 67,27 % % (4) Overlaping
indeks showed Aegiceras corniculatum has high overlap toward Nypa frutican (71 %) (seedling stage)
and Rhizophora apiculata to Avicennia spp (0,49) (sapling stage). (5) Zonation of mangrove showed that
Zone 1 as direct connecting zone with sea which were dominated by Avicennia marina and Avicennia
oficinallis. Zone 2 as the middle zone which were dominated by Rhizophora mucronata, Rhizophora
apiculata, and Ceriops tagal. Zone 3 as direct connecting zone with island which were dominated by
Nypa fruticans, Acanthus ilicifolius, and Sonneratia casseolaris (6) diversity index between 0.48 – 1.83
(low – middle).
Keywords : mangrove vegetation, acosiation index, zonation, community structure and diversity
berkembang biak berbagai fauna dan tempat surut, laju pengendapan, dan pengikisan serta
migrasi satwa (Murdiyanto, 2003), mengurangi ketinggian nisbi darat dan air (Bengen dan
dan mengakumulasi berbagai bahan pencemar Dutton, 2004). Zonasi juga menggambarkan
logam berat dann minyak (Wickramasinghe et tahapan suksesi yang sejalan dengan perubahan
al., 2009. dan Davidson et al., 2009 dan Graci’aa tempat tumbuh (Hutchings dan Saenger, 1987
et al., 2008), serta berbagai manfaat dan fungsi dan Kusmana, 2000)
ekonomi, untuk obat-obatan, kayu, arang, dan Salah satu ekosistem mangrove yang
bahan makanan (Aksornkoae, 1993 dan FAO, menjadi ciri khas di Pulau Jawa adalah
1994). ekosistem mangrove yang berada di Estuarian
Ekosistem mangrove dapat diartikan Segara anakan. Ekosistem segara anakan
sebagai ekosisitem yang ditumbuhi oleh dipengaruhi oleh Pulau Nusakambangan dan
berbagai vegetasi khas mangrove yang tidak Samudra Hindia; serta merupakan muara dari
dapat digantikan oleh vegetasi lainnya. Vegetasi Sungai Citanduy, Sungai Cibeureum, Sungai
tersebut sangat khas baik dalam hal Palindukan, SungaiCikonde, dan sungai-sungai
penampakan (habitus) hingga pengelompokan lainnya yang berpengaruh besar terhadap
(clustering). Untuk dapat bertahan hidup pada kelancaran fungsi sistem drainase daerah irigasi
konsisi habitat tersebut, vegetasi mangrove Sidareja-Cihaur, Lakbok Selatan, Lakbok Utara,
mempunyi pola adaptasi tertentu, mulai dari dan sistem pengendalian banjir wilayah Sungai
adaptasi peakaran, adaptasi daun hingga Citanduy (Yulianti et al., 2013). Ekosistem
adaptasi bunga dan buah. Salah satu bentuk mangrove segara anakan didominasi oleh
adaptasi yang khas adalah membentuk struktur Rhizophora apiculata, R. mucronata, Avicennia
komunitas, memiliki pola asosiasi dan zonasi marina, Sonneratia caseolaris, Ceriops tagal,
tertentu. Aegiceras corniculatum hingga Nypa frutican
Asosiasi adalah suatu model hubungan (Hilmi et al, 2014a).
antar komunitas yang khas, ditemukan dengan Potensi vegetasi di ekosistem mangrove
kondisi yang sama dan berulang di beberapa di Segara Anakan yang tersusun dari beberapa
lokasi. Asosiasi dicirikan dengan adanya vegetasi mangrove tersebut membentuk pola
komposisi floristik yang mirip, memiliki fisiognomi adaptasi, asosiasi, zonasi hingga potensi
yang seragam dan sebarannya memiliki habitat keankeragaman hayati membangun suatu
yang khas (Mueller-Dombois dan Ellenberg, struktur komunitas dari ekosistem mangrove
1974; Barbour et al., 1999 dan Kurniawan et al., terebut. Keberadaan dan kelengkapan struktur
2008). Asosiasi terbagi menjadi dua yaitu komunitas akan menggambarkan tingkat
asosiasi positif dan asosiasi negatif. Positif jika kestabilan dari ekosistem tersebut.
keberadaan vegetasi mangrove sama-sama Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
diharapkan oleh keduanya, sedangkan asosiasi menganalisis pola asosiasi antar vegetasi
negative memiliki arti ybahwa keberadaan mangrove, tingkat keankeragaman hayati dan
vegetasi tersebut tidak diharapkan oleh vegetasi kerapatan vegetasi mangrove, serta pola zonasi
yang lain. mangrove di Segara Anakan Cilacap.
Sedangkan zonasimangrove juga dapat
terbentuk oleh adanya kisaran ekologi yang
tersendiri dan niche (relung) yang khusus dari METODE PENELITIAN
masing-masing jenis (Hutchings and Saenger, Lokasi Penelitian
1987 dan Johnstone, 1983). Pembagian zonasi
hutan mangrove dapat disebabkan oleh adanya Penelitian ini dilakukan di ekosistem
hasil kompetisi diantara spesies mangrove, mangrove Segara Anakan Cilacap Bagian Timur
dimana semakin banyak jumlah spesies dengan memperhatikan tahapan pertumbuhan
mangrove maka semakin rumit pula bentuk baik semai, pancang hingga pohon.
kompetisinya, yang selanjutnya dipengaruhi oleh
faktor lokasi.Perkembangan mangrove dalam Vatiabel Penelitian
komunitas zonasi, seringkali diinterpretasikan
sebagai tingkat perbedaan dalam suksesi Variabel penelitian adalah kerapatan
(perubahan secara progresif dalam komposisi vegetasi mangrove, indeks asosiasa, indeks
jenis selama perkembangan vegetasi) ochai, indeks kekayaan jenis, indeks kelimpahan
(Kusmana, 2000 dan Hutchings and Saenger, jenis, salintas dan tekstur tanah.
1987). Zonasi hutan mangrove ditentukan oleh
keadaan tanah, salinitas, penggenangan, pasang
22 Omni-Akuatika Vol. 11 No. 2 November 2015 : 20 - 32
Tabel 1. Tingkat kerapatan dan Keanekragaman Hayati vegetasi mangrove di Segara Anakan Cilacap
bagian Timur
Tabel 2. Sebaran Kerapatan dari Vegetasi Mangrove di Segara Anakan Bagian Timur Cilacap.
Sedangkan Pada Segara Anakan Timur potensi salinitas 4–17 ppt ini sangat cocok untuk
2 banyak ditemukan zonasi Aegiceras spp yaitu pertumbuhan semua jenis vegetasi mangrove
pada plot 12, 10, dan plot 9. Zonasi N. frutican untuk tumbuh dan berkembang.
muncul pada plot 6, dan R. apiculata yang
Asosiasi Vegetasi Mangrove di Segara
banyak ditemukan pada plot 6 dan 7. Pola
Anakan Cilacap Bagian Timur
sebaran vegetasi melalui potensi kerapatan
menunjukan potensi penguasaan sumber hara Asosiasi adalah suatu modal hubungan
oleh jensi vegetasi mangrove. Vegetasi antar komunitas yang khas, ditemukan dengan
mangrove yang memiliki kerapatan tertinggi kondisi yang sama dan berulang di beberapa
berarti memiliki tingkat penguasaan hara yang lokasi. Asosiasi dicirikan dengan adanya
terbesar (Ray et al., 2014 dan Tama et al., komposisi floristik yang mirip, memiliki fisiognomi
2009). Secara umum ekosistem mangrove yang seragam dan sebarannya memiliki habitat
memiliki di Segara Anakan bagian Timur memiliki yang khas (Mueller-Dombois dan Ellenberg,
26 Omni-Akuatika Vol. 11 No. 2 November 2015 : 20 - 32
1974; Barbour et al.,1999 dan Kurniawan et al., Potensi Asosiasi Vegetasi mangrove di Segara
2008). Asosiasi akan menunjukan hubungan Anakan Bagian Timur dapat dilihat pada Tabel 3.
kekerabatan antar vegetasi yang dibandingkan.
atau cluster dari jenis-jenis yang sama. penggenangan, kerasnya pasang surut, laju
Pengelompokan ini akan membentuk zonasi pengendapan dan pengikisan, serta ketinggian
mangrove yang khas nisbi darat dan air.
Zonasi juga dapat dianggap sebagai
penggambaran tahapan suksesi yang sejalan
Zonasi Vegetasi Mangrove di Segara Anakan
dengan perubahan tempat tumbuh. Perubahan
Bagian Timur
tempat tumbuh sangat bersifat dinamis yang
disebabkan oleh adanya laju pengendapan atau
Zonasi adalah lapisan vegetasi
pengikisan. Daya adaptasi tiap jenis terhadap
mangrove yang dipengaruhi oleh keadaan
keadaan tempat tumbuh akan menentukan
tempat tumbuh spesifik yang berbeda dari satu
komposisi jenis tiap zonasi. Semakin jauh dari
tempat ke tempat lain. Zonasi mangrove
laut maka suatu jenis akan menggantikan jenis
merupakan tanggapan adaptasi vegetasi
lain, sampai ke daerah peralihan yaitu menjadi
mangrove terhadap perubahan dari lamanya
komunitas rawa, air tawar dan hutan pedalaman
waktu penggenangan, salinitas tanah,
(Istomo, 1992). Zonasi mangrove di wilayah
tersedianya sinar matahari, aliran pasang surut
Ekosistem mangrove Segara Anakan Timur
dan aliran air tawar. Zonasi ekosistem mangrove
dapat dilihat pada Tabel 4.
ditentukan oleh keadaan tanah, salinitas,
Amakan
I 0–5 Liat -A. marina Avicennia-
-R. apiculata Rhizophora
-R. mucronata
II 6 – 10 Lempung - A. marina Avicennia-
liat berpasir - R. apiculata Rhizophora
- X. granatum
Hilmi et al., 2015, Struktur Komunitas, Zonasi dan Keanekaragaman Mangrove 29
- N. fruticans
Liat - R. apiculata Rhizophora
-R. mucronata
Liat berdebu - C. tagal Ceriops -
-R. apiculata Rhizophora
-R. mucronata
-A.
curniculatum
Lempung - A. marina Avicennia-
- A. opicinallis Rhizophora
berpasir - R. apiculata
- S. caseolaris
- A. marina Avicennia –
- R. apiculata Rhizophora _
-R. mucronata Aegiceras
-A.
curniculatum
Dari Tabel 4 ditunjukan bahwa zonasi ditujukan oleh genus Rhizophora. Di daerah-
mangrove di Segara Anakan Bagian Timur tidak daerah dengan tanah berlumpur dalam, R.
sesuai dengan apa yang ditulis oleh Waston mucronata merupakan vegatasi yang dominan,
(1928) dan Anwar et al., (1984), bahwa hutan sedangkan daerah-daerah yang yang berlumpur
mangrove dapat dibagi menjadi lima bagian dangkal didominasi oleh R. apiculata. Pengaruh
berdasarkan frekuensi air pasang, yaitu ; (1) salinitas ditujukan oleh kenyataan bahwa bila
Zona yang terdekat dengan laut, dikuasai oleh salinitas menurun karena banyaknya air tawar
Avicennia spp.dan Sonneratia spp, (2) Zona maka Rhizophora spp akan merana dan
yang tumbuh pada tanah kuat dan cukup keras permudaannya digantikan oleh jenis yang kurang
serta dicapai oleh beberapa air pasang. Zona ini peka terhadap perubahan salinitas misalnya
sedikit lebih tinggi yang biasanya didominasi oleh Lumnitzera spp. Pasang surut juga memberikan
B. cylindrica.(3) Kearah daratan lagi, zona ini kontribusi bagi perubahan massa air tawar dan
dikuasai oleh Rh. mucronata dan Rh. apiculata. air asin, yang akhirnya memberikan pengaruh
Jenis Rh. mucronata lebih banyak dijumpai pada terhadap perubahan dan penyebaran jenis-jenis
kondisi yang agak basah dan lumpur yang agak mangrove (Hilmi, 2005).
dalam. Pohon lain yang juga terdapat pada
hutan ini mencakup B. parviflora dan X.
KESIMPULAN
granatum, (4) Hutan yang dikuasai oleh B.
parviflora kadang-kadang dijumpai tanpa jenis
Tingkat kerapatan ekosistem mangrove
pohon lainnya. Hutan ini juga terdapat pada
Segara Anakan Timur 2 memiliki kerapatan,
lahan bekas tegakan Rhizophora spp. (5) Hutan
keanekaragaman hayati yang lebih rendah
mangrove paling belakang dikuasai oleh B.
dibandingkan Segara Anakan Timur 1. Namun
gymnorrhiza.
yang perlu diperhatikan adalah sebagian besar
Namun pada dasarnya zonasi
dari vegetasi mangrove yang memiliki kelas
ekosistem mangrove tergantung dari tingkat
diameter yang kecil. Jenis-jenis yang dominan di
adaptasi tiap jenis tumbuhan terhadap
Segara Anakan Bagian Timur adalah S.
lingkungan. Daya adaptasi dari tiap jenis
caseolaris, A. marina dan R. apiculata.
tumbuhan mangrove terhadap keadaan tempat
Sedangkan dari sisi kekerabatan, maka jenis-
tumbuh akan menentukan komposisi jenisnya.
jenis vegetasi mangrove yang memiliki pola
Setiap zonasi diidentifikasikan berdasarkan
kekerabatan adalah A. caseolaris dengan R.
individu jenis mangrove atau kelompok jenis dan
mucronata, S. caseolaris dengan A. alba, A.
diberi nama sesuai dengan jenis yang dominan
corniculatum dengan S. alba, A.marina dengan
atau sangat melimpah (Hilmi, 2005).Zonasi
S. caseolaris, A. marinadengan A. officinalis, R.
mangrove dipengaruhi oleh faktor-faktor
mucronata dengan S. caseolaris dan R.
lingkungan seperti tekstur tanah, salinitas, dan
mucronata dengan A. Curniculatum. Zonasi
pasang surut. Pengaruh tekstur tanah antara lain
vegetasi mangrove di Segara Anakan terdiri dari
30 Omni-Akuatika Vol. 11 No. 2 November 2015 : 20 - 32
zone 1 yang dikuasai oleh Avicennia – Davidson, J., C. Good., C.Welsh., B.Brazil., S.
Rhizophora, Zone 2 dikuasai oleh Avicennia – Summerfelt . 2009. Heavy metal and
Rhizophora-Sonneratia dan Zone 3 dikuasai waste metabolite accumulation and their
Ceriops – Rhizophora – Sonneratia. Zonasi di potential effect on rainbow trout
Segara Anakan Timur tidak sesuai dengan performance in a replicated water reuse
aturan baku zonasi mangrove. system operated at low or high system
flushing rates. Aquacultural Engineering
41 (2009) 136–145
UCAPAN TERIMA KASIH
Desmukh.1992. Ekologi dan Biologi Tropika.
Penulis mengucapkan terima kasih
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
kepada Dr. Agung Dhamar Syakti dan Drs Asrul
Sahri Siregar, M.Si sebagai mitra peneliti serta Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi
Rima Novaliani dan Luvianna Febriyani selaku Lahan. 1997. Inventarisasi dan
mahasiswa bimbingan yang membantu Identifikasi Hutan Mangrove di Lima
penelitian ini. Penelitian ini didukung oleh Provinsi. Departemen Kehutanan dan
pendanaan dari Dirjen Dikti Kementerian Riset Perkebunan RI, Jakarta.
Teknologi dan Pendidikan Tinggi melalui Hibah
Ellison, A,M. 2008. Managing mangroves with
Kompetensi.
benthic biodiversity in mind: Moving
beyond roving banditry. Journal of Sea
DAFTAR PUSTAKA Research 59 (2008) 2–15
FAO. 1994. Forest Management Guidelines.
Aksornkoae, S. 1993. Ecology and Management
Roma. Italia
of Mangrove. IUCN Wetland Program.
Bangkok Garcı´aa, M., F. Sotob., J.M Gonza´ lez.,
E.Be´caresc . 2008. A comparison of
Alfaro, A.C. 2006. Benthic macro-invertebrate
bacterial removal efficiencies in
community composition within a
onstructed wetlands and algae-based
mangrove/seagrass estuary in northern
systems. ecological engineering 3 2
New Zealand. Estuarine, Coastal and
(2008) 238–243
Shelf Science 66 (2006) 97-110
Hamilton, L.S. and S.C. Snedaker. 1984.
Anwar, S., S.J. Damanik., N. Hisyam., dan A.J.
Handbook for Mangrove Area
Witten. 1984. Ekologi Sumatera.
Management. IUCN Commission on
GajahmadaUniversity Press. Yogyakarta
Ecology Gland. Honolulu.
APHA (American Public Healt Association).
Hilmi, E. 2005. Ekologi Mangrove (Pendekatan
2005. Standar methods for the
Karakteristik, Statistik dan Analisis bagi
examination of water and waste water.
Suatu Ekosistem). Program Sarjana
21 nd ANWA, WPCF, New York.
Perikanan dan Kelautan. Universitas
APHA (American Public Healt Association). Jenderal Soedirman. Purwokerto.
2012. Standard Methods for The
Examination of Water andWastewater. Hilmi, E. 2014a. Pengurangan Abrasi Pantai
th Melalui Peningkatan Peran Ekosistem
21 Edition. APHA, Washington.
Mangrove Sebagai Jalur Hijau.
Barbour, G.M., J.K. Busk and W.D. Pitts. 1987. Pertemuan Ilmiah Tahunan (Pit) Riset
Terestrial Plant Ecology: The Kebencanaan 2014, Surabaya 3 – 5 Juni
Benyamin/Cummings Publishing 2014
company, Inc, New York.
Hilmi, E. 2014b. Reducing Tsunami Disaster
Bengen. D. G. dan I. M. Dutton 2004. Interaction: Effect Using Rehabilitation Design Base
mangroves, fisheries and forestry On Mangrove Properties (Elastiticity And
management in Indonesia. H. 632-653. Rupture. Presented In International
Dalam Northcote. T. G. dan Hartman Seminar Awest-Dr, Unsiyah Aceh,
(Ed), Worldwide watershed interaction October22 – 24 Th 2014
and management. Blackwell science.
Oxford. UK Hilmi, E., A.D.Syakti Dan A.S. Siregar. 2014.
Strategi Konservasi Ekosistem Pesisir
Hilmi et al., 2015, Struktur Komunitas Zonasi dan Keanekaragaman Mangrove 31